BAB IV ANALISIS DATA OPINI MAHASISWA TENTANG SURAT KABAR HARIAN DI SURABAYA. temuan di lapangan dan dikonfirmasikan dengan teori komunikasi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA OPINI MAHASISWA TENTANG EMOTICON LGBT (LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANGENDER) PADA MEDIA SOSIAL LINE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis, dan mengevaluasi media massa. Pada dasarnya media literasi

BAB I PENDAHULUAN. elemen yang saling membutuhkan. Dalam menjalankan kewajibannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III DATA OPINI MAHASISWA TENTANG SURAT KABAR HARIAN DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

BAB IV P E N U T U P. pelaksanaan Penggantian Antar Waktu Wakil Bupati Kabupaten Parigi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) HUKUM DAN KODE ETIK JURNALISTIK

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita)

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. membuat informasi yang dibutuhkan dapat diakses dengan cepat, dan memiliki tampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi

BAB V PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Praktik jurnalisme kloning kini menjadi kian populer dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia broadcasting

Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) Oleh: Rofiuddin AJI Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang tidak biasa dilepaskan dari bagian aktifitas manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB IV PENUTUP. peneliti menemukan makna-makna atas pelanggaran-pelanggaran kode etik

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

Etika Profesi Public Relations

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

KAJIAN SERTIFIKASI PADA PROFESI JURNALIS. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

BAB I PENDAHULUAN. khalayak dengan menggunakan bahasa visual. Baik itu berupa tulisan,

BAB VI PENUTUP. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. media massa yang beredar, baik media cetak seperti: surat kabar, tabloid dan

BERITA LITERASI MEDIA DAN WEBSITE KPI (ANALISIS ISI KUANTITATIF BERITA MENGENAI LITERASI MEDIA PADA WEBSITE KOMISI PENYIARAN INDONESIA)

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat kepada media massa menjadikan peranan pers semakin penting. Seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wartawan atau jurnalis merupakan orang yang bertugas atau

BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Pengakses internet terus mengalami peningkatan sejalan dengan

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. juga sekaligus dapat mempengaruhi kita. Secara tidak langsung media telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SIKAP MAHASISWA TERHADAP PEMBERITAAN KEKERASAN WARTAWAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

BAB IV PENUTUP. baik media cetak maupun elektronik. Demikian pula hal tersebut berlaku bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia yang hidup di masa ini adalah manusia yang dimudahkan

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE


BAB I PENDAHULUAN. mudahnya mendapatkan pilihan informasi sesuai yang mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat langsung tersampaikan kepada khalayak dalam waktu singkat.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak dapat terlepas untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam merupakan agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan oleh Tuhan dengan berpasang-pasangan dan berdampingan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan citra organisasi yaitu Televisi Republik Indonesia ( TVRI).

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan informasi pada setiap detiknya. masyarakat untuk mendapatkan gambaran dari realitas sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagian masyarakat berpikir menjadi seorang jurnalis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Yaitu, media massa dijadikan sebagai institusi ekonomi. massa ialah penggabungan media-media dalam kepemilikan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

Public Relations Humas Simetris & Objektivitas Pemberitaan Oleh: Rachmat Kriyantono, Ph.D

BAB I PENDAHULUAN. kabar yang bersangkutan. Penyajian sebuah isi pesan dalam media (surat

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Obyektivitas pemberitaan adalah suatu penyajian berita yang benar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan ke era reformasi menjadi awal kebebesan pers karena

BAB I PENDAHULUAN. dan diamalkan oleh manusia dari generasi ke generasi berikutnya. 1 Dakwah. ulama` sepakat bahwa hukum dakwah adalah wajib.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DATA OPINI MAHASISWA TENTANG SURAT KABAR HARIAN DI SURABAYA A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif data merupakan bahan yang sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi fakta yang ada di lapangan. Selain itu juga berguna untuk menjelaskan kebenaran temuan penelitian. Untuk selanjutnya menganalisis data temuan di lapangan dan dikonfirmasikan dengan teori komunikasi. Adapun dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan beberapa temuan yang menggambarkan opini mahasiswa aktivis LPM UIN Sunan Ampel tentang surat kabar harian saat ini. Penjelasan tentang analisis data penelitian ini lebih difokuskan pada opini-opini mahasiswa aktivis tentang surat kabar yang berbeda-beda satu orang dengan yang lain. Berikut akan dipaparkan hasil temuannya. 1. Opini Mahasiswa Aktivis LPM tentang Konten Berita Surat Kabar Harian a. Opini mahasiswa tentang isi berita surat kabar Mahasiswa aktivis LPM dalam beropini tentang surat kabar harian saat ini berbeda-beda. Mahasiswa sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif mempunyai perhatian yang berbeda-beda dalam memandang isi surat kabar. Tanggapannya terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, efek media massa pada mahasiswa aktivis itu tidak seragam, melainkan beragam. Hal ini 81

82 disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaan mereka. Seperti halnya ketika mahasiswa aktivis menganggap isi surat kabar sangat segmentatif. Surat kabar mempunyai segmen pembaca yang berbeda-beda dan mempunyai ciri khas masing-masing. Isi sebuah berita, sangat tergantung kepada frame dan citra yang ingin dibangun oleh media ke masyarakat. Misalnya Jawa Pos ingin menjadi bacaan yang ringan dan mudah dimengerti masyarakat semua kalangan. Karena segmennya semua kalangan, jadi isi dari surat kabar tersebut juga lebih to the point. Jawa pos lebih kritis dan tegas ketika melakukan kritik, karena itu gaya mereka. Dan itu (kritis dan tegas) yang disukai pembaca. Kolom hiburan juga akan lebih punya banyak space di Jawa Pos. Ada banyak rubrik hiburan dengan berbagai gambar. Sportaiment, deteksi, dan semacamnya. Berbeda dengan Jawa Pos, harian Kompas lebih retoris dan menggunakan bahasa yang lunak. Hal itu dikarenakan segmennya akademisi ke atas. Begitu juga dengan harian Bhirawa, karena sebagai mata birokrasi dan segmennya hanya birokrasi dan instansi tertentu, maka berita yang dimuat lebih banyak informatif, minim kritik. Melaporkan kondisi Jawa Timur kepada pembaca. Rubrik hiburan pun hampir tidak ada. Informan lain menjelaskan bahwa media saat ini memang sudah terpetakan. Media saat ini digunakan sebagai alat propaganda politik oleh tokoh-tokoh politik. Menurutnya, beberapa pemilik media adalah aktor-

83 aktor politik yang menggunakan media massa demi kepentingan politiknya masing-masing. Hal tersebut bisa dilihat pada koran Kompas dan Jawa Pos yang memiliki perbedaan yang sangat jelas ketika memberitakan sebuah fakta, khususnya yang menyangkut isu politik. Bagaimana Kompas mengemas berita yang bertujuan untuk mendukung tokoh tertentu. Begitu juga dengan Jawa Pos. Sedangkan informan lain menyebutkan surat kabar saat ini sering memanipulasi fakta demi mencapai tujuan dari media itu sendiri. Banyak berita dari surat kabar yang saling berkontradiksi dengan media lainnya. Selain mengkritik surat kabar terkait penyajian fakta yang bersifat manipulatif, mahasiswa aktivis LPM juga berpendapat bahwa surat kabar saat ini masih kental bernuansa politik. Kebanyakan surat kabar saat ini, khususnya di Surabaya, halaman awalnya selalu mengungkap sisi politik praktis Indonesia. Sehingga para pembaca selalu disuguhi suguhan yang monoton. Informan lain menambahkan sejauh ini memang media pasti punya kepentingan. Ada agenda setting dari setiap berita yang ditulis. Meskipun begitu, mereka berpendapat media cetak masih bisa menjadi sumber yang terpercaya. Selain itu, mahasiswa aktivis LPM juga menganggap media massa yang salah satunya berfungsi untuk mendidik masih minim. Untuk saat ini media juga belum bisa dikatakan sebagai mendidik. Tujuan utama media saat ini tetap memusat pada ranah politik. Sehingga pembaca mudah

84 terpengaruh oleh fungsi pers yang mendidik (baca:menggiring) ke arah paradigma politik salah satu media. Namun, ada juga mahasiswa aktivis LPM yang masih berpendapat bahwa surat kabar, khususnya yang ada di Surabaya saat ini masih dalam batas wajar (layak) untuk dikonsumsi masyarakat. Menurutnya, surat kabar masih berpihak pada fungsi pers, yakni to inform, to education, ataupun to entertaint. Fungsi-fungsi tersebut masih dijalankan dan masih sesuai dengan koridornya. Selain tatanan psikologis, perbedaan pengetahuan, tingkat intelektual, dan pengalaman masing-masing mahasiswa aktivis juga berpengaruh dalam pembentukan opini tentang isi surat kabar harian saat ini. Dari beberapa opini yang telah disampaikan mahasiswa aktivis LPM, dapat peneliti rumuskan hasil temuan penelitian opini mahasiswa aktivis LPM tentang isi surat kabar harian: 1) Isi surat kabar segmentatif 2) Media sebagai alat propaganda politik 3) Isi berita manipulatif 4) Kental nuansa politik 5) Berpihak pada kepentingan pemilik 6) Fungsi media untuk mendidik masih minim 7) Masih layak konsumsi b. Sikap mahasiswa mengenai surat kabar harian Untuk memahami opini seseorang dan publik tersebut, menurut R. P. Abelson bukanlah perkara mudah. Salah satu yang berkaitan dengan

85 opini publik menurut R. P. Abelson adalah apa yang sebenarnya dirasakan atau menjadi sikapnya (attitude). Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengetahui bagaimana mahasiswa aktivis LPM menyikapi surat kabar harian yang setiap hari mereka konsumsi. Dalam menyikapi surat kabar yang segmentatif, mahasiswa menyesuaikan antara surat kabar dengan informasi seperti apa yang mereka cari. Misalkan mahasiswa sedang membutuhkan informasi berita nasional dengan gaya santai dan mengenai hiburan, Jawa Pos pilihan yang mereka cari. Ketika membutuhkan informasi berita yang lebih lokal seperti Surabaya dan sekitarnya, Surya dan Surabaya Pos yang dicari. Hal itu dikarenakan surat kabar lokal lebih mendalam karena lokalitas mereka daripada surat kabar nasional yang terbatas rubriknya karena membagi dengan berita nasional. Mahasiswa lain mengutarakan bahwa mereka lebih memilih mencari informasi di media lain, seperti media online daripada media cetak. Karena menurut mereka informasi media online lebih valid daripada media cetak yang sering memanipulasikan fakta. Selain itu, mahasiswa aktivis juga tidak mau melihat surat kabar hanya dari nama besarnya saja. Justru surat kabar kecillah yang menurutnya memberitakan fakta yang benar dan valid sesuai data di lapangan. Selain itu, dari beberapa pemberitaan yang ada di media, mahasiswa tidak lantas menerimanya mentah-mentah begitu saja. Mereka lebih suka membandingkan media yang satu dengan yang lain. Langkah

86 menyinkronkan suatu berita dari media satu dengan media lainnya, entah dari surat kabar, televisi, ataupun internet dianggap sesuai untuk mengklarifikasi berita, supaya sumber berita tidak hanya satu. Selain itu, mahasiswa aktivis juga tertarik untuk membedah berita yang sama namun diberitakan secara berbeda (sudut pandang berbeda) oleh media lainnya. Dari perbedaan pemberitaan itulah sehingga mahasiswa memperingatkan untuk tidak terlalu percaya dengan apa yang disampaikan oleh media, dan menerimanya secara kritis. Menurutnya, media mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda. Dalam mengkonsumsi suatu berita, mahasiswa aktivis LPM selalu mencoba menganalisisnya sendiri. Terlebih ketika berbicara mengenai media online yang menurut mereka banyak berita-berita hoax. Mereka menghimbau kepada pembaca untuk terus meningkatkan pola pikir kritis dalam menerima informasi yang disampaikan media. Sikap kritis itu bisa dibentuk dengan belajar tentang analisa wacana, atau juga bisa menambah bahan bacaan bagi masyarakat. Sehingga masyarakat bisa menyaring berbagai pemberitaan secara kritis, tidak mentah-mentah. Dari situ masyarakat bisa simpulkan intisari dari sebuah berita tanpa terpengaruh oleh propaganda yang disampaikan oleh media massa. Dari berbagai pernyataan sikap mahasiswa aktivis LPM tentang surat kabar harian, dapat dirumuskan hasil penelitian sebagai berikut:

87 1) Menyesuaikan kebutuhan informasi 2) Selektif memilih media yang lebih terpercaya 3) Sinkronisasi media satu dengan lainnya 4) Mengkonsumsi berita secara kritis dan cerdas c. Surat kabar yang baik dan benar menurut mahasiswa Selain berkaitan erat dengan sikap, opini juga mempunyai kaitan erat dengan persepsi (perception). Menurut R. P. Abelson persepsi yaitu suatu proses memberikan makna, yang berakar dari berbagai faktor, yakni: latar belakang budaya, kebiasaan dan adat-istiadat yang dianut seseorang atau masyarakat; pengalaman masa lalu seseorang/kelompok tertentu menjadi landasan atas pendapat atau pandangannya; nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat); berita-berita, dan pendapat-pendapat yang berkembang yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Dalam memahami surat kabar sebagai salah satu media komunikasi massa, mahasiswa aktivis LPM mempunyai nilai-nilai sendiri berdasarkan pengetahuannya selama menempuh pendidikan pers di kampus ataupun di luar kampus. Dari nilai atau landasan pandangan yang dipegangnya tersebut, mahasiswa aktivis LPM mampu mengungkapkan bagaimana surat kabar yang baik dan benar. Salah satu mahasiswa aktivis LPM mengungkapkan bahwa surat kabar yang baik itu dikembalikan lagi pada ideologi pers, diantara fungsinya yakni untuk mendidik, menghibur, dan memberi informasi yang dibutuhkan masyarakat.

88 Sedangkan mahasiswa aktivis lainnya mengatakan surat kabar yang baik itu yang menyajikan berita yang ringan, menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti dengan cepat. Menurutnya berita yang bertele-tele itu tidak baik. Mahasiswa aktivis LPM yang lain lebih suka berita yang mengedukasi pembaca. Selain itu, dia lebih suka berita yang menggunakan kata-kata yang baik dan mudah diterima masyarakat (tidak terlalu vulgar). Ada dua poin penting mengenai pemberitaan yang baik dan benar. Pertama yang terpenting dari suatu berita adalah adanya unsur keberimbangan. Kedua adalah bagaimana kevalidan suatu berita itu harus teruji. Mereka menekankan selain berita tersebut sesuai dengan fungsi pers, juga harus berimbang. Artinya tidak menyudutkan salah satu pihak (cover both side). Sehingga dari hasil temuan di lapangan, dapat peneliti rumuskan surat kabar yang baik dan benar menurut mahasiswa aktivis LPM: 1) Mendidik, menghibur, dan informatif 2) Menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti 3) Edukatif 4) Valid dan berimbang 2. Opini Mahasiswa Aktivis LPM tentang Profesi Wartawan a. Opini mahasiswa tentang profesi wartawan Selain mengetahui opini mahasiswa aktivis LPM tentang surat kabar, peneliti juga ingin mengetahui opini mahasiswa aktivis LPM

89 tentang profesi wartawan selaku pembuat/pelaku penyuntingan isi berita surat kabar saat ini. Sudah menjadi hal umum saat ini bahwa profesi wartawan kini dianggap sama halnya buruh kerja, bukan lagi profesi. Isu kontroversial tersebut kemudian menjadi menarik ketika mahasiswa aktivis LPM seakan prihatin dengan stigma negatif pada profesi wartawan. Mahasiswa aktivis LPM dengan idealisme mahasiswanya selalu menjunjung tinggi martabat wartawan sebagai profesi. Sebagaimana diungkapkan Dan Nimo bahwa opini publik juga mempunyai ciri-ciri tertentu, salah satu ciri-cirinya adalah kontroversi menandai opini publik; artinya sesuatu yang tidak disepakati seluruh rakyat. Dalam hal ini adalah kontroversi yang menganggap wartawan sebagai profesi ataukah buruh. Menurut mahasiswa aktivis LPM, wartawan cetak, khususnya wartawan harian, masih mempunyai peran yang sangat penting. Karena mereka penyuplai informasi yang lebih akademis. Karena penerapan teknik jurnalistik dan prinsip-prinsip jurnalistik masih mendapat penekanan dan perhatian di media cetak. Berbeda dengan media televisi yang lebih mudah di manipulasi atau memainkan wacana. Sedangkan mahasiswa lain mengatakan memang wartawan sendiri bisa dikatakan bukan lagi sebagai profesi, tetapi sebagai buruh. Mereka berpandangan bahwa hal itu lantas bukan menjadi salah wartawan, karena mereka juga butuh makan (pekerjaan). Jadi, kalau wartawan tetap mempertahankan ideologinya sebagai wartawan dalam industri media, hal

90 itu cukup berat. Karena wartawan memang dalam dua kepentingan yang saling bertolak belakang. Jadi dalam menghadapi hal-hal seperti itu memang dibutuhkan wartawan yang berani mempertahankan idealismenya. Menurut mereka wartawan sekarang sudah dikendalikan oleh pemilik perusahaan media sehingga wartawan kehilangan independensinya. Pers mahasiswa saja yang notabene berada di bawah naungan kampus masih terdapat intervensi-intervensi dari birokrasi kampus dalam pembuatan sebuah berita. Mungkin atas dasar pendanaan yang berasal dari kampus, sehingga kampus masih bisa mengintervensi pers mahasiswa. Memang untuk saat ini pers mahasiswa belum bisa independen secara pendanaan. Tetapi setidaknya pers mahasiswa harus mempunyai independensi secara ideologi. Mahasiswa aktivis LPM lainnya mengatakan bahwa kondisi profesi wartawan saat ini memang sulit. Menurutnya ideologi pers sendiri sudah mulai ditinggalkan oleh para wartawan. Bagaimana menjadi wartawan yang tetap idealis, sedangkan wartawan masih terikat kontrak dengan kepentingan perusahaan media. Dari situ dikhawatirkan pers akan kehilangan citra di masyarakat. Menurut mereka, seharusnya bagaimana wartawan tetap menggunakan paradigma yang tetap mengutamakan berita yang menarik untuk dibaca masyarakat, tidak hanya karena tuntutan timeline kerja hingga akhirnya membuat berita yang asal-asalan.

91 Mahasiswa aktivis mengaku susah untuk menanggapi permasalahan konglomerasi media. Diungkapkan bahwa jika sudah bekerja di perusahaan, entah idealisme pers itu mau dijual atau tidak tergantung dari individu masing-masing. Masa-masa menjadi pers kampus dianggapnya kemewahan idealisme terakhir yang dimiliki oleh mahasiswa. Dikatakan bahwa saat ini kebebasan pers belum sepenuhnya terwujud meskipun telah ada payung hukum UU kebebasan pers yang bisa menjadi angin segar bagi insan pers untuk berprofesi di industri media. Menurut mereka ada beberapa hal yang melatarbelakanginya. Pertama, dari kepentingan pemilik media. Di setiap industri media pasti mempunyai kebutuhan ekonomi untuk keberlangsungan bisnis medianya. Berita harus laku di pasaran. Dari situ wartawan dituntut untuk melakukan segala cara, bahkan jika harus menggadaikan independensinya demi menghidupi perusahaan dimana dia bekerja. Sehingga yang tertekan adalah wartawan sebagai pelaku pembuat berita. Karena mereka berada di bawah kendali perusahaan. Yang kedua adalah seringkali seorang wartawan mendapatkan fee dari narasumber. Hal tersebut dalam rangka supaya wartawan mau memberitakan sesuai yang diinginkan narasumber tersebut. Menurutnya, hal-hal seperti itu sangat memprihatinkan. Pers memang dianggap sangat rawan untuk ditunggangi berbagai kepentingan. Mereka mempunyai peran yang sangat vital untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas dengan mudah. Sehingga

92 pers terkesan selalu menjadi kambing hitam ketika memberitakan sesuatu. Dari temuan berbagai opini yang disampaikan mahasiswa aktivis LPM tentang profesi wartawan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Berperan penting sebagai penyuplai informasi akademis 2) Wartawan kehilangan independensi 3) Wartawan sebagai buruh 4) Wartawan kehilangan idealisme 5) Sering terlibat berbagai kepentingan b. Profesi wartawan yang baik dan benar menurut mahasiswa Mahasiswa aktivis LPM menjelaskan, dalam menjalankan profesinya, wartawan yang baik harus tetap menggunakan prinsip jurnalisme yang baik pula. Dan juga harus taat pada etika jurnalistik, dan menggunakan sembilan elemen jurnalisme. Pers yang baik harus kembali lagi kepada fungsi pers itu sendiri. Pers menggali informasi, kemudian menyampaikannya kepada masyarakat sesuai data dan fakta. Pers juga harus tetap berpedoman pada kaidahkaidah jurnalistik dan fungsi pers. Sedangkan mahasiswa aktivis yang lain berpandangan lain bahwa wartawan yang baik harus update perkembangan berita. Aniq lebih memberikan perhatian lebih pada sisi aktualitas berita, sehingga dia lebih suka kepada wartawan yang bisa memperbarui dirinya dengan kabar yang terbaru juga.

93 Menurutnya, jurnalis yang baik adalah jurnalis yang mampu membawa diri. Dalam artian, ketika dia berada di suatu lokasi kejadian dimana banyak wartawan yang menjadi pesaingnya, dia harus cerdas, memunculkan paradigma-paradigma baru yang notabene adalah fakta. Harus tetap kreatif memberitakan fakta dari sudut pandang yang berbeda dari berita kebanyakan. Selain itu, wartawan jangan hanya mengemas berita dari sisi yang menarik saja. Tapi harus cerdas dalam membuat berita yang memang sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Mahasiswa aktivis LPM lainnya beranggapan pers yang baik dan benar itu menyajikan berita secara fakta dan bisa diuji kebenarannya. Dan juga dalam penggalian data wartawan harus bisa observasi secara langsung di TKP. Sehingga wartawan mempunyai data yang lengkap sebagai bahan pertanggung jawaban atas berita yang ditulisnya. Sedangkan Zainal berpandangan lain mengenai wartawan yang baik dan benar. Menurutnya, pers harus menempatkan dirinya sebagai alat pengontrol pemerintah dan bisa menyuarakan kepentingan rakyat. Para jurnalis seharusnya tidak mudah tergoda oleh hal-hal lain yang bisa mencederai profesinya sendiri. Meskipun itu berat, tetapi itulah jalan yang harus ditempuh. Dari sekian banyak opini mahasiswa terkait pers yang baik dan benar, dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Menerapkan fungsi dan prinsip jurnalisme 2) Selalu update

94 3) Mematuhi kode etik pers 4) Cerdas dan kreatif 5) Mempunyai data yang lengkap dan valid 6) Menyuarakan suara rakyat dan pengontrol pemerintah B. Konfirmasi Temuan dengan Teori Teori individual differences, yang merupakan pengembangan dari model S-O-R, yakni beranggapan khalayak dalam menerima pesan dianggap bersifat pasif. Namun Defleur kemudian melakukan modifikasi terhadap model tersebut dengan teori yang disebut perbedaan individual. Defleur dalam Onong Uchjana Effendi, menjelaskan bahwa individuindividu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan-pesan, terutama jika berkaitan dengan kepentingannya. Konsisten dengan sikap-sikapnya, sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai-nilainya. 76 Teori tersebut sama seperti hasil temuan di lapangan bahwa mahasiswa aktivis LPM dalam beropini tentang surat kabar harian dan profesi wartawan saat ini berbeda-beda. Mahasiswa sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif mempunyai perhatian yang berbeda-beda dalam memandang isi surat kabar. Begitu juga variasi opini mahasiswa aktivis LPM yang beragam ketika melihat profesi wartawan saat ini. Tanggapannya terhadap pesan-pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi, efek media massa pada mahasiswa aktivis itu tidak seragam, 76 Onong Uchjana Effendy, Ilmu,Teori,dan Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hlm. 275-276

95 melainkan beragam. Hal ini disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaan mereka. Anggapan dasar dari teori ini ialah bahwa manusia amat bervariasi dalam organisasi psikologisnya secara pribadi. Variasi ini sebagian dimulai dari dukungan perbedaan secara biologis, tetapi ini dikarenakan pengetahuan secara individual yang berbeda. Manusia yang dibesarkan dalam lingkungan yang secara tajam berbeda, menghadapi titik-titik pandangan yang berbeda secara tajam pula. Dari lingkungan yang dipelajarinya itu, mereka menghendaki seperangkat sikap, nilai, dan kepercayaan yang merupakan tatanan psikologisnya masing-masing pribadi yang membedakannya dari yang lain. Dari seperangkat sikap, nilai, dan kepercayaan yang dipegang itulah, mahasiswa mampu beropini tentang bagaimana surat kabar yang baik dan benar menurut mahasiswa untuk disampaikan kepada khalayak. Dari sekian mahasiswa aktivis, mereka memegang nilai-nilai dan fokus yang berbeda dalam berpendapat tentang bagaimana seharusnya surat kabar dan profesi wartawan yang baik. Oleh karena terdapat perbedaan individual pada setiap pribadi mahasiswa aktivis, maka secara alamiah dapat diduga akan muncul efek yang bervariasi sesuai dengan perbedaan individual itu. Tetapi dengan berpegang tetap pada pengaruh variabel-variabel kepribadian, yakni menganggap khalayak memiliki ciri-ciri kepribadian yang sama (mahasiswa aktivis sama-sama bergelut di bidang pers), teori tersebut tetap akan memprediksi keseragaman tanggapan terhadap pesan tertentu. Djalaluddin Rakhmat memberi kesimpulan bahwa berbagai faktor akan mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa. Faktor-faktor ini meliputi

96 organisasi personal-psikologis individu seperti potensi biologis, sikap, nilai, kepercayaan, serta bidang pengalaman. 77 Misalnya, mahasiswa dengan tingkat intelektual dan pengetahuan yang lebih tinggi cenderung lebih peka terhadap isi pesan yang menarik perhatian daripada mahasiswa dengan tingkat intelektual lebih rendah. Perbedaan individu lainnya termasuk jenis kelamin, usia, wilayah geografis, tingkat intelektual, kelas sosial ekonomi, dan kekayaan demografi lainnya. 78 Dalam penelitian ini profil demografi informan yang berbeda-beda dari segi usia, jenis kelamin, jabatan organisasi, pengalaman organisasi, dan pengetahuan yang akhirnya menimbulkan keragaman opini ketika mereka menerima pesan-pesan media massa. Dari berbagai perbedaan faktor tersebut masing-masing informan mempunyai jawaban yang berbeda-beda ketika ditanya mengenai opininya tentang surat kabar harian. 77 Djalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Cet.26, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2008), hlm. 204 78 George Rodman, Mass Media in a Changing World : History, Industry, Controvers, (R. R. Donnelley and Sons Inc., 2006), hlm. 458