BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN FUNCTION GENERATOR DENGAN FREKUENSI 0,1HZ ~ 2MHZ. Oleh Vinlux Maria NIM:

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Strain Gauge

BAB II DASAR TEORI. tertarik dalam menciptakan objek atau lingkungan yang interaktif.

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

LEMBAR KERJA V KOMPARATOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Untai Hard Clipping Aktif

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

BAB II LANDASAN TEORI. berinteraksi dengan mudah dan interaksi dengan masyarakat umum juga menjadi

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konversi energi dari cahaya matahari menjadi energi listrik dilakukan oleh

BAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009

BAB II LANDASAN TEORI

Penguat Inverting dan Non Inverting

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

PENGENALAN ARDUINO. SPI : 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK). Pin-pin ini mensupport komunikasi SPI menggunakan SPI library.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, dimana

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. ACS712 dengan menggunakan Arduino Nano serta cara kerjanya.

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C.

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Agustus

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

ANALOG TO DIGITAL CONVERTER

Sistem Tertanam. Pengantar Atmega328 dan Arduino Uno. Dennis Christie - Universitas Gunadarma

5. BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. mendeteksi gejala perubahan suhu pada objek tertentu. Sensor suhu

BAB II LANDASAN TEORI

PEMBUATAN PROTOTIPE ALAT PENDETEKSI LEVEL AIR MENGGUNAKAN ARDUINO UNO R3

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2015 sampai dengan Mei 2015,

EKSPERIMEN VIII PEMBANGKIT GELOMBANG (OSILATOR)

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol)

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ketepatan masing-masing bagian komponen dari rangkaian modul tugas akhir

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Perancangan Sistim Elektronika Analog

BAB II LANDASAN TEORI

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi

BAB II LANDASAN TEORI. pada itu dapat juga dijadikan sebagai bahan acuan didalam merencanakan suatu system.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II DASAR TEORI Diagram Alir

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI C-V METER BERBASIS SoC C8051F350

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler Arduino Uno. 2.1. Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini membahas spesifikasi dari function generator yang telah ada pada laboratorium. Function generator yang digunakan adalah seri GFG-813. Pada function generator ini terdapat tiga pilihan gelombang berupa sinus, segitiga dan kotak. Terdapat tiga step pengaturan atenuasi (-20dB, -40dB dan -60dB). Selain itu terdapat pengaturan tegangan DC offset sebesar -10V sampai dengan 10V. Terdapat pula pengaturan amplitudo sampai dengan 20Vpp dengan jangkauan frekuensi 0,1Hz sampai dengan 13MHz[2]. GFG-813 yang dimiliki Lab Elektronika Dasar seharga Rp. 2.500.000,00. Maka atas dasar pertimbangan segi ekonomi dibuatlah sebuah function generator dengan spesifikasi yang mendekati GFG-813 dengan harga yang relatif lebih murah. Pada skripsi ini penulis lebih menekankan pada kegunaan alat sebagai penunjang praktikum elektronika pada Laboratorium Elektronika FTEK-UKSW sedangkan GFG-813 dirancang dengan tujuan menguji banyak macam rangkaian untuk praktikum sampai dengan industri. 2.2. Function Generator Function generator merupakan salah satu alat uji coba yang digunakan untuk menghasilkan gelombang tegangan listrik dengan frekuensi tertentu. Tujuan utama function generator adalah sebagai masukan pada sebuah rangkaian untuk tujuan pengujian. Pengguna akan mengamati sinyal dengan berbagai aspek pada rangkaian dengan menggunakan osiloskop, spectrum analyzer, atau alat uji lainnya. Function generator 4

umumnya menghasilkan gelombang segitiga sebagai dasar dari semua output-nya. Gelombang segitiga ini dihasilkan oleh proses pengisian dan pengosongan kapasitor secara berulang-ulang dari sumber arus konstan. Hal ini menyebabkan tegangan menanjak dan menurun secara linier. Ketika tegangan output mencapai batas atas dan batas bawah, proses pengisian dan pengosongan dibalik mengunakan komparator dan menghasilkan gelombang segitiga linier. Dengan arus dan nilai kapasitor yang bervariasi maka frekuensi yang berbeda dapat dihasilkan[3]. Function generator terdiri atas sebuah pengatur atenuasi, pengatur amplitudo, pengatur duty cycle, dan pengatur tegangan DC offset. 2.3. Osilator Osilator adalah suatu rangkaian yang menghasilkan keluaran yang amplitudonya berubah-ubah secara periodik dengan waktu. Keluaran dari osilator dapat berupa gelombang sinus, gelombang persegi, gelombang pulsa, gelombang segitiga atau gelombang gigi gergaji[4]. Frekuensi kerja atau frekuensi osilasi rangkaian osilator gelombang segitiga ditentukan oleh waktu proses pengisian dan pengosongan kapasitor. Gambar 2.1. Rangkaian dan Bentuk Gelombang Output Rangkaian Osilator Gelombang Segitiga[4]. Pada saat tegangan sumber pertama kali diberikan pada rangkaian osilator gelombang segitiga di atas, output rangkaian Schmitt trigger akan berada pada kondisi 5

jenuh positif atau negatif. Apabila diasumsikan kondisi output pada output Schmitt trigger adalah jenuh positif maka arus listrik mengalir melalui kapasitor C melalui resistor R 1 pada titik A kondisi jenuh positif tersebut. Ketika muatan listrik mulai tersimpan di kapasitor, tegangan dari kedua sisi dan kapasitor mulai naik. Karena jalur input inverting dari IC 2 adalah sekitar 0V, maka tegangan output (titik B) dari rangkaian integrator turun secara bertahap. Tegangan pada titik C juga turun ketika tegangan dari titik B mulai turun. Persentase penurunan tergantung pada rasio resistor R 2 dan R 3. Ketika tegangan titik C turun di bawah 0V, maka tegangan output pada titik A Schmitt trigger berubah ke minus dengan cepat. Agar tegangan dari titik C turun dibawah 0V maka dibutuhkan nilai R 2 lebih besar dari R 3. Kemudian aliran arus reverse dari kapasitor ke titik A melalui R 1. Dengan kondisi ini, tegangan pada titik B naik secara bertahap. Ketika tegangan dari titik C melebihi 0V maka output titik A Schmitt berubah menjadi positif dengan cepat sehingga membuat perubahan pada titik B ke arah negatif[4]. Proses tersebut berulang terus menerus hingga terbentuk sinyal output gelombang segitiga pada titik B (output 1) dan gelombang kotak pada titik A (output 2) pada rangkaian osilator gelombang segitiga di atas. Sedangkan untuk mengubah gelombang tegangan segitiga menjadi tegangan sinus maka diperlukan sine shapper. Proses sine shaping ini dapat menggunakan diode wave shaping. Gelombang segitiga diasumsikan memiliki amplitudo relatif sebesar 1,5. Untuk 0º sampai dengan 30º gelombang sinus akan mengikuti ramp pada gelombang segitiga. Sedangkan untuk 30º sampai dengan 60º kemiringan gelombang akan menurun sehingga gelombang sinus menaik hanya 0,866[5]. 6

Gambar 2.2. PWL Transfer Function[5]. Rangkaian dioda pada Gambar 2.3 menggambarkan bagaimana gelombang yang diinginkan dibentuk. Tegangan input merupakan gelombang tegangan segitiga. Untuk mempermudah maka penurunan tegangan pada dioda diabaikan. Ketika dioda dalam kondisi reverse bias dan V O sama dengan V, maka tegangan keluaran akan mengikuti ramp. Misalkan V 1 lebih kecil dari V 2 adalah 0,5V. Kemudian ketika tegangan input mencapai 0,5V, D 1 mulai menghantarkan[5]. Gambar 2.3. Rangkaian Positive Half-Cycle[5]. Tegangan keluaran dinyatakan dengan: V o pada D1 = 0,5 + V 0,5 R 1 1+R 1 (2.1) 7

Gambar 2.4. Rangkaian Diode Wave Shaping[5]. Sepasang dioda pertama pada bagian sebelah kiri dari Gambar 2.4 menghasilkan bentuk gelombang sinus bagian positif sedangkan untuk bagian sebelah kanan menghasilkan bentuk gelombang sinus bagian negatif seperti Gambar 2.5. Gambar 2.5. Transformasi Gelombang Segitiga ke Gelombang Sinus[5]. Untuk mengubah gelombang tegangan segitiga menjadi gelombang tegangan kotak maka digunakanlah rangkaian komparator. Sebuah komparator akan membandingkan dua tegangan atau arus. Komparator memiliki dua masukan analog V + atau V IN dan V - atau sebagai V REF dan keluaran berupa V o. Idealnya keluaran komparator adalah: V o = +V cc, jika V IN > V REF V cc, jika V IN < V REF (2.2) Rangkaian dasar komparator op-amp dapat digunakan untuk mendeteksi baik positif dan negatif tegangan masukan tergantung masukan dari amplifier yang dikoneksikan pada tegangan referensi. Sebagai contoh seperti rangkaian pada Gambar 2.6 dimana terdapat rangkaian komparator non-inverting yang mendeteksi ketika masukan sinyal, V IN diatas atau bernilai lebih positif dari pada V REF sehingga menghasilkan keluaran seperti pada Gambar 2.7[6]. 8

Gambar 2.6. Rangkaian Komparator Non-Inverting[6]. Pada rangkaian komparator non-inverting, tegangan referensi dihubungkan pada input inverting dari op-amp dengan sinyal masukan terhubung pada bagian masukan noninverting. Ketika V IN lebih besar nilainya dari V REF, maka keluaran dari komparator op-amp akan bernilai V CC. Sedangkan apabila V IN bernilai lebih kecil dari V REF maka keluaran komparator op-amp akan mengubah kondisi dan bersaturasi pada sumber tegangan negatif atau pada rangkaian Gambar 2.6 bernilai 0V [6]. Gambar 2.7. Masukan dan Keluaran dari Rangkaian Komparator Non-Inverting[6]. 9

2.5. MAX038 MAX038 merupakan sebuah komponen yang menghasilkan frekuensi dari 0,1Hz ~ 2MHz yang presisi dengan varian gelombang tegangan sinus, segitiga, dan kotak. Amplitudo yang dihasilkan oleh MAX038 adalah konstan 2V pp untuk semua gelombang tegangan. Oleh karena itu, MAX038 dianggap sangat cocok untuk membuat sebuah function generator. MAX038 memiliki keunggulan karena memiliki fasilitas pengaturan duty cycle dari 15% sampai dengan 85% dan memiliki impedansi keluaran sebesar 50Ω[7]. Untuk memilih jenis gelombang yang digunakan dapat menggunakan logika CMOS pada pin A 0 dan pin A 1 pada MAX038. Tabel 2.1. Logika CMOS Pemilihan Gelombang. A 0 A 1 Gelombang X 1 Sinus 0 0 Kotak 1 0 Segitiga Gambar 2.8 High Frequency Wave Generator Max038 [7]. Jangkauan frekuensi dapat diatur dengan memasang kapasitor (C f ) di antara pin COSC dan pin GND. Osilasi pada kaki-kaki tersebut dipicu oleh pengisian dan pengosongan dari C f, sedangkan pengisian dan pengosongan pada C f dikontrol oleh arus 10

yang melewati pin IN dan dimodulasikan oleh tegangan pada pin FADJ dan DADJ. Arus pada I IN dapat bervariasi antara 2µA sampai dengan 750µA. ketika V FADJ bernilai 0V, maka frekuensi output (f o ) dapat ditentukan dengan Persamaan 2.3[7]. dengan: f o = I IN C f (2.3) I IN C f f o = arus yang melewati I IN (antara 2µA sampai dengan 750µA) = kapasitor yang terhubung pin CSOC dan GND (F) = frekuensi output (Hz) Sedangkan pada kondisi loop tertutup, amplifier dengan masukan tegangan offset kurang dari ±2mV. I IN dapat dialirkan oleh sumber arus I IN ataupun oleh tegangan IN (V IN ) yang diseri dengan sebuah resistor (R IN ), resistor antara REF dan I IN akan menghasilkan Persamaan 2.4. I IN = V REF R IN (2.4) Dengan menggunakan sumber tegangan yang diseri dengan sebuah resistor maka persamaan untuk frekuensi osilator menjadi: dengan: f o = V IN R IN C f (2.5) f o V IN R IN C f = frekuensi output (Hz) = tegangan pada pin IN (V) = resistor pada pin IN (Ω). = kapasitor yang terhubung pada pin COSC dan pin GND (F) Pengaturan duty cycle dapat dilakukan dengan mengatur tegangan pada pin DADJ. Pada kondisi normal V DADJ bernilai 0V, oleh karena itu duty cycle bernilai 50%. Namun dengan bervariasinya tegangan pada V DADJ ± 2,3V maka menyebabkan duty cycle bervariasi antara 15% sampai dengan 85%[7]. 11

Gambar 2.9. Rangkaian Pengatur Duty Cycle[7]. Pada Gambar 2.9 dapat dilihat bahwa untuk mengatur duty cycle maka V DADJ diberi tegangan bervariasi dengan menggunakan sebuah rangkaian penguat inverting dan buffer[7]. Tegangan pada DADJ yang dibutuhkan untuk mengatur duty cycle dirumuskan dalam persamaan: V DADJ = (50% dc) 0,057 (2.6) maka: dc = 50% (V DADJ 17,4) (2.7) dimana: V DADJ = tegangan pada pin DADJ (V) dc = duty cycle (%) 2.5. Rangkaian Operasional Amplifier Rangkaian operasional amplifier yang banyak digunakan pada tugas akhir ini adalah rangkaian penguat inverting, penguat non inverting dan buffer. Rangkaian penguat inverting pada Gambar 2.10 memiliki banyak variasi kegunaan. Pada umumnya rangkaian ini digunakan sebagai penguat operasional. Rangkaian single ended input and output merupakan rangkaian pertama yang digunakan dan menjadi basis pada perhitungan analog[8]. 12

Gambar 2.10. Rangkaian Penguat Inverting[8]. V o V i = R o R i (2.8) Perbandingan nilai R o dan R i mengakibatkan pelemahan atau penguatan pada keluaran pada Gambar 2.10. Tanda negatif pada Persamaan 2.8 mengindikasikan adanya inversi pada keluaran sinyal[8]. Rangkaian buffer merupakan rangkaian yang menghasilkan tegangan output sama dengan tegangan masukannya. Fungsi dari rangkaian buffer pada peralatan elektronik adalah sebagai penyangga dimana prinsip dasarnya adalah penguatan arus tanpa terjadi penguatan tegangan. Rangkaian buffer dari op-amp sangat sederhana karena tidak memerlukan komponen tambahan pada konfigurasinya[8]. Gambar 2.11. Rangkaian Buffer[8]. Dengan metode hubung singkat antara jalur input inverting dan jalur output operasional amplifier maka diperoleh perhitungan matematis: V o V i (2.9) 13

dimana: Sehingga diperoleh nilai penguatan tegangan (A v ): A v = V o V i = 1 (2.10) V o V i R o R 1 A v = tegangan keluaran (V) = tegangan masuk (V) = resistor umpan balik (Ω) = resistor masukan (Ω) = bati penguatan Dari persamaan di atas terlihat bahwa rangkaian buffer di atas tidak memiliki bati penguatan. Sehingga penguat operasional dengan konfigurasi seperti Gambar 2.11 berfungsi sebagai penyangga dengan penguatan 1[8]. 2.6. Arduino Uno Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer fungsional dalam sebuah chip. Di dalamnya terkandung sebuah inti prosesor, memori, dan perlengkapan input-output. Salah satu mikrokontroler yang digunakan adalah Arduino. Arduino adalah perangkat elektronik open source yang di dalamnya terdapat komponen utama, yaitu sebuah chip mikrokontroler dengan jenis AVR dari perusahaan Atmel[9]. Arduino Uno merupakan mikrokontroler dengan basis ATMEGA328P yang memiliki 14 kaki digital input/output (dimana 6 kaki dapat digunakan sebagai keluaran PWM), 6 input analog, clock speed 16MHz, koneksi USB, header ICSP, dan tombol reset. Dari segi memori Arduino Uno memiliki flash memory untuk menyimpan kode sebesar 32kB, SRAM 2kB, dan EEPROM 1kB[9]. 14

Gambar 2.12. Board Arduino Uno[9]. Pada Gambar 2.12 merupakan susunan konfigurasi pin pada mikrokontroler Arduino Uno, berikut adalah penjelasan fungsi masing masing tersebut: 1. Voltage In adalah masukan digital voltage supply. 2. Ground Pins adalah pin ground. 3. Serial: 0 (RX) dan 1 (TX) digunakan untuk menerima (RX) dan mengirimkan (TX) data serial TTL. 4. Interupsi Eksternal: 2 dan 3. Pin ini di konfigurasikan untuk memicu interrupt pada nilai yang rendah. 5. PWM: 3,5,6,9,10, dan 11. Menyediakan 8-bit output PWM dengan fungsi analogwrite(). 6. SPI: 10(SS), 11(MOSI), 12(MISO), 13(SCK). Pin ini mendukung komunikasi SPI menggunakan library SPI. 7. LED: 13. Terdapat LED pin digital 13 pada board. Ketika pin bernilai tinggi (HIGH), LED menyala (ON), ketika pin bernilai rendah (LOW), LED akan mati (OFF). 8. Arduino Uno memiliki 6 input analog, berlabel A 0 sampai A 5 yang masingmasing menyediakan 10 bit resolusi (yaitu 1024 nilai yang berbeda). 15

9. RESET. Jalur LOW ini digunakan untuk me-reset (menghidupkan ulang) mikrokontroler. Jalur ini biasanya digunakan untuk menambahkan tombol reset pada shield yang menghalangi papan utama Arduino. 16