MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DALAM KONTEKS PROGRAM PENDIDIKAN LIFE SKILLS Oleh: Yoyon Bahtiar Irianto, Dr., M.Pd.

KESIAPAN DOSEN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Menurut Darwyn Syah (2007:133), bahwa metode pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu program pendidikan yang

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

KETERAMPILAN PROSES DALAM IPA SD. Ridwan Efendi, M.Pd

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rohyan Sosiadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. belajar, lingkungan belajar dan motivasi berprestasi siswa.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan pula pada batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 bab XII

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen yang menentukan proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk membudayakan manusia (Dhiu, 2012:24). Subjek sentral dalam dunia pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB III MATERI PENYULUHAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dalam bertindak, sedangkan sifat tanggung jawab diperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dipahami kemudian dilihat, diamati hingga membuat seseorang

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. serta memegang peranan penting dalam fungsi operasional. Karyawan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB II KAJIAN TEORITIS. menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi belajar

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu. diberikan melalui pendidikan formal di sekolah maupun di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajarannya. Keberhasilan guru dalam menjalankan tugas pembelajaran

Dwi Esti Andriani, M. Pd., MEdSt. Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn Melalui Metode Tanya Jawab di Kelas III SDN Ambelang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, maka hasil studi

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan individu yang cerdas, sehat

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Pernyataan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. berkurang apalagi tuntas, hal ini dikarenakan perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elin Asrofah Qobtiah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik secara konstruktif. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan, membudayakan, dan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ai Mintarsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

BAB I PENDAHULUAN. dengan tantangan dan ancaman global yang semakin ketat. Pendidikan juga

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Pendidikan Sejarah OLEH:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang mendidik para mahasiswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. praktek kehidupan yang lebih cocok dengan situasi yang sedang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan sesuatu yang dirasa kontroversional, akan tetapi hal itu

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

KONTRIBUSI PEMANFAATAN WAKTU BELAJAR, INTENSITAS KUNJUNGAN PERPUSTAKAAN, DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

Penilaian Berbasis Kinerja untuk Penjasorkes. Oleh : Tomoliyus

Transkripsi:

MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, Drs., M.Pd. Hakekat pembelajaran sebenarnya menunjuk pada fungsi pendidikan sebagai wahana untuk menjadikan manusia Indonesia mendatang yang memiliki kemampuan untuk mempertahankan, memelihara, dan membangun bangsa menuju masyarakat yang sejahtera. Pendidikan manusia Indonesia seutuhnya, seperti yang disebutkan dalam UU-SPN 1989 Pasal 4 di atas, merupakan kekuatan pokok dan mempunyai peranan kunci bagi pembangunan bangsa dan pelaksanaan Pembangunan. Tanpa pendidikan, pembangunan nasional tidak akan berjalan mestinya, karena motor penggerak pembangunan yakni unsur manusia yang mampu membangun, akan ada manakala pendidikan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989, menegaskan bahwa proses pendidikan dapat berlangsung di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Di dalam lingkungan sekolah sendiri dapat berlangsung di dalam kelas maupun di luar kelas. Sedangkan pendidikan di luar sekolah dapat berlangsung di lingkungan keluarga atau di masyarakat. Semakin kompleksnya sistem pendidikan nasional, semakin kompleks pula sistem manajemennya. Pendidikan bukan saja berada di lembaga-lembaga pendidikan, kursus-kursus, dan keluarga, melainkan terdapat pula di berbagai kelompok-kelompok kemasyarakatan. Ini semua memerlukan adanya perhatian dan pemikiran yang cermat dan sungguh-sungguh mengenai sistem manajemen yang diperlukan. Namun di manapun proses pendidikan dilakukan, di lingkungan sekolah atau di luar sekolah, pada hakekatnya mengembangkan potensi sumber daya manusia. Tujuan tersebut diupayakan dicapai melalui apa yang disebut kegiatan pembelajaran. 1

Warga belajar dengan segala potensinya merupakan komponen masukan sistem kegiatan pembelajaran. Masukan ini, dengan mendayagunakan semua potensi termasuk instrumental input dan dipengaruhi oleh masukan lingkungan, diproses melalui interaksi edukatif dengan pendidik/tutor dalam suatu proses yang sengaja diupayakan, menjadi keluaran (output) berupa hasil belajar yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Keenam komponen sistem pembelajaran tersebut yang terjadi di manapun proses sistem itu berlangsung, merupakan komponen utama yang perlu dikelola sedemikian rupa sehingga maksud-maksud yang diinginkan dari proses pembelajaran itu dapat dicapai. Kekhasan sistem tersebut, merupakan proses yang sangat berbeda dari proses manajemen lainnya. Dalam beberapa hal mungkin memiliki kesamaan, bahkan mengadopsi teori dan prinsip dari ilmu-ilmu seperti dari sosiologi dan psikologi, tetapi secara hakiki tetap berbeda dari sistem manajemen dan ilmuilmu lain tersebut. Istilah "pembelajaran" merupakan sebutan yang cukup populer dalam dunia pendidikan. Istilah ini menunjuk hubungan antara pihak warga belajar yang melakukan aktivitas belajar, tutor yang melakukan tugas fasilitasi, dan para pengelola program yang mengatur keseluruhan aktivitas. Belajar di Luar Sekolah adalah proses yang rumit, karena warga belajar tidak sekedar menyerap informasi dari tutor, namun melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang mesti dilakukan oleh semua pihak. Beberapa isu penting yang berkaitan dengan sistem manajemen PLS, pada pelaksanaannya menjadi jauh lebih tidak sederhana. Keberagaman karakteristik warga belajar sebagai akibat pengaruh letak geografis bangsa Indonesia, dengan aneka ragam budaya, adat istiadat, dan bahasa, menuntut adanya isi dan pola pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang tidak seragam. Dengan kata lain, keberagaman keperluan warga belajar, menuntut pula adanya isi dan pola pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang berbeda. Dengan demikian, proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran PLS di Indonesia masa kini dan di masa 2

datang akan jauh lebih kompleks yang memerlukan penanganan yang lebih terencana, terorganisir dan terkendali secara sistematis. Bertolak dari esensi pendidikan, manajemen pendidikan, dan kompleksitas sistem kegiatan belajar-mengajar secara nasional, tampak bahwa kegiatan pembelajaran dalam satuan pendidikan PLS, secara sederhana merupakan proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian sistem interaksi aktivitas belajar warga belajar dan tutor yang melakukan tugas pengajaran dalam mencapai tujuan belajar warga belajar. 1. Perencanaan Kegiatan Pembelajaran Perencanaan pada hakekatnya adalah proses mempersiapkan serangkaian keputusan yang akan dilakukan berkaitan dengan upaya pencapaian tujuan. Di dalam proses ini, terlibat pula proses perumusan tujuan, mempersiapkan alternatif tindakan, dan mendesain program pencapaian tujuan yang akan dicapai itu. Pandangan organisasional terhadap perencanaan, merupakan suatu fungsi yang mencakup perspektif luas, termasuk tujuan pembelajaran sebagai salah satu perujudan dari tujuan kelembagaan yang ingin dicapai. Perencanaan pembelajaran pun tidak terlepas dari program kurikulum institusi tersebut. Untuk mencapai tujuan-tujuan kelembagaan sebagaimana dalam tujuan kurikuler suatu lembaga pendidikan, sudah seharusnya tutor membuat perencanaan pembelajaran sebagai pengejawantahan dari tujuan-tujuan kurikuler satuan pendidikan. Komponen-komponen perencanaan pembelajaran yang seharusnya disiapkan oleh tutor, menyangkut: 1) Spesifikasi pokok bahasan. Berfungsi membatasi ruang lingkup yang akan diajarkan sehingga jelas dan mudah dibandingkan dengan pokok bahasan lain dalam satu mata ajaran. Hal ini disebabkan suatu mata ajar yang sama pokok bahasannya mungkin bisa berbeda pada satu jenis kegiatan dengan lainnya. Pokok bahasan yang sama tentu berbeda bila diajarkan pada kelompok yang lebih tinggi atau lebih rendah. Bahkan di antara para tutor karena kemungkinan penafsiran, prioritas, titik berat, atau kepentingan yang berbeda walaupun berada dalam tingkatan lembaga satuan pendidikan yang sama. 3

2) Spesifikasi dalam tujuan. Artinya, kalau isi pokok bahasan sudah spesifik, sudah tentu tujuan pun harus sesuai dengan pokok bahasan yang telah dipilih. Tujuan mengarahkan warga belajar kemana harus pergi. Dan tujuan kegiatan pembelajaran menjadi pedoman bagi tutor untuk mentargetkan warga belajar sehingga setelah proses berlangsung, warga belajar memiliki kemampuan yang ditentukan yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. 3) Pengumpulan dan penyaringan data tentang warga belajar, khususnya yang berkenaan dengan kapasistas dasar, bakat-bakat khusus, motivasi, minat, kematangan, sikap, kebiasaan, dan aspek sosio-pribadi lainnya. Dari hasil data sosio-pribadi warga belajar tersebut kemudian dijadikan bahan pertimbangan dalam proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran. 4) Penentuan strategi pembelajaran, termasuk menentukan pendekatan, metodologi, teknik-teknik, memilih sumber penunjang, dan menentukan serta menjelaskan tugas-tugas yang harus diperankan oleh warga belajar. 5) Pengelompokan warga belajar, yang berkaitan dengan penentuan strategi di atas. Namun lebih disesuaikan dengan tujuan kegiatan belajar, style, cara atau kebiasaan warga belajar yang lebih cocok menurut mereka. 6) Penyediaan waktu belajar untuk mencapai tujuan satu pokok bahasan. Mungkin berbeda sesuai dengan pokok bahasan, tujuan yang diharapkan, pengelompokan, tempat, kemampuan, minat, dan ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di lembaga itu. Karena itu time scheduling penting sekali bila mengharapkan tujuan pembelajaran dicapai dengan baik. 7) Penentuan dan pengaturan ruang belajar. Pengaturan ruang belajar ini tidak didefinisikan terbatas sebagai kelas yang dibatasi oleh dinding terbatas. Dalam konsep kegiatan pembelajaran PLS, pengertian pengaturan ruang belajar didasarkan pada konsep belajar yang dapat dilakukan dalam setting lingkungan yang tidak terbatas. Pengaturan ruang belajar ini menunjuk maksud bahwa beberapa kemungkinan situasi dan kondisi setempat. Pertimbangannya mungkin berkenaan ketersediaan tempat, tugas-tugas yang akan dilakukan warga belajar, strategi, pengelompokan, dan tersedianya sumber-sumber penunjang bagi terlaksananya kegiatan pembelajaran. 4

8) Pemilihan sumber-sumber belajar. Sumber belajar dapat berbentuk manusia, barang cetakan, grafik dan bagan, foto dan slide, televisi, video, programprogram dan audio visual, serta bentuk-bentuk simulasi. Persoalannya adalah bagaimana memilih sumber-sumber itu yang relevan dengan tujuan warga belajar. Pertimbangannya adalah kesesuaian dengan tujuan, tingkat kebutuhan warga belajar, ketersediaan sumber-sumber itu, biaya yang ada, dan mutu teknik dari sumber-sumber tersebut. 9) Evaluasi terhadap proses interaksi pembelajaran, termasuk mengukur hasil belajar warga belajar. Karena itu, dalam evaluasi proses kegiatan pembelajaran tidak hanya mengukur dan mengevaluasi hasil belajar warga belajar semata-mata, namun sistem kegiatan pembelajaran pun harus dievaluasi. Dengan bahasa lain evaluasi diarahkan pada evaluasi produk, evaluasi terhadap proses, dan evaluasi terhadap dampak dari kegiatan pembelajaran tersebut. 10) Analisis Feedback, Maksudnya adalah hasil evaluasi produk, proses dan dampak di atas, dijadikan data yang kemudian diolah serta dianalisa menjadi informasi. Informasi inilah yang menjadi umpan balik bagi perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran lebih lanjut. 2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini tidak terlepas dari proses perencanaan yang telah diuraikan di muka, tentunya sudah dalam bentuk ujud rencana atau program kegiatan. Dengan kata lain, pelaksanaan kegiatan ini merupakan implementasi rencana atau program yang telah dibuat dalam proses perencanaan. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini secara sederhana paling tidak mencakup: a. Pengembangan Strategi Pembelajaran Pengembangan strategi pembelajaran menunjuk upaya mengimplementasikan suatu rencana yang telah disusun. Pengembangan strategi dimaksudkan untuk memberi "nyawa" terhadap interaksi seluruh komponen proses kegiatan dalam iklim pendidikan orang dewasa (andragogis). Ini berarti 5

bahwa pengembangan strategi pembelajaran merupakan taktik yang digunakan tutor agar dapat memfasilitasi warga belajar dalam mencapai tujuan belajar dengan efektif dan efisien. Dalam prakteknya, pengembangan strategi ini harus mempertimbangkan prosedur, langkah-langkah, dan cara-cara mengorganisir kegiatan warga belajar. Tahapan pembelajaran berkenaan dengan langkah-langkah kegiatan tutor, mulai tahap awal sampai tahap penilaian serta tindak lanjut. Sedangkan model-model pembelajaran berkenaan dengan cara-cara tutor mengembangkan kegiatan warga belajar sehubungan dengan bahan yang harus dipelajarinya. b. Pemberian Motivasi Belajar Motivasi pada dasarnya mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan suatu kebutuhan atau tujuan. Dan kepuasan akan mengacu kepada pengalaman yang menyenangkan pada saat terpenuhinya suatu kebutuhan. Dengan kata lain bahwa kaitan antara motivasi dengan kepuasan belajar adalah suatu dorongan yang timbul dari individu warga belajar untuk mencapai hasil yaitu belajar, sehingga hasil tersebut memberikan kepuasan. Seorang tutor harus memahami bahwa sebelum individu warga belajar menyadari akan adanya kebutuhan, didahului oleh dorongan-dorongan yang seringkali menimbulkan ketidakseimbangan dalam dirinya. Namun perlu dibedakan antara dorongan dengan kebutuhan. Kebutuhan atau tujuan belajar yang diharapkan merupakan konsep yang memberikan dasar dan sekaligus arah pada terbentuknya motivasi belajar yang kuat. Motivasi sebagai suatu proses menyangkut kondisi psikologis warga belajar, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya ciri-ciri pribadi individu warga belajar, tingkat dan jenis tugas yang harus dikerjakan, dan lingkungan belajar. Dengan demikian, bagi tutor dalam memberikan motivasi belajar pada warga belajar, paling tidak ada tiga tindakan yang harus dilakukannya: (1) Memahami ciri-ciri pribadi individu warga belajar, (2) Membuat tingkat dan jenis tugas yang menarik minat warga belajar, dan (3) Menciptakan lingkungan belajar sesuai harapan dan kebutuhan warga belajar. 6

c. Pemantauan Disiplin Belajar Konsepsi pemantauan secara umum menunjuk pada upaya mengamati dan pengendalian kegiatan agar sesuai dengan rencana. Pemantauan dalam konteks kegiatan pembelajaran orang dewasa pada hakekatnya sama saja. Namun tekanannya pada situasi dan kondisi warga belajar dalam melakukan tugas belajar. Konsepsi disiplin mengacu pada ketertiban pelaksanaan kegiatan yang berpedoman pada peraturan yang telah disepakati bersama dan telah ditentukan dalam perencanaan. Dalam konteks pembelajaran orang dewasa, disiplin menyangkut ketertiban tutor yang menciptakan suasana belajar dan ketertiban warga belajar dalam melakukan tugas-tugas belajar. Pemantauan yang dilakukan terhadap ketertiban situasi dan kondisi ini turut menentukan sejauhmana situasi dan kondisi itu menjadi lingkungan belajar. Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang warga belajar untuk melakukan tugas-tugas belajar, memberikan rasa aman, yang pada ahirnya mencapai kepuasan dalam memperoleh tujuan belajar. 3. Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Dalam bahasan perencanaan kegiatan pembelajaran, telah disebutkan bahwa, evaluasi proses kegiatan pembelajaran tidak hanya mengukur dan mengevaluasi hasil belajar warga belajar saja, namun sistem kegiatan dan dampaknya pun harus dievaluasi. Hal ini mengandung arti evaluasi diarahkan pada evaluasi produk, proses dan dampak dari kegiatan pembelajaran itu sendiri. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam penilaian ini, yakni (1) norma, (2) prosedur penilaian dan (3) alat penilaian. Norma berkaitan dengan ukuranukuran keberhasilan yang diinginkan. Prosedur berkenaan dengan bagaimana cara penilaian itu dilakukan. Sedangkan alat penilaian berkenaan dengan instrumen dalam bentuk soal-soal yang akan diujikan pada warga belajar. Evaluasi produk berkenaan dengan penilaian hasil belajar berfungsi sebagai alat ukur tercapai-tidaknya tujuan belajar. Evaluasi proses pada pokoknya adalah untuk mengetahui nilai sistem kegiatan pembelajaran dan hasil-hasilnya. Oleh karena itu, evaluasi harus berlangsung selama proses kegiatan berlangsung. 7

Dalam beberapa hal, evaluasi yang dilakukan sebagian, dibuat dengan menggunakan test-test kuantitatif atau pertimbangan-pertimbangan berdasarkan pengalaman. Evaluasi dampak berkenaan dengan pengaruh dari hasil proses pembelajaran. Para pengelola program harus memahami nilai-nilai yang bersifat relatif yang diterapkan pada berbagai tujuan yang telah ditetapkan. Di samping itu juga harus mengetahui nilai-nilai yang ada di belakangnya, yang tidak boleh diabaikan pada saat tujuan dapat dicapai. Faktor kuncinya adalah bagaimana seorang tutor dipersiapkan untuk mengorbankan hasil pencapaian tujuan, agar dapat mencapai tujuan lain secara lebih menyeluruh. Evaluasi ini pada dasarnya akan kembali ke masalah evaluasi sistem perencanaan secara menyeluruh. Evaluasi seperti ini sangat sulit dan dapat menciptakan kesulitan-kesulitan bagi para tutor yang tidak tahu kegunaan teori. Berdasarkan uraian di atas, maka evaluasi proses kegaiatan pembelajaran, lebih ditekankan pada: (1) Keseluruhan komponen program kegiatan, baik menyangkut input, proses, dan hasil-hasil yang diperoleh; (2) Kesungguhan menggunakan tujuan pembelajaran sebagai tolok ukur keberhasilan; (3) Efisiensi sumber-sumber yang tidak dapat diperbaharui; (4) Kepraktisan program kegiatan pembelajaran itu sendiri, baik dari aspek politis maupun finansial. Implikasi dari karakteristik dan kekhasan manajemen kegiatan pembelajaran adalah bahwa kegiatan pembelajaran PLS tidak bisa dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki kompetensi manajerial kependidikan. Orang yang akan melakukan tugas mengelola kegiatan pembelajaran secara profesional harus dibekali dengan pemahaman konsep dan teori manajemen pembelajaran. Tentu saja, tutor sebagai pengelola kegiatan pembelajaran perlu dibekali serangkaian kemampuan profesional di bidang manajemen pembelajaran. Jayagiri, Agustus 2002 8