TINJAUAN PUSTAKA. fotosintesis (Bold and Wynne, 1985). Fitoplankton Nannochloropsis sp., adalah

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. pembagian tugas yang jelas pada sel sel komponennya. Hal tersebut yang

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

I. PENDAHULUAN. mikroalga dikenal sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien

I. PENDAHULUAN. memerlukan area yang luas untuk kegiatan produksi. Ketersediaan mikroalga

2. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang sulit dengan struktur uniseluler atau multiseluler sederhana. Contoh

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. kesuksesan budidaya. Kebutuhan pakan meningkat seiring dengan meningkatnya

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Spirulina sp.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

I. PENDAHULUAN. Mikroalga merupakan jasad renik dengan tingkat organisasi sel yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya dikenal dengan nama fitoplankton. Organisme ini merupakan

I. PENDAHULUAN. yang dibutuhkan untuk pertumbuhan larva (Renaud et.al, 1999). Pemberian pakan

I. PENDAHULUAN. di alam yang berguna sebagai sumber pakan yang penting dalam usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikroalga Tetraselmis sp. merupakan salah satu mikroalga hijau.

I. PENDAHULUAN. Benih ikan berkualitas baik dibutuhkan dalam tahapan utama pembesaran ikan.

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembenihan pakan alami telah terbukti baik untuk larva.

2. TINJAUAN PUSTAKA. Scenedesmus sp. merupakan mikroalga yang bersifat kosmopolit dan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap Pertumbuhan Scenedesmus sp. yang Dibudidayakan Pada Media Limbah Cair Tapioka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi

TINJAUAN PUSTAKA. Nannochloropsis sp. adalah salah satu jenis fitoplankton dari golongan Chlorophyta yang

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton merupakan mikro alga sehingga dalam dunia pembenihan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan budidaya perikanan saat ini mengalami kendala dalam. perkembangannya, terutama dalam usaha pembenihan ikan.

PEMANFAATAN PUPUK CAIR TNF UNTUK BUDIDAYA Nannochloropsis sp ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam kegiatan budidaya ikan, pakan dibagi menjadi dua jenis, pakan buatan dan

I. PENDAHULUAN. Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Protein berperan

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. yang termasuk dalam bentuk mikro terdiri dari Fe, Co, Zu, B, Si, Mn, dan Cu (Bold

The Growth of Chlorella spp Culturing with Some Density of Inoculum. Lady Diana Tetelepta

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Hibberd (1981), menggolongkan sel Nannochloropsis sp. ke dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari di Balai Besar Pengembangan Budidaya

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

I. PENDAHULUAN. Usaha pengembangan budidaya perairan tidak dapat lepas dari pembenihan jenisjenis

MANAJEMEN KUALITAS AIR

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

1. Terlibat langsung dalam fungsi metabolisme tanaman (involved in plant metabolic functions).

Gambar 8. Kelimpahan Sel Chlorella Selama Kultur

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat melakukan fotosintesa. Klasifikasi Nannochloropsis sp. menurut Renny

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KULTIVASI Chaetoceros gracilis DALAM MEDIUM NPSi 4.1 Pendahuluan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.)

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

I. PENDAHULUAN. digunakan sebagai sumber pakan alami untuk pembenihan larva udang, ikan dan

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan dan memiliki nilai gizi tinggi yaitu, kandungan protein 74%, lemak

KANDUNGAN LEMAK TOTAL Nannochloropsis sp. PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA ABSTRAK

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chaetoceros sp. adalah salah satu spesies diatom. Diatom (filum

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN

I. PENDAHULUAN. yaitu ± ,42 Km (Dahuri dkk, 2011). Di laut, tumbuh dan berkembang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan bahan persediaan bahan bakar fosil berkurang. Seiring menipisnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

@BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Nutrien tersebut memiliki

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KULIAH 2 HUBUNGAN AIR, TANAH DAN TANAMAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hibberd (1981) klasifikasi Nannochloropsis sp. adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap pertumbuhan Chlorella sp.diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa

Kultivasi, reproduksi dan pertumbuhan Bakteri

PENGARUH SALINITAS DAN NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN TOTAL Nannochloropsis sp. ABSTRAK

MIKROBIOLOGI PANGAN TITIS SARI

I. PENDAHULUAN. pembenihan karena memiliki nutrisi tinggi, antara lain protein %,

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp. 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Mikroalga diartikan berbeda dengan tumbuhan yang biasa dikenal walaupun secara struktur tubuh keduanya memiliki klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis (Bold and Wynne, 1985). Fitoplankton Nannochloropsis sp., adalah salah satu jenis mikroalga yang dapat melakukan fotosintesis. Klasifikasi Nannochloropsis sp. menurut Hibberd (1981) adalah sebagai berikut : Kingdom : Chromista Super Divisi Divisi : Eukaryotes : Heterokontophyta Kelas : Eustigmatophyceae Ordo : Eustigmatales Famili Genus : Monodopsidaceae : Nannochloropsis Spesies : Nannochloropsis sp. Divisi Eustigmatophyta merupakan kelompok mikroalga dengan 7 genus dan 12 spesies. Mikroalga divisi Eustigmatophyta meliputi mikroalga laut, air tawar dan spesies yang dapat hidup di tanah. Mikroalga divisi Eustigmatophyta 7

bersifat uniseluler, sel berbentuk coccoid dan dinding sel polisakarida. Eustigmatophyta mengandung satu kloroplas berwarna hijau kekuninan yang mengandung klorofil badan pigmen aksesori violaxanthin dan β-karoten dan merupakan organisme autotrof (Hibberd, 1981). Salah satu spesies mikroalga dari divisi Eustigmatophyta adalah Nannochloropsis sp. Sel Nannochloropsis sp. bersifat non-motil, berbentuk bulat telur, berdiameter 2-4 μm, memiliki pyrenoid dalam kloroplas tunggal dan mengandung klorofil-a (Biondi, 2011). Sedangkan Hoek et.al. (1998) menjelaskan bahwa Nannochloropsis sp. merupakan fitoplankton berwarna hijau yang berukuran 2-4 μm dan tidak memiliki flagel (Gambar 2). Nannochloropsis sp. dapat melakukan fotosintesis karena memiliki klorofil-a yang terdapat di kloroplas. Tiap satu sel Nannochloropsis sp. (Gambar 3) hanya memiliki satu kloroplas yang mengandung pyrenoid. Gambar 2. Koloni Nannochloropsis sp. (Biondi, 2011) 8

Gambar 3. Sel Nannochloropsis sp. (perbesaran 100x) Gambar 4. Morfologi Sel Nannochloropsis sp. (Hoek et.al., 1998) 9

Nannochloropsis sp. dapat hidup di banyak tempat (kecuali tempat yang kritis bagi kehidupannya) sehingga bersifat kosmopolit dan dapat hidup pada salinitas optimum sekitar 20 25. Nannochloropsis sp. Selain itu fitoplankton ini hidup pada ph 8-9,5; intensitas cahaya 1.000 10.000 lux dan suhu 25 o -30 o C. Selain itu Nannochloropsis sp. masih dapat bertahan hidup pada suhu 40 o C namun pertumbuhannya tidak normal (Balai Budidaya Laut, 2002). Genus Nannochloropsis meliputi laut dan spesies air tawar, meskipun bioteknologi dari alga ini pada saat ini terbatas pada spesies laut (Biondi, 2011). Nannochloropsis sp. merupakan salah satu jenis mikroalga yang banyak dimanfaatkan sebagai pakan alami, terutama untuk pakan larva ikan. Nannochloropsis sp. memerlukan beberapa unsur hara makro dan mikro untuk dapat hidup. Unsur makro yang diperlukan Nannochloropsis sp. seperti N, P, K sedangkan unsur mikro yang dibutuhkan Nannochloropsis sp. diantaranya Mg, Mn, S, Zn dan Cu. Unsur hara makro dapat digunakan dalam media kultur dengan bentuk yang berbeda misalnya dalam bentuk NO 3 -, NO 2 - dan NH 4 (Bold and Wynne, 1985). Nitrogen (N) merupakan unsur makro yang paling dibutuhkan oleh Nannochloropsis sp. dalam jumlah banyak dibandingkan unsur yang lain karena nitrogen merupakan senyawa yang mudah larut di dalam air sehingga mudah dimanfaatkan oleh Nannochloropsis sp. sebagai sumber nutrien (Purwitasari et.al, 2012). 2.1.2 Pertumbuhan Nannochloropsis.sp Adanya pertumbuhan dalam kultur fitoplankton ditandai dengan bertambahnya ukuran sel fitoplankton dan bertambah besarnya ukuran sel. Lavens 10

and Sorgeloos (1996) menjelaskan bahwa pertumbuhan fitoplankton dibagi dalam beberapa fase (Gambar 4) yaitu fase lag, fase logaritmik/eksponensial, fase berkurangnya pertumbuhan relatif, fase stasioner, dan fase kematian. 1. Fase Lag Pada fase lag belum mengalami perubahan. Pada fase ini pertumbuhan fitoplankton dikaitkan dengan adaptasi fisiologis metabolisme sel pertumbuhan fitoplankton, seperti peningkatan kadar enzim dan metabolit yang terlibat dalam pembelahan sel dan fiksasi karbon. 2. Fase Logaritmik atau Eksponensial Pada fase eksponensial sel fitoplankton telah mengalami pembelahan sel dengan laju pertumbuhannya tetap. Pertumbuhan fitoplankton dapat maksimal tergantung pada spesies alga, nutrien, intensitas cahaya, dan temperatur. 3. Fase berkurangnya pertumbuhan relatif Pertumbuhan sel mulai melambat ketika nutrien, cahaya, ph, CO 2 atau faktor kimia dan fisika lain mulai membatasi pertumbuhan. 4. Fase Stasioner Pada fase keempat faktor pembatas dan tingkat pertumbuhan seimbang. Laju kematian fitoplankton relatif sama dengan laju pertumbuhannya sehingga kepadatan fitoplankton pada fase ini relatif konstan. 5. Fase Kematian Pada fase kematian, kualitas air memburuk dan nutrient habis hingga ke level tidak sanggup menyokong kehidupan fitoplankton. Kepadatan sel 11

menurun dengan cepat karena laju kematian fitoplankton lebih tinggi daripada laju pertumbuhannya hingga kultur berakhir. Masa kultur Keterangan: 1. Fase lag 2. Fase logaritmik/eksponensial 3. Fase berkurangnya pertumbuhan relatif 4. Fase stasioner 5. Fase kematian Gambar 5. Pola pertumbuhan fitoplankton (Lavens and Sorgeloos, 1996). Fase eksponensial ditandai dengan cepatnya pertumbuhan sel Nannochloropsis sp. pada fase tersebut dengan diiringi banyaknya produksi pigmen Nannochloropsis sp (Chalid, 2010). Yanuaris (2012) menjelaskan bahwa pada kultur fitoplankton, fase eksponensial mulai terjadi pada hari pertama hingga hari kedua karena ketersediaan nutrien untuk Nannochloropsis sp. habis terserap pada hari itu. Pada fase eksponensial fitoplankton memiliki waktu penggandaan yang lebih singkat dibanding fase lag apabila lingkungan adaptasinya baik. Cepatnya pembelahan sel fitoplankton dapat disebabkan oleh kebutuhan nutrien yang tercukupi (Resmawati et.al, 2012). Muhaemin (2005) menjelaskan bahwa fase eksponensial pada kultur mikroalga berada pada kisaran jam ke 5-120 di mana fase tersebut ditandai dengan meningkatnya densitas fitoplankton yang signifikan dan tidak selalu diikuti dengan laju yang konstan. 12

2.1.3 Faktor Pembatas Kepadatan dan nutrisi pada fitoplankton dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, diantaranya suhu, cahaya, ph air dan jumlah nutrien yang ada (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). 1. Suhu Pertumbuhan sel dalam kultur fitoplankton ditandai dengan bertambah besar dan bertambah banyaknya ukuran sel. Suhu dalam kultur mempengaruhi keberhasilan fitoplankton. Suhu air yang optimal bagi pertumbuhan fitoplankton adalah sekitar 23-25 o C pada skala laboratorium dan 30 o C pada skala masal dan semi masal (Sari dan Manan, 2012). Sementara itu menurut Barsanti dan Paulo (2006) suhu yang sesuai pertumbuhan fitoplankton pada iklim tropis adalah >20 o C, namun biasanya kebanyakan jenis fitoplankton dapat menoleransi suhu antar 16-27 o C. 2. Cahaya Pada kultur fitoplankton, cahaya merupakan faktor terpenting karena fitoplankton membutuhkan cahaya untuk proses fotosintesis (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Cahaya dalam kultur fitoplankton diperoleh dari penyinaran lampu neon. Penyinaran cahaya haru sesuai untuk kultur, apabila cahaya terlalu terang akan menghambat proses fotosintesis, durasi pencahayaan buatan minimum harus 18 jam (Lavens and Sorgeloos, 1996). Sari dan Manan (2012) menjelaskan bahwa untuk kultur skala laboratorium cahaya didapat dari cahaya lampu TL dengan kapasitas sebesar 1450 lux. 13

3. ph Air Kondisi ph yang baik diperlukan untuk kultur fitoplankton terutama pada saat panen. Pada saat itu proses koagulasi fitoplankton harus berada pada kondisi maksimum agar waktu koagulasi fitoplankton lebih singkat dan presentase tenggelam tinggi. Kondisi tersebut dapat dicapai dengan penambahan NaOH 100 ppm pada ph 8 (Muhaemin dkk, 2006). Sari dan Manan (2012) menjelaskan bahwa nilai ph diukur dengan menggunakan ph meter. Nilai ph pada kultur fitoplankton skala laboratorium dan semi masal berkisar antara 7,7-7,8. Sementara itu menurut Barsanti dan Gualtieri (2006) ph yang sesuai untuk kultur fitoplankton adalah antara 7-8 dengan rentang optimum 8,2-8,7. Rentang ph untuk kultur kebanyakan spesies alga adalah antara 7-9 dan rentang optimumnya antara 8,2-8,7 (Lavens and Sorgeloos, 1996). 4. Nutrien Pada kultur fitoplankton nutrien seperti unsur makro dan mikro sangat diperlukan untuk makanan fitoplankton. Unsur makro seperti N, P, K, S, Na, Si, dan Ca serta unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn, Cu, Mg, Mo, Co, B, dan lain-lain masing-masing memiliki fungsi pada pertumbuhan fitoplankton. Dalam pembentukan protein unsur N, P dan S sangat diperlukan. Selain itu unsur K berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, Fe dan Na berguna dalam pembentukan protein, sedangkan Si dan Ca berfungsi dalam pembentukan dinding sel fitoplankton (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). 14

2.2 Protein Komponen penting dan utama pada sel hewan atau manusia adalah protein, karena protein berperan sebagai zat utama dalam pembentukan tubuh (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Protein memiliki fungsi biologis yang sangat luas dan merupakan polipeptida yang terbentuk secara alami. Berat molekul protein dapat lebih besar dari 5000 (Kuchel and Ralston, 2006). Protein digolongkan dalam dua golongan, yaitu protein sederhana yang terdiri atas molekul-molekul asam amino dan protein gabungan yang terdiri atas protein dan gugus bukan protein. Protein sederhana dapat dibagi menjadi protein fiber dan protein globular, sedangkan protein gabungan diantaranya mukoprotein, glikoprotein, lipoprotein, dan nukleoprotein. Di dalam air protein akan membentuk ion positif dan ion negatif. Berdasarkan fungsi struktur dan mekanisme kerja protein dibagi dalam empat kelas utama, yaitu (1) Protein pengubah (Transforming proteins) adalah protein yang mengubah satu jenis energi ke energi yang lain, seperti energi kimia menjadi energi mekanik (protein otot). Enzim merupakan salah satu contoh protein dalam protein pengubah karena dapat mengubah energi kimia menjadi jenis lain dari energi kimia berdasarkan mengubah satu zat kimia menjadi lain. (2) Protein informasi (Informational proteins), berfungsi dalam transmisi atau pemrosesan informasi. (3) Protein struktural (Structural proteins) berperan sebagai pembentuk blok dalam sel, atau sebagai bagian dari kerangka kerja di luar sel. (4) Protein pertahanan (Defence proteins) adalah kelompok yang lebih heterogen berkaitan dengan pertahanan terhadap resiko serangan molekul dan 15

organisme berbahaya dan termasuk antibodi, protein pembekuan darah dan racun (Robson and Garnier, 1988) Protein akan membentuk ion positif apabila dalam suatu perairan dalam keadaan asam sedangkan apabila kondisi perairan dalam keadaan basa protein akan membentuk ion negatif. Aktifitas biokimiawi protein dapat berkurang apabila terdapat perubahan di lingkungan seperti perubahan suhu, ph atau karena reaksi dengan senyawa lain sehingga konformasi molekulnya berubah. Aktifitas dan kemampuan protein untuk menunjang aktivitas organ tubuh tertentu akan berkurang apabila suatu protein mengalami konformasi pada molekulnya (Poedjiadi, 1994). Kandungan protein per sel fitoplankton yang dianggap sebagai salah satu faktor yang paling penting untuk menentukan nilai gizi fitoplankton sebagai pakan dalam budidaya ikan. Kandungan protein untuk Nannochloropsis oculata dalam berat kering adalah sebesar 2,1 pg/cell dengan presentase 35% (Lavens and Sorgeloos, 1996). 2.3 Nitrogen Pada media pertumbuhan fitoplankton, unsur yang paling penting di fase pertumbuhan eksponensial adalah konsentrasi N yang tinggi pada NaNO 3. Hal itu disebabkan karena tetap berlangsungnya aktivitas metabolisme sel dalam jangka waktu optimum sehingga pembelahan sel terus berlangsung di fase eksponensial. Kandungan nitrogen yang tinggi dalam NaNO 3 pada media tumbuh fitoplankton dapat menghasilkan fitoplankton yang memiliki kandungan protein yang tinggi (Suminto, 2009). Reynolds (2006) menjelaskan bahwa nitrogen merupakan elemen kedua yang relatif dibutuhkan dalam jumlah terbatas pada ekologi 16

fitoplankton setelah asam amino. Konsentrasi nitrogen dalam NaNO 3 yang rendah akan mengakibatkan rendahnya jumlah protein dalam fitoplankton, karena dalam proses sintesis asam amino nitrogen diperlukan sebagai penyusun protein dalam sel (Colla et al., 2005 dalam Suminto, 2009). Nitrogen yang terdapat pada media tumbuh fitoplankton memiliki peran penting dalam pembentukan protein (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Nitrogen merupakan senyawa yang berfungsi sebagai penyusun protein dan klorofil pada tumbuhan dan hewan. Di perairan, nitrogen didapat bukan dalam bentuk gas namun berupa nitrogen organik dan nitrogen anorganik. Nitrogen organik berupa protein, asam amino dan urea, sedangkan nitrogen anorganik terdiri atas ammonia (NH 3 ), ammonium (NH 4 ), Nitrit (NO 2 ), Nitrat (NO 3 ) dan molekul nitrogen dalam bentuk gas (N). Nitrat yang menjadi sumber nitrogen untuk penuyusun protein pada tumbuhan diperoleh dari proses konversi. Proses tersebut dapat dilihat pada persamaan reaksi (Effendi, 2003). NO 3 - + CO 2 + tumbuhan + cahaya matahari protein Mikrolaga membentuk protein dalam tubuh dengan mengambil nutrien yang - dibutuhkan untuk pembentukan protein dari luar tubuhnya seperti NO 3 (Reynolds, 2006). Perubahan nitrat menjadi protein dalam tubuh fitoplankton diilustrasikan dalam Gambar 6. 17

Gambar 6. Proses perombakan nitrat dari luar tubuh menjadi protein dalam tubuh (lingkaran merah) (Reynolds, 2006) Salah satu senyawa nitrogen yang penting bagi mikroalga adalah dalam bentuk senyawa nitrat. Bentuk penting dari kombinasi nitrogen yang dapat dimanfaatkan oleh fotoautotrof seperti fitoplankton adalah ion nitrat (NO - 3 ), nitrit (NO - 2 ) dan ammonium (NH + 4 ) meskipun tidak semua jenis fitoplankton dapat memanfaatkannya (Reynolds, 2006). Sementara itu menurut Edhy dkk (2003) nitrogen yang dapat dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton secara langsung adalah ammonia bebas (NH 3 ) dan nitrat (NO - 3 ). Nitrat merupakan bentuk dari nitrogen di perairan yang bersifat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Nitrat diperoleh dari proses oksidasi sempurna dari senyawa oksigen di perairan (Effendi, 2003). Nitrat merupakan sumber nitrogen yang sering digunakan dalam media kultur fitoplankton (Barsanti dan Gualtieri, 2006). Svehla (1985) menyatakan bahwa berdasarkan kelarutannya, semua nitrat dikategorikan sebagai 18

senyawa yang larut dalam air. Apabila diolah dengan air nitrat dapat menghasilkan garam basa yang dapat larut dalam nitrat encer. Karena sifatnya yang mudah larut dalam air, nitrat mudah dimanfaatkan oleh Nannochloropsis sp. untuk pertumbuhan sehingga pertumbuhan fitoplankton lebih cepat (Purwitasari et.al, 2012). 19