TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN YANG MENGHILANGKAN NYAWA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMBANTU KEJAHATAN TERHADAP NYAWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu, fungsi

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN. A. Tindak Pidana Pembunuhan dan Pembunuhan Berencana

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORBAN PRANK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dijatuhi pidana apabila terbukti memiliki kesalahan.dengan demikian penilaian

BAB I PENDAHULUAN. Pembunuhan anak kandung diterangkan oleh undang-undang. yang penuh, dan belum sempat timbul rasa kasih sayang.

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

ABSTRACT. Keywords : Compensation, Restitution, Rehabilitation, Terrorism.

SANTUNAN OLEH PELAKU TINDAK PIDANA TERHADAP KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

KONVENSI KETATANEGARAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL

TINDAK PIDANA MUTILASI DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

Keywords: Abortion, Victims, Rape, Criminal Code, Law No. 36 of 2009.

PERANAN VISUM ET REPERTUM PADA KASUS PEMBUNUHAN OLEH IBU TERHADAP ANAK (BAYI)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

SISTEM PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ANAK DI INDONESIA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Adanya hukum dan di buat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU PERBUATAN SUMBANG (INCEST) DALAM KONSEP KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) BARU

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP)

KEABSAHAN PENETAPAN STATUS TERSANGKA DALAM PROSES PENYELIDIKAN (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA)

BAB I PENDAHULUAN. pribadi maupun makhluk sosial. Dalam kaitannya dengan Sistem Peradilan Pidana

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

PENANGGULANGAN ABORTUS PROVOCATUS CRIMINALIS DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU SODOMI TERHADAP KORBAN YANG TELAH CUKUP UMUR

TINJAUAN YURIDIS TERKAIT FAKTOR DAN UPAYA MENANGGULANGI ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI INDONESIA Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada ujud pidana yang termuat dalam pasal pasal KUHP yaitu

BAB III PERCOBAAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA TAK TERKENAN. dipakai dalam kitab undang-undang), tidak dijumpai rumusan arti atau definisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. umumnya maksud tersebut dapat dicapai dengan menentukan beberapa elemen,

ABSTRAK ACHMAD IMAM LAHAYA, Nomor Pokok B , Tinjauan Yuridis Terhadap Penyertaan Tindak

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

ANALISIS TERHADAP VOORGEZETTE HANDELING

TESIS. TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGANJURAN DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan MA No. 481K/Pid/2014)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBUNUHAN BERENCANA. tertentu tanpa menyebutkan wujud dari tindak pidana. Unsur-unsur yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap warga Negara wajib menjunjung hukum. Dalam kenyataan. sehari-hari, warga negara yang lalai atau sengaja tidak melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan Penuntut. tahun 1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana.

Lex Privatum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENUTUP. pidana pembunuhan berencana yang menggunakan racun, yaitu: b. Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang merupakan dasar

BAB II. PENGATURAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA A. Tindak Pidana Kekerasan Dalam Hukum Pidana

ANALISA KASUS PERKOSAAN DISERTAI PEMBUNUHAN TERHADAP YUYUN DARI SUDUT PANDANG HUKUM HAK ASASI MANUSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. secara konstitusional terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. yaitu, pleger, doen pleger, medepleger, uitlokker. Suatu penyertaan. dilakukan secara psikis maupun pisik, sehingga harus dicari

Dosen Fakultas Hukum UNISSULA Semarang ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MUTILASI

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

PENERAPAN SANKSI YANG BERKEADILAN TERHADAP ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGEMUDI KENDARAAN RODA EMPAT YANG KARENA UGAL-UGALAN DI JALAN RAYA MENGAKIBATKAN KEMATIAN ORANG LAIN

SOAL DAN JAWABAN TENTIR UTS ASAS-ASAS HUKUM PIDANA 2016 BY PERSEKUTUAN OIKUMENE (PO)

PENERAPAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI DALAM KUHP SEBAGAI UPAYA KESELARASAN SISTEM PEMIDANAAN ATURAN HUKUM DENGAN UNDANG UNDANG KHUSUS DI LUAR KUHP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PEMIDANAAN ANAK DI BAWAH UMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktivitas manusia tersebut harus didukung oleh fasilitas pendukung

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI BAGI KORBAN PERKOSAAN SEBAGAI JAMINAN HAK-HAK REPRODUKSI

BAB II PENERAPAN KONSEP NOODWEER DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN SEBAGAI AKIBAT ADANYA TINDAK PIDANA KEHORMATAN KESUSILAAN

II.TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian tentang Tindak Pidana atau Strafbaar Feit. Pembentuk Undang-undang telah menggunakan kata Strafbaar Feit untuk

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan kepada setiap anggota masyarakat yang terkait dengan. penipuan, dan lain sebagainya yang ditengah masyarakat dipandang

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA EKSIBISIONISME DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA. Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pasal 183 KUHAP yang menyatakan bahwa: Hakim tidak boleh

BAB I PENDAHULUAN. perampokan dan lain-lain sangat meresahkan dan merugikan masyarakat. Tindak

II. TINJAUAN PUSTAKA. laku yang melanggar undang-undang pidana. Oleh sebab itu setiap perbuatan yang

BAB III KONSEP DASAR TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN ANAK OLEH ORANG TUANYA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF

ANALISA PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI DOKTER TERHADAP KASUS EUTHANASIA DITINJAU DARI KUHP YANG BERTENTANGAN DENGAN HAK ASASI MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana atau delik berasal dari bahasa Latin delicta atau delictum yang di

JURNAL. N P M Program Program Hukum FAKULTAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak Pidana adalah tindakan yang tida hanya dirumuskan dalam undang-undang pidana

JURNAL KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI INFORMASI ATAU DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PERADILAN PERKARA PIDANA KORUPSI

ANALISA YURIDIS PEMIDANAAN PADA TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS PUTUSAN NO.85/PID.SUS/2014/PN.DPS.

Transkripsi:

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN YANG MENGHILANGKAN NYAWA Oleh: I Komang Heri Setiawan Tjok Istri Putra Astiti Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Timbulnya perbuatan kejahatan bermula dari permulaan pelaksanaan yang menimbulkan akibat yang dilarang dan diancam dengan hukuman oleh Undang-undang. Kejahatan itu timbul karena adanya niat dari si pelaku yang termuat dalam buku II KUHP dengan macam-macam bentuk, sifat, dan akibat hukumnya. Sehingga menurut buku tersebut dalam salah satu bab didalamnya menjelaskan tentang kejahatan terhadap nyawa yang diatur dalam pasal 338-350. Perbuatan menghilangkan nyawa orang lain merupakan suatu kejahatan terhadap nyawa. Dalam kejahatan yang menimbulkan kematian terhadap nyawa seseorang disebut sebagai pembunuhan. Menurut KUHP, perbuatan kejahatan yang tercantum dalam pasal 338-350 dengan segala unsur yang berbeda, sehingga memunculkan macam-macam kejahatan diantaranya kejahatan itu ditujukan terhadap jiwa manusia, jiwa anak yang sedang atau baru dilahirkan, dan kejahatan yang ditujukan terhadap anak yang masih dalam kandungan. Kata Kunci: Kejahatan, pembunuhan, Kitab Undang-undang Hukum Pidana. ABSTRACT The emergence of criminal acts stems began from the implementation of the consequences of prohibited and punishable by the law. The crime arises from the intention of the doer contains in book II of the Criminal Code with a variety of shapes, properties, and its legal consequences. According to the one of chapters in details about crimes against life are set out in section 338-350. The act a crime which against life. In crimes which cause death to a person's life called murder. According to the Criminal Code, the criminal offenses listed in section 338-350 with all the different elements, giving rise to a variety of crimes includes crimes were directly against the human spirit, soul or a new child is born, and crimes directly against children who are still in the womb. Keywords: Crime, Book of the Law of Criminal Law (KUHP). I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dalam kejahatan terhadap jiwa seseorang yang dengan sengaja ataupun karena kesalahan sehingga mengakibatkan menghilangnya nyawa orang lain telah diatur dalam 1

Bab XIX Buku II KUHP terdapat juga dua macam pembagian jenis-jenis kejahatan terhadap jiwa seseorang, yaitu sengaja dan kesalahan. Perbuatan melawan hukum terhadap nyawa orang lain memiliki hubungan yang erat dengan kejahatan terhadap badan atau tubuh seseorang. Dalam kaitannya dengan perbuatan kejahatan melawan hukum terhadap badan tersebut dapat juga menimbulkan akibat hilangnya jiwa seseorang, meskipun akibatnya tidak dikehendaki, sedangkan kejahatan terhadap jiwa seseorang mempunyai kehendak hilangnya jiwa seseorang. Timbulnya suatu kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang secara umum disebut sebagai suatu pembunuhan. Tindak pidana pembunuhan atau kejahatan terhadap nyawa (misdrijven tegen het leven) adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain. Jika dilihat secara aktifnya dalam kehidupan, mewujudkan suatu perbuatan tersebut harus dengan gerakan dari sebagian anggota tubuh, tidak boleh diam atau pasif, walau sekecil apapun, misalnya memasukkan racun pada minuman. Kemudian tindakannya dalam perbuatan tersebut tidak menunjuk bentuk konkrit tertentu. Dengan demikian, untuk mengkaji dalam kenyataan secara konkrit, perbuatan tersebut dapat beraneka macam wujudnya, misalnya menembak, mengampak, memukul, membacok, meracun, dan lain sebagainya yang tidak terbatas banyaknya. Perbuatan yang sifatnya melawan hukum dalam suatu proses pemeriksaan suatu perkara pidana diadili dalam peradilan yang bertujuan untuk mencari dan menemukan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil (materiile waarheid) terhadap perkara tersebut. Sehingga dalam kaitannya mengenai perbuatan melawan hukum tersebut dapat dilihat dari adanya berbagai usaha yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam memperoleh bukti-bukti yang dibutuhkan untuk mengungkap suatu perkara baik pada tahap pemeriksaan pendahuluan seperti penyidikan dan penuntutan maupun pada tahap persidangan perkara tersebut. 1 1.2. Tujuan Penulisan 1. Untuk menjelaskan bagaimana kedudukan KUHP dalam mengkaji unsur-unsur kejahatan terhadap nyawa. 2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk perbuatan melawan hukum dari tindak pidana dalam kejahatan terhadap nyawa. II. Isi Makalah 1 Adami Chazawi, 2004, Kejahatan Terhadap Nyawa, PT. Raja Grafindo, Jakarta, Hal.23. 2

2.1. Metode Penulisan Jenis penulisan yang dipergunakan yakni merupakan metode penulisan hukum normatif (legal research). Untuk mengkaji dari jenis penulisan hukum normatif ini dapat dilihat dari sumber data sekunder dalam bidang hukum berdasarkan metode tersebut adalah berupa peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan ketentuan serta kajian dalam tinjauan kepustakaan berdasarkan dari buku literatur yang relevan dengan permasalahan yang dibuat. 2 2.2. Hasil dan Pembahasan 2.2.1 Kedudukan KUHP dalam mengkaji unsur-unsur kejahatan terhadap nyawa Klasifikasi penggolongan berbagai tindak pidana dalam KUHP didasarkan pada kepentingan umum yang ingin dilindungi. Kejahatan terhadap nyawa (misdrijven tegen het leven) adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain. Suatu perlindungan hukum yang tercantum di dalamnya, memiliki kepentingan hukum yang dilindungi dan yang merupakan obyek kejahatan ini adalah nyawa (leven) manusia. 3 Jika ditinjau dari pandangan ahli, maka menurut Leden Marpaung, menghilangkan nyawa berarti menghilangkan kehidupan pada manusia yang secara umum disebut pembunuhan. Dalam penyelesaian kasus dari tindak pidana ini termasuk delik materiil (material delict), artinya untuk kesempurnaan tindak pidana ini tidak cukup dengan dilakukannya perbuatan, akan tetapi menjadi syarat juga adanya akibat dari perbuatan itu. Hasil dari perbuatan kejahatan yang ditimbulkan dapat berakibat hilangnya nyawa orang atau matinya orang dalam tindak pidana pembunuhan dijadikan sebagai syarat mutlak. 4 Pengelompokan suatu perbuatan dari kejahatan terhadap nyawa dalam KUHP terdiri atas 2 dasar, yaitu: 5 1. Sebagai suatu kejahatan yang memiliki dasar unsur kesalahannya 2 Bambang Sunggono, 2002, Metodologi Penelitian Hukum, Cet, keempat, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal.58. 3 Wirjono projodikoro, 2003, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Rafika Aditama, Bandung, Hal. 26. 4 Leden Mampaung, 2000, Tindak Pidana terhadap Tubuh dan Nyawa, Sinar Grafika, Jakarta, Hal.16. 5 Moeljatno, 2001, Kitab Undang-undang Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, Hal. 112. 3

Kejahatan yang ditimbulkan dalam tindak pidana terhadap nyawa tersebut pada hakikatnya dapat dibedakan sebagai berikut: a. Tahap perbuatan yang dengan sengaja dilakukan dan diatur dalam pasal bab XIX KUHP b. Perbuatan yang terjadi karena timbulnya kelalaian atau kealpaan yang diatur bab XIX KUHP c. Selain itu adanya suatu tindak pidana lain yang mengakibatkan kematian yang diatur dalam pasal 170, 351 ayat 3 KUHP. 2. Kejahatan terhadap nyawa berdasarkan atas dasar obyeknya (nyawa) Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja, berdasarkan obyeknya (kepentingan hukum yang dilindungi), diatur dalam 3 macam, yaitu: a. Pada umumnya suatu kejahatan terhadap nyawa orang, diatur dalam pasal 338, 339, 340, 344, 345 KUHP. b. Perbuatan kejahatan melawan hukum terhadap nyawa bayi pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan, dimuat dalam pasal 341, 342, dan 343 KUHP. c. Perbuatan kejahatan melawan hukum terhadap nyawa bayi yang masih ada dalam kandungan ibu (janin), dimuat dalam pasal 346, 347, 348, dan 349 KUHP. 2.2.2. Bentuk perbuatan melawan hukum dari tindak pidana dalam kejahatan terhadap nyawa. Tindak pidana dalam perbuatan kejahatan terhadap nyawa ini disebut delik materiil yakni delik yang hanya menyebut sesuatu akibat yang timbul tanpa menyebut cara-cara yang menimbulkan akibat tersebut. Perbuatan dalam kejahatan terhadap nyawa dapat berwujud menembak dengan senjata, api, menikam dengan pisau, memberikan racun dalam makanan, bahkan dapat berupa diam saja dalam hal seseorang berwajib bertindak seperti tidak memberikan makan kepada seorang bayi. 6 Kejahatan yang ditimbulkan dalam tindak pidana materiil sempurna, tidak semata-mata digantungkan pada selesainya perbuatan, melainkan apakah dari wujud perbuatan itu telah menimbulkan akibat yang terlarang ataukah belum atau tidak. Jika dalam perbuatan tersebut tersangka berusaha membunuh korban belum mengakibatkan 6 Mohammad Ekaputra, 2010, Sistem Pidana di dalam KUHP dan pengaturannya menurut konsep KUHP baru, USU Press, Medan, Hal. 58. 4

hilangnya nyawa orang lain, kejadian ini dinilai baru merupakan percobaan pembunuhan (pasal 338 jo pasal 53 KUHP). III. Kesimpulan Kedudukan KUHP dalam perlindungan hukum dari kejahatan terhadap nyawa (misdrijven tegen het leven) adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain yang tercantum di dalamnya, memiliki kepentingan hukum yang dilindungi dan yang merupakan obyek kejahatan ini adalah nyawa (leven) manusia. Dalam KUHP telah diatur dalam Bab XIX Buku II KUHP, kejahatan terhadap nyawa terbagi menjadi: kejahatan yang memiliki dasar unsur kesalahannya dan kejahatan terhadap nyawa berdasarkan atas dasar obyeknya (nyawa). Perbuatan dalam kejahatan terhadap nyawa dapat berwujud menembak dengan senjata, api, menikam dengan pisau, memberikan racun dalam makanan, bahkan dapat berupa diam saja dalam hal seseorang berwajib bertindak seperti tidak memberikan makan kepada seorang bayi. IV. Daftar Pustaka Buku : Chazawi, Adami, 2004, Kejahatan Terhadap Nyawa, PT. Raja Grafindo, Jakarta. Mampaung, Leden, 2000, Tindak Pidana terhadap Tubuh dan Nyawa, Sinar Grafika, Jakarta. Projodikoro, Wirjono, 2003, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Rafika Aditama, Bandung. Sunggono, Bambang, 2002, Metodologi Penelitian Hukum, Cet, keempat, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Ekaputra, Mohammad, 2010, Sistem Pidana di dalam KUHP dan pengaturannya menurut konsep KUHP baru, USU Press, Medan. Moeljatno, 2001, Kitab Undang-undang Pidana, Bumi Aksara, Jakarta. Website : Anonim, Kejahatan Terhadap Nyawa, http://www.negarahukum.com/hukum /kejahatan-terhadap-nyawa.html/, diakses terakhir pada tanggal 06 Maret 2013. 5