Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes eegypti di Kelurahan Batua Kota Makassar Tahun 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK AEDES AEGYPTI DENGAN KEBERADAAN LARVA DI KELURAHAN KASSI-KASSI KOTA MAKASSAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

: Suhu, Kelembaban, Perilaku Masyarakat dan Keberadaan jentik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay


BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR RISIKO PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN HELVETIA TENGAH MEDAN TAHUN 2005

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN DENGAN KEBERADAAN JENTIK Aedes aegypti DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

SKRIPSI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP JUMANTIK KECIL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PELATIHAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI MIN KETITANG

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

Fajarina Lathu INTISARI

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

SARANG NYAMUK DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DI DESA KLIWONAN MASARAN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. serotype virus dengue adalah penyebab dari penyakit dengue. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Keadaan rumah yang bersih dapat mencegah penyebaran

HUBUNGAN PERILAKU 3M DENGAN KEBERADAAN JENTIK NYAMUK DI DUSUN TEGAL TANDAN, KECAMATAN BANGUNTAPAN, KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp.

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

Al-Sihah : Public Health Science Journal. Sulaemana Engkeng 1, Roy Max Dotulong Mewengkang 2

Peran Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit dan Penularan Demam Berdarah Dengue

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya ini cenderung menurun bersamaan dengan terus membaiknya

13 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Dinas Kesehatan Provinsi Bali 2) Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar 3) Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Denpasar *)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

Transkripsi:

Al-Sihah : Public Health Science Journal 50-62 Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes eegypti di Kelurahan Batua Kota Makassar Tahun 2015 Abd. Gafur 1, Muh. Saleh Jastam 2 1 Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI 2 Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar ABSTRAK Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang biasa disebut Dengue Haemorragic Fever (DHF) merupakan masalah utama penyakit menular di berbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR) DBD meningkat dengan pesat di seluruh belahan dunia. Jumlah kasus cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas, sehingga pada tahun 1994 DBD telah tersebar keseluruh Provinsi di Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi DBD antara lain faktor host, lingkungan, geografi, curah hujan, angin, kelembaban, musim dan kondisi demografi seperti kepadatan penduduk, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi penduduk, serta vaktor agentnya sendiri virus dengue. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor yang Berhubungan dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Batua Kota Makassar Tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah tangga di Kelurahan Batua. Teknik pengambilan sampel yaitu Quota Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 100. Metode analisi data dengan uji kolerasi chi-square. Hasil penelitian diperoleh bahwa faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban tidak ada hubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti karena nilai p>α=0.05, faktor perilaku hanya pengetahuan yang berhubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti dengan p=0.003 <α=0.05 sedangkan faktor tempat penampungan air (TPA) berdasarkan karakteristik hanya warna TPA yang berhubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti dengan p=0.003 <α=0.05. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya yang meneliti tentang Nyamuk Aedes aegypti disarankan mengambil beberapa faktor lainnya yang memungkinkan nyamuk Aedes aegypti ini untuk berkembangbiak. Kata kunci: Suhu, Kelembaban, Pengetahuan, Sikap, Tindakan, PSN, tempat penampungan air (TPA) dan keberadaan jentik. PENDAHULUAN Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat sampai saat ini. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh kondisi sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah demam berdarah dengue, selanjutnya menyebar keberbagai negara. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai Alamat Korespondensi: ISSN-P : 2086-2040 Gedung FKIK Lt.1 UIN Alauddin Makassar ISSN-E : 2548-5334 Email: alejastam@gmail.com Volume 7, Nomor 1, Januari-Juli 2015

51 AL-SIHAH VOLUM E VI, NO. 2, JU LI DESEMBER 2014 negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Achmadi, 2011). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang biasa disebut Dengue Haemorragic Fever (DHF) merupakan masalah utama penyakit menular di berbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR) DBD meningkat dengan pesat di seluruh belahan dunia. Diperkirakan 50 juta orang terinfeksi DBD setiap tahunnya dan 2,5 miliar (1/5 penduduk dunia) orang tinggal di daerah endemic DBD. Demam Berdarah Dengue pertama kali ditemukan di Asia Tenggara yaitu di Filipina pada tahun 1954, selanjutnya menyebar ke beberapa negara Asia lainnya seperti Thailand tahun 1958, Vietnam Utara tahun 1958, Singapura tahun 1960, Laos tahun 1962, dan India tahun 1963 (WHO, 2010). Kasus DBD di Indonesia pada tahun 2011 sejumlah 65.432 penderita, dan yang meninggal adalah 595 jiwa dari total jumlah penduduk Indonesia yaitu 241.182.182 jiwa yang meliputi 495 kabupaten/kota yang terjangkit kasus ini (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2011). Penyebab meningkatnya jumlah kasus dan semakin bertambahnya wilayah terjangkit antara lain karena semakin baiknya transportasi penduduk dari satu daerah ke daerah lain, adanya pemukiman-pemukiman baru, penyimpananpenyimpanan air tradisional yang masih dipertahankan dan perilaku masyarakat terhadap pembersihan sarang nyamuk yang masih kurang. Hal ini dapat dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Indah, dkk (2011) yang menemukan bahwa masih rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap upaya pencegahan DBD berpengaruh pada sikap dan perilaku masyarakat atau terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perilaku responden dalam pencegahan DBD. Rosdiana (2010) dalam penelitiannya juga membuktikan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku dengan pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti. Menurut laporan dari Subdin P2&PL Sulawesi Selatan tahun 2007 jumlah kasus Demam Berdarah sebanyak 5.333 kasus dan jumlah kasus yang terbesar berada di kab.bone (1030) kasus, menyusul Kota Makassar (452) kasus, Kab. Bulukumba (376) kasus, Kab.Pangkep (358) kasus. Data yang bersumber dari Bidang P2PL Dinas Kesehatan Kota Makassar menunjukkan terjadinya penurunan kasus DBD yang signifikan dari 255 kasus tahun 2009 menjadi 182 kasus pada tahun 2010, dengan Angka Bebas Jentik (ABJ) meningkat dan tahun 2009 sebesar 78% menjadi 79,96 % pada tahun 2010. Walaupun terjadi penurunan kasus, namun Kota Makassar masih menjadi wilayah endemis demam berdarah (Dinkes Kota Makassar, 2010).

VOLUM E VI, NO. 2, JU LI DESEMBER 2014 AL-SIHAH 52 Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,1000 karena p>ɑ = 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara kelembaban udara dengan keberadaan Jentik nyamuk Aedes aegypti Tabel 3. menunjukkan bahwa untuk p<ɑ = 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan responden tentang PSN dengan keberadaan Jentik nyamuk Aedes aegypti. Tabel 4. menunjukkan bahwa untuk sampel ada jentik dengan sikap responden Tabel 1. Hubungan Suhu udara dengan keberadaan Jentik nyamuk Aedes aegypti di rumah responden Kelurahan Batua Kota Makassar Tahun 2015 Suhu Udara Keberadaan jentik Ada Tidak ada Total N % n % n % p Tidak memenuhi syarat 25 49,0 26 51,0 51 100 Memenuhi syarat 28 57,1 21 42,9 49 100 Total 53 53,0 47 47,0 100 100 0,431 Sumber : Data Primer, 2015 sampel ada jentik dengan pengetahuan responden tentang PSN yang baik sebanyak 38 (65,5%), pengetahuan responden tentang PSN yang sedang sebanyak 10 (29,4%) dan pengetahuan responden tentang PSN yang kurang sebanyak 5 (62,5%) sedangkan sampel tidak ada jentik dengan pengetahuan responden tentang PSN yang baik sebanyak 20 (34,5%), pengetahuan responden tentang PSN yang sedang sebanyak 24 (70,6%) dan pengetahuan responden tentang PSN yang kurang sebanyak 3 (37,5%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi- Square diperoleh nilai p = 0,003 karena tentang PSN yang positif sebanyak 40 (52.6%) dan sikap responden tentang PSN yang negatif sebanyak 13 (54.2%) sedangkan sampel tidak ada jentik dengan sikap responden tentang PSN yang positif sebanyak 36 (47,4%) dan sikap responden tentang PSN yang negatif sebanyak 11 (45,8%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi- Square diperoleh nilai p = 0,1000 karena p>ɑ = 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara sikap responden tentang PSN dengan keberadaan Jentik nyamuk Aedes aegypti. Tabel 5. menunjukkan bahwa untuk

53 AL-SIHAH VOLUM E VI, NO. 2, JU LI DESEMBER 2014 sampel ada jentik dengan tindakan responden tentang PSN yang baik sebanyak 35 (52,2%), tindakan responden tentang PSN yang sedang sebanyak 16 (51,6%) dan tindakan responden tentang PSN yang kurang sebanyak 2 (100%) sedangkan sampel tidak sebanyak 73 (44,5%) sedangkan sampel tidak ada jentik dengan TPA warna gelap sebanyak 50 (76,9%) dan TPA warna terang sebanyak 91 (55,5%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi- Square diperoleh nilai p = 0,003 karena Tabel 2. Hubungan kelembaban udara dengan keberadaan Jentik nyamuk Aedes aegypti di rumah responden Kelurahan Batua Kota Makassar Tahun 2015 Kelembaban Udara Tidak memenuhi syarat Keberadaan jentik Ada Tidak ada Total N % n % n % 21 52,5 19 47,5 40 100 p Memenuhi syarat 32 53,3 28 46,7 60 100 Total 53 53,0 47 47,0 100 100 0,1000 Sumber : Data Primer, 2015 ada jentik dengan tindakan responden tentang PSN yang baik sebanyak 32 (47,8%), tindakan responden tentang PSN yang sedang sebanyak 15 (48,8%) dan tindakan responden tentang PSN yang kurang dengan hasil 0 (0%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi- Square diperoleh nilai p = 0,404 karena p>ɑ = 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara tindakan responden tentang PSN dengan keberadaan Jentik nyamuk Aedes aegypti. Tabel 6. menunjukkan bahwa untuk sampel ada jentik dengan TPA warna gelap sebanyak 15 (23,1%) dan TPA warna terang p<ɑ = 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara warna TPA dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. PEMBAHASAN Setelah dipaparkan mengenai Suhu udara pada distribusi suhu udara didapatkan hasil bahwa untuk sampel ada jentik dengan suhu udara yang tidak memenuhi syarat sebanyak 25 (49,0%) dan suhu udara yang memenuhi syarat sebanyak 28 (57,1%) sedangkan sampel tidak ada jentik dengan suhu udara yang tidak memenuhi syarat sebanyak 26 (51,0%) dan suhu udara yang memenuhi syarat sebanyak 21 (42,9%).

VOLUM E VI, NO. 2, JU LI DESEMBER 2014 AL-SIHAH 54 Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p= 0,431 karena p>ɑ= 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara suhu udara dengan keberadaan Jentik nyamuk Aedes aegypti. Tidak adanya hubungan tersebut bisa hubungan yang signifikan antara suhu udara dengan keberadaan jentik menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara suhu udara dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Wonokusumo. (Sungkar,1993; Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Responden tentang PSN dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Batua Kota Makassar Tahun 2015 Pengetahuan PSN Keberadaan jentik Ada Tidak ada Total N % n % n % p Baik 38 65,5 20 34,5 58 100 Sedang 10 29,4 24 70,6 34 100 Kurang 5 62,5 3 37,5 8 100 Total 53 53,0 47 47,0 100 100 0,003 Sumber : Data Primer, 2015 diketahui dari beberapa hal seperti dikarenakan adanya perubahan suhu cuaca yang mempengaruhi ruangan rumah serta pada saat pelaksanaan penelitian yang memungkinkan keterbatasan dan kesalahan saat melaksanakan pengukuran. Hal ini sejalan dengan penelitian Ika Novitasari (2013) Hasil uji statistik Chi- Square tentang hubungan antara suhu udara dengan keberadaan jentik penular DBD dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai sebesar 0,597 atau lebih besar dari nilai α = 0,05 artinya Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan tentang tidak adanya Nugraha Mardiyani). Rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25-27 C.Tidak adanya hubungan dikarenakan suhu udara tidak berhubungan langsung dengan jentik, atau dapat dikatakan suhu udara berhubungan langsung dengan pertumbuhan nyamuk bukan dengan jentiknya (Yudastuti, 2005). Hubungan Kelembaban Udara dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti Hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan batua terkait kelembaban dengan keberadaan jentik menunjukkan bahwa untuk sampel ada jentik dengan kelembaban udara yang tidak memenuhi

55 AL-SIHAH VOLUM E VI, NO. 2, JU LI DESEMBER 2014 syarat sebanyak 21 (52,5%) dan kelembaban udara yang memenuhi syarat sebanyak 32 (53,3%) sedangkan sampel Tidak ada jentik dengan kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat sebanyak 19 (47,5%) dan Kelembaban udara yang dilakukan dengan Zaenal (2013) Hasil uji statistik Chi-Square tentang hubungan antara kelembaban udara dengan keberadaan jentik penular DBD diperoleh nilai p sebesar 0,0001 atau lebih kecil dari nilai α = 0,05 artinya Ho ditolak dan Ha Tabel 4. Hubungan sikap Responden tentang PSN dengan keberadaan Jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Batua Kota Makassar Tahun 2015 Keberadaan jentik Sikap PSN Ada Tidak ada Total N % n % n % p Positif 40 52,6 36 47,4 76 100 Negatif 13 54,2 11 45,8 24 100 Total 53 53,0 47 47,0 100 100 0,1000 Sumber : Data Primer, 2015 memenuhi syarat sebanyak 12 (46,7%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,1000 karena p>ɑ = 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara Kelembaban udara dengan keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti. Begitupun kelembaban yang tidak berhubungan dengan keberadaan jentik adanya faktor penghambat atau keselahan dalam pengukuran dimana hasil yang ditemukan sekitar 60 rumah memenuhi syarat kelembaban namun pada saat uji statistik tidak ditemukan hubungan antara keduanya. Hal ini Berbeda dengan penelitian yang diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelembaban dengan keberadaan jentik nyamuk penular DBD. Menurut hasil pengukuran kelembaban udara, diketahui bahwa kelembaban rumah responden menunjukkan kategori baik bagi perkembangan jentik nyamuk ( kelembaban 60-80%) sebesar 60,0% lebih besar dibandingkan dengan rumah responden yang kurang baik bagi perkembangbiakan jentik nyamuk yakni 40,0%. Kelembaban yang baik bagi perkembangbiakan jentik nyamuk berkisar antara 60%-80%, semakin tinggi nilai kelembaban yakni 100% maka

VOLUM E VI, NO. 2, JU LI DESEMBER 2014 AL-SIHAH 56 rumah itu akan semakin lembab dan semakin rendah kelembaban yakni dibawah 60%-70% maka akan terlalu kering (Yudasturi, 2005). Pada kelembaban udara yang rendah akan menyebabkan penguapan air di dalam tubuh Aedes aegypti yang akan mengakibatkan keringnya cairan sampel ada jentik dengan pengetahuan responden tentang PSN yang baik sebanyak 38 (65,5%), pengetahuan responden tentang PSN yang sedang sebanyak 10 (29,4%) dan pengetahuan responden tentang PSN yang kurang sebanyak 5 (62,5%) sedangkan sampel tidak ada jentik dengan Tabel 5. Hubungan Tindakan Responden tentang PSN dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Batua Kota Makassar Tahun 2015 Tindakan PSN Keberadaan jentik Ada Tidak ada Total N % n % n % p Baik 35 52,2 32 47,8 67 100 Sedang 16 51,6 15 48,8 31 100 Kurang 2 100 0 0 2 100 0,404 Total 53 53,0 47 47,0 100 100 Sumber : Data Primer, 2015 tubuh nyamuk. Oleh karena itu salah satu musuh nyamuk dewasa adalah penguapan. Rata-rata kelembaban udara yang optimal bagi perkembangan jentik nyamuk Aedes aegypti berkisar antara 60-80%. (Azhari, 2004) Hubungan Pengetahuan tentang PSN dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti Variabel perilaku dalam hal pengetahuan yang didapatkan selama penelitian berlangsung antara hubungan pengetahuan masyarakat tentang PSN dengan keberadaan jentik nyamuk, bahwa untuk pengetahuan responden tentang PSN yang baik sebanyak 20 (34,5%), pengetahuan responden tentang PSN yang sedang sebanyak 24 (70,6%) dan pengetahuan responden tentang PSN yang kurang sebanyak 3 (37,5%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,003 karena p<ɑ = 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan responden tentang PSN dengan keberadaan Jentik nyamuk Aedes aegypti. Hal ini sejalan dengan penelitian Yudhastuti dan Anny (2005) yang menemukan bahwa terdapat hubungan an-

57 AL-SIHAH VOLUM E VI, NO. 2, JU LI DESEMBER 2014 tara pengetahuan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Kelurahan Wonokusumo Surabaya dengan hasil p value = 0,001. Pengetahuan masyarakat tentang pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti dari hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar masyarakat berpengetahuan cukup masyarakat yang berpendidikan rendah kurang memahami tentang pemberantasan sarang nyamuk A edes aegypti sehingga menyebabkan adanya jentik di pemukimannya. Hubungan Sikap tentang PSN dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti Hasil penelitian yang dilaksanakan Tabel 6. Hubungan warna TPA dengan keberadaan Jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Batua Kota Makassar Tahun 2015 Keberadaan jentik Warna TPA Ada Tidak ada Total N % N % n % p Gelap 15 23,1 50 76,9 65 100 Terang 73 44,5 91 55,5 164 100 Total 88 38,4 141 61,6 229 100 0,003 Sumber : Data Primer, 2015 baik. Hal ini menunjukkan faktor pengetahuan merupakan variabel yang mempengaruhi keberadaan jentik. Tingkat pengetahuan tentang program pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti dengan tingkat pendidikan, artinya masyarakat dengan tingkat pendidikan menengah dan tinggi kemungkinan pengetahuannya tentang pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti juga semakin baik dibandingkan masyarakat yang berpendidikan rendah. Demikian juga dengan tingkat pendidikan masyarakat umumnya adalah yang berpendidikan rendah hal ini menunjukkan dimana tidak ada hubungan antara sikap masyarakat tentang PSN terlihat hasil penelitian bahwa untuk sampel ada jentik dengan sikap responden tentang PSN yang positif sebanyak 40 (52,6%) dan sikap responden tentang PSN yang negatif sebanyak 13 (54,2%) sedangkan sampel tidak ada jentik dengan sikap responden tentang PSN yang positif sebanyak 36 (47,4%) dan sikap responden tentang PSN yang negatif sebanyak 11 (45,8%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,1000 karena p>ɑ =

VOLUM E VI, NO. 2, JU LI DESEMBER 2014 AL-SIHAH 58 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara sikap responden tentang PSN dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Aisyah (2012) yang dilaksanakan di Kelurahan Kassi-kassi Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar sikap responden tentang pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti yaitu positif. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan keberadaan jentik karena nilai p < 0.05. sama hal nya dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Respati dan Soedjajadi (2006) dimana hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara sikap dari responden dengan keberadaan jentik Aedes aegypti. Sikap negatif responden mencerminkan beberapa warga masyarakat cenderung kurang peduli tentang pemeberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti dan pelaksanaannya. Kecenderungan sikap negatif masyarakat terhadap pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti dan pelaksanaannya menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit DBD. Sejalan dengan Depkes RI (1999) bahwa pengetahuan masyarakat tentang modifikasi dan manipulasi lingkungan sebagai salah satu upaya yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk tanpa menyebabkan pengaruh yang tidak baik terhadap kualitas lingkungan hidup manusia, dan menghasilkan suatu keadaan sementara yang tidak menguntungkan bagi vektor untuk berkembang biak ditempat perindukan nyamuk penyebab DBD perlu dikembangkan sebagai bentuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam program pencegahan penyakit DBD. Kemauan masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan DBD sesuai dengan uraian dalam Depkes RI (2001) yang menyatakan dalam menurunkan angka kejadian penyakit DBD, sangat dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk mendukung program yang dilaksanakan pemerintah. Partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana individu, keluarga, maupun masyarakat umum ikut bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga maupun kesehatan masyarakat dan lingkungannya Hubungan Tindakan tentang PSN dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk sampel ada jentik dengan tindakan responden tentang PSN yang baik sebanyak 35 (52,2%), tindakan responden tentang PSN yang sedang sebanyak 16 (51,6%) dan

59 AL-SIHAH VOLUM E VI, NO. 2, JU LI DESEMBER 2014 tindakan responden tentang PSN yang kurang sebanyak 2 (100%) sedangkan sampel tidak ada jentik dengan tindakan responden tentang PSN yang baik sebanyak 32 (47,8%), tindakan responden tentang PSN yang sedang sebanyak 15 (48,8%) dan tindakan responden tentang PSN yang kurang dengan hasil 0 (0%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,404 karena p>ɑ = 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara tindakan responden tentang PSN dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilaksanakan Erniwati menunjukkan Hasil penelitian bahwa sebagian besar responden memiliki tindakan cukup baik. Dari hasil uji statistik diperoleh hasil nilai p < 0.05 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara tindakan PSN dengan keberadaan jentik. Hasil penelitian Setyobudi (2011), bahwa partisipasi dalam kegiatan PSN termasuk faktor yang berhubungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Kurangnya penyuluhan dari tenaga medis kepada masyarakat dapat menyebabkan ketidaktahuan masyarakat tentang bahaya yang ditimbulkan oleh penyakit DBD sehingga sikap dan tindakan masyarakat tetap buruk dalam mencegah terjadinya DBD.Penyuluhan adalah faktor terpenting dalam pencegahan penyakit DBD. Penyuluhan perlu diberikan terutama kepada masyarakat yang berpendidikan rendah agar lebih memahami tentang bahaya penyakit DBD. Materi utama dalam penyuluhan adalah mengajarkan tentang bagaimana cara penularan penyakit DBD, resiko terkena penyakit DBD dan yang terpenting pengenalan tentang gejala dan tanda penyakit DBD serta pengobatan dari penyakit DBD, kemudian melakukan perlindungan pribadi untuk menghindari dari gigitan nyamuk dengan pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti. Hubungan Warna TPA dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti Hasil penelitian hubungan warna TPA dengan keberadaan jentik ditemukan ada hubungan antar kedua variabel tersebut dimana menunjukkan bahwa untuk sampel ada jentik dengan TPA warna Gelap sebanyak 15 (23,1%) dan TPA warna Terang sebanyak 73 (44,5%) sedangkan sampel tidak ada jentik dengan TPA warna gelap sebanyak 50 (76,9%) dan TPA warna terang sebanyak 91 (55,5%). Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p = 0,003 karena p<ɑ = 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara warna TPA dengan keberadaan Jentik nyamuk A e- des aegypti. Warna TPA berpengaruh terhadap keberadaan jentik. Hal ini sejalan dengan penelitian Anif Budiyanto (2012)., Berdasarkan hasil uji statistic diperoleh nilai p

VOLUM E VI, NO. 2, JU LI DESEMBER 2014 AL-SIHAH 60 value=0,02, artinya ada perbedaan proporsi yang bermakna yang bermakna antara perbedaan warna gelap dan warna terang dengan keberadaan jentik. Penelitian yang dilakukan di Sidoarjo, menunjukkan bahwa warna kontainer yang paling disukai nyamuk adalah warna hitam dan warna merah, karena jentik Aedes bersifat fototaksis negatif dan menyukai warna gelap. Selain itu jentik aedes juga ditemukan pada bak mandi yang berdinding semen dengan warna gelap. Karena kontainer dengan dinding terbuat dari semen memiliki refleksi cahaya yang rendah KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: Suhu udara yang tidak memenuhi syarat 51,0% dan untuk pertumbuhan jentik yang memenuhi syarat 49,0% dengan nilai p = 0,431 p>ɑ = 0,05. hal ini berarti tidak ada hubungannya dengan keberadaan jentik. Kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat 40,0% dan untuk perkembangan jentik yang memenuhi syarat 60,0%. dengan nilai p = 0,1000 p>ɑ = 0,05. hal ini berarti tidak ada hubungannya dengan keberadaan jentik. Pengetahuan responden tentang PSN baik 58,0%, pengetahuan sedang 34,0% dan pengetahuan kurang 8,0%. dengan nilai p = 0.003 p<ɑ = 0,05. hal ini berarti ada hubungannya dengan keberadaan jentik. Sikap responden tentang PSN positif 76,0% dan sikap negatif 23,4% dengan nilai p = 0.1000 p>ɑ = 0,05. hal ini berarti tidak ada hubungannya dengan keberadaan jentik. Tindakan responden tentang PSN baik 67,0%, tindakan sedang 31,0% dan tindakan kurang 2,0%. dengan nilai p = 0,404 p>ɑ = 0,05. hal ini berarti tidak ada hubungannya dengan keberadaan jentik. Warna TPA positif jentik pada TPA gelap 23,1% dan warna TPA terang 44,5% dengan nilai p = 0,003 p<ɑ = 0,05. hal ini berarti ada hubungannya dengan keberadaan jentik. Selama penelitian dilaksanakan didapatkan beberapa suhu udara yang memungkinkan nyamuk dewasa untuk dapat meletakkan telurnya pada suhu normal, yaitu 20 0 C-30 0 C, hal tersebuttidak bisa hindari karena standar suhu rumah sehat juga pada kisaran terebut diharapkan masyarakat melakukan PSN-DBD dengan memberantas melalui siklus hidup dari nyamuk. Kelembaban udara terdapat pada sebagian besar rumah memenuhi syarat yang sangat besar bagi potensi nyamuk Aedes aegypti dalam perkembangbiakkannya, diharapakan peran masyarakat masyarakat melakukan PSN-DBD dengan memberantas melalui siklus hidup dari nyamuk

61 AL-SIHAH VOLUM E VI, NO. 2, JU LI DESEMBER 2014 Kami menyarankan kepada masyarakat dalam hal pemberantasan sarang nyamuk perlunya pengetahuan yang lebih terhadap nyamuk Aedes aegypti ini untuk mencegah perkembangbikannya, dengan adanya pengetahuan tentang pemberantasan, maka perlunya penyuluhan kesehatan dari pihak puskesmas setempat dalam memberikan pengetahuan pencegahan dari nyamuk Aedes aegypti ini. Selain itu, diperlukan sikap yang baik atau positif dari masyarakat agar tidak membiarkan kejadian penyakit, dan melakukan pencegahan dengan adanya pengetahuan tentang PSN- DBD. Peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk sangat diharapkan, bisa dengan cara mudah yang diprogramkan pemerintah yaitu dengan 3M (Mengubur, Menguras, Menutup). Peran Tempat penampungan Air (TPA) sangat penting dalam perkembangan jentik nyamuk Aedes aegypti. Dikarenakan nyamuk ini akan meletakkan telurnya di air yang bersih dan tidak berhubungan langsung dengan tanah, diharapkan masyarakat luas memperhatikan tempat perindukkan dari nyamuk ini. Bisa dilhat dari, bahan, letak dimana ditempatkan TPA, warna TPA, dan diharapkan TPA yang ada dalam keadaan tertutup. DAFTAR PUSTAKA Achmadi. 2011. Dasar-Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. PT Rajagafindo Persada: Jakarta WHO, 2010. Demam Berdarah Dengue : Diagnosis, pengobatan, pencegahan, dan pengendalian. Penerbit Buku Kedokteran : Jakarta. Kemenkes RI. 2011. Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011. Indah dkk. 2011. Studi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat Aceh dalam pencegahan demam berdarah dengue. Penelitian Kebencanaan. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh Rosdiana. 2010. Hubungan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku dengan pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue di RT. 02 Desa Loa Janan Ulu wilayah kerja Puskesmas Loa Janan kabupaten Kutai Kertanegara, provinsi Kalimantan Timur Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Dinas Kesehatan Kota Makassar, 2010. Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2010. Makassar : Dinas Kesehatan Kota Makassar. Puskesmas Batua. 2009. Masalah Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Batua, Makassar Anggraeni, D.S., 2010, Stop Demam Berdarah Dengue, Bogor, Cita Insan Madani. Gama, Z.P., et al., 2010, Strategi Pemberantasan Nyamuk Aman Lingkungan: Potensi Bacillus thuringiensis Isolat Madura Sebagai Alami Nyamuk Aedes aegypti. Malang WHO. 2001. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue. Terjemahan dari WHO Regional Publication SEARO No.29 : Prevention Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta : Depkes RI Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Becker, 1979. Dalam : Notoatmodjo S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat.

VOLUM E VI, NO. 2, JU LI DESEMBER 2014 AL-SIHAH 62 Bab V, Pendidikan dan Prilaku. Halaman 124-125 Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, adisi 2, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Ridwan. 2005. Skala Pengukuran V ariabel -Variabel Penelitian. Bandung alfabeta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta Depkes RI, 1995, Pokok-Pokok Kegiatan Dan Pengelolaan Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM Dan PL. Jakarta Agriculture, Fisheries, and Corservation Departement, 2006. Pesticides Used For Outdoor Masquito Control For Pest Control Operator s Reference, Second Edition. Hongkong. Depkes RI, 1992. Petunjuk Teknis Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue, Ditjen PPM dan PL. Jakarta. WHO. 1999. Demam Berdarah Dengue: Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian. Jakarta WHO. 2004. Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Jakarta. Muslim, Azhari., 2004. Faktor Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Kejadian