BAB I PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Aria Novitasari, FKM UI, Universitas Universitas Indonesia Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang

No.Responden FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian mengenai Pemanfaatan Hasil Belajar Ilmu Gizi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Afrian Dhea Fahmi, 2015 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ATLET SQUASH DENGAN POLA MAKAN PASCA KOMPETISI

BAB I PENDAHULUAN. sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2007) adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. Serikat pada tahun 1891 dari sebuah sekolah pelatihan fisik (Young Men s

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

BAB V HASIL PENELITAN

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

EFEKTIFITAS PENYULUHAN DALAM PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA ILMU KEOLAHRAGAAN TERHADAP PELAKSANAAN PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG (PUGS)

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang pesat dalam pembangunan nasional dan perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diandalkan dalam pembangunan nasional. Sebagai modal

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang. Terlalu banyak mengkonsumsi satu jenis makanan tanpa mengimbanginya. seseorang mengabaikan pola makan yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa, yang berawal dari usia 9 tahun dan berakhir di usia 18

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai masa strom and stress karena banyaknya. goncangan-goncangan dan perubahan yang cukup radikal dari masa

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan sasaran strategis dari peningkatan gizi

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Orang Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

PENGERTIAN DAN JENIS MAKANAN. Rizqie Auliana

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghindar dari fast food. Fast food memiliki beberapa kelebihan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

Program Studi : Ilmu Gizi / Ilmu Kesehatan Masyarakat (Lingkari salah satu) Umur Sampel : tahun

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI FAST FOOD DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA NEGERI 4 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan. ketiga zat gizi tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI MAKAN DAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SANTRIWATI KELAS 2 SMA PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. gaya hidup dan kebiasan makan remaja mempengaruhui baik asupan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Angkat Berat merupakan salah satu cabang olahraga di bawah naungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan unsur kualitas SDM. Sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku atlet remaja yang buruk dalam menjalankan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) akan berdampak menurunnya status gizi dan jangka panjang akan berpengaruh pada prestasinya. Menurut Damayanti (2008), kondisi kurang gizi pada atlet dengan terus menjalankan latihan tanpa diikuti dengan pemenuhan gizi yang cukup akan memengaruhi penampilan olahraganya. Hal serupa dijelaskan oleh Oded Bar-Or (2008), asupan zat gizi cukup merupakan satu dari beberapa faktor yang mendukung penampilan atlet remaja saat bertanding. Bila asupan zat gizi kurang maka akan mengganggu penampilan saat bertanding dan juga memengaruhi proses pertumbuhannya. Penggunaan PUGS merupakan cara termudah untuk membantu atlet remaja memenuhi kebutuhan gizinya. Secara umum PUGS dapat diaplikasikan untuk masyarakat dan juga atlet (Fink et al, 2006). Tujuan utama dibuatnya PUGS sebagai pelengkap informasi kesehatan di masyarakat tentang gizi dan komposisi makanan agar menjadi sehat dan sebagai alat untuk perencanaan makan (Oded Bar-Or, 2008). Sehingga PUGS dapat digunakan selanjutnya untuk merencanakan asupan makan atlet remaja sehari-hari guna meningkatkan kebutuhan energi atlet remaja. Konsumsi zat gizi yang cukup dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan fisik dan aktivitasnya sehari-hari. Menurut Irianto (2007) setiap harinya kebutuhan kalori atlet remaja dapat dipenuhi dari 55% karbohidrat, 12-15% protein dan 30% lemak. Menurut laporan CDC (2005) banyak sekali remaja di Amerika Serikat yang asupan makan setiap harinya tidak sesuai dengan PUGS (dietary guidelines for americans atau the food guide pyramid). Remaja Amerika tersebut banyak yang mengkonsumsi lemak dan garam terlalu banyak sedangkan buah, sayuran dan kalsium sangat sedikit dikonsumsi. Hal serupa juga diungkapkan Williams (2002) bahwa banyak sekali orang Amerika yang konsumsi makanannya tinggi lemak, kolesterol, garam dan gula yang artinya konsumsi makan mereka tidak sesuai dengan PUGS. Selain itu ditemukan pula fakta bahwa hanya 39% remaja di 1

2 Amerika yang konsumsi serat perharinya sesuai dengan PUGS. Hal serupa juga terjadi di Cina, penelitian oleh Wang et al (2002) diketahui perilaku makan pada remaja usia 10-13 tahun di Cina ternyata tidak sesuai dengan PUGS. Hasil penelitian diketahui dari rata-rata konsumsi lemak remaja Cina perharinya sebanyak 45% dan protein 33% yang artinya konsumsinya tersebut melebihi batas normal PUGS Cina. Menurut Soetjiningsih (2004) ketidakseimbangan antara asupan dengan kebutuhan akan menimbulkan masalah gizi. Terutama pada atlet remaja dimana terjadi masa pertumbuhan dan kematangan, selain itu pada masa ini terjadi perubahan sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan memengaruhi status kesehatan dan gizinya. Pada atlet remaja, keseimbangan antara asupan dan kebutuhan perlu menjadi perhatian. Hal ini mengingat aktivitas atlet tinggi, bila tidak diimbangi dengan asupan makan yang cukup maka akan mengganggu proses pertumbuhan. Menurut Williams (2003), pada saat bersamaan perilaku makan remaja juga dipengaruhi oleh psikologik dan kehidupan sosial mereka. Hal serupa juga di jelaskan oleh Brown (2005), ada dua faktor yang memengaruhi perilaku makan remaja yaitu faktor individu dan faktor lingkungan. Faktor individu meliputi pengetahuan gizi, citra diri dan jenis kelamin. Sedangkan faktor lingkungan yang banyak berpengaruh yaitu orang tua, teman sepermainan serta faktor sosial lainnya seperti lingkungan sekolah. Penelitian Umrin (2007) pada siswa SMP Labschool Jakarta tentang perilaku PUGS ternyata teman sepermainan berpengaruh besar dalam perilaku makan remaja berdasarkan PUGS. Apriadji (1986) juga menegaskan bahwa faktor lingkungan yang banyak memengaruhi pola makan remaja adalah daya beli keluarga, latar belakang sosial budaya, tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi, jumlah anggota keluarga serta kebersihan lingkungan. Menurut Soetjiningsih (2004), Kelompok remaja mengalami banyak masalah gizi seperti kurang energi kronik (KEK), anemia dan gizi lebih. Hal ini tak lain juga dipengaruhi oleh perilaku makannya yang salah. Bila tidak ditanggulangi lama-kelamaan akan berdampak negatif pada kesehatan misalnya penurunan konsentrasi belajar, tampilan fisik, tingkat aktivitas, maturasi

3 seksualnya serta penurunan kesegaran jasmani. Menurut Suhardjo (1996), pemberian pendidikan gizi pada remaja ditujukan untuk membantu mereka membentuk perilaku makan yang sehat. Sosialisasi PUGS dianggap sebagai salah satu upaya mengisi program pendidikan gizi. Peran serta lingkungan seperti media cetak dan elektronik juga orang tua dan masyarakat sekitar sangat dibutuhkan untuk mendukung penerapan PUGS sebagai pedoman konsumsi pada remaja (Khomsan dan Anwar, 2008). Dalam PUGS terdapat 13 pesan dasar yang dapat membantu menerapkan perilaku makan yang sehat. Penelitian Muhammad (2001) di SMU 36 dan 37 Jakarta tentang perilaku PUGS, menjelaskan bahwa sebagian besar siswa berperilaku PUGS kurang (55,1%). Berdasarkan penjabaran diatas maka peneliti tertarik untuk melanjutkan penelitian dengan memilih sampel atlet remaja guna melihat hubungan antara karakteristik, pengetahuan, sikap dan faktor lingkungan dengan perilaku makan berdasarkan PUGS. Peneliti tertarik pada kelompok atlet remaja karena masih jarang penelitian yang membahas perilaku makan pada atlet remaja. Peneliti hanya membahas 12 pesan dari 13 pesan PUGS, sebab pesan ke 7 yaitu berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP ASI sesudahnya sudah tidak cocok bila diterapkan pada remaja. Lokasi penelitian di Senayan karena hampir seluruh cabang olahraga terdapat disini. Selain itu senayan juga merupakan gelanggang olahraga terbesar di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Asupan zat gizi yang cukup merupakan satu dari beberapa faktor yang mendukung penampilan atlet remaja saat bertanding. Bila asupan zat gizi kurang maka akan mengganggu penampilan saat bertanding dan juga memengaruhi proses pertumbuhannya. Menerapkan PUGS dalam perilaku makan sehari-hari diharapkan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi minimal pada atlet remaja setiap hari. Perilaku makan berdasarkan PUGS terbentuk atas dasar pengetahuan PUGS yang baik. Atas dasar pengetahuan PUGS tersebut maka atlet remaja tahu bagaimana cara mengatur pola makannya. Berdasarkan pengetahuan PUGS yang didapatkan maka akan terbentuk suatu sikap yang akan memutuskan apakah atlet

4 remaja menerima atau menolak setiap pesan yang ada dalam PUGS. Maka dari proses yang telah berjalan ini akan terwujud suatu perilaku yaitu menjalankan pola makan berdasarkan PUGS atau tidak. Proses terbentuknya perilaku juga banyak dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti faktor individu dan lingkungan. Remaja merupakan kelompok yang sedang berusaha mencari jati diri sehingga sering sekali perilaku keseharian mereka mencontoh dari lingkungan sekitar. Atlet remaja juga memiliki pola perkembangan perilaku yang sama seperti remaja lainya. Dimana teman merupakan salah satu faktor yang banyak memengaruhi mereka. Hal ini dikarenakan remaja merasa takut bila ditolak keberdaannya bila berperilaku lain seperti temannya. Sedangkan pelatih dan orang tua merupakan role models bagi atlet remaja sehingga apapun yang dilakukan orang tua dan pelatihnya akan diikuti dan dianggap benar. Tidak jarang pula remaja merasa malas untuk bertanya pada orang sekitarnya maka media merupakan sarana bagi remaja untuk memperoleh informasi gizi dan kesehatan. Saat ini masih jarang penelitian tentang perilaku makan serta faktor-faktor yang memengaruhi pada altet remaja. Informasi yang ada saat ini masih terbatas dari kelompok remaja yang bukan atlet. Hal ini yang membuat penulis tertarik membahas tentang hubungan karakteristik, pengetahuan, sikap dan faktor lingkungan dengan perilaku makan berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada atlet remaja di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta tahun 2009. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran karakteristik (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan cabang olahraga) atlet remaja di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta? 2. Bagaimana gambaran pengetahuan atlet remaja di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta mengenai pedoman umum gizi seimbang (PUGS)? 3. Bagaimana gambaran sikap atlet remaja di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta mengenai pedoman umum gizi seimbang (PUGS)? 4. Bagaimana gambaran faktor lingkungan (pengaruh pelatih, teman, pendidikan orang tua dan keterpaparan media) atlet remaja di klub renang Senayan Jakarta mengenai pedoman umum gizi seimbang (PUGS)?

5 5. Bagaimana gambaran perilaku makan atlet remaja di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta berdasarkan pedoman umum gizi seimbang (PUGS)? 6. Adakah hubungan antara karakteristik (usia, jenis kelamin dan cabang olahraga) atlet remaja di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta dengan perilaku makan berdasarkan pedoman umum gizi seimbang (PUGS)? 7. Adakah hubungan antara pengetahuan PUGS atlet remaja di Gelora Bung umum gizi seimbang (PUGS)? 8. Adakah hubungan antara sikap atlet remaja di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta dengan perilaku makan berdasarkan pedoman umum gizi seimbang (PUGS)? 9. Adakah hubungan antara faktor lingkungan (pengaruh pelatih, teman, pendidikan orang tua dan keterpaparan media) atlet remaja di Gelora Bung umum gizi seimbang (PUGS)? 1.4 Tujuan Penelitian 1. 4. 1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan karakteristik, pengetahuan, sikap dan faktor lingkungan dengan perilaku makan berdasarkan pedoman umum gizi seimbang (PUGS) pada atlet remaja di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta tahun 2009. 1. 4. 2 Tujuan Khusus 1. Memperoleh gambaran karakteristik (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan cabang olahraga) atlet remaja di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta. 2. Memperoleh gambaran pengetahuan PUGS atlet remaja di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta mengenai pedoman umum gizi seimbang (PUGS). 3. Memperoleh gambaran sikap atlet remaja di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta mengenai pedoman umum gizi seimbang (PUGS).

6 4. Memperoleh gambaran faktor lingkungan (pengaruh pelatih, teman, pendidikan orang tua dan keterpaparan media) atlet remaja di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta mengenai pedoman umum gizi seimbang (PUGS). 5. Memperoleh gambaran perilaku atlet remaja di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta mengenai pedoman umum gizi seimbang (PUGS). 6. Memperoleh hubungan antara karakteristik (usia, jenis kelamin dan cabang olahraga) atlet remaja di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta dengan perilaku makan berdasarkan pedoman umum gizi seimbang (PUGS). 7. Memperoleh hubungan antara pengetahuan atlet remaja di Gelora Bung umum gizi seimbang (PUGS). 8. Memperoleh hubungan antara sikap atlet remaja di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta dengan perilaku makan berdasarkan pedoman umum gizi seimbang (PUGS). 9. Memperoleh hubungan antara faktor lingkungan (pengaruh pelatih, teman, pendidikan orang tua dan keterpaparan media) atlet remaja di Gelora Bung umum gizi seimbang (PUGS). 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti : Manfaat penelitian untuk menambah wawasan peneliti dan sebagai sarana agar dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahaan. 2. Bagi Departemen Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada instansi terkait tentang pentingnya peran gizi seimbang serta perilaku makan pada atlet remaja. Sehingga diharapkan dapat dibuat program intervensi dalam rangka penyuluhan gizi bagi atlet remaja.

7 3. Bagi Atlet : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang peran gizi seimbang dalam meningkatkan penampilannya. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Asupan zat gizi yang cukup merupakan salah satu faktor yang mendukung penampilan atlet remaja di lapangan. Selain untuk menunjang penampilannya, zat gizi cukup juga dibutuhkan untuk membantu proses pertumbuhannya. Cara termudah untuk merencanakan menu agar tercukupi kebutuhan zat gizi atlet dengan menggunakan PUGS. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan PUGS, sikap dan faktor lingkungan dengan perilaku makan berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada atlet remaja di klub renang Senayan Jakarta tahun 2009. Lokasi penelitian di klub olahraga Senayan Jakarta. Sebagai responden dalam penelitian ini adalah atlet remaja yang sudah terpilih untuk menjadi sampel. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2009. Instrumen yang digunakan adalah angket dan metode pengambilan data dilakukan dengan mengisi angket yang diisi oleh atlet remaja itu sendiri.