PENGENDALIAN LALU LINTAS DAN RETRIBUSI IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING PADA WILAYAH PROVINSI SULAWESI TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

GUBERNUR PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Peraturan...

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR 10 TAHUN 2013

NOMOR 3 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2013 T E N T A N G RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 5 TAHUN 2015

BUPATI MANGGARAI BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

WALIKOTA SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT Rancangan PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2014 T E N T A N G

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

Salinan NO : 1/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 2014 TENTANG

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 082 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

BUPATI WAJO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPERKERJAKAN TENAGA

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR'. 03 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING BUPATI PURWAKARTA,

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 05 TAHUN 2014 T E N T A N G RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 21 TAHUN 2012

WALIKOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BUPATI BOVEN DIGOEL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATIMINAHASA UTARA PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MINAHASA UTARA NOMOR: ( TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDAR LAMPUNG,

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

PERBANDINGAN PENGATURAN TENTANG TENAGA KERJA ASING PERPRES 72 TAHUN 2014 DAN PERPRES NO 20 TAHUN 2018

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BUPATI BUTON PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA LHOKSEUMAWE

BUPATI GOWA RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 52 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING

Transkripsi:

PENGENDALIAN LALU LINTAS DAN RETRIBUSI IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING PADA WILAYAH PROVINSI SULAWESI TENGAH www.indonesianindustry.com I. PENDAHULUAN Perkembangan globalisasi mendorong terjadinya pergerakan aliran modal dan investasi ke berbagai penjuru dunia, serta migrasi penduduk atau pergerakan tenaga kerja antar negara. Pergerakan tenaga kerja tersebut berlangsung karena investasi yang dilakukan di Negara lain pada umumnya membutuhkan pengawasan secara langsung oleh pemilik/investor 1. Indonesia sebagai bangsa yang sedang berkembang (development country) pada hakekatnya tidak terlepas dari berbagai bentuk fenomena sosial. Pendirian perusahaanperusahaan berskala besar di negeri ini adalah salah satu faktornya. Masalah yang selalu ada sehubungan dengan pendirian perusahaan tersebut adalah ketenagakerjaan. Hal ini karena tenaga kerja adalah pihak yang paling dominan dalam suatu perusahaan. Kebutuhan akan tenaga kerja yang profesional serta kebutuhan akan teknologi-teknologi yang dapat mendukung suatu proses kerja, membuat perusahaan-perusahaan swasta, baik swasta asing maupun swasta nasional, menggunakan tenaga kerja asing meskipun tetap mengutamakan penggunaan tenaga kerja lokal. Namun, dalam kaitannya dengan penggunaan tenaga kerja asing tersebut, kita tidak terlepas dari permasalahan keimigrasian. Karena penggunaan tenaga asing tersebut berhubungan dengan lalu lintas orang asing yang keluar masuk wilayah Indonesia 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah mensyaratkan bahwa setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing (TKA) 1 Syahmardan, Tenaga Kerja Asing di Indonesia: Kebijakan dan Implementasi, diakses dari http://ditjenpp.kemenkumham.go.id pada tanggal 9 Juni 2016 pukul 11.15 WITA. 2 Heru Prayetno, Prosedur Penggunaan Tenaga Kerja Asing oleh PT Philips Industries Batam, diakses dari http://repository.unand.ac.id pada tanggal 9 Juni 2016 pukul 11.15 WITA. Tulisan Hukum/BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah 1

wajib memiliki izin tertulis dari Menteri Ketenagakerjaan atau pejabat yang ditunjuk 3. TKA adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia 4. Terkait kewajiban perusahaan pemberi kerja untuk memiliki izin menmpekerjakan tenaga kerja asing (IMTA) di Indonesia, masih banyak menuai permasalahan. Diantaranya adalah terkait masa periode bekerja TKA yang melebihi waktu sebagaimana ditetapkan serta masih banyak pemberi kerja yang tidak melaporkan perpanjangan periode kerja TKA yang ada pada perusahaannya. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya perbedaan data jumlah TKA di Kementerian Ketenagakerjaan dengan jumlah riil TKA di Indonesia maupun data TKA di instansi terkait lainnya, seperti Dinas Tenaga Kerja di wilayah provinsi/kabupaten/kota maupun data Kantor Imigrasi pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. II. PERMASALAHAN Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka terdapat beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan hukum ini, yaitu: 1. Bagaimana prosedur penerbitan dan perpanjangan IMTA? 2. Bagaimana pengaturan terkait IMTA di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah? III. PEMBAHASAN 1. Prosedur penerbitan dan perpanjangan IMTA Untuk menahan laju jumlah TKA di Indonesia yang meningkat sejak pemberlakuan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.02/MEN/III/2008 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing, Kementerian Ketenagakerjaan telah menetapkan tata cara baru untuk TKA di Indonesia dengan menerbitkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2015 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 35 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing sebagai aturan teknis/pelaksana dari ketentuan di atasnya yang telah terbit sebelumnya. Berdasarkan ketentuan tersebut, pemberi kerja TKA yang akan mempekerjakan TKA harus memiliki Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) yang disahkan oleh Menteri Ketenagakerjaan atau pejabat yang ditunjuk 5. Kewajiban memiliki RPTKA 3 Pasal 42 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 4 Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 5 Pasal 43 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan jo. Pasal 5 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing serta Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping jo. Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Tulisan Hukum/BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah 2

tidak berlaku bagi instansi pemerintah, badan-badan internasional, dan perwakilan negara asing 6. Adapun TKA yang dipekerjakan pemberi kerja TKA wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut 7 : a. Memiliki pendidikan yang sesuai dengan syarat jabatan yang akan diduduki oleh TKA; b. Memiliki sertifikat kompetensi atau memiliki pengalaman kerja sesuai dengan jabatan yang akan diduduki oleh TKA paling kurang 5 (lima) tahun; c. Membuat surat pernyataan wajib mengalihkan keahliannya kepada TKI pendamping yang dibuktikan dengan laporan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan; d. Memiliki NPWP bagi TKA yang sudah bekerja lebih dari 6 (enam) bulan; e. Memilik bukti polis asuransi pada asuransi yang berbadan hukum Indonesia; dan f. Kepesertaan Jaminan Sosial Nasional bagi TKA yang bekerja lebih dari 6 (enam) bulan. Untuk mendapatkan RPTKA, pemberi kerja TKA harus mengajukan permohonan secara online kepada Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (Dirjen) melalui Direktur Pengendalian Penggunaan Tenaga Kerja Asing (Direktur) Kementerian Ketenagakerjaan dengan mengunggah: 8 a. Alasan penggunaan TKA; b. Formulir RPTKA yang sudah diisi; c. Surat izin usaha dari instansi yang berwenang; d. Akta dan keputusan pengesahan pendirian dan/atau perubahan dari instansi yang berwenang; e. Bagan struktur organisasi perusahaan; Ketenagakerjaan Nomor 35 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. 6 Pasal 43 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan jo. Pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing serta Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping jo. Pasal 5 ayat (2) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 35 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. 7 Pasal 36 ayat (1) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 35 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. 8 Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 35 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Tulisan Hukum/BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah 3

f. Rekomendasi jabatan yang akan diduduki TKA dari instansi teknis sesuai dengan peraturan yang berlaku di intansi teknis terkait; g. Keterangan domisili perusahaan dari pemerintah daerah setempat; h. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemberi kerja TKA; i. Surat penunjukan TKI pendamping dan rencana program pendampingan; j. Surat pernyataan untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi TKI sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diduduki oleh TKA; dan k. Bukti wajib lapor ketenagakerjaan yang masih berlaku sesuai Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981. Dalam hal hasil penilaian kelayakan RPTKA telah memenuhi persyaratan, dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja, Dirjen atau Direktur harus menerbitkan keputusan pengesahan RPTKA 9. Pengesahan RPTKA tersebut memuat 10 : a. Alasan penggunaan TKA; b. Jabatan dan/atau kedudukan TKA; c. Lokasi kerja TKA; d. Upah/gaji TKA; e. Jumlah TKA; f. Jangka waktu penggunaan TKA; g. Jumlah TKI yang ditunjuk sebagai TKI pendamping; dan h. Jumlah TKI yang dipekerjakan. RPTKA dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama dengan memperhatikan kondisi pasar kerja dalam negeri 11. RPTKA dimaksud digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan IMTA 12. IMTA akan menjadi dasar untuk pengajuan 13 : 9 Ibid, Pasal 8. 10 Ibid, Pasal 11. 11 Pasal 7 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing serta Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping. 12 Pasal 5 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing serta Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping jo. Pasal 5 ayat (3) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 35 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. 13 Pasal 39 ayat (3) Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 35 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Tulisan Hukum/BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah 4

1. Penerbitan persetujuan visa; 2. Pemberian dan perpanjangan Izin Tinggal Terbatas (ITAS); 3. Alih status izin tinggal kunjungan (ITK) menjadi ITAS; 4. Alih status ITAS menjadi Izin Tinggal Tetap (ITAP); dan 5. Perpanjangan ITAP. IMTA diberikan untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 14. Perpanjangan IMTA diberikan waktu paling lama 1 (satu) tahun dengan ketentuan tidak melebihi jangka waktu berlakunya RPTKA 15. Perpanjangan IMTA diterbitkan oleh 16 : a. Menteri Ketenagakerjaan atau pejabat yang ditunjuk untuk TKA yang lokasi kerjanya lebih dari satu provinsi; b. Gubernur atau pejabat yang ditunjuk untuk TKA yang lokasi kerjanya lebih dari satu kabupaten/kota dalam satu provinsi; c. Bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk TKA yang lokasi kerjanya dalam satu kabupaten/kota. 2. Pengaturan terkait IMTA di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa penerbitan perpanjangan IMTA yang lokasi kerjanya lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi dan yang lokasi kerjanya dalam wilayah kabupaten/kota yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah memenuhi kriteria sebagai Retribusi Perizinan Tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 150 huruf c Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah 17. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan 18. Objek Retribusi Perpanjangan IMTA meliputi pemberian Perpanjangan IMTA kepada Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing. Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing tidak 14 Pasal 9 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing serta Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping. 15 Ibid, Pasal 9 ayat (2). 16 Ibid, Pasal 9 ayat (4). 17 Konsiderans huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing. 18 Pasal 140 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Tulisan Hukum/BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah 5

termasuk instansi pemerintah, perwakilan negara asing, badan-badan internasional, lembaga sosial, lembaga keagamaan, dan jabatan tertentu di lembaga pendidikan 19. Subjek Retribusi Perpanjangan IMTA meliputi Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing yang merupakan Wajib Retribusi 20. Besarnya tarif Retribusi Perpanjangan IMTA ditetapkan paling tinggi sebesar tarif penerbitan IMTA yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah mengenai jenis dan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada kementerian di bidang ketenagakerjaan 21. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2012 tentang Jenis dan Tarif atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, telah ditetapkan besaran kompensasi penggunaan TKA untuk perpanjangan izin mempekerjakan TKA yang lokasi kerjanya lintas-kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi ataupun dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota sebesar USD 100 per orang/bulan. Besarnya tarif Retribusi Perpanjangan IMTA ditetapkan dengan Peraturan Daerah 22. Sehubungan dengan ketentuan di atas, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing, yang mengatur pemberian perpanjangan IMTA yang lokasi kerjanya lintas kabupaten/kota dalam wilayah Sulawesi Tengah. Sesuai ketentuan tersebut, pengenaan pungutan Retribusi dibebankan pada Pemberi Kerja TKA dengan memperhatikan lokasi kerja TKA yang dipekerjakan, dan secara nyata bekerja di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, yang dibuktikan dengan Surat Pernyataan dari Pemberi Kerja TKA serta hasil verifikasi Tim Kerja pada Dinas yang membidangi urusan di bidang ketenagakerjaan (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah). Susunan Tim Kerja tersebut ditetapkan dengan Keputusan Gubernur 23. Biaya penyelenggaraan Perpanjangan IMTA meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari perpanjangan IMTA 24. Besarnya tarif Retribusi Perpanjangan IMTA ditetapkan sebesar USD100 (seratus dolar Amerika)/orang/bulan atau USD1.200 (seribu dua ratus dolar Amerika)/orang/tahun 25. Retribusi Perpanjangan IMTA dibayarkan dengan rupiah berdasarkan nilai kurs yang berlaku pada saat pembayaran Retribusi oleh Wajib 19 Pasal 13 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing. 20 Pasal 14 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing. 21 Ibid, Pasal 15 ayat (1). 22 Ibid, Pasal 15 ayat (2). 23 Pasal 2 ayat (2), (3) dan (4) Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing. 24 Ibid, Pasal 7 ayat (2). 25 Ibid, Pasal 8 ayat (2). Tulisan Hukum/BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah 6

Retribusi 26. Penerimaan Retribusi Perpanjangan IMTA digunakan untuk mendanai penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, biaya dampak negatif dari perpanjangan IMTA, dan kegiatan pengembangan keahlian dan keterampilan tenaga kerja lokal 27. Retribusi Perpanjangan IMTA dipungut oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tengah 28. Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis, kupon, dan kartu langganan 29. Hasil pemungutan Retribusi disetor secara bruto ke Kas Daerah paling lambat 1 (satu) hari kerja 30. Pembayaran Retribusi yang terutang wajib dilunasi sekaligus untuk jangka waktu 12 (dua belas) bulan 31. Dalam hal TKA bekerja tidak sampai 12 (dua belas) bulan, kelebihan pembayaran dikembalikan kepada Wajib Retribusi 32. Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD) dengan didahului Surat Teguran 33. Pengeluaran Surat Teguran sebagai tindakan awal pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran 34. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran, Wajib Retribusi harus melunasi Retribusi yang terutang 35. Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Gubernur atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan 36. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya 37. Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi 38. Gubernur dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas 26 Ibid, Pasal 8 ayat (3). 27 Ibid, Pasal 12 ayat (1). 28 Ibid, Pasal 11. 29 Ibid, Pasal 13 ayat (2) dan (3). 30 Ibid, Pasal 13 ayat (4). 31 Ibid, Pasal 14 ayat (1). 32 Ibid, Pasal 14 ayat (2). 33 Ibid, Pasal 14 ayat (3) dan (4). 34 Ibid, Pasal 16 ayat (3). 35 Ibid, Pasal 16 ayat (4). 36 Ibid, Pasal 17 ayat (1). 37 Ibid, Pasal 17 ayat (4). 38 Ibid, Pasal 17 ayat (6). Tulisan Hukum/BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah 7

keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan 39. Apabila jangka waktu telah lewat dan Gubernur tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan 40. Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran Retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan 41. Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Gubernur dan Gubernur dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi harus memberikan Keputusan 42. Apabila jangka waktu 6 (enam) bulan telah dilampaui dan Gubernur tidak memberikan suatu Keputusan, permohonan pengembalian kelebihan Retribusi dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar (SKRDLB) harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan 43. Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB 44. Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Gubernur memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan Retribus 45. Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi diperhitungkan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi 46. Gubernur berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi dalam rangka melaksanakan peraturan perundangundangan Retribusi 47. Wajib Retribusi yang diperiksa wajib 48 : a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek Retribusi yang terutang; b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau c. memberikan keterangan yang diperlukan. 39 Ibid, Pasal 18 ayat (1). 40 Ibid, Pasal 18 ayat (3). 41 Ibid, Pasal 19 ayat (1). 42 Ibid, Pasal 20 ayat (1) dan (2). 43 Ibid, Pasal 20 ayat (3). 44 Ibid, Pasal 20 ayat (5). 45 Ibid, Pasal 20 ayat (6). 46 Ibid, Pasal 22 ayat (1). 47 Ibid, Pasal 26 ayat (1). 48 Ibid, Pasal 26 ayat (2). Tulisan Hukum/BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah 8

Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi yang terutang 49. IV. PENUTUP Tidak dapat dipungkiri, keberadaan TKA di Indonesia telah memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional. Namun, terkait pemanfaatan dan perijinan penggunaan TKA tetap harus dilakukan pengendalian dan pengawasan. Jangan sampai keberadaan TKA justru akan mematikan tenaga lokal, atau malah menimbulkan ekses negatif dalam hal keamanan dan ketahanan ekonomi nasional. TKA yang didatangkan dari luar negeri oleh perusahaan pemerintah atau swasta hendaknya benar-benar tenaga ahli yang terampil sehingga dapat membantu proses pembangunan ekonomi dan teknologi di Indonesia. Untuk itu proses alih teknologinya kepada tenaga kerja Indonesia, baik dalam jalur menajerial maupun profesionalnya, harus mendapat pengawasan yang ketat. 49 Ibid, Pasal 29 ayat (1). Tulisan Hukum/BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah 9

DAFTAR PUSTAKA PeraturanPerundang-undangan 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing; 4. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing serta Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja Pendamping; 5. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 6 Tahun 2015 tentang Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing; 6. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 35 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Internet 1. Syahmardan, Tenaga Kerja Asing di Indonesia: Kebijakan dan Implementasi, diakses dari http://ditjenpp.kemenkumham.go.id pada tanggal 9 Juni 2016 pukul 11.15 WITA. 2. Heru Prayetno, Prosedur Penggunaan Tenaga Kerja Asing oleh PT Philips Industries Batam, diakses dari http://repository.unand.ac.id pada tanggal 9 Juni 2016 pukul 11.15 WITA. Tulisan Hukum/BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Tengah 10