HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA N 3 SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. melemahkan kekebalan tubuh manusia. Sedangkan Acquired Immune Deficiency

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan. masalah global. Menurut data WHO (World Health Organization) (2014),

EFEKTIFITAS MODEL PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DI KELURAHAN MARGOMULYO NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI DESA MARGOSARI KECAMATAN LIMBANGANKABUPATEN KENDAL

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI SMA N 1 GEYER KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Penyuluhan/pendidikan kesehatan adalah penambahan pengetahuan

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan permasalahan sosial yang komplek. Keberadaan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. masalah epidemi (Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune. Deficiency Syndrome) HIV/AIDS dan penyebarannya yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: NORDINA SARI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit HIV/AIDS dan penularannya di dunia meningkat dengan cepat, sekitar 60 juta orang di dunia telah

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan untuk menjadi produktif dan diharapkan menjadi pewaris

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. di jalanan termasuk di lingkungan pasar, pertokoan, dan pusat-pusat. keluarga yang berantakan dan ada masalah dengan orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and

HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 NGEMPLAK SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deviciency Syndrome, yang

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata Kunci : seksual remaja, berpacaran, sumber informasi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

HUBUNGAN AKTIVITAS SOSIAL, PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN KONTROL ORANGTUA DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA SMP NEGERI 2

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. serta proses-prosesnya, termasuk dalam hal ini adalah hak pria dan

BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Pengertian tersebut dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. data WHO (World Health Organization) tahun 2012, penemuan kasus. HIV (Human Immunodeficiency Virus) di dunia pada tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi. Oleh: SHANGITA BALA JOTHY NIM:

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. paling sulit dikendalikan, apalagi di tengah dunia yang makin bebas

BAB 1 PENDAHULUAN. Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International. berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

PENGARUH PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIV/AIDS PADA REMAJA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

UNIVERSITAS INDONESIA PELAYANAN KONSELING OLEH KONSELOR SEBAYA DI SMAN 3 DAN MAN 2 DI KOTA BOGOR TAHUN 2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku dan kesehatan reproduksi remaja seperti

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA N 3 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Keperawatan WINARYUNI NINDY PRATIWI J 210 050 073 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali menghadapi resiko-resiko kesehatan reproduksi. Kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial terhadap remaja semakin menjadi perhatian di seluruh penjuru dunia. Rekomendasi dari hasil International Conference on Population and Development (ICPD) tahun 1994 di Kairo, banyak organisasi di berbagai negara telah menciptakan berbagai program agar dapat lebih memenuhi kebutuhan para remaja di bidang kesehatan reproduksi (Outlook, 2000). Kelompok yang rentan terhadap pengabaian hak-hak kesehatan reproduksi di Indonesia adalah remaja. Padahal usia remaja adalah usia di mana organ reproduksi rentan terhadap infeksi saluran reproduksi, kehamilan, dan penggunaan obat-obatan. Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2000, jumlah dan persentase penduduk Indonesia golongan usia 10-24 tahun (definisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)) untuk young people) adalah 64 juta atau 31% dari total seluruh populasi, sedangkan khusus untuk remaja usia 10-19 tahun (definisi WHO untuk adolescence), berjumlah 44 juta atau 21% (Sudardjat, 2001). Remaja di Jawa Tengah ada sekitar 9.019.505 atau 28,46%. Pada usia remaja tersebut ada beberapa permasalahan yang dihadapinya di area 1

2 kesehatan reproduksi. Permasalahan tersebut salah satunya adalah rendahnya pengetahuan (Husni, 2004). Youth Center Pilar Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah 2004 melakukan survei di Semarang dan mengungkapkan bahwa dengan pertanyaanpertanyaan tentang proses terjadinya bayi, Keluarga Berencana, cara-cara pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), anemia, cara-cara merawat organ reproduksi, dan pengetahuan fungsi organ reproduksi, diperoleh informasi 43,22% pengetahuannya rendah, 37,28% pengetahuan cukup dan 19,50% pengetahuan memadai (Husni, 2004). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan antara lain: tingkat pendidikan, usia, tempat tinggal, status ekonomi, status pekerjaan, dan status sosial (Notoatmodjo, dalam Khotimah 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Oktalisa (2006), mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan kesehatan reproduksi adalah, membahas dengan teman, membahas dengan orang tua dan jenis kelamin. Base line survey yang dilakukan oleh Youth Centre PKBI di beberapa kota (Cirebon, Tasikmalaya, Singkawang, Palembang, dan Kupang) tahun 2001 mengungkapkan bahwa pengetahuan remaja tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi terutama didapat dari teman sebaya, disusul oleh pengetahuan dari televisi, majalah atau media cetak lain, sedang orang tua dan guru menduduki posisi setelah kedua sumber tadi. Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi juga mempengaruhi dan

3 dipengaruhi oleh pengetahuan teman-teman sebayanya (peer) (Utamadi, 2002). Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Surakarta merupakan salah satu SMA Negeri di Kota Surakarta dan merupakan salah satu SMA Negeri favorit di kota Surakarta yang mempunyai program reguler, akselerasi dan Standart Berbasis Internasional (SBI). Survei pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 16 Desember 2008 yaitu wawancara dengan kepala Tata Usaha (TU) SMA Negeri 3 Surakarta dan salah satu guru Pembimbing Akademik didapatkan data, bahwa SMA N 3 Surakarta mempunyai latar belakang pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua yang beraneka ragam. SMA N 3 Surakarta, pernah ikut dalam Peer Education (PE) yang diadakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan CWS pada tanggal 26 Maret yang membahas tentang kesehatan reproduksi, HIV dan AIDS. Perwakilan yang dikirim untuk mengikuti peer education tersebut sebanyak 6 orang kelas 3 dari program regular dan disebarkan kepada adik tingkat sebanyak 180 orang siswa dan siswi. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dan seberapa jauh tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi yang di ketahui oleh siswa dan siswi remaja di SMA Negeri 3 Surakarta.

4 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara jenis kelamin, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, tempat tinggal, dan sumber informasi dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi di SMA Negeri 3 Surakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada siswa dan siswi di SMA Negeri 3 Surakarta. b. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat c. Mengetahui hubungan antara pendidikan orang tua dengan tingkat d. Mengetahui hubungan antara pekerjaan orang tua dengan tingkat e. Mengetahui hubungan antara tempat tinggal dengan tingkat f. Mengetahui hubungan antara sumber informasi dengan tingkat

5 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan kegiatan yang dapat menambah pengetahuan dan pengalaman. 2. Bagi Instansi Pendidikan Pihak sekolah, diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan pemberian informasi mengenai kesehatan reproduksi remaja dengan metode yang tepat & efektif. 3. Bagi Dinas Kesehatan Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk lebih sering mengadakan kegiatan-kegiatan mengenai pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi remaja di seluruh sekolah-sekolah. 4. Bagi Remaja Remaja dapat lebih mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja sehingga bisa menghindari perilaku-perilaku yang menyimpang yang tidak sehat bagi kesehatan reproduksi remaja. E. Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran peneliti, penelitian ini belum ada. Tetapi, ada penelitian yang hampir serupa yaitu penelitian yang dilakukan oleh: 1. Diana kusmawati (2006), dengan judul: Pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi terhadap perubahan pengetahuan remaja di Madrasah Aliyah wilayah Kecamatan Mlongga Kabupaten Jepara.

6 Hasil penelitian, menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok eksperimen dengan kontrol setelah dilakukan uji statistik analisis sample t-test didapatkan adanya peningkatan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan hasil pengetahuan 0,001 (<0,05). Hal ini, membuktikan penerimaan hipotesis lebih baik/meningkat dengan pengetahuan sebelum pendidikan kesehatan 24,70 dan sesudah pendidikan kesehatan mean 30,43 dengan demikian mempunyai korelasi yang bermakna setelah menerima pendidikan kesehatan. Sehingga kesimpulan yang didapat ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan pengetahuan remaja di Madrasah Aliyah wilayah Kecamatan Mlongga Kabupaten Jepara. 2. Haryanto (2006), dengan judul: Pengaruh pendidikan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan dan sikap siswa kelas 3 SMP Negeri 5 Sragen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah, tanya jawab, dan modul dapat meningkatkan pengetahuan remaja terhadap kesehatan reproduksi. Tingkat pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi sebelum menerima pendidikan kesehatan masih kurang, setelah menerima pendidikan kesehatan ada peningkatan pengetahuan. Siswa mempunyai sikap yang positif terhadap kesehatan reproduksi dan pendidikan kesehatan tidak mempunyai pengaruh terhadap sikap siswa.