BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kinerja KAP yang berkualitas sangat ditentukan oleh kinerja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pemakai laporan keuangan (Sarwini dkk, 2014). pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. independen sebagai pihak ketiga yaitu akuntan publik. eksistensinya dari waktu ke waktu semakin diakui oleh masyarakat bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. swasta yang melaksanakan jasa-jasa pemeriksaan, perpajakan, manajemen,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepatuhan dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan perusahaan merupakan suatu informasi akuntansi yang paling

BAB I PENDAHULUAN. dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan publik dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan pada umumnya memiliki laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sebagai auditor eksternal (Kurniawanda, 2013). laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab auditor. Tugas Auditor yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi informasi laporan keuangan yang diperoleh, ditambah dengan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

PENGARUH KUALITAS AUDITOR, INDEPENDENSI DAN OPINI AUDITOR TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN

PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan audit yang dapat diandalkan (Kurnia, dkk, 2014). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan hidup karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau para stakeholder.

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance).

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan akuntan. (Arens dan Loebbecke, 1996:4). keputusan. Para pemakai laporan keuangan selalu memeriksa dan mencari

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang dikelola oleh manajemen

BAB II LANDASAN TEORI. sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih dahulu. Ada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian saat ini sedang mengarah pada persaingan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik (KAP), yaitu jasa assurance dan jasa non assurance. Jasa

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan ke depan (Yustrianthe, 2012). Berdasarkan Peraturan Pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dianggap sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. penilai yang bebas terhadap seluruh aktivitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Wiratama dan Budiartha (2015), laporan keuangan memiliki dua. karakteristik penting yaitu relevan dan dapat diandalkan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. Auditor adalah seorang independent yang bertugas mengaudit atas laporan

BAB I PENDAHULUAN. kunci dalam perkembangan dan kemajuan dunia bisnis. Profesi akuntan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pengaruh dari lingkungan etika, pengalaman auditor dan kompleksitas

Abstrak. Kata kunci : Kinerja Auditor, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Independensi, Komitmen Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada prinsip-prinsip independensi dan profesionalisme. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

ABSTRAK. Kata kunci: profesionalisme, komitmen organisasi, etika profesi, dan pengalaman auditor

BAB I PENDAHULUAN. sahamnya kepada masyarakat melalui pasar modal, perusahaan besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan penugasan pemeriksaan (examination) secara obyektif atas

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan keuangan dimana profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dipercayai oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

ARUM KUSUMAWATI B

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan publik memiliki peran penting dalam dunia bisnis dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara dibutuhkan informasi

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis dituntut untuk lebih produktif dan memiliki kinerja yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi para pengguna (Purn amasari dan Hernawati,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perusahaan go public di Indonesia berkembang dengan sangat cepat, hal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Perkembangan profesi akuntan publik disuatu negara sejalan dengan. berkembangnya perusahaan dan juga bentuk badan hukum perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public harus memberikan informasi berupa laporan keuangan yang sudah diaudit oleh jasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keputusan. Menurut finally accounting standart board (FASB), laporan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham, sehingga

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi sebagai akuntan publik memainkan peranan sosial yang sangat penting berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh auditor. Tugas seorang akuntan publik adalah memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan suatu entitas usaha. Akuntan publik dalam menjaga mutu pekerjaan profesionalnya harus berpedoman pada Kode Etik Profesi Akuntan Publik maupun Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Seorang akuntan publik yang profesional dapat dilihat dari kinerja akuntan tersebut dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Auditor menjadi profesi yang diharapkan oleh banyak orang untuk dapat meletakkan kepercayaan sebagai pihak yang dapat melakukan audit atas laporan keuangan dan dapat bertanggung jawab atas pendapat yang diberikan. Auditor eksternal yang memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan. Tuntutan pekerjaan yang tinggi dan kemampuan untuk bersikap profesional menjadi tantangan yang harus dipenuhi oleh seorang auditor. Profesionalisme juga menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang auditor eksternal. Auditor eksternal bertugas untuk mengaudit laporan keuangan pada perusahaan (yang disebut 1

2 klien), dan kemudian menerbitkan opini atas laporan keuangan perusahaan tersebut. Opini auditor eksternal menjadi salah satu pertimbangan bagi pengambilan keputusan oleh pihak yang terkait pada perusahaan, dimana ketepatan pemberi opini bergantung pada kinerja auditor eksternal itu sendiri. Auditor yang mempunyai profesionalisme yang tinggi dan didukung oleh komitmen organisasi yang baik akan berdampak pada kinerja auditor yang baik pula dalam melakukan pekerjaan (Siahaan, 2010). Kinerja auditor merupakan hasil kerja seorang auditor dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang profesional. Kinerja auditor menjadi tolak ukur apakah auditor tersebut telah berhasil atau tidak dalam bertugas. Hasil kinerja auditor berupa opini, dapat mempertimbangkan sebagai salah satu faktor dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, seorang auditor eksternal dituntut menjadi seorang ahli yang menjunjung tinggi profesionalisme dalam menjalankan tugasnya. Auditor yang profesional akan lebih baik dalam menghasilkan hasil audit yang dibutuhkan dan berdampak pada peningkatan kinerja auditor (Gautama dan Arfan, 2010). Pencapaian kinerja auditor yang lebih baik harus sesuai dengan standar dan kurun waktu tertentu (Goldwasser, 1993; dalam Fanani, Hanif, dan Subroto, 2007), yaitu: kualitas kerja (mutu penyelesaian pekerjaan dengan bekerja berdasar pada seluruh kemampuan dan ketrampilan, serta pengetahuan yang dimiliki auditor), kuantitas kerja (jumlah hasil kerja yang dapat diselesaikan dengan target yang menjadi tanggung jawab pekerjaan

3 auditor, serta kemampuan untuk memanfaatkan sarana dan prasarana penunjang pekerjaan), dan ketepatan waktu (ketepatan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang tersedia). Kinerja auditor merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan auditor dalam melakukan pemeriksaan yang diukur berdasarkan standar audit yang berlaku (Gautama dan Arfan 2010). Apabila dalam melaksanakan pemeriksaan, auditor telah memenuhi standar audit yang berlaku maka akan menghasilkan kinerja yang baik. Kinerja auditor menjadi perhatian utama, baik bagi klien ataupun publik, dalam menilai hasil audit yang dilakukan. (Fanani, dkk. 2008). Dalam melaksanakan audit, seorang auditor akan berusaha untuk memperoleh bukti yang objektif dan handal sehingga hasil audit yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan. Hasil audit yang telah dilakukan oleh auditor dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan yang mempunyai kepentingan yang berbeda-beda, sehingga seorang auditor harus memiliki wawasan yang luas dan dapat bertanggung jawab atas hasil yang dihasilkan oleh auditor. Klien akan puas dengan pekerjaan akuntan publik, jika akuntan publik memiliki pengalaman melakukan audit, responsif, dan melakukan pekerjaannya tepat waktu. Kepercayaan yang besar inilah yang akhirnya mengharuskan seorang auditor untuk memperhatikan kinerja audit yang dihasilkannya. Tanggung jawab inilah yang menuntut auditor harus bisa memeriksa dengan teliti laporan keuangan kliennya, tentunya berdasakan prinsip akuntansi berterima umum. Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik

4 maka auditor dalam melaksanakan tugasnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) 2011, standar auditing menurut SPAP (IAPI) dibagi menjadi 3 yaitu :(1) standar umum, (2) standar pekerjaan lapangan, dan (3) standar pelaporan. Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya, sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan mengatur auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan. Dalam kegiatan audit, seorang auditor dapat dipengaruhi oleh struktur audit yang dilaksanakan di dalam melaksanakan tugas. Struktur audit dapat mengetahui tingkatan yang dilalui di dalam kegiatan audit. Auditor juga sering dihadapkan oleh potensial konflik dalam melaksanakan tugasnya seperti konflik peran, ketidakjelasan peran, maupun kelebihan peran yang dapat berpengaruh terhadap kinerjanya. Pada penelitian sebelumnya dengan topic sejenis menunjukan hasil yang tidak konsisten. Fanani, dkk (2007) melakukan penelitian yang berjudul pengaruh struktur audit, konflik peran, dan ketidakjelasan peran terhadap kinerja auditor. Hasil dari penelitian tersebut adalah struktur audit dan konflik peran berpengaruh terhadap kinerja auditor, sedangkan ketidakjelasan peran tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Agustina (2009) melakukan penelitian yang berjudul pengaruh konflik peran, ketidakjelasan peran, dan kelebihan peran terhadap kepuasan kerja dan kinerja auditor. Hasil dari penelitian tersebut adalah konflik

5 peran, ketidakjelasan peran, dan kelebihan peran berpengaruh terhadap kinerja auditor. Septiawan, dkk. (2012) melakukan penelitian yang berjudul pengaruh struktur audit, konflik peran, ketidakjelasan peran, dan kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian tersebut adalah struktur audit dan konflik peran, dan kecerdasan emosional tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor, sedangkan ketidakjelasan peran berpengaruh terhadap kinerja auditor. Penelitian selanjutnya oleh Gunawan, H dan Ramdan, Z (2012) yang berjudul pengaruh konflik peran, ketidakjelasan peran, kelebihan peran, dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor di kantor akuntan publik wilayah DKI Jakarta. Hasil penelitian tersebut adalah konflik peran, kelebihan peran, dan gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor, sedangkan ketidakjelasan peran berpengaruh terhadap kinerja auditor. Struktur audit adalah sebuah pendekatan sistematis terhadap auditing yang dikarakteristikan oleh langkah-langkah penentuan audit, prosedur rangkaian logis, keputusan, dokumentasi, dan menggunakan sekumpulan alat-alat dan kebijakan audit yang komprehensif dan terintegerasi untuk membantu auditor melakukan audit (Bowrin, 1998; dalam Fanani, dkk. 2007). Struktur audit yang dilaksanakan dengan baik akan mendorong kinerja audit yang tinggi, sedangkan proses audit yang dilakukan sesuai dengan prosedur akan membuat laporan audit menjadi lebih baik. Hasil penelitian (Bamber et al, 1989; dalam Fanani, dkk. 2007) menunjukkan bahwa kantor

6 akuntan publik yang menggunakan struktur audit akan meningkatkan kinerja auditor, sebaliknya kantor akuntan publik yang tidak menggunakan struktur audit memiliki potensi meningkatnya konflik peran dan ketidakjelasan peran yang dirasakan oleh staf auditnya. Proses audit yang dilakukan sesuai dengan prosedur akan membuat laporan audit memjadi lebih baik. Pelaksanaan struktur audit akan menciptakan laporan audit yang sistematis dan relative kecil dari kesalahan dalam melaksanakan proses audit sehingga kinerja auditor menjadi lebih baik. Konflik peran adalah suatu konflik yang timbul karena mekanisme pengendalian birokrasi organisasi tidak sesuai dengan norma, aturan, etika, dan kemandirian professional. Konflik peran timbul karena adanya dua perintah berbeda yang diterima secara bersamaan dan pelaksanaan salah satu perintah saja akan mengakibatkan terabaikannya perintah yang lain (Wolfe dam Snoek, 2005; dalam Agustina 2009). Konflik peran dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dalam bekerja dan bisa menurunkan motivasi kerja, sehingga bisa menurunkan kinerja auditor secara keseluruhan. Konflik peran yang terjadi pada seseorang akan menyebabkan timbulnya stress yang dapat merusak dan merugikan dalam pencapaian tujuan seseorang (Yustrianthe, 2008). Ketidakjelasan peran adalah tidak adanya informasi yang memadai yang diperlukan seseorang untuk menjalankan perannya dengan cara yang memuaskan (Kahn et al, 1964; dalam Dyah, 2002; dalam Agustina, 2009). Ketidakjelasan peran dapat memicu

7 timbulnya stress pada diri individu karena menghalangi individu untuk melakukan tugasnya dan menyebabkan timbulnya perasaan tidak aman dan tidak menentu dalam bekerja. Ketidakjelasan peran dapat menciptakan ketegangan kerja yang dapat mengurangi kemampuan auditor dalam mempertahankan komitmen independensi profesional yang kuat (Marsono, 2011). Individu yang mengalami ketidakjelasan peran akan mengalami kecemasan, menjadi lebih tidak puas, dan melakukan pekerjaan dengan kurang efektif dibanding individu lain sehingga menurunkan kinerja mereka. Kelebihan peran adalah konflik dari prioritas-prioritas yang muncul dari harapan bahwa seseorang dapat melaksanakan suatu tugas yang luas yang mustahil untuk dilakukan dalam waktu yang terbatas (Abraham, 1997; dalam Agustina, 2009). Menurut Almer dan Kaplan (2002) dalam Rapina (2008) mengatakan bahwa kelebihan peran merupakan suatu keadaan dimana sesorang memiliki terlalu banyak pekerjaan untuk dilaksanakan pada suatu waktu tertentu. Kelebihan peran terjadi ketika pekerjaan yang diberikan dirasa terlalu berlebihan dan tidak sesuai dengan waktu dan kemampuan. Tidak adanya perencanaan akan kebutuhan tenaga kerja dapat membuat auditor mengalami kelebihan peran, terutama masa peak season dimana KAP akan kebanjiran pekerjaan, dan staf auditor yang tersedia harus melakukan semua pekerjaan pada periode yang sama. Kelebihan peran yang dialami oleh auditor akan berdampak pada menurunnya kinerja auditor secara keseluruhan.

8 Auditor dihadapkan oleh potensial konflik peran, ketidakjelasan peran, dan kelebihan peran dalam melaksanakan tugasnya. Konflik peran dapat muncul sebagai akibat dari permintaan klien yang berbeda dengan permintaan pihak lain dalam organisasi. Ketidakjelasan peran muncul karena terjadi kesenjangan antara jumlah informasi yang dimiliki seseorang dengan yang dibutuhkannya untuk dapat melaksanakan perannya dengan tepat. Perilaku para anggota profesi telah diatur oleh kode etik yang ditetapkan dan dimonitor organisasi profesi, namun di sisi lain perilaku tersebut juga dikendalikan oleh aturan-aturan yang ditetapkan oleh organisasi tempat ia bekerja sehingga hal inilah yang menyebabkan munculnya konflik peran dan ketidakjelasan peran (Febrianty, 2012). Efek potensial dari konflik peran dan ketidakjelasan peran sangatlah rawan, tidak hanya bagi individual dalam pengertian konsekuensi emosional seperti takanan tinggi yang berhubungan dengan pekerjaan, kepuasan kerja, dan menurunnya kinerja, tetapi juga bagi organisasi dalam pengertian kualitas kinerja yang lebih rendah (Fanani, dkk. 2007). Kondisi ini terjadi karena kadangkala klien juga meminta layanan lain yang dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Disini timbul konflik antara tugas yang diemban oleh KAP dan permintaan yang disampaikan oleh klien sehingga mempengaruhi kinerja auditor. Kondisi kerja yang kurang kondusif dapat mempengaruhi kinerja auditor, sehingga dapat mempengaruhi kepercayaan

9 masyarakat terhadap akuntan publik sebagai pihak yang independen dalam pengauditan laporan keuangan. Kurangnya independensi auditor dan maraknya manipulasi korporat membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan auditan menurun, sehingga para pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur mempertanyakan eksistensi akuntan publik sebagai pihak yang independen. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini akan meneliti pengaruh struktur audit, konflik peran, ketidakjelasan peran, dan kelebihan peran terhadap kinerja auditor pada kantor akuntan publik di Surabaya. Objek penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik yang terdapat di Surabaya. Penelitian ini mengacu pada penelitian Fanani dkk (2007), namun yang membedakan pada penelitian ini adalah peneliti melakukan penambahan variabel independen, yaitu kelebihan peran. Alasan dilakukannya penelitian ini bermula dari beberapa penelitian terdahulu yang menunjukan hasil yang tidak konsisten. Beberapa penelitian menunjukan adanya pengaruh siginifikan dari konflik peran, dan ketidakjelasan peran terhadap kinerja auditor, sedangkan penelitian lain menunjukan hasil yang sebaliknya. Fisher (2001) melakukan penelitian tentang pengaruh antara peranan stres dan dua variabel hasil pekerjaan auditor eksternal yaitu kepuasan kerja dan kinerja. Hasil penelitian menunjukan bahwa baik konflik peran ataupun ketidakjelasan peran berpengaruh negatif terhadap kinerja auditor dan kepuasan kerja. Sedangkan Viator (2001) melakukan

10 penelitian terhadap asosiasi akuntan formal dan informal pada tekanan peran dan pengaruhnya terhadap hasil pekerjaan. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa konflik peran berpengaruh terhadap kinerja dan kepuasan kerja sedangkan ketidakjelasan peran tidak bepengaruh terhadap kinerja hanya mempengaruhi kepuasan kerja akuntan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah struktur audit berpengaruh terhadap kinerja auditor? 2. Apakah koflik peran berpengaruh terhadap kinerja auditor? 3. Apakah ketidakjelasan peran berpengaruh terhadap kinerja auditor? 4. Apakah kelebihan peran berpengaruh terhadap kinerja auditor? 1.3 Tujuan Penelitian Secara spesifik tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Menguji apakah struktur audit dapat mempengaruhi kinerja auditor. 2. Menguji apakah konflik peran dapat mempengaruhi kinerja auditor. 3. Menguji apakah ketidakjelasan peran dapat mempengaruhi kinerja auditor.

4. Menguji apakah kelebihan peran dapat mempengaruhi kinerja auditor. 11 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian meliputi : 1.4.1 Manfaat Akademik Manfaat akademik dari penelitian ini adalah menjadi tambahan referensi atau rujukan mengenai pengaruh struktur audit, konflik peran, ketidakjelasan peran, dan kelebihan peran terhadap kinerja auditor. 1.4.2 Manfaat Praktik Manfaat praktik dari penelitian ini adalah sebagai masukan bagi KAP dan pihak-pihak lain yang berkepentingan agar dapat mengambil kebijakan-kebijakan yang terkait dengan struktur audit, konflik peran, ketidakjelasan peran, dan kelebihan peran yang mempengaruhi kinerja auditor 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari hasil penelitian ini adalah BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi dasar pemikiran yang melatarbelakangi penelitian ini yang digunakan peneliti untuk perumusan masalah. Selain itu berisi juga tujuan dan kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini serta sistematika pembahasan yang memberikan gambaran umum laporan penelitian.

12 BAB 2 TINJAUAN LITERATUR Bab ini berisi telaah literature yang berhubungan dengan topik penelitian yang didasari teori dan bukti empiris dari penelitian sebelumnya yang digunakan untuk membangun hipotesis penelitian. BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini berisi metode penelitian yang meliputi informasi tentang responden dan populasi, teknik pengumpulan data, pengukuran variabel, dan metode statistik untuk pengujian hipotesis dan analisis data. BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan deskripsi dan analisis data, serta pengujian hipotesis dan pembahasan. BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Bab ini berisi tentang simpulan, keterbatasan, dan saran untuk penelitian selanjutnya.