BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari kecacatan sehingga untuk dapat melakukan aktivitas dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang kini digalakan salah satunya adalah di

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah menyelenggarakan. bagian-bagian integral dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja. Hal ini disebabkan karena 65% penduduk Indonesia. adalah usia kerja 30% bekerja disektor formal dan 70% disektor

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat

MEKANICAL CERVICAL & LUMBAR TRACTION. Oleh: Sugijanto

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

Naskah Publikasi. Diajukan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan program Pendidikan Diploma III fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi penting yaitusebagai stabilisasi serta mobilisasi tubuh.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Spine merupakan tulang penopang tubuh yang tersusun atas cervical

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah

LEMBAR PENGUMPULAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Gangguan nyeri pinggang dapat dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan gejala terbanyak kedua, setelah masalah saluran pernapasan atas, yang

BEDA PENGARUH LIFTING TECHNIC EXERCISE DENGAN BACK EXERCISE TERHADAP NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA GILING PADI

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CERVICAL ROOT SYNDROME DENGAN MODALITAS IR, & TERAPI LATIHAN DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

BAB I. punggung bawah. Nyeri punggung bawah sering menjadi kronis, menetap atau. sehingga tidak boleh dpandang sebelah mata (Muheri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang akan memberikan dampak positif dan negatif secara

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat. Nyeri punggung bawah sering dijumpai dalam

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, terutama di negara-negara industri. Sekitar 70-85% dari seluruh

kemungkinan penyebabnya adalah multifactorial sehingga sulit untuk mengetahui penyebab pasti dari keluhan tersebut dan kebanyakan LBP pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (UU RI, NO 36 Tahun

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTARA TERAPI LATIHAN WILIAM S FLEXION DENGAN MCKENZIE EXTENSION PADA PASIEN YANG MENGALAMI POSTURAL LOW BACK PAIN

BAB I PENDAHULUAN. sistem muskuloskeletal yang terkait bisa karena masalah pada tulang, sendi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUl... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... iii. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN. itu gerak dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya. tersebut, salah satu diantaranya adalah frozen shoulder.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas. mencapai 80% dari semua tenaga kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. sering di gunakan. Masalah pada pergelangan tangan sering dialami karena

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Kesehatan merupakan keadaan bebas dari

PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK

BAB I PENDAHULUAN. keluhannya seringkali rancu, sehingga pasien selalu menduga panyakitnya ada di

BAB I PENDAHULUAN. LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pengobatan (Kambodji, 2002). menyebabkan sekitar 12,5% dari seluruh angka sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa situasi dan kondisi pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau

PERBEDAAN PENGARUH PENAMBAHAN WILLIAM S FLEXION EXERCISES PADA INTERVENSI SHORT WAVE DIATHERMY DAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION PADA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

yang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu kelainan

BAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Untuk itu peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam rangka menciptakan. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup manusia atau seseorang berarti secara otomatis berdampak pula

Di susun oleh : LUFHI TIARANITA J

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Upaya dalam pembangunan kesehatan ditunjukkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, baik fisik, mental, dan sosial. Maka diperlukan suatu kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patologis dimana terjadi protusi dari anulus fibrosus beserta nukleus pulposus ke

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya bidang kesehatan. Pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan prioritas pada upaya promotif dan preventif tanpa

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang memanjakan kehidupan manusia. Sehingga akifitas fisik. mengalami peningkatan yang begitu pesat.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan sudah semakin terbuka luas.

BAB I PENDAHULUAN. fungsional. Banyak faktor yang dapat menimbulkan gangguan aktifitas

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI LOW BACK PAIN ET CAUSA MYOGENIK DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Angka kejadian Ischialgia bawah hampir sama pada semua populasi

Di susun oleh : LUFHI TIARANITA J

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat aktivitas masyarakat Indonesia semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga aktivitas dan pola hidup masyarakat semakin beragam. Untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah kesehatan. Menurut UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, kesehatan merupakan suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan sehat menurut sudut pandang fisioterapi adalah kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari tanpa adanya gangguan gerak dan fungsi tubuh. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, akan sering menimbulkan keluhan. Keluhan yang paling sering terjadi adalah nyeri pinggang. Nyeri pinggang atau low back pain (LBP) merupakan keluhan yang diperkirakan hampir semua orang pernah mengalaminya paling tidak sekali dalam hidupnya.menurut community oriented program for controle of rheumatic disease (CORPD) (2012), Indonesia menunjukan prevalensi nyeri pinggang 18,2% pada laki-laki dan 13,6% pada wanita. LBP terjadi karena beberapa faktor seperti duduk yang terlalu lama, postur tubuh yang buruk, trauma pada saat melakukan aktivitas, dan trauma mekanik atausaat mengangkat benda dengan posisi yang salah. Nyeri pinggang ini dapat bersifat nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri pinggang yang dirasakan akan menyebabkan penderita mengalami suatu ketidakmampuan atau 1

2 disabilitas sehingga terjadi keterbatasan fungsional dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Salah satu nyeri pinggang yang banyak dialami oleh pasien adalah nyeri karena disc bulging. Disc bulging merupakan suatu keadaan patologis yang diakibatkan adanya suatu penonjolan pada discus intervertebralis karena kerusakan dan kelemahan padaannulus fibrosus sehingga nucleus pulposus bergeser kearah posterior atau posterolateral dan menekan ligamen longitudinal posterior serta jaringan disekitarnya. Hal ini terjadi karena mengangkat beban yang berlebihan dalam posisi membungkuk, duduk dalam posisi statis dan dalam posisi yang salah, dan berputar secara mendadak atau berlebihan. Kerusakan dan kelemahan pada annulus fibrosus yang menyebabkan bergesernya nucleus pulposus sehingga terjadi inflamasi pada ligament longitudinal posterior dan menyebabkan nyeri yang sangat hebat karena ligament longitudinal posterior memiliki banyak ujung-ujung saraf sensorik atau saraf-saraf afferent tipe A dan C serta adanya iritasi radiks yang disebabkan penonjolan discus ke bagian posterior/posterolateral. Penyempitan forament intervertebra menyebabkan iritasi radiks karena radiks yang melewati lumen tertekan dan menimbulkan nyeri menyebar sepanjang jalur persarafan segmen tersebut yang disebut dengan nyeri radikular. Terjadinya penyempitan forament intervertebralis menyebabkan ligament yang berfungsi menjaga stabilitas gerak lumbal menjadi kendur sehingga fungsinya berkurang dan menyebabkan kerja otot berlebihan sehingga kontraksi berlebihan tidak dapat dihindari. Kontraksi berlebihan yang terus menerus ini akan menyebabkan vasokontriksi dan iskemikserta menimbulkan nyeri akibat terjadinya mekanisme guarding spasme yang merupakan mekanisme pertahanan diri terhadap nyeri. Pada saat melakukan gerakan tertentu terutama

3 pada saat gerak fleksi, maka akan menstimulasi nociceptor dan terjadi vasokontriksi kemudian ischemic yang menyebabkan nyeri. Posisi deviasi atau skoliosis lumbal menjadi salah satu posisi yang sering dijumpai pada penderita disc bulging. Posisi deviasi yang terjadi merupakan upaya untuk menghindari nyeri pada sisi yang berlawanan. Hal ini menyebabkan keterbatasan gerak pada penderita disc bulging. Banyaknya penyebab nyeri dan terjadinya keterbatasan gerak yang dialami oleh penderita disc bulging inilah yang harus ditangani secara optimal. Penanganan dalam mengatasi masalah-masalah tersebut sangat beragam, salah satunya adalah penanganan dengan fisioterapi. Menurut Permenkes No. 89 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan pekerjaan dan praktik fisioterapi, fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara,dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan dengan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi. Berdasarkan definisi diatas, fisioterapi sebagai bentuk pelayanan kesehatan, diharapkan memberikan pelayanan yang tepat, efektif, dan efisien dalam menangani keluhan serta keterbatasan fungsi pada kasus disc bulging. Banyak upaya penanganan fisioterapi untuk mengurangi nyeri serta ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas yang diakibatkan oleh penonjolan discus intervertebralis atau disc bulging, diantaranya dengan menggunakan metode elektroterapi, terapi latihan, dan manual terapi. Salah satu cara penanganan disc bulging adalah dengan metode manual terapi. Metode manual terapi yang dapat diapikasikan pada

4 kondisi ini sangat beragam, seperti spinal mobilization with leg movement (SMWLM) dan posterior anteriormobilization (PA Mobilization). SMWLM adalah salah satu teknik mobilisasiyang diikuti dengan gerakan tungkai secara bersamaan berdasarkan arah glide sendi pada segment tertentu tulang belakang terutama pada daerah lumbar spine (Mulligan,2010). SMWLM bertujuan untuk mengurangi nyeri pada saat pasien bergerak aktif maupun pada saat otot berkontraksi. PA mobilization nmerupakan teknik mobilisasi spinal yang mempunyai efek gapping bilateral sendi intervetebral. PA mobilization bertujuan untuk memobilisasi nucleus pulposus ke posisi normal, meningkatkan sirkulasi didaerah sekitar nyeri, mengulur sistem ligament intervertebral, menurunkan spasme otot, gapping facet, dan koreksi puncak kifosis sehingga dapat meningkatkan range of motion (ROM). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin meneliti dan mengetahui Perbedaan efektifitas SMWLM dengan PA mobilization terhadap nyeri dan disabilitas pinggang pada disc bulging lumbal B. Identifikasi Masalah Disc bulging atau penonjolan diskus intervertebra terjadi karena beban yang diterima diskus secara terus menerus dan berlebihan menyebabkan rusaknya annulus fibrosus sehingga nukleus pulposus bergeser ke arah posterior atau posterolateral dan menyebabkan penekanan pada ligament longitudinal posterior yang sangat sensitifkarena banyak mengandung serabut saraf afferent yaitu A dan C yang menimbulkan nyeri. Selain itu, bergesernya diskus menyebabkan penyempitan pada forament intervertebra sehingga memungkinkan terjadinya penekanan pada radiks yang melewati lumen vertebra dan dapat menyebabkan nyeri radikular. Nyeri akan

5 mengaktivasi nociceptor A dan C yang merangsang saraf simpatis secara terus menerus dan menyebabkan guarding spasme dimana terjadi statis sirkulasi pada jaringan yang akan menyebabkan terjadinya ischemic karena mikrosirkulasi. Kondisi tersebut disebabkan oleh banyak faktor, antara lain, duduk statis dalam waktu yang lama, mengangkat barang dalam posisi yang salah atau membungkuk secara berulang-ulang, postur tubuh yang kurang baik, dan degenerasi. Karena beban yang diterima discus berlebihan dan secara terus menerus. Berbagai keluhan pun muncul pada kondisi ini. Keluhan yang paling sering terjadi adalah timbulnya nyeri. Baik itu nyeri lokal (inflamasi) maupun nyeri menjalar (reffered pain) atau yang biasa disebut nyeri radikular. Keluhan-keluhan tersebut biasanya diikuti dengan adanya spasme otot-otot vertebra karena posisi deviasi yang terlalu lama sebagai kompensasi untuk mengurangi rasa nyeri serta menimbulkan keterbatasan gerak yang pada akhirnya akan menghambat pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Dalam hal ini, peran fisioterapi sangatlah penting untuk mengurangi ketidakmampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari- hari akibat disc bulging lumbal seperti nyeri (lokal maupun reffered), keterbatasan ROM, dan keluhan lain yang menyebabkan keterbatasan dalam beraktivitas dengan cara mengembalikan posisi discus intervertebralis ke posisi semula. Untuk menegakkan diagnosis fisioterapi pada kasus disc bulging lumbal, dapat diawali dengan assessment fisioterapi dimana untuk hipotesis awal adalah dengan menggunakan test cepat. Test cepat yang dilakukan adalah gerak fleksi, ekstensi, dan 3D ekstensi. Bila pada test cepat dirasakan nyeri pada saat pasien melakukan gerak fleksi, maka hipotesisnya adalah disc bulging. Selain itu, untuk memeriksa apakah terjadi nerve root pain, dapt dilakukan pemeriksaan

6 pasif dan laseque test atau fleksi lumbal <70 positif nyeri dan parasthesia pada area yang diinervasi oleh segment L4-L5 dan L5-S1. Instrumen pengukuran yang digunakan adalah visual analogue scale (VAS) dan oswestry disability index (ODI). VAS digunakan untuk mengukur intensitas nyeri secara subjektif pada pasien disc bulging. Sedangkan ODI digunakan untuk mengukur tingkat disabilitas padadisc bulging, pengukuran yang tercantum dalam ODI meliputi : intensitas nyeri, perawatan diri (misalnya mencuci, berpakaian), mengangkat, berjalan, berdiri, duduk, tidur, kehidupan social, berpergian, dan melakukan pekerjaan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui perbedaan efektifitas SMWLM dengan PA mobilization terhadap nyeri dan disabilitas pinggang disc bulging lumbal. C. Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis menjelaskan masalah yang akan diteliti, antara lain : 1. Apakah ada efek SMWLM terhadap nyeri pada disc bulging lumbal? 2. Apakah ada efek SMWLM terhadap disabilitas pinggang pada disc bulging lumbal? 3. Apakah ada efek PA mobilization terhadap nyeri pada disc bulging lumbal? 4. Apakah ada efek PA mobilization terhadap disabilitas pinggang pada disc bulging lumbal? 5. Apakah ada perbedaan efek antara SMWLM dengan PA mobilization terhadap nyeri pada disc bulging lumbal? 6. Apakah ada perbedaan efek antara SMWLM dengan PA mobilization terhadap disabilitas pinggang pada disc bulging lumbal?

7 D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan efektifitas antara SMWLM dengan PA mobilization terhadap nyeri dan disabilitas pinggang pada disc bulging lumbal 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui efek SMWLM terhadap nyeri pada disc bulging lumbal b. Untuk mengetahui efek SMWLM terhadap disabilitas pinggang pada disc bulging lumbal c. Untuk mengetahui efek PA mobilization terhadap nyeri pada disc bulging lumbal d. Untuk mengetahui efek PA mobilization terhadap disabilitas pinggang pada disc bulging lumbal E. Manfaat penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Fisioterapi Dapat dipergunakan sebagai bahan referensi atau bahan tambahan mengenai disc bulging lumbal dan dapat dikembangkan dalam studi ilmiah dalam mendapatkan intervensi yang tepat bagi fisioterapi. 2. Bagi Institusi Pelayanan Fisioterapi Sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pelayanan fisioterapi secara tepat, efektif, dan efisien sesuai dengan fungsi kinesiologi dan biomekanik kepada pasien pada praktek klinis. 3. Bagi Peneliti Sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah sekaligus pengetahuan patologi mengenai disc bulging lumbal dan mengetahui intervensi manual yang tepat sesuai dengan anatomi jaringan spesifik dan patologi.