Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

dokumen-dokumen yang mirip
Produksi Per musim tanam (kg)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

ANALISIS PEMASARAN KENTANG DAN KUBIS UNTUK TUJUAN EKSPOR PADA TINGKAT GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) KABUPATEN KARO

ANALISIS SALURAN TATANIAGA SAWI DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)

BAB IV METODE PENELITIAN

EFISIENSI PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Nida Nuraeni (1) Rina Nuryati (2) D. Yadi Heryadi (3)

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

STEVIA ISSN No Vol. III No. 01-Januari 2013

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

Nurida Arafah 1, T. Fauzi 1, Elvira Iskandar 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI JALAR DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH. (Analysis of the Marketing Efficiency of Sweet Potato In Central Lampung Regency)

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KAKAO ( Studi Kasus : Desa Lau Sireme, Desa Lau Bagot, Desa Sukandebi, Kecamatan Tigalingga, Kabupaten Dairi )

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

ANALISIS TATANIAGA KEPITING HASIL PRODUKSI DESA PANTAI GADING, KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

ANALISIS TATANIAGA AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

KARYA ILMIAH MAHASISWA AGRIBISNIS

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

ANALISIS PEMASARAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN LABUHAN BATU SELATAN

Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

28 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KOPRA (Kasus: Desa Silo baru, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan)

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS SALURAN TATANIAGA DAN MARJIN TATANIAGA KELAPA DI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR. Siti Abir Wulandari 1 *, Rogayah 2 *

ANALISIS TATANIAGA KELINCI (Orictolagus, Spp.) DI KABUPATEN KARO ABSTRAK

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

margin pemasaran dapat dihitung dengan rumus matematis sebagai berikut:

ANALISIS PEMASARAN KENTANG DAN KUBIS UNTUK TUJUAN EKSPOR PADA TINGKAT GABUNGAN KELOMPOK TANI (GAPOKTAN) KABUPATEN KARO SKRIPSI

IV. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN *

Delianne Savitri 1), Rahmantha Ginting 2) dan Salmiah 3) 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis, 2) dan 3) Dosen Program Studi Agribisnis

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN

ANALISIS PEMASARAN KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN

Sartika Krisna Panggabean* ), Satia Negara Lubis** ) dan Thomson Sebayang** ) Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unversitas

EFISIENSI PEMASARAN JERUK PAMELO DALAM WILAYAH MAGETAN (CITRUS GRANDIS L. OSBEK)

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

IV. METODE PENELITIAN

JIIA, VOLUME 5 No. 3, AGUSTUS 2017 ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KUBIS DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK MANIS. (MARKETING EFFICIENCY ANALYSIS OF SWEET ORANGE) Djoko Koestiono 1, Ahmad Agil 1

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT

Maqfirah Van Tawarniate 1, Elly susanti 1, Sofyan 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Efisiensi Pemasaran Mangga Gedong Gincu (Mangifera Indica L) di Kabupaten Majalengka

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH ORGANIK DI KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOMODITAS PANDANWANGI DI DESA BUNIKASIH KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot esculenta) ABSTRAK

DISTRIBUSI DAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG PANJANG

81 Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009) 1 & 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN

Jurnal NeO-Bis Volume 8, No. 2, Desember 2014 DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol

ANALISIS TATANIAGA BUAH NAGA ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BANYUWANGI

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KRIPIK UBI KAYU (Studi Kasus pada Perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

Analisis Tataniaga Kentang di Propinsi Sumatera Utara. Marketing Analysis of Potato in Province of North Sumatera

EFISIENSI PEMASARAN EMPING MELINJO DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERSEPSI PETANI TERHADAP KINERJA KEMITRAAN KELOMPOK TANI DENGAN PERUSAHAAN EKSPORTIR PD RAMA PUTRA

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

TINJAUAN PUSTAKA. Tomat (Lycopersicum Esculentum L. Mill.) Di Desa Bangun Rejo Kecamatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK SIAM DI KECAMATAN TEBAS KABUPATEN SAMBAS

ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT

ANALISIS PEMASARAN BIJI KAKAO DI KECAMATAN PAYAKUMBUH SELATAN KOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT

IV. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

ANALISIS TATANIAGA SAYURAN KUBIS EKSPOR DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN Roma Kasihta Sinaga 1), Yusak Maryunianta 2), M. Jufri 3) 1) Alumni Program Studi Agribisnis FP USU, 2) dan 3) Staff Pengajar Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP. 08566171166, E-mail: romakasihta_sinaga@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis saluran tataniaga; menganalisis fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga; menganalisis biaya tataniaga, Price Spread, dan Share Margin lembaga tataniaga; dan menganalisis efisiensi tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian. Hasil penelitian diperoleh: Terdapat satu saluran tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian, yaitu Petani Gapoktan Eksportir; Setiap lembaga tataniaga melakukan fungsi tataniaga yang berbeda; Biaya, price spread, dan share margin setiap lembaga tataniaga adalah biaya produksi petani Rp 527.27/kg (17.58%), harga jual petani Rp 1,200.00/kg (40%), dan keuntungan petani Rp 672.73/kg (22.42%); biaya tataniaga Gapoktan Rp 350.00/kg (11.67%), harga jual Gapoktan Rp 1,800.00/kg (60%), dan keuntungan yang diperoleh Gapoktan Rp 250.00/kg (8.33%); dan biaya tataniaga eksportir Rp 442.00/kg (5.00%), harga jual Rp 3,000.00/kg (100%), dan keuntungan eksportir Rp 758.00 (25.27%). Ditinjau dari biaya tataniaga, maka saluran tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian efisien, namun bila ditinjau dari share margin petani, maka saluran tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian tidak efisien. Kata kunci: Tataniaga, price spread, Efisiensi ABSTRACT The objective of the research was to analyze marketing channel, marketing functions conducted by marketing institution, cost of marketing, price spread, share margin of marketing institutions, and marketing efficiency of exported cabbages at the research area. The result of the research showed that there was one marketing channel of exported cabbages at the research area: farmers Gapoktan exporters. Each marketing institution had different functions. Cost, price spread, and share margin of each institution were as follows: the production cost of farmers was Rp 527.27/kg (17.58%), the selling price of farmers was Rp 1,200.00/kg (40%), and the benefit of farmers was Rp 672.73/kg (22.42%), the marketing cost of Gapoktan was Rp 350.00/kg (11.67%), the selling price of Gapoktan was Rp 1,800.00/kg (60%), and the benefit of Gapoktan was Rp 250.00/kg (8.33%); and the marketing cost of exporter was Rp 442.00/kg (5.00%), the selling price of exporter was Rp 3,000.00/kg (100%), and the benefit of exporter was Rp 758.00/kg (25.27%). viewed of the marketing cost, then the channel marketing of export cabbage in the study area was efficient, but when viewed from the farmer s share margin, then the marketing of export cabbage in the study area was inefficient. Keywords : Marketing, Price spread, Efficiency

PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian nasional. Sektor pertanian juga mampu memperoleh keuntungan yang menghasilkan devisa negara. Salah satu komoditas pertanian adalah hortikultura karena menempati posisi yang penting sebagai produk pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan (Tarigan, 2009). Produk hortikultura yang sering dijadikan sumber pendapatan petani adalah produk sayuran. Produksi sayuran terbesar di Sumatera Utara adalah tanaman kubis. Perkembangan produksi kubis selama empat tahun terakhir cenderung megalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 8,42 persen per tahun. Pada tahun 2010, produksi kubis terbesar 196.718 ton. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, produksi sayuran tertinggi adalah Kabupaten Simalungun (BPS, 2011). Seperti yang kita ketahui bahwa produk hortikultura seperti sayuran sangat mudah rusak sehingga mutunya menurun. Sementara sayuran segar harus dipasok setiap hari. Agar sayuran yang dipasarkan tetap segar sampai ke tangan konsumen, maka perlu dilakukan pengemasan yang baik. Selain itu, distributor atau perantara juga berperan dalam menyalurkan produknya agar produk cepat sampai ke tangan konsumen dan harga tidak jatuh. Kelemahan dalam sistem pertanian di negara berkembang termasuk Indonesia adalah kurangnya perhatian dalam bidang pemasaran. Fungsi-fungsi tataniaga, seperti: pembelian, sortasi, grading, penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan sering tidak berjalan seperti yang diharapkan, sehingga efisiensi tataniaga menjadi lemah. Keterampilan untuk melaksanakan efisiensi tataniaga memang terbatas, sementara keterampilan mempraktekkan unsur-unsur manajemen juga demikian. Belum lagi dari segi kurangnya penguasaan informasi pasar sehingga kesempatan-kesempatan ekonomi menjadi sulit untuk dicapai (Soekartawi, 2002).

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut: 1. Berapa saluran tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian? 2. Fungsi-fungsi tataniaga apa saja yang dilakukan oleh masing-masing lembaga yang telibat dalam tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian? 3. Bagaimana biaya tataniaga, price spread, dan share margin masing-masing lembaga tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian? 4. Bagaimana tingkat efisiensi tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian? Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis jumlah saluran tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian. 2. Untuk menganalisis fungsi-fungsi tataniaga apa saja yang dilakukan oleh masing-masing lembaga yang telibat dalam tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian. 3. Untuk menganalisis biaya tataniaga, price spread, dan share margin masingmasing lembaga tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian. 4. Untuk menganalisis tingkat efisiensi tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian. TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Istilah tataniaga diartikan sama dengan pemasaran, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyampaikan barang dari produsen ke konsumen (Mubyarto, 1989). Saluran pemasaran terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan (fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status pemilikannya dari produsen ke konsumen (Kotler, 2001). Lembaga tataniaga juga memegang peranan penting dan juga menentukan saluran pemasaran. Fungsi lembaga ini berbeda satu sama lain, dicirikan oleh aktivitas yang dilakukan dan skala usaha (Soekartawi, 1989).

Efisiensi tataniaga merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu sistem pemasaran. Efisiensi tataniaga dapat terjadi jika sistem tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pihak-pihak yang terlibat, yaitu produsen, konsumen akhir, dan lembaga-lembaga pemasaran. Penelitian Terdahulu Dari hasil penelitian sebelumnya dengan judul penelitian Analisis Ekspor Sayur-Mayur Sumatera Utara dan Permasalahannya menyimpulkan bahwa Volume ekspor sayur-mayur Sumatera Utara selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun peningkatan jumlah ekspor ini belum dapat diimbangi dengan pengembangan sistem pemasaran yang berlaku (Melissa, 2003). METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Saribudolok, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan Kabupaten Simalungun merupakan salah satu sentra produksi sayuran terbesar khususnya tanaman kubis di Sumatera Utara. Metode Pengumpulan Sampel Dari 132 jumlah petani di daerah penelitian, namun sampel yang digunakan peneliti hanya 30 orang. Roscoe dalam Sugiyono (2010) memberikan saran tentang penelitian, salah satunya adalah ukuran sampel yang layak dalam penelitian minimal 30 sampel. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan petani, sedangkan data skunder hanya sebagai data pelengkap yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara, dan literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

Metode Analisis Data Metode untuk menganalisis saluran tataniaga dan fungsi setiap lembaga tataniaga digunakan analisis deskriptif. Untuk menganalisis price spread dan share margin digunakan rumus, sebagai berikut: a. Menghitung Margin tataniaga (Price Spread) Mji = Psi Pbi Keterangan: Mji = Margin pada lembaga tataniaga tingkat ke-i Psi = Harga jual pada pemasaran tingkat ke-i Pbi = Harga beli pada pemasaran tingkat ke-i b. Menghitung Persentase Margin (Share Margin) Keterangan: Sm = Persentase margin (Share Margin) dihitung dalam persen (%) Pp = Harga yang diterima produsen dan pedagang Pk = Harga yang dibayar oleh konsumen akhir Untuk menganalisis efisiensi tataniaga digunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: Ep = Efisiensi Tataniaga Menurut Soekartawi (1997), efisiensi pemasaran yang efisien adalah jika biaya pemasaran lebih rendah daripada nilai produk yang dipasarkan, maka semakin efisien melaksanakan pemasaran. Selain itu, efisiensi tataniaga dapat dilihat dari share margin petani. Keterangan: S = Share margin Petani Pf = Harga jual petani Pr = Harga jual akhir M = Marketting margin Apabila S > 50%, maka dikatakan efisien dan apabila S < 50% tidak efisien.

Definisi Operasional 1. Petani dalam penelitian adalah sampel penelitian sayuran kubis yang diekspor. 2. Pedagang pengumpul dalam penelitian adalah Gapoktan yang ada di daerah penelitian. 3. Eksportir dalam penelitian adalah perusahaan yang membeli sayuran kubis dari Gapoktan yang ada di daerah penelitian. 4. Tataniaga adalah kegiatan ekonomi yang berfungsi menyampaikan barang dari produsen ke konsumen melalui perantara atau lembaga tataniaga. 5. Lembaga tataniaga adalah orang atau badan usaha yang terlibat dalam proses tataniaga kubis. Lembaga tataniaga kubis yang terlibat adalah gapoktan dan eksportir. 6. Saluran tataniaga adalah penjualan barang-barang dan volume arus barang pada setiap saluran dari petani/produsen ke konsumen. Terdapat satu saluran tataniaga di daerah penelitian, yaitu Petani Gapoktan Eksportir. 7. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga dalam menyalurkan kubis dari produsen ke konsumen yang dinyatakan dalam rupiah. 8. Margin tataniaga diperoleh dari selisih antara harga jual di tingkat produsen dengan Harga beli di tingkat lembaga pemasaran. 9. Share Margin adalah rasio antara harga yang diterima produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir yang dinyatakan dalam persen. 10. Price Spread atau sebaran harga adalah sekelompok harga beli dan harga jual juga biaya-biaya pemasaran menurut fungsi tataniaga dan margin keuntungan dari tiap lembaga tataniaga. 11. Efisiensi tataniaga adalah pembagian antara biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan tiap unit produk dengan nilai produk yang dipasarkan dan dinyatakan dalam persen. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Saluran Tataniaga Saluran tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian hanya terdapat satu saluran, yaitu Petani Gapoktan Eksportir. Petani menjual kubis ke pedagang

pengumpul (Gapoktan) dengan harga Rp 1,200.00/kg. Sedangkan kontrak harga antara gapoktan dengan eksportir, yaitu Rp 1,800.00/kg. Volume kubis yang telah disepakati untuk dijual ke eksportir, yaitu 15 ton/minggu. 2. Fungsi Tataniaga yang Dilakukan Oleh Lembaga Tataniaga Berikut tabel fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing lembaga tataniaga di daerah penelitian Tabel 1. Fungsi Tataniaga yang dilakukan Setiap Lembaga Tataniaga Fungsi Tataniaga Petani Kubis Gapoktan Eksportir Pembelian - Penjualan Pengangkutan - Penyimpanan - - Pengemasan - - Penanggungan Resiko - Pembiayaan Standarisasi - Informasi Pasar Keterangan: = Melakukan fungsi - = Tidak melakukan fungsi tersebut Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa masing-masing saluran tataniaga melakukan fungsi tataniaga yang bervariasi. Fungsi tataniaga yang paling sedikit dilakukan oleh petani. Petani tidak melakukan fungsi pembelian karena usahatani kubis yang dimiliki adalah milik petani itu sendiri. Fungsi pengangkutan, pengemasan, penanggungan resiko, dan standarisasi tidak dilakukan oleh petani karena fungsi tersebut sudah dilakukan oleh Gapoktan. Kubis yang sudah siap panen akan langsung dipanen oleh Gapoktan di kebun petani itu sendiri, lalu dibawa ke tempat pengepakan untuk dilakukan pengemasan sehingga fungsi standarisasi dan penanggungan resiko dilakukan oleh Gapoktan. Gapoktan melakukan fungsi pengangkutan, penyimpanan, pengemasan, penanggungan resiko, dan standarisasi. Gapoktan melakukan fungsi penyimpanan selama ±1 hari untuk mengurangi resiko kerusakan lebih besar pada saat dikirim ke eksportir. Pengemasan dilakukan di tempat pengepakan sayur (packing house). Kubis yang dijual ke eksportir memiliki standarisasi, yaitu berat kubis harus berkisar 1,5-2 kg. Apabila kubis yang telah dipanen dikebun petani tidak memenuhi kriteria, maka resiko itu akan ditanggung oleh Gapoktan itu sendiri.

Eksportir melakukan semua fungsi tataniaga, kecuali penyimpanan dan pengemasan karena sudah dilakukan oleh Gapoktan. 3. Biaya Tataniaga yang dikeluarkan oleh Setiap Lembaga Tataniaga penelitian. Berikut tabel biaya tataniaga yang dikeluarkan petani kubis di daerah Tabel 2. Biaya Produksi dan Keuntungan Petani Kubis di Daerah Penelitian No Uraian Rp/kg 1 Biaya Produksi 527.27 2 Harga Jual 1,200.00 3 Keuntungan 672.73 Dari tabel 2, diketahui bahwa total biaya Produksi rata-rata petani kubis di daerah penelitian adalah Rp 527.27/kg. Harga jual rata-rata petani kubis ke Gapoktan di daerah penelitian, yaitu sebesar Rp 1,200.00/kg, sehingga diperoleh keuntungan rata-rata petani kubis di daerah penelitian sebesar Rp 672.73/kg. Tabel 3. Biaya Tataniaga dan Keuntungan Gapoktan di Daerah Penelitian No Uraian Rp/kg 1 Harga Beli 1,200.00 2 Biaya Tataniaga 350.00 3 Harga Jual 1,800.00 4 Keuntungan 250.00 Dari tabel 3, diketahui bahwa harga beli kubis Gapoktan dari petani di daerah penelitian sebesar Rp 1,200.00/kg dengan total biaya tataniaga sebesar Rp 350.00/kg. Harga jual Gapoktan ke eksportir, yaitu sebesar Rp 1,800.00/kg, sehingga diperoleh keuntungan gapoktan di daerah penelitian sebesar Rp 250.00/kg. Tabel 4. Biaya Tataniaga dan Keuntungan Eksportir di Daerah Penelitian No Uraian Rp/kg 1 Harga Beli Kubis 1,800.00 2 Biaya Tataniaga 442.00 3 Harga Jual 3,000.00 4 Keuntungan 758.00 Dari tabel 4, diketahui harga beli kubis dari gapoktan, yaitu Rp 1,800.00/kg dengan total biaya tataniaga eksportir adalah Rp 442.00/kg. Harga jual eksportir ke Singapura, yaitu sebesar Rp 3,000.00/kg. Jadi, penerimaan eksportir sebesar harga jualnya, sehingga diperoleh keuntungan eksportir di daerah penelitian sebesar Rp 758.00/kg.

5.4. Sebaran Harga (Price Spread), Share Margin, dan Margin Tataniaga pada setiap Rantai Tataniaga Kubis Ekspor di Daerah Penelitian Berikut tabel analisis tentang price spread, share margin, dan margin tataniaga. Tabel 5. Sebaran Harga (Price Spread), Share Margin, dan Margin Tataniaga Kubis Ekspor di Daerah Penelitian No Uraian Price Spread (Rp/Kg) Share Margin (%) 1 PETANI Biaya Produksi 527.27 17.58 Harga Bibit 265.24 8.84 Pupuk 200.72 6.69 Obat-obatan 59.05 1.97 Penyusutan Peralatan 2.26 0.08 Harga Jual 1,200.00 40.00 Profit/Keuntungan 672.73 22.42 Nisbah Margin Keuntungan 1.28 2 GAPOKTAN Harga Beli 1,200.00 40.00 Biaya Tataniaga 350.00 11.67 Pemanenan 100.00 3.33 Pembersihan 50.00 1.67 Sortasi 50.00 1.67 Penggunaan Peralatan 50.00 1.67 Pengangkutan 100.00 3.33 Harga Jual 1,800.00 60.00 Profit/Keuntungan 250.00 8.33 Nisbah Margin Keuntungan 0.71 3 EKSPORTIR Harga Beli 1,800.00 60.00 Biaya Tataniaga 442.00 14.73 Pengangkutan dari Gapoktan 150.00 5.00 Pengemasan 50.00 1.67 Pengangkutan ke Pelabuhan 200.00 6.67 Pemindahan Barang ke Kapal 34.00 1.13 Listrik sampai Singapura 8.00 0.27 Harga Jual Ke Singapura 3,000.00 100.00 Profit/Keuntungan 758.00 25.27 Nisbah Margin Keuntungan 1.71 Harga Jual Eksportir 3,000.00 100.00 Dari tabel 5, dapat dilihat bahwa pada rantai tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian, petani menjual kubisnya ke Gapoktan, lalu Gapoktan menjualnya ke eksportir. Harga jual di tingkat eksportir dianggap harga jual akhir tataniaga. Keuntungan yang diperoleh petani dari penjualan kubis ke Gapoktan sebesar Rp 672.73/kg dengan share margin 22.42%, Gapoktan memperoleh keuntungan dari penjualan kubis ke eksportir sebesar Rp 250.00/kg dengan share

40 margin sebesar 8.33%. Keuntungan yang diperoleh eksportir sebesar Rp 758.00/kg dengan share margin sebesar 25.27%. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa keuntungan yang paling kecil diperoleh oleh lembaga tataniaga Gapoktan. Pada tabel 13 tersebut, petani memang tidak dirugikan karena perbedaan keuntungan share margin antara petani dengan eksportir tidak terlalu besar, namun petani kubis di Simalungun ini merupakan bagian dari Gapoktan atau dengan kata lain, petani merupakan binaan dari Gapoktan. Perbedaan keuntungan share margin antara Gapoktan dengan eksportir terlalu besar, hal ini dikarenakan posisi tawar Gapoktan yang lemah dibandingkan dengan perusahaan eksportir. Keadaan ini disebabkan karena struktur pasar di tingkat Gapoktan adalah monopsoni, artinya eksportir yang menguasai akses pasar, informasi pasar, dan permodalan yang cukup memadai. Walaupun struktur pasar di tingkat Gapoktan adalah monopsoni, namun Gapoktan tidak bisa mencari pedagang lain atau eksportir lain untuk dijadikan mitra usaha karena antara Gapoktan dan eksportir sudah terjalin kerjasama dan kemitraan tersebut merupakan bentuk terobosan pemerintah dalam meningkatkan pendapatan petani. Kemitraan antara Gapoktan dengan eksportir sudah ada MoU (kesepakatan) secara tertulis dan memiliki ketentuan-ketentuan yang berlaku. Apabila salah satu dari Gapoktan atau eksportir yang melanggar akan dikenakan sanksi. Dari tabel 5 tersebut, dapat dibuat rekapitulasi share margin yang diterima lembaga tataniaga pada saluran tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian. Tabel 6. Rekapitulasi Share Margin pada Saluran Tataniaga Kubis Ekspor di Daerah Penelitian No Uraian Share Margin (%) 1 Profit Petani 22.42 2 Biaya Produksi Petani 17.58 3 Profit Gapoktan 8.33 4 Biaya Tataniaga Gapoktan 11.67 5 Profit Eksportir 25.27 6 Biaya Tataniaga Eksportir 14.73 Total 100.00

5.5. Efisiensi Tataniaga Kubis di Daerah Penelitian Efisiensi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7. Efisiensi Tataniaga Kubis Ekspor di Daerah Penelitian No Lembaga Tataniaga Nilai Produk yang dipasarkan (Rp/Kg) Biaya Tataniaga (Rp/Kg) Efisiensi Lembaga Tataniaga (%) 1 Petani 1,200.00 - - 2 Gapoktan 1,800.00 350.00 11.67 3 Eksportir 3,000.00 442.00 14.73 Harga Akhir 3,000.00 792.00 26.40 Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui bahwa efisiensi tataniaga kubis ekspor di Desa Saribudolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun adalah 26.40%. Dapat disimpulkan bahwa tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian efisien karena biaya tataniaga yang dikeluarkan lebih kecil daripada nilai produk yang dipasarkan (Soekartawi, 1997). Selain perhitungan perbandingan antara biaya tataniaga dengan nilai produk yang dipasarkan, efisiensi tataniaga juga dapat dihitung dari besarnya share margin petani. Besarnya share margin petani diperoleh dari perbandingan antara harga di tingkat petani dengan harga di tingkat akhir (eksportir) yang dinyatakan dengan persen. Tabel 8. Efisiensi Tataniaga Kubis Ekspor di Daerah Penelitian berdasarkan Share Margin Petani No Lembaga Tataniaga Harga (Rp/Kg) Share Margin (%) 1 Petani 1,200.00 40 3 Eksportir 3,000.00 100 Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa tingkat efisiensi saluran tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian belum efisien. Hal ini ditunjukkan oleh nilai share margin yang diperoleh petani di bawah 50%. Ketidakefisienan ini terjadi karena perbedaan harga yang sangat besar antara harga di tingkat eksportir dengan harga di tingkat petani. Perbedaan harga ini karena posisi tawar petani masih lemah dibandingkan dengan eksportir.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Saluran tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian hanya terdapat satu saluran, yaitu Petani Gapoktan Eksportir. 2. Setiap lembaga tataniaga yang terlibat pada saluran tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian melakukan fungsi tataniaga yang berbeda. 3. Lembaga tataniaga yang paling banyak mengeluarkan Biaya tataniaga eksportir, yaitu sebesar Rp 442.00/kg. Margin keuntungan yang paling besar ada pada eksportir, yaitu sebesar 758.00/kg dengan nisbah margin keuntungan sebesar 1.71. 4. Berdasarkan perhitungan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dengan nilai produk yang dipasarkan, maka tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian efisien. Namun, bila dihitung dari share margin petani dengan membandingkan harga di tingkat petani dengan harga di tingkat eksportir, maka tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian tidak efisien. Saran 1. Kepada Petani Petani diharapkan meningkatkan posisi tawar (bargaining power) agar harga di pasar ekspor meningkat, sehingga harga ditingkat petani juga meningkat. 2. Kepada Lembaga Tataniaga - Kepada Gapoktan diharapkan meningkatkan posisi tawar, yaitu dengan cara menjalin kerjasama dengan eksportir lain dan tidak memiliki kontrak kerja, namun tidak memutuskan mitra kerja pada eksportir sebelumnya yang sudah ada MoU nya. - Kepada pihak eksportir diharapkan untuk mengayomi petani. Walaupun kontrak harga dengan Gapoktan tidak ada fluktuatif harga yang terlalu bervariasi, namun sebaiknya eksportir berbagi informasi pasar dan lebih transparan terhadap Gapoktan di Simalungun. Jika harga di pasar ekspor bagus, maka harga di tingkat petani juga harus ditingkatkan agar bisa makmur bersama.

3. Kepada Pemerintah Pemerintah hendaknya membentuk wadah yang dapat menampung kubis yang diekspor dengan jaminan harga yang stabil. Apabila harga kubis dipasar ekspor meningkat, maka Pemerintah harus meningkatkan harga kubis di tingkat petani agar petani tidak selalu dirugikan. 4. Kepada Peneliti Selanjutnya Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor lain, seperti strategi pengembangan pemasaran produk pertanian ekspor di daerah penelitian. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2011. Kecamatan dalam Angka. Medan Kotler, P. 2001. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium Prehallindo. Jakarta Melissa, Yuwanti. 2003. Analisis Ekspor Sayur-Mayur Sumatera Utara dan Permasalahannya. Skripsi Sarjana. Universitas Sumatera Utara. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi ke-3. LP3ES. Jakarta Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Ketujuh. CV Alfabeta. Bandung Soekartawi. 1989. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 1997. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori Aplikasi, Edisi Revisi 2002. Raja Grafindo Persada. Jakarta Tarigan, E. 2009. Analisis Perbandingan Pemasaran Bawang Daun/ Prei dan Kol/ Kubis. Skripsi Sarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan