BAB I PENDAHULUAN. Menurut Bloom (1966) prestasi belajar siswa mencakup tiga domain yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat biasanya mengartikan anak berbakat sebagai anak yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu modal pembangunan karena sasarannya

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal. Pendidikan sebagai sistem terdiri dari tiga komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilda Akmalia Fithriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan belajar dalam keluarga adalah merupakan lingkungan belajar yang pertama bagi anak untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian adapun pembahasan secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam dunia pendidikan dan juga dalam dunia nyata. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

I. PENDAHULUAN. suatu wadah yang disebut sebagai lenbaga pendidikan. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP dan MTs

(Skripsi) Oleh : Eka Ria Nanda Putri

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Sehingga diupayakan generasi muda dapat mengikuti setiap proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada SDM yang dimilikinya. Oleh karena itu setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Berikut tabel nilai ulangan terakhir siswa dengan KKM = 80. Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Ekonomi Siswa Kelas X Sos 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. dan bertaqwa, bersikap mulia dan berpengetahuan yang sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

Tatik Haryani, Bambang Priyo Darminto Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

OTAK DAN BERAGAM KECERDASAN

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB V PEMBAHASAN. pada mata pelajaran PAI di SDI Miftahul Huda Plosokandang. Tulungagung, dibuktikan dari perolehan nilai

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient )

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam aspek kehidupan

2016 PROGRAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSI SISWA BERBAKAT DI KELAS AKSELERASI SMA X MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kelas unggulan dalam arti secara umum merupakan kelas yang berisi anakanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Pada

BAB I PENDAHULUAN. baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. individu. Interaksi yang utama dan paling sering terjadi adalah interaksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sekolah yang tidak lepas dari cita-cita mencetak

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MEMBENTUK BUAH HATI MENJADI PRIBADI TANGGUH DAN PERCAYA DIRI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung

I. PENDAHULUAN. yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan UUD 1945, dinyatakan bahwa salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. kualitas seseorang. Semakin baik hasil belajar matematika yang dimiliki

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Bloom (1966) prestasi belajar siswa mencakup tiga domain yaitu kognitif, efektif, dan psikomotorik. Karakteristik kognitif siswa dipengaruhi oleh perhatian atau minat, persepsi pembelajaran, kreativitas, mendengarkan, ingatan, kesiapan transfers, intelegensi, dan gaya kognitif, yang merupakan faktor intern, sedangkan faktor ekstern meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat. Prestasi belajar di satuan pendidikan dinyatakan atau dituangkan dalam nilai rapor setiap semester. Seorang dikatakan sukses dalam pendidikan atau dalam proses pembelajaran apabila naik kelas dengan nilai yang bagus, mendapatkan peringkat yang baik. atau dengan kata lain seorang siswa dikatakan sukses apabila memiliki prestasi belajar yang baik. Diakui atau tidak prestasi belajar yang diperoleh siswa lebih menitikberatkan pada aspek kognitif, daripada aspek afektif maupun psikomotor. Selama lebih dari 100 tahun terakhir ini, kecerdasan kognitif dan perangkat untuk mengukurnya yaitu Intelligence Question (IQ) telah mendominasi pandangan masyarakat mengenai potensi manusia. Pada tahun 1905, pakar psikolog berkebangsaan Prancis, Alfred Binet bersama sejawatnya, pakar psikiatri Simon mengembangkan uji kecerdasann formal yang pertama. Dari hasil penelitiannya akhirnya diperoleh suatu cara mengelompokkan manusia berdasarkan kemampuan

mereka; yaitu ideot,imbisil, debil, normal, superior, gefted dan superior. Kemudian IQ dijadikan oleh sebagian besar orang sebagai faktor utama untuk menentukan kesuksesan seseorang. Di sebuah sekolah, jika siswa memiliki IQ yang tinggi di atas rata-rata, maka ia akan sukses mendapatkan prestasi belajar yang baik. Ditemukan beberapa fenomena yang kelihatan menyimpang dari teori tersebut di atas. Cukup banyak orang yang memiliki IQ di atas rata-rata, tetapi banyak di antara mereka tidak berhasil dalam kehidupan pribadi maupun dalam pekerjaan. Akhirnya pada tahun 1960-an, semakin banyak penelitian yanng mulai mempertanyakan keuntungan relatif dari faktor-faktor kognitif dan analisis sebagai ukuran kecerdasan menyeluruh. Hasil riset Gay Hendrick dan Kate Ludeman adalah konsultan manajemen senior mendapatkan persamaan dengan hasil beberapa peneletian mengenai kecerdasan manusia seperti karya Daniel Goleman (1995), Emotional Intelligence, dan sebuah konsep yang diajukan oleh Howard Gardner mengenai Multiple Intelligence, maupun wacana yang dikemukakan oleh pemikir New Age seorang ahli fisika sekaligus psikolog Danah Zohar dan suaminya Ian Marshall. Kesuksesan manusia dan juga kebahagiaannya, ternyata lebih terkait dengan beberapa kecerdasan selain IQ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% kesuksesan manusia lebih ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya (EQ), dan hanya 4% ditentukan oleh IQ-nya. Sisanya ditentukan oleh faktor-faktor lain. Akhirnya runtuhlah legenda IQ, legenda yang menitikberatkan kemampuan intelek manusia pada kemampuan

aritmetis, logis dan verbal. Intelek manusia jauh lebih luas dari pada yang disangka. Faktor lain yang diduga menjadi faktor penentu kesuksesan seseorang, keberhasilan siswa dalam belajar adalah tingkat spiritualitas yang dimilikinya atau dengan bahasa ilmiah kecerdasan spiritual (SQ). Seorang penganut agama yang baik, mereka mungkin lebih mudah memahami aspek-aspek kecerdasan spiritual. Seorang yang religius akan lebih mudah untuk mentransformasi derita menjadi bahagia, melihat kesatuan dalam keragaman. Dengan bahasa lain seseorang yang lebih religius, diharapkan lebih cerdas secara spiritual daripada orang yang tidak religius. Beberapa permasalahan yang terjadi di kalangan siswa SMA Al-Kautsar yang mungkin saling terkait antara manajemen kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, tingkat kecerdasan intelegensi dan prestasi belajarnya adalah sebagai berikut : 1. Data di kesiswaan menunjukkan bahwa 45% siswa SMA Al-Kautsar berasal dari Bandar Lampung dan 55% berasal dari luar Bandar Lampung. Kondisi ini menyebabkan bagi siswa yang berasal dari luar Kota Bandar Lampung harus tinggal bersama dengan saudaranya, tinggal di asrama atau indekost di rumah warga di sekitar sekolah. Siswa yang tidak pernah jauh dari orang tua dan keluarga akan berdampak secara psikologis, seperti tidak adanya ketenangan dalam belajar, salah dalam memilih teman bergaul, tidak mampu mengatur waktu dan keuangan. Siswa dalam kondisi ini biasanya kurang mampu mengontrol stabilitas emosinya. Kondisi ini dikhawatirkan akan terjadi penurunan prestasi belajar dan hal-hal lain yang tidak diinginkan.

2. Dilihat dari sisi ekonomi dan strata sosial orang tua siswa, sebagian besar orang tua siswa SMA Al-Kautsar berasal dari golongan ekonomi menengah ke atas. Sebanyak lebih dari 50% orang tua siswa berpenghasilan rata-rata setiap bulan di atas Rp 5.000.000,-. Demikian juga jika dilihat dari sisi tingkat pendidikan orang tua, hanya 10% orang tua siswa yang berpendidikan SD- SMA, 65% berpendidikan sarjana (S1), 20% berpendidikan S2 dan 5% berpendidikan S3 atau di antaranya sudah profesor. Jika kondisi ini bisa dimaksimalkan oleh siswa maka akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa, tetapi jika sebaliknya maka akan berpengaruh buruk. Fasilitas finansial, sarana dan prasarana dan kepercayaan yang diberikan oleh orang tua bisa disalahgunakan yang juga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Beberapa kasus yang terjadi pada siswa adalah pemberian fasilitas belajar yang berlebihan seperti kendaraan, lap top dan uang jajan yang berlebihan akan berdampak pada prilaku menyimpang berupa pelanggaran terhadap tata tertib sekolah. 3. Dilihat dari sisi motivasi orang tua siswa, ada sebagian orang tua yang menjadikan SMA Al-Kautsar sebagai tempat rehabilitasi prilaku anaknya. Kehidupan anak di rumah yang jauh dari nilai-nilai agama, kurang sopan santun dan lain sebagainya dengan disekolahkan di SMA Al-Kautsar maka anak akan menjadi anak yang sholih, taat beribadah, sopan dan santun, hormat dan patuh kepada orang tua. Harapan yang besar ini membuat orang tua memaksakan anaknya untuk sekolah di SMA Al-Kautsar meskipun sebenarnya anaknya tidak bersedia sekolah di SMA Al-Kautsar. Di satu sisi kehidupan orang tua sendiri di rumah kurang mendukung terhadap penegakan

nilai-nilai agama dan norma-norma tersebut. Orang tua menyerahkan sepenuhnya sekolah sebagai pembentuk dasar karakter anaknya. Akhirnya anak di rumah seperti anak yang selalu menurut kepada orang tua, tetapi di sekolah anak tersebut selalu membuat masalah seperti; memakai pakaian yang tidak sesuai dengan aturan sekolah maupun tidak sesuai dengan norma agama (khususnya siswa perempuan), susah diajak melakukan ibadah seperti sholat dan jauh dari nilai-nilai agama, sering melanggar tata tertib sebagai bentuk pemberontakan sehingga ia berharap bisa segera dikeluarkan atau dipindahkan ke sekoah lain. 4. Data yang ada di guru BP/BK, masih dijumpai kurang lebih 5% siswa yang memiliki pengetahuan, pemahaman dan tingkat pengamalan nilai-nilai keaagamaan (spiritualitas) sangat rendah, acuh terhadap ibadah dan sebagainya. 5. Sebagian siswa memiliki masalah di keluarganya masing-masing seperti berasal dari keluarga yang broken home, kurang mendapatkan perhatian, kasih sayang yang cukup dari orang tua. Kondisi ini mengakibatkan siswa tidak optimal dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah. 6. Selama penulis mengajar dan menjadi kepala sekolah, ada suatu fenomena yang unik yaitu nampak adanya kecenderungan atau indikasi empirik bahwa siswa yang relatif tidak mempunyai masalah baik dengan teman sebaya, dengan guru maupun dengan keluarga prestasi belajarnya sekilas lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai banyak masalah seperti tersebut di atas. Demikian juga siswa yang nampak lebih baik dalam tingkat

pelaksanaan peribadahan atau ketaatan kepada agamanya, mempunyai prestasi belajar yang relatif lebih baik. 7. Fenomena lain adalah beberapa siswa yang memiliki nilai tinggi pada saat mengikuti seleksi masuk menjadi siswa baru dan berhak masuk kelas utama, tetapi akhirnya harus terdegradasi dari kelas utama. Begitu juga siswa yang hasil tesnya tidak terlalu menonjol dan duduk di kelas reguler, akhirnya berhak masuk ke kelas utama karena memiiki prestasi belajar yang lebih baik. 8. Setiap tahun pada awal semester II seluruh kelas X diadakan tes psikologi untuk mengetahui minat, bakat serta tingkat kecerdasan intelegensi (IQ) siswa. Dari catatan tersebut, dijumpai beberapa kasus unik yaitu beberapa siswa yang memiliki IQ sedang atau di bawah rata-rata memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang ber-iq lebih tinggi. Dari data yang ada di BP/BK, ditemukan sebannyak 12% siswa yang memiliki IQ di atas 125 memiliki prestasi rendah, sebaliknya ada 7% siswa yang memiliki IQ di bawah 110 memiliki prestasi yang lebih baik. 9. Secara umum jika dilihat dari hasil ujian mid semester pertama tahun pelajaran 2009/2010 kelas XI IPA, hasilnya sangat bervariasi. Ada 60% siswa yang mendapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sedangkan 40% masih mendapatkan nilai di bawah KKM yang ditentukan. Dari 40% siswa tersebut, mereka harus mengikuti remidial sampai tuntas mendapatkan nilai di atas KKM. Ada yang sekali remidial langsung tuntas, ada yang dua kali bahkan ada yang tiga kali remidial baru dinyatakan tuntas.

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis ingin menggali secara lebih mendalam bahwa prestasi belajar siswa memiliki hubungan yang segnifikan dengan manajemen kecerdasan emosional (EQ) siswa dan manajemen kecerdasan spiritual (SQ) siswa. Untuk mengukur sejauh mana seseorang mampu mengelola kecerdasan emosinya dibutuhkan instrumen dengan mengacu kepada karakteristik kecerdasan emosi demikian juga dengan kecerdasan spiritual. Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian di atas dapat diketahui bahwa banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik. Termasuk faktor intriksik adalah ; minat belajar, motivasi belajar, manajemen waktu belajar, kondisi fisik, tingkat kecerdasan intelegensi (IQ), manajemen kecerdasan emosional (EQ), dan manajemen kecerdasan spiritual (SQ). Sedangkan faktor ekstrinsik siswa yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah ; teknik dan gaya mengajar guru, sikap guru, sarana dan prasarana belajar, lingkungan belajar, dan lain sebagainya. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat terindetifikasi permasalahan dalam penelitian yaitu sebagai berikut : 1) Sebagian siswa kurang optimal menjaga dan mengelola kecerdasan emosinya sehingga tidak memiliki kecerdasan emosional yang memadai. 2) Sebagian siswa belum mampu menampilkan perilaku yang islami atau religius sesuai dengan kaidah atau norma yang diberlakukan di sekolah.

3) Berdasarkan catatan kesiswaan yang ada pada guru BP/BK, masih dijumpai beberapa siswa yang memiliki IQ di atas rata-rata, ternyata prestasi belajarnya tidak sebagus jika dibandingkan dengan beberapa siswa yang IQnya lebih rendah. 4) Beberapa siswa yang memiliki IQ di bawah rata-rata (rata-rata IQ 114), ternyata justru memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki IQ di atas rata-rata. 5) Siswa dengan tingkat pengamalan Agama Islamnya yang lebih baik dari pada siswa lain, memiliki prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak peduli kepada pengamalan nilai-nilai agamanya. 1.3 Batasan Masalah Memperhatikan beberapa faktor yang diduga berpengaruh pada prestasi belajar siswa dan dari sekian banyak permasalahan-permasalahan yang ada khususnya di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung, akhirnya penulis hanya membatasi pada 3 hal yaitu pengaruh menajemen kecerdasan emosional (EQ), kecerdaan spiritual (SQ) siswa dan tingkat kecerdasan intelegensi (IQ) belajar terhadap prestasi belajar siswa. 1.4 Rumusan Masalah Dari batasan masalah tersebut akhirnya peneliti dapat dirumuskan permasalahan yang ada yaitu : 1) Apakah manajemen kecerdasan emosional berpengaruh positip dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa?

2) Apakah manajemen kecerdasan spiritual berpengaruh positip dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa? 3) Apakah tingkat kecerdasan intelegensi berpengaruh positip dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa? 4) Apakah manajemen kecerdasan emosional berhubungan dengan manajemen kecerdasan spiritual siswa? 5) Apakah manajemen kecerdasan emosional dan manajemen kecerdasan spiritual berpengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang penulis maksudkan adalah : 1) Untuk mendeskripsikan pengaruh manajemen kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa. 2) Untuk mendeskripsikan pengaruh manajemen kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa. 3) Untuk mendeskripsikan pengaruh tingkat kecerdasan intelegensi terhadap prestasi belajar siswa. 4) Untuk mendeskripsikan hubungan manajemen kecerdasan emosional dengan manajemen kecerdasan spiritual. 5) Untuk mendeskripsikan pengaruh manajemen kecerdasan emosional dan manajemen kecerdasan spiritual secara bersama-sama terhadap prestasi belajar siswa.

1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak.antara lain: Secara teoretis, kegunaan penelitian ini adalah : 1) Memperkaya khasanah teori yang sudah diperoleh melalui penelitian lain sebelumnya. 2) Menyajikan kajian-kajian psikologis tentang manajemen kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelegensi untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. 3) Menyajikan kajian bidang manajemen pendidikan khususnya di sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran 4) Memberikan peluang peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang hal yang sama dengan menggunakan teori-teori lain yang belum digunakan dalam penelitian ini. Secara empirik, penelitian ini berguna: 1) Bagi guru di sekolah untuk (1) meningkatkan proses pembelajaran di kelas, (2) membimbing dan mengarahkan siswa dalam meningkatkan kualitas manajemen kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan tingkat kecerdasan intelegensi (3) meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memperhatikan kondisi EQ, SQ, dan IQ dan (4) menerapkan berbagai alternatif upaya peningkatan prestasi belajar siswa 2) Bagi siswa, dapat menjadi bahan pertimbangan dan motivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

3) Bagi orang tua, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk memberikan perlakuan terbaik untuk putra-putrinya di rumah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 4) Bagi sekolah atau Yayasan Al Kautsar, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi atau bahan pertimbangan dalam menyeleksi siswa baru dan untuk mengadakan kegiatan pengembangan diri bagi siswa.