SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya manusia tetap bergantung pada orang lain walaupun sampai

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pemeriksaan perkara dalam persidangan dilakukan oleh suatu

TANGGUNG JAWAB PT. POS INDONESIA (PERSERO) TERHADAP PENGIRIMAN PAKET POS DI SUKOHARJO

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, ketika seorang anggota dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya mengalami 3 peristiwa penting, yaitu peristiwa

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar.

BAB I PENDAHULUAN. bisa digunakan manusia untuk dipakai sebagai usaha. Sedangkan hak atas

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

PELAKSANAAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) KC SOLO KARTASURA

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

BAB I PENDAHULUAN. dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN ( STUDI KASUS DI KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI )

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada waktu manusia dilahirkan ke dunia ini telah tumbuh tugas baru

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

TINJAUAN HUKUM SURAT WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA M. WIJAYA. S / D

PELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PT, JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PEKALONGAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. berproduksi. Tapi dalam kenyataannya daya beli masyarakat belum bisa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pejabat berwenang, yang isinya menerangkan tentang pihak-pihak yang

NOTARIS DAN BADAN HUKUM (STUDY TENTANG TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN BADAN HUKUM)

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kedudukan notaris dianggap sebagai suatu fungsionaris dalam

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

PERANAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA PENDIRIAN PERUSAHAAN. (Studi Pada Kantor Notaris Sri Hartini, SH di Surakarta)

PERAN KOPERASI UNIT DESA DALAM MEMBERIKAN KREDIT DI KALANGAN MASYARAKAT KLATEN (Studi Di KUD JUJUR Karangnongko)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

Disusun oleh: INDRIANTO HERIBOWO C

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan

KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN NGAWI DALAM RANGKA TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya semakin lama semakin komplek, seiring dengan. perkembangan dan kemajuan masyarakat. Dan semakin maju masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

SKRIPSI PERANAN PPAIW DALAM MENCEGAH TERJADINYA SENGKETA TANAH WAKAF. (Study Kasus di Kecamatan Pasar Kliwon )

BAB I PENDAHULUAN. yang satu ke orang lain.tanah sebagai benda yang bersifat permanen tetap, banyak

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis..., Ravina Arabella Sabnani, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

PERUBAHAN STATUS TANAH HAK MILIK MENJADI HAK GUNA BANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN PT (PERSEROAN TERBATAS) MELALUI KANTOR PERTANAHAN KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan pembangunan yang terdahulu, bahwa pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 dapat diartikan. dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DI PT. TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan peningkatan pembangunan nasional pada umumnya dan. perkembangan kegiatan ekonomi pada khususnya, menyebabkan pula

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga

SKRIPSI PELAKSANAAN JUAL BELI DAN STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH APARTEMEN DI SOLO PARAGON

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

KEKUATAN MENGIKATNYA SURAT PENETAPAN PENGANGKATAN ANAK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang mengelola kekuatan potensi ekonomi menjadi kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

DIMAS WILANTORO NIM: C.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur oleh undang - undang termasuk dalam hal pengikatan antara

BAB I PENDAHULUAN. saseorang pasti mendapatkan sesuatu, baik dalam bentuk uang maupun barang

BAB I PENDAHULUAN. hidup rumah tangga setelah masing-masing pasangan siap untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH HAK MILIK SEBAGAI JAMINAN KREDIT DI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi ijin. untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut

PERAN PERWIRA PENYERAH PERKARA DALAM TINDAK PIDANA MILITER (STUDI DENPOM IV/ 4 SURAKARTA)

TINJAUAN PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA DAN JAMINAN SOSIAL BAGI KARYAWAN PADA PERUSAHAAN TEKSTIL PT. MUTU GADING KARANGANYAR TAHUN 2007

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan memiliki kaitan yang mendasar dalam hubungannya dengan hukum,

SKRIPSI. Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia mempunyai wewenang untuk mempunyai hak-hak khususnya. wewenang untuk mempunyai hak-hak keperdataan.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

Transkripsi:

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT) : Studi Kasus di Kantor Notaris dan PPAT Eko Budi Prasetyo, SH di Kecamatan Baki Sukoharjo Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta oleh: TYAS PRIHATANIKA HERJENDRANING BUDI WIJAYA C. 100 020 033 / 02.6.106.01000.5.0033 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 i

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai individu juga sebagai makhluk sosial, dimana dalam memenuhi kebutuhannya manusia tetap bergantung pada orang lain, walaupun sampai saat ia akan meninggal dunia. Pemenuhan kebutuhan manusia yang secara tidak langsung menyangkut berbagai kepentingan dimana kepentingan ini dapat dipenuhi dengan suatu cara, misalnya adanya suatu kerja sama antara Notaris dengan si pewaris untuk membuat suatu testament atau surat wasiat. Karena itu seseorang pada saat menjelang kematiannya jauh sebelumnya sering mempunyai maskud tertentu terhadap harta kekayaan yang akan ditinggalkannya. Hal ini dikarenakan setelah seseorang itu meninggal dunia, maka harta warisan yang ditinggalkannya dapat menimbulkan berbagai masalah baik sosial maupun hukum. Oleh karena itu diperlukan pengaturan serta penyelesaian secara tertib dan teratur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, misalnya apabila kehendak terakhir seseorang ingin diungkapkan dengan jelas dan tegas dapat dituangkan dalam akta otentik yang lazim disebut testament atau surat wasiat. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang, maka tata urutan pembuatan testament dari awal sampai akhir sangatlah diperlukan guna adanya kepastian hukum yang mengikat. 1

2 Dalam suatu masyarakat yang heterogen dengan bermacam-macam kepentingan serta kebutuhan hidup yang bermacam-macam pula khususnya pada masyarakat perkotaan banyak yang melakukan pembuatan testament. Adapun mengenai pengertian dari testament menurut pasal 875 Kitab Undang-undang Hukum Perdata ialah : suatu akta yang memuat pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya akan terjadi setelah ia meninggal dunia, dan yang olehnya dapat dicabut kembali lagi Setiap testament harus dibuat oleh seorang Notaris. Karena Notaris dalam pasal 1 huruf 1 Undang-undang No. 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentikdan kewenagan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang. Setiap testament yang dibuat di hadapan Notaris berbentuk Akta. Yang disebut dengan Akta Notaris. Dalam pasal 1 huruf 7 Undang-undang No. 30 tentang Jabatan Notaris tahun 2004 pengertian tentang Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-undang. Pertimbangan tersebut sangat penting karena menyangkut harta kekayaan seseorang. Dan dengan kewenangankewenangan yang dimiliki oleh Notaris, maka testament tersebut mempunyai kekuatan hukum yang pasti. Adapun kewenangan-kewenangan Notaris sebagaimana disebutkan dalam pasal 15 ayat (2) Undang-undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, Notaris berwenang : a. Mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; b. Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

3 c. Membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan; d. Melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya; e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta; f. Membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; g. Membuat akta risalah lelang. Dalam pembuatan testament maka para pihak dapat mengerti dan dapat mengetahui dasar akibat perbuatannya itu dapat diatur sedemikian rupa sehingga kepentingan yang bersangkutan mendapat perlindungan yang wajar sebagaimana diketahui oleh Notaris, bukan hanya berkewajiban membuat akta yang diminta olehnya, tetapi juga harus memberikan nasehat hukum serta penjelasaan yang diperlukan oleh orang yang memerlukan. Pasal 809 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyatakan bahwa : setiap orang dapat membuat atau menikmati keuntungan dari suatu testament atau surat wasiat, kecuali mereka yang menurut ketentuanketentuan dalam bagian ini dinyatakan tidak cakap untuk itu Dalam suatu pembuatan testament, seseorang harus sehat budi dan akalnya. Sedangkan orang yang belum dewasa atau belum berumur genap delapan belas tahun tidak diperbolehkan membuat testament. Sedangkan kecakapan seseorang yang mewariskan harus ditinjau menurut kedudukan dalam mana ia berada. Semua orang yang telah dewasa, baik itu orang bisu atau mereka yang buta hurufpun dapat menyampaikan kehendak terakhirnya dalam bentuk testament. Terhadap mereka yang disebut paling belakang ini dibutuhkan bimbingan dan pengarahan dari pejabat yang berwenang mengenai masalah testament, misalnya Notaris. Notaris dalam hal ini bolehlah ia membuat

4 sesuatu testament tertutup, asal surat itu ditulis, dan Notaris harus menulis akta penyelamatan testament tadi dan menerangkan di dalamnya bahwa si yang mewariskan telah menuliskan testament tersebut di depannya dan di depan saksi-saksi. Dalam suatu pembuatan testament tidak terlepas adanya suatu kesepakatan dan perjanjian antara Notaris dan si pembuat wasiat begitu juga antara si pembuat wasiat dengan yang mendapatkan wasiat tersebut, karena itu adanya kepercayaan sangat diutamakan dan tiap-tiap Notaris wajib menyimpan testament tersebut diantara surat-surat lainnya. Pembuatan testament merupakan perbuatan hukum yang sangat erat hubungannya dengan diri pribadi seseorang. Hal ini berarti bahwa orang tidak boleh mewakilkan demi hukum, maupun perwakilan berdasarkan perjajian, juga tidak diperbolehkan seseorang lain untuk menyatakan dirinya sebagai wakil. Hal tersebut tidak ditetapkan secara tertulis, akan tetapi tiada seorangpun meragukan hal tersebut. Dalam pembuatan testament senantiasa dianggap sebagai perbuatan hukum dalam bidang hukum kekayaan yang sangat erat hubungannya dengan seorang pribadi, dalam hal ini tidak hanya berlaku untuk pembuatan testament dengan akta Notaris, akan tetapi berlaku juga untuk semua syarat-syarat formal yang harus dilakukan berkenaan dengan pembuatan testament. Maka dari itu apabila berlaku pembuatan, berlaku juga pencabutan testament dan siapa yang dapat mencabut testament itu.

5 Ditinjau secara historis, konsepsi dan peranan dari suatu lembaga Notaris memang sudah dikenal lebih dahulu oleh bangsa Romawi yang mana dalam abad-abad terakhir di kerajaan Roma tidak ada seorang Romawipun yang meninggal dunia tanpa meninggalkan testament. Mereka mempunyai anggapan bahwa pewarisan dengan testament hanyalah berdasarkan pada putusan yang diungkapkan oleh pewaris. Menurut pasal 876 Kitab Undang-undang Hukum Perdata : segala ketetapan dengan surat wasiat mengenai harta peninggalan adalah diambil secara umum atau pula hak khusus Tiap-tiap ketetapan yang demikian diambil kiranya dengan nama pengangkatan waris, maupun dengan nama hibah wasiat, atau dengan namanama lain bagaimanapun juga harus tunduk pada peraturan. Bertitik tolak dari kebutuhan akan kepastian hukum antara lain mengenai alat pembuktian yang sah adalah erat sekali hubungannya dengan seorang Notaris. Seorang Notaris diwajibkan dalam satu bulan setelah pewaris meninggal dunia atau tidak diketahui keadaannya dimana, menguraikan turunan testament pada Balai Harta Peninggalan yang mempunyai kepentingan dalam penyimpanan testament Dengan demikian jelas kiranya bahwa dalam pembuatannya testament atau surat wasiat seorang Notaris mempunyai peranan yang sangat penting. Pada pasal 934 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang mengatur bahwa setiap Notaris menyimpan surat aslinya baik dalam dalam bentuk apapun setelah si pewaris memberitahukan kepada semua yang berkepentingan.

6 Setelah melihat latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis ingin mengangkat masalah ini dalam bentuk skripsi yang berjudul : KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT) : Studi Kasus di Kantor Notaris dan PPAT Eko Budi Prasetyo.,SH di Kecamatan Baki Sukoharjo. B. Pembatasan Masalah Bahwa tidak bisa dipungkiri kalau permasalahan yang kita hadapi sangat banyak dan bervariasi. Untuk itu agar penelitian yang dilakukan lebih terarah serta tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang sebenarnya, dan tujuan dari penelitian ini dapat tercapai, maka penulis memberikan batasan-batasan terhadap masalah yang akan diteliti. Tujuan lain dari pembatasan disini adalah agar permasalahan tidak meluas, sehingga dapat memberi gambaran yang lebih jelas dan memudahkan para pembaca dalam memahami isi dari tulisan ini. Seperti yang dikemukakan oleh Winarno Surakhmad berikut ini: Sebuah masalah yang dirumuskan terlalu umum dan luas tidak pernah dapat dipakai sebagai masalah penyelidikan oleh karena itu tidak akan pernah jelas batas-batas masalah itu, sebab itu masalah perlu memenuhi syarat-syarat dalam perumusan yang terbatas. Pembatasan ini diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah dengan penyelidik, tetapi juga untuk dapat menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk pemecahannya, yaitu : tenaga, kecekatan, waktu, ongkos dan lain-lain yang timbul dari rencana tertentu. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis melakukan pembatasan

7 mengenai Kedudukan Notaris Dalam Pembuatan Dan Pencabutan Testament (Surat Wasiat) : Studi Kasus di Kantor Notaris dan PPAT Eko Budi Prasetyo.,SH di Kecamatan Baki Sukoharjo. C. Perumusan Masalah Sebagaimana telah diketahui bahwa dalam dunia pewarisan akan selalu timbul adanya ketidak beresan dalam pengurusan, pemindahan, dan peralihan yang menyangkut harta kekayaan dari seseorang yang meninggal dunia sehingga memerlukan penanganan dan penyelesaian dari lembaga Notariat untuk menghindari sengketa yang timbul diantara ahli waris dengan ditinggalkannya testament, oleh karena menurut hukum, ahli waris memiliki hak dari si peninggal warisan serta tuntutan hukum untuk memperoleh harta warisan. Bertitik tolak dari uraian tersebut, maka permasalahan dalam skripsi ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana kedudukan Notaris dalam pembuatan testament atau surat wasiat? 2. Bagaimana tugas dan wewenang Notaris apabila terjadi pelaksanaan testament dan pencabutan testament? D. Tujuan Penelitian Berpegang pada perumusan masalah sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan daripada penelitian ini adalah sebagai

8 berikut : 1. Untuk mengetahui sejauh mana kedudukan Notaris dalam hal pembuatan testament. 2. Untuk mengetahui sejauh mana tugas dan wewenang Notaris apabila testament tersebut telah dilaksanakan dan apabila testament tersebut dicabut. E. Manfaat Penelitian Tinggi rendahnya nilai dari suatu penelitian yang dilakukan selain ditentukan oleh metode penelitiannya juga ditentukan oleh manfaat atau kegunaan yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan sumbangan pemikiran di bidang Hukum Perdata, terutama yang berkaitan dengan proses pembuatan testament sampai dengan pelaksanaan dan pencabutan testament. b. Menjadi satu kontribusi dalam memperluas dan mengembangkan ilmu penetahuan hukum dan dapat menjadi rujukan bagi penelitianpenelitian selanjutnya. c. Sebagai bahan pengetahuan tambahan untuk dapat dibaca oleh masyarakat pada umumnya dan dipelajari lebih lanjut oleh kalangan hukum pada khususnya. 2. Manfaat Praktis

9 Dapat menjadi bahan informasi, masukan dan penjelasan yang mendalam bagi masyarakat yang berkecimpung dalam hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu mengenai kedudukan Notaris dalam pembuatan dan pencabutan testament. F. Metode Penelitian Metodologi merupakan cara untuk menyelidiki atau meneliti suatu masalah dan merupakan cara untuk mengumpulkan data dari masalah yang akan diteliti agar dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Soerjono Soekanto mengemukakan pengertian penelitian, sebagai berikut: penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran pengetahuan mana senantiasa dapat diperiksa atas dasar penelitian-penelitian yang dilakukan oleh pengasuh-pengasuhnya. Hal ini terutama di sebabkan oleh karena penggunaan ilmu pengetahuan-ilmu pengetahuan agar manusia lebih mengetahui dan lebih mendalami 1 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara sistematis guna mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Dari definisi metodologi dan definisi penelitian diatas, maka dapat menjelaskan bahwa metodologi penelitian adalah suatu cara atau jalan yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan. 2 Menurut Sutrisno Hadi penelitian berdasarkan tujuannya, seyogyanya 1 Soerjono Soekanto; Pengantar Penelitian Hukum,. Jakarta: UI-Press, 1986, Hal. 3 2 Winarno Surchmad; Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito, 1990, hal. 5

10 dikaitkan dengan sifat dan fungsi penelitian itu sendiri, ia membagi menjadi 3 kelompok yaitu: 3 1. Penelitian yang bersifat explorative (menemukan), yaitu penelitian yang berarti menemukan masalah atau menemukan prospek sampai dengan menemukan asa, sistem, teori atau dalil yang baru. 2. Penelitian yang bersifat developmental (mengembangkan), yaitu penelitian yang berarti mengembangkan apa yang telah ditemukan sebelumnya, sehingga dapat memperkaya dan makin memantapkan kedudukan bidang ilmu tertentu. 3. Penelitian yang bersifat Verifikatif (uji hipotesa), yaitu penelitian yang dapat digunakan untuk menguji asas-asas, sistem, teori atau dalil yang baru tersebut. Penelitian menurut sifatnya dapat dibagi dalam beberapa golongan. Soerjono Soekanto membaginya dalam tiga golongan, yaitu: 4 1. Penelitian eksploratoris, yaitu penelitian yang dilakukan apabila pengetahuan tentang suatu gejala yang akan diselidiki masih kurang sekali atau bahkan tidak ada. Kadang-kadang penelitian ini disebut feasibility study yang bermaksud mengumpulkan data awal. 2. Penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan alam atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu didalam memperkuat teori-teori lama atau dalam rangka menyusun teoriteori baru. 3. Penelitian eksplanatoris, yaitu dimaksudkan apabila pengetahuan tentang suatu masalah sudah cukup. Selain itu juga dimaksudkan untuk menguji kebenaran dari hipotesa-hipotesa. Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Penelitian deskriptif, yaitu penelitian dengan cara menyajikan data-data dan bahan-bahan yang berhubungan dengan kedudukan Notaris dalam 3 Joko Purwono, Metoda Penelitian Hukum, Surakarta, UNS-Press, 1993, hal. 50-51 4 Soerjono Soekanto; Ibid, Hal. 10

11 pembuatan dan pencabutan testament. 2. Lokasi Penelitian Dalam penelitian yang penulis lakukan ini, penulis memilih lokasi di Kantor Notaris dan PPAT Eko Budi Prasetyo.,SH di Kecamatan Baki Sukoharjo. 3. Metode pendekatan Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis - sosiologis, yaitu berusaha untuk menjelaskan permasalahan yang diteliti dalam praktek di lapangan, dengan membandingkan dan meninjau menurut peraturan yang berlaku dan menjelaskan realitas empirik di masyarakat. 4. Jenis Data a. Data Primer Dilakukan dengan melalui penelitian di lapangan, yaitu suatu metode yang dilakukan dengan mengadakan penelitian secara langsung ke objek penelitian. Disini penulis mengadakan penelitian lapangan di kantor Notaris. b. Data Sekunder Dilakukan melalui penelitian kepustakaan, yang mencari bahan dan informasi yang berhubungan dengan materi skripsi ini melalui berbagai literature karangan dan pendapat para sarjana mengenai akta Notaris kemudian diolah dan dijadikan bahan masukan serta pertimbangan dalam pembuatan skripsi.

12 5. Sumber Data Sumber data adalah asal dari mana data diperoleh. Disini penulis menggunakan sumber data yang terbagi dalam dua jenis, yaitu: a. Sumber Data Primer Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Notaris yang merupakan pembuat dan pencabut testament dalam penelitian ini. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak secara langsung memberikan keterangan yang bersifat mendukung sumber data primer, antara lain buku-buku, dokumen, arsip-arsip dan hasil penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dalam penelitian ini. 6. Tekhnik Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan tekhnik sebagai berikut: a. Wawancara Merupakan cara pengumpulan data dalam penelitian dengan mengadakan tanya jawab secara bebas dengan Notaris yang merupakan pembuat sekaligus pencabut testament dalam penelitian ini, untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang bersifat lebih mendalam yang berhubungan dengan penelitian ini. b. Observasi Pengamatan yang dilakukan penulis secara langsung mengenai

13 fenomena yang ada, yang berkaitan dengan obyek penelitian yang dilanjutkan dengan suat pencatatan secara sistematis terhadap semua gejala yang akan diteliti. c. Studi Kepustakaan Merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan melalui membaca dan mempelajari buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 7. Tekhnik Analisis Data Setelah data selesai terkumpul dengan lengkap, tahap yang harus dilakukan selanjutnya adalah analisa data. Pada tahap ini data akan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Tekhnik analisis data ada dua macam, yaitu: a. Analisis data kualitatif b. Analisis data kuantitatif Berdasarkan dua teknik analisis data tersebut, maka penelitian yang penulis lakukan menggunakan analisis data kualitatif, yaitu tata cara penelitian yang menghasilan data deskriptif, melalui apa yang telah dinyatakan oleh responden baik secara tertulis maupun secara lisan.

14 G. Sistematika Skripsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. B. Pembatasan Masalah. C. Perumusan Masalah. D. Tujuan Penelitian. E. Manfaat Penelitian. F. Metode Penelitian. G. Sistimatika Skripsi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Testament 1. Pengertian Testament. 2. Bentuk dan Isi Testament. 3. Ketentuan-Ketentuan dalam Pembuatan Testament. 4. Pelaksanaan dan Penarikan Kembali Testament. 5. Gugurnya Suatu Wasiat / Testament B. Pengertian Notaris dan Akta Notaris 1. Pengertian Notaris. 2. Pengertian Akta Notaris. 3. Jenis-jenis Akta. 4. Tugas, Kewajiban, dan Wewenang Notaris.

15 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kedudukan Notaris dalam Pembuatan Testament atau Surat Wasiat. B. Tugas, Kewajiban, dan Wewenang Notaris dalam Pelaksanaan dan Pencabutan Testament. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan. B. Saran-saran. DAFTAR PUSTAKA