DEPARTEMEN KAJIAN Dan AKSI STRATEGIS. Kenaikan. HargaBBM. Ditinjau dari Aspek Kewenangan Pengambilan Kebijakan. buka dari sini

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA : 58/PUU-X/2012

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No makro yang disertai dengan perubahan kebijakan fiskal yang berdampak cukup signifikan terhadap besaran APBN Tahun Anggaran 2013 sehingg

UU 3/1991, TAMBAHAN DAN PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1990/1991

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 42/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1993 TENTANG TAMBAHAN DAN PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1992/93

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1994 TENTANG TAMBAHAN DAN PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1993/94

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1995 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 1993/94 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1984 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 1983/1984 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 17/PMK.07/2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1992 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1991/1992

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No Menetapkan : 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 121/PMK.07/2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 2/1990, TAMBAHAN DAN PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1989/1990

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 42/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2017, No dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); c. bahwa sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (2), Pasal 30, dan Pasal 32 Undang-U

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No Memperhatikan : Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapat

215/PMK.03/2010 PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK, BAHA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 160.2/PMK.07/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.07/2007 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH

Bukan berarti rencana tersebut berhenti. Niat pemerintah membatasi pembelian atau menaikkan harga BBM subsidi tidak pernah berhenti.

, No.2057 tentang Kurang Bayar dan Lebih Bayar Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Tahun Anggaran 2013 dan Tahun Anggaran 2014 Menurut Provinsi/Ka

Membanguan Keterpaduan Program Legislasi Nasional dan Daerah. Oleh : Ketua Asosiasi DPRD Provinsi Seluruh Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Perkembangan Pasca UU MD3/2014. Herlambang P. Wiratraman Unair

SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/ PMK.02/ 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No provinsi/kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Bagi Hasil. Sumber Daya Alam. Migas. Perubahan.

2017, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Rincian Kurang Bayar Dana Bagi Hasil Menurut Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang Dialokasikan dala

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 137, Tambahan Lembaran Neg

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 152 /PMK.07/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi bagian dari proses peralihan Indonesia menuju cita demokrasi

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 226/PMK.07/2008 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM PERTAMBANGAN UMUM TAHUN ANGGARAN 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No Memperhatikan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nom

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 23/PUU-XIII/2015 Perincian Nominal dalam Undang-Undang APBN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

bahwa dalam rangka meringankan beban masyarakat,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

1 of 6 18/12/ :13

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 131.1/PMK.07/2007 TENTANG

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

(1) Pendapatan Negara dalam Tahun Anggaran 1994/1995 adalah sebesar Rp (tujuh puluh enam triliun dua ratus lima puluh lima

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Peran strategis Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah sebagai lembaga

DPD RI, BUBARKAN ATAU BENAHI?? Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 15 April 2016

BAB I PENDAHULUAN. berbagai elemen di dalam masyarakat. Contohnya elemen pemerintah dengan

KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 05/TAP/DPM UI/II/2015

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

URGENSI PENGGANTIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

MATRIX KOMPARASI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR PT GRAHA LAYAR PRIMA Tbk. NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD KABUPATEN/KOTA Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 22 April 2016

UU 4/1989, TAMBAHAN DAN PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1988/1989

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 35/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan DPR Dalam Pembahasan APBN dan APBN-P

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MEMAHAMI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. OLEH : SRI HARININGSIH, SH.,MH

Ringkasan Putusan. 1. Pemohon : HABEL RUMBIAK, S.H., SPN. 2. Materi pasal yang diuji:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

APBN YANG TERKIKIS OLEH UTANG 1 Oleh : Dr. Arif Budimanta 2

Transkripsi:

DEPARTEMEN KAJIAN Dan AKSI STRATEGIS Kenaikan HargaBBM Ditinjau dari Aspek Kewenangan Pengambilan Kebijakan buka dari sini

Pembahasan wacana kenaikan harga BBM kembali menguak dan menjadi sorotan utama berbagai pihak.bahkan, tak jarang muncul perdebatan sengit antara kubu pro dan kontra terhadap topik bahasan ini. Kenaikan harga BBM, sebuah isu yang dalam waktu dekat tak akan menjadi isu lagi. Semenjak tahun 2012, pemerintah telah mengambil ancang-ancang untuk mengeluarkan kebijakan menaikkan harga BBM sebagai respon terhadap naiknya harga minyak dunia.kondisi ini semakin diperparah dengan tidak seimbangnya besaran subsidi dengan tingkat konsumsi masyarakat yang kian melonjak dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, dalam agenda pembahasan APBN-Perubahan Tahun 2012, DPR menyelipkan klausula pada pasal 7 ayat 6a yang mengatakan bahwa: Tanpa terikat dengan undangundang di dalam hal ini memiliki makna bahwa pemerintah diperbolehkan mengambil tindakan yang belum diatur dalam undangundang, bahkan dalam keadaan darurat, pemerintah diperbolehkan untuk menyimpangi ketentuan dalam undang-undang, selama hal ini ditujukan semata-mata untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan konsep Negara kesejahteraan yang dianut di Indonesia, dimana pemerintah pemegang kekuasaan eksekutif diberi kebebasan untuk mengambil keputusan karena mereka lah pelayan public yang berinteraksi dengan masyarakat secara langsung. Kondisi ini menjadikan mereka adalah orang-orang yang paling mengetahui keadaan di lapangan. Dilihat dari teori perundang-undangan, maka pelimpahan wewenang dengan carayang demikian adalah sah-sah saja. Namun,hal yang menjadi pertanyaan, apakah materi muatan pelimpahan wewenang menentukan kenaikan harga BBM dapat dilaksanakan melalui wewenang atribusi.selain itu, apakah hal tersebut dapat dimuat dalam peraturan perundang-undangan berupa Undang-Undang APBN-P yang notabene tidak memiliki sifat regeling. Harga jual eceran BBM bersubsidi tidak mengalami kenaikan, kecuali dalam hal harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) dalam kurun waktu berjalan mengalami kenaikan atau penurunan lebih dari 15% (lima belas persen) dari harga ICP yang diasumsikan dalam APBN Perubahan Tahun Anggaran 2012, Pemerintah berwenang untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan kebijakan pendukungnya. Pasal tersebut secara eksplisit menyatakan adanya kewenangan dalam tubuh pemerintah untuk menentukan kenaikan harga BBM secara kondisional, yaitu apabila terjadi fluktuasi perubahan harga minyak mentah Indonesia. Dalam konteks ini, kewenangan yang dimiliki pemerintah sebagaimana dinyatakan di atas adalah jenis kewenangan atribusi, yaitu kewenangan yang dimiliki berdasarkan perintah Undang-Undang. Kewenangan ini memberikan kebebasan bagi penerimanya untuk menyelenggarakan tugas yang dilimpahkan kepadanya.kebebasan ini kerap dikenal dengan istilah asas diskresi atau freies ermessen, yang penggunaannya bertujuan untuk mengisi kekurangan atau melengkapi asas legalitas karena asas ini memberikan keleluasaan bertindak kepada pemerintah untuk melaksanakan tugasnya tanpa terikat kepada undang-undang. Jika dikembalikan lagi kepada penentuan kenaikan harga BBM, maka isu ini merupakan isu nasional yang sangat sensitif dan rentan mengguncang kehidupan ekonomi, sosial, dan politik negara. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu legitimasi yang kuat untuk menentukan kebijakan yang akan sangat berpengaruh bagi kehidupan warga masyarakat itu sendiri. Hal ini bersesuaian dengan konsep demokrasi Pancasila yang diterapkan di Indonesia, dimana masyarakat adalah penentu utama jalannya pemerintahan dalam kerangka Pancasila yang mengutamakan nilai-nilai dalam kelima silanya. Pentingnya suara rakyat terwujud dari pameo vox populi vox dei, suara rakyat adalah suara Tuhan, dan suara rakyat lah yang di nomorsatukan. Fungsi rakyat yang demikian diwujudkan dalam bentuk kelembagaan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang berkedudukan sebagai representasi rakyat.suara DPR harus dapat menggambarkan kehendak umum masyarakat atau volonte generale. Dengan teori tersebut, maka dapat diproyeksikan bahwa penentuan kebijakan, idealnya, tetap harus mengikutsertakan DPR dalam proses pembahasannya, karena keadaan akan berubah dan mungkin perkembangan di tengah masyarakat, paradigma atas kebutuhan masyarakat, serta faktor-faktor sosial-politis lainnya juga akan berubah. Presiden tidak dapat berperan secara tunggal dalam hal ini. 1 2

Pada faktanya, banyak media yang memberitakan bahwa pihakpihak dalam DPR tidak menyetujui adanya kenaikan harga BBM. Padahal kewenangan tersebut telah didistribusikan oleh UU APBN-P 2012 kepada Presiden.Hal inilah yang sangat dilematis, karena komitmen terhadap keputusan pemberian kewenangan kepada presiden dihadapkan fakta bahwa suara rakyat tidak mendukungnya. Di samping itu, UU APBN pun tidak kompatibel sebagai UU pemberi wewenang atribusi karena UU APBN sendiri memiliki sifat yang khusus. UU APBN memiliki norma hukum yang bersifat beschikking, konkret, dan sekali selesai. Berbeda dengan UU lain yang cenderung bersifat regeling, umum, abstrak, dan terus menerus. Hal ini disbebakan karena materi muatan berupa penentuan keuangan negara lah yang mengharuskannya diatur dalam bentuk UU. Oleh karenanya, pembuatannya pun tunduk pada rezim pembuatan UU sebagaimana diatur dalma Pasal 20 jo. Pasal 5 ayat (1) UUD NRI 1945, bahwa pembuatannya melibatkan Presiden bersama-sama dengan DPR. Yang menjadi masalah, pembahasan tentang pemberian kewenangan menentukan kebijakan ini dibahas pada rapat pembentukan UU APBN-P, yang mana pada tahun 2013 akan dibuat lagi UU APBN baru berdasarkan UU APBN-P tahun 2012 tadi. Oleh karenanya, mau tidak mau, pasti pembahasan tentang kenaikan harga BBM akan melalui proses diskusi anatar DPR dan Presiden lagi, karena pembentukan produk hukumnya yang mengharuskan demikian. Selanjutnya, ketentuan dalam UU APBN-P tersebut dituangakn dalam Pasal 8 UU No. 19 Tahun 2012 tentang APBN Tahun Anggaran 2013, dinyatakan bahwa: (1) Subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis tertentu dan bahan bakar gas cair (liquefied petroleum gas/lpg tabung 3 (tiga) kilogram dan liquefied gas for vehicle/lgv) Tahun Anggaran 2013 direncanakan sebesar Rp193.805.213.000.000,00 (seratus sembilan puluh tiga triliun delapan ratus lima miliar dua ratus tiga belas juta rupiah). (2) Belanja Subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat disesuaikan dengan kebutuhan realisasi pada tahun anggaran berjalan untuk mengantisipasi deviasi realisasi asumsi ekonomi makro, dan/atau perubahan parameter subsidi, berdasarkan kemampuan keuangan negara. Fungsi Anggaran DPR dikaitkan dengan APBN-P 2012 Berdasarkan rumusan pasal 23 UUD 1945 4 dalam Bab VIII tentang Hal Keuangan: (1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. (2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. (3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu. Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 mengatur tentang fungsi anggaran DPR yang memiliki hak budget.pasal ini menyebutkan bahwa Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RUU APBN) diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Pewakilan Daerah (DPD).DPR sesuai dengan hak budgetnya dapat menyetujui ataupun tidak menyetujui RUU APBN yang diajukan oleh pemerintah dan mengadakan pembahasan 5. Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 1 butir 7 merumuskan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Hal ini telah sesuai dengan amanat Pasal 23 UUD 1945 yang mengatur hak budget DPR seperti yang telah ditulis diatas. Dalam UU tersebut hanya dinyatakan disesuaikan tanpa disertakan siapa pihak yang berhak melakukan penyesuaian.hal ini yang menyebabkan kebingungan. Apabila ingin berpegang teuh dengan UU APBN-P yang lalu, amka harus disebut secara tegas bahwa yang memiliki wewenang adalah Presiden. 3 4

Pengaturan mengenai fungsi anggaran DPR yang memiliki hak budget dan hal mengenai APBN yang diatur dalam UU Keuangan Negara, lalu dihubungkan dengan UU APBN-Perubahan 2012. Fokus tulisan ini adalah menyoroti tentang kebijakan penaikan harga jual eceran BBM bersubsidi yang diatur dalam Pasal 7 ayat (6) dan (6a), yaitu : Pasal 7 ayat (6) : Harga jual eceran BBM bersubsidi tidak mengalami kenaikan. Pasal 7 ayat (6a) : Harga jual eceran BBM bersubsidi tidak mengalami kenaikan, kecuali dalam hal harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) dalam kurun waktu berjalan mengalami kenaikan atau penurunan lebih dari 15% (lima belas persen) dari harga ICP yang diasumsikan dalam APBN Perubahan Tahun Anggaran 2012, Pemerintah berwenang untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan kebijakan pendukungnya. Berdasarkan uraian di dalam tulisan ini terkait dengan kewenangan menaikan Harga BBM yang erat kaitannya dengan perundang-undangan yang ada di Negeri ini, maka BEM FH UI 2013 menolak kenaikan harga BBM karena dilihat dari dua aspek penting di dalam wacana kenaikan Harga BBM tahun ini, yaitu: 1. Wacana kewenangan menaikan harga BBM tahun ini ditinjau dari pengambilan keputusan kebijakannya ternyata masih melanggar prinsip fundamental Negara dan teori perundang-undangan di mana dalam hal ini kekuasaan eksekutif dapat dikatakan menuju absolutism di dalam penentuan apakah naik atau tidaknya Harga BBM. 2. Rumusan Pasal 7 ayat (6a) UU APBN tentulah tidak tepat apabila dikaitkan dengan Pasal 23 UUD 1945 yang mengatur bahwa RUU APBN dibahas bersama oleh Presiden dan DPR dan Pasal 1 butir 7 UU Keuangan Negara yang menyatakan bahwa APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Oleh karena itu, proses pengambilan kebijakan kenaikan Harga BBM tentulah bertentangan dengan Pasal 23 UUD 1945 dan Pasal 1 butir 7 UU Keuangan Negara. Namun, menjadi keliru apabila membandingkan rumusan Pasal 7 ayat (6a) UU APBNP 2012 ini dengan Pasal 23 UUD 1945 dan Pasal 1 butir 7 UU Keuangan Negara. Kedua dasar hukum ini menetapkan bahwa DPR memiliki fungsi anggaran untuk membahas RUU APBN/ APBN bersama Presiden dan APBN itu adalah RUU APBN yang disetujui oleh DPR.Disini, dapat kita temukan keganjilan bahwa dalam rumusan Pasal 7 ayat (6a) UU APBNP 2012, bahwa Pemerintah berwenang untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi dan kebijakan pendukungnya. Definisi mengenai apa yang dimaksud dengan Pemerintah tidak ditemukan dalam UU APBNP 2012 begitupun dengan UU APBN 2012. Namun, dengan menggunakan interpretasi komparatif, definisi mengenai Pemerintah dapat kita temukan dalam Pasal 1 butir 2 UU Keuangan Negara Pemerintah adalah pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah. Pendefinisian mengenai apa yang dimaksud dengan DPR dan DPD juga diatur berbeda dalam UU Keuangan Negara ini, masing-masing dalam Pasal 1 butir 3 dan 4 UU Keuangan Negara. 5 6

DEPARTEMEN KAJIAN Dan AKSI STRATEGIS Kenaikan HargaBBM Ditinjau dari Aspek Kewenangan Pengambilan Kebijakan copyright BEM FHUI 2013