PERWUJUDAN KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENGEMBANGKAN KNOWLEDGE, SKILL, DAN ATTITUDE PESERTA DIDIK SMA

dokumen-dokumen yang mirip
E-journal Prodi Edisi 1

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKDP) BERBASIS GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN PRACTICAL SKILLS DAN PEMAHAMAN KONSEP IPA PESERTA DIDIK SMP

PENGEMBANGAN LKPD IPA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK KELAS VII

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta 2)

Abstrak. : Desi Hartinah, Dr. Insih Wilujeng, dan Purwanti Widhy H, M. Pd, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

Kata Kunci: mobile learning berbasis android, hasil belajar ranah kognitif, minat belajar

Kata-kata kunci: LKPD berbasis visual, metode demonstrasi, minat membaca, hasil belajar peserta didik.

PENGEMBANGAN INTERESTING HANDOUT BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. produk berupa bahan ajar berbasis scientific method untuk meningkatkan. materi Struktur Bumi dan Bencana.

BAB III METODE PENELITIAN. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengembangkan suatu produk (Paidi, 2010: 57). Produk R&D dalam

Ernita Vika Aulia dan Ismono Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

THE DEVELOPMENT OF AN EXPLORATIVE PROBLEM-BASED LEARNING WORKSHEET (LKPD) TO IMPROVE THE MASTERY OF CONCEPTS AND PROBLEM-SOLVING SKILLS

PENGEMBANGAN LKPD IPA BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING TEMA PEMANASAN GLOBAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK SMP/MTs

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

IPA TEMA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR BERBASIS PEDAGOGY FOR SUSTAINABILITY

Oleh : Indri Frastiyanti dan Sukardiyono ABSTRAK ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan atau disebut juga Research and Development

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA GUIDED DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan Research and Development (R&D). Maksud

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of

BAB III METODE PENELITIAN. Research and Development. Model Research and Development yang digunakan

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 SURABAYA PADA MATERI LAJU REAKSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

Oleh: Yustin Hasna Nur Izzah dan Yusman Wiyatmo

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) IPA MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP KELAS VII JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D).

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan project based learning. Bahan ajar yang dikembangkan berupa RPP

Oleh : Ayu Rizqiana Ulfah, Yusman Wiyatmo

PENGEMBANGAN LKPD IPA MATERI TEKANAN ZAT BERPENDEKATAN AUTHENTIC INQUIRY LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut, maka desain dari penelitian ini adalah penelitian pengembangan

BAB III METODE PENELITIAN. modul IPA ini menggunakan metode Research and Development. (R&D). Penelitian R&D menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2012:

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dan pengembangan adalah langkah langkah untuk mengembangkan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Research and Development (R&D) sesuai dengan Thiagarajan, et. all.,

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI KURIKULUM 2013 PADA POKOK BAHASAN HUKUM HOOKE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA

Agung Setiabudi et al., Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika...

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono

THE DEVELOPMENT STUDENT WORKSHEETS ON THEME ENVIRONTMENTAL (SOIL) POLLUTION" WITH THE PROJECT BASED LEARNING (PjBL) WHICH SCIENCE PROCESS SKILL

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA MATERI KALOR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dan pengembangan atau disebut juga Research and Development

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R & menggunakan model penelitian R & D yaitu melalui 4-D model.

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 06 No. 03, September 2017, ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research

PENGEMBANGAN LKS DENGAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK IPA DENGAN PENDEKATAN GUIDED INQUIRY

Pengembangan Alat Praktikum Gelombang Stasioner untuk Melatihkan Keterampilan Proses Siswa SMA Kelas XI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disusun berdasarkan model penelitian Research and

BAB III METODE PENELITIAN. diuji kelayakannya dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R&D).

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bahasa Inggris disebut Research and Development (R&D). Menurut Wina

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan R & D (Research and

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods)

Kata-kata kunci: perangkat pembelajaran, outbound, mata pelajaran fisika SMA/MA, penguasaan materi, kreativitas

PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK YANG DIBERI PERLAKUAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS OUTBOUND

BAB III METODE PENELITIAN

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING SETTING CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENGEMBANGAN LKPD FISIKA BERBASIS IDEAL PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF PESERTA DIDIK SMA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

Kata Kunci: perangkat pembelajaran, webbed, kemampuan kognitif, sikap peduli lingkungan, keterampilan generik

Siti Nurhayati 21, Didik S. Pambudi 22, Dinawati Trapsilasiwi 23

BAB III METODE PENELITIAN. dihasilkan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (R&D). Produk yang disusun dalam penelitian ini adalah bahan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS OUTBOND GUNA PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP, PENGETAHUAN, DAN KETERAMPILAN PADA PESERTA DIDIK SMA

BAB III METODE PENELITIAN PENGEMBANGAN. penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D).

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 04 No. 02, Mei 2015, ISSN:

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI LINGKARAN UNTUK SISWA SMP KELAS VIII JURNAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA

PENGEMBANGAN E-MODULE IPA BERBASIS SERVICE LEARNING DENGAN TEMA PENCEMARAN UDARA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP KELAS VII

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI PECAHAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Research and Development (R & D). Menurut Sugiyono (2011: 333),

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Kata Kunci: Curious Note Program, LKS, Inquiry Activity, Keterampilan Porses, Suhu dan Kalor

Kemampuan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Zat Aditif Pada Makanan dan Minuman. Ariska Yuniar Rahmawati (1),Evie Ratnasari (2)

PENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS

PENGARUH PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS OUTBOUND

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA POKOK BAHASAN USAHA DAN ENERGI UNTUK SISWA MA. Yenita Endriska

PENGEMBANGAN LKPD INQUIRY ACTIVITY BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN CURIOUS NOTE PROGRAM (CNP) PADA MATERI HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 2 MAJENE

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan produk tertentu, dan menguji keektifan produk. Penelitian ini

PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI KELAS XII IPA SMA NEGERI 1 BINAMU KAB. JENEPONTO

BAB III METODE PENELITIAN. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) berbasis inkuiri terbimbing yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian pengembangan, model yang

PENGEMBANGAN STUDENT WORKSHEET

Transkripsi:

126 PERWUJUDAN KURIKULUM 2013 DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENGEMBANGKAN KNOWLEDGE, SKILL, DAN ATTITUDE PESERTA DIDIK SMA REALIZATION IN LEARNING PHYSICS CURRICULUM 2013 TO DEVELOP KNOWLEDGE, SKILL, AND ATTITUTE STUDENTS HIGH SCHOOL Suharyanto 1, Insih Wilujeng 1, Mundilarto 1, Desinta Windiarti 2, Rusdina Ratna Pertiwi 2, Tri Yulianti 2 1)Dosen Prodi Pendidikan Fisika FMIPA UNY 2)Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika FMIPA UNY E-mail: suharyanto.jogja@gmail.com Abstrak Pengembangan perangkat pembelajaran fisika berbasis Problem Based Learning (PBL), Scientific Inquiry, dan Scientific Approach sebagai perwujudan Kurikulum 2013 menekankan pada penilaian knowledge, skill, dan attitude peserta didik. Pengembangan dilakukan untuk mendapatkan kelayakan perangkat pembelajaran fisika berbasis PBL, Scientific Inquiry, dan Scientific Approach untuk meningkatkan knowledge, skill, dan attitude; mengetahui peningkatan penguasaan konsep, ketercapaian keterampilan memecahkan masalah, berpikir kritis, dan keterampilan proses sains; serta mengetahui ketercapaian sikap kerja sama, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab peserta didik setelah menggunakan perangkat. Penelitian menggunakan model 4D, yaitu: define, design, develop, dan disseminate. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu RPP, LKPD, lembar observasi keterampilan dan sikap, serta soal evaluasi pengetahuan dan keterampilan (pretest dan posttest) serta angket. Hasil analisis data menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis PBL, Scientific Inquiry, dan Scientific Approach yang dikembangkan layak untuk digunakan dalam pembelajaran fisika, terjadi peningkatan ketercapaian penguasaan konsep, keterampilan (memecahkan masalah, berpikir kritis, dan keterampilan proses sains) serta sikap (kerja sama, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab) dari ketiga pendekatan dengan kategori sedang dilihat dari standar gain pada rentang 0,65-0,69. Kata kunci: perangkat pembelajaran, PBL, scientific inquiry, scientific approach, penguasaan konsep, memecahkan masalah, berpikir kritis, science process skills, kerja sama, rasa ingin tahu, tanggung jawab Abstract Development of learning device physics based problem based learning, scientific inquiry, and scientific approach as the implementation of the curriculum 2013 emphasizes the assesment of knowledge, skills, and attitude, of learners. Development is carried out to obtain worthiness of learning device physics based problem based learning, scientific inquiry, and scientific approach to increase knowledge, skill and attitude, knowing increasing mastery of concepts, problem solving, critical thinking, and science process skills; and know the achievement of cooperation attitude, curiosity, and the responsibility of students after using the device. This research uses 4D models that is define, designe, develope, and disseminate. Learning device that was developed are the lesson plan, students worksheets, evaluation quetions for pre-test and post-test, and the instrumen are observation sheet to measure skills and attitudes. Data analysis showed that the learning device based problem based learning, scientific inquiry, and scientific approach which developed has a worthy for use in learning physics, an

Perwujudan Kurikulum 2013... (Suharyanto,dkk) 127 increase in the achievement of the mastery of concepts, skills( problem solving, critical thinking, and science process skills) and attitude (cooperation, curiosity, and responsibility) of the three approaches to the category of medium by the standars of the gain in the range 0.65 to 0.69. PENDAHULUAN Tahun 2013 Pemerintah Indonesia menerbitkan Kurikulum 2013 untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Kelulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Hal tersebut menuntut pendidik untuk mengembangkan pendekatan pembelajaran lebih variatif. Pembelajaran fisika selama ini lebih menekankan pada aktivitas pendidik memberikan ilmu untuk menjawab soal pada buku, bukan penekanan pada penguasaan konsep peserta didik. Tidak jarang peserta didik mengeluh kesulitan dalam belajar fisika karena terlalu rumit, banyak rumus, dan membosankan. Selain itu, banyak pendidik yang belum memahami dan menerapkan pendekatan yang diterapkan pada Kurikulum 2013. Pendekatan yang diterapkan dalam Kurikulum 2013 di antaranya PBL, Scientific Inquiry, dan Scientific Approach. Untuk mengembangkan ketiga pendekatan tersebut, para peserta didik dapat melancarkan perwujudan Kurikulum 2013 sehingga knowledge, skill, dan attitude peserta didik dapat berkembang dengan baik, khususnya di MAN Yogyakarta 3. Pengembangan dilakukan pada perangkat pembelajaran berbasis PBL, Scientific Inquiry, dan Scientific Approach untuk mengetahui kelayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam mewujudkan Kurikulum 2013, adanya peningkatan penguasaan konsep peserta didik, ketercapaian keterampilan peserta didik dalam memecahkan masalah, berpikir kritis, dan keterampilan proses sains, serta ketercapaian sikap kerjasama, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab peserta didik setelah menggunakan perangkat pembelajaran fisika hasil pengembangan yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), lembar observasi keterampilan dan sikap, soal evaluasi keterampilan dan pengetahuan (pretest dan posttest), serta angket sikap peserta didik. Dalam penelitian ini terdapat beberapa definisi operasional terkait dengan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. 1. Perangkat pembelajaran fisika Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas meliputi RPP dan LKPD. 2. Pendekatan pembelajaran PBL PBL didefinisikan sebagai suatu model belajar yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari mata kuliah atau mata pelajaran (Sudarman, 2005:69). Ada 5 fase dalam PBL, yaitu: mengarahkan siswa ke permasalahan, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membantu investigasi mandiri/kelompok, mengembangkan dan mempresentasikan artefak, serta menganalisis dan mengevaluasi proses problem solving (Anita Woolfolk, 2009:160). 3. Pendekatan pembelajaran Scientific Approach Scientific approach (pendekatan ilmiah) adalah serangkaian proses ilmiah yang mencakup 5M, yaitu mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasi.

128 4. Pemahaman konsep fisika Pemahaman konsep fisika adalah cara memahami suatu konsep atau pengertian yang diabstrakkan dalam peristiwa konkret pada mata pelajaran fisika (Arif, 2012:12). Pemahaman konsep dapat ditunjukkan oleh skor/nilai tes yang didapatkan setelah materi ajar selesai dibelajarkan. Tes yang diberikan mencakup ranah kognitif yang termasuk di dalamnya kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). 5. Guided Inquiry Guided Inquiry (inkuiri terbimbing) merupakan pendekatan pembelajaran ilmiah yang lebih menekankan pada aktivitas peserta didik dalam hal melakukan penyelidikan dan dibantu oleh guru sebagai mediator pembelajaran. Langkah pembelajaran guided inquiry meliputi (1) Orientasi; (2) Merumuskan masalah; (3) Merumuskan hipotesis; (4) Merancang percobaan dan mengumpulkan data; (5) Mengumpulkan dan menganalisis data; dan (6) Merumuskan kesimpulan. 6. Keterampilan berpikir kritis Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan atau kemampuan peserta didik dalam memfokuskan sebuah masalah dan merefleksikannya untuk berpikir lebih dalam lagi mengenai hal tersebut. Indikator keterampilan berpikir kritis: (1) Mampu memberikan penjelasan sederhana; (2) Membangun keterampilan dasar; (3) Merumuskan kesimpulan; (4) Memberikan penjelasan lanjut; dan (5) Mengatur strategi dan taktik. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian Research and Development (R&D) menggunakan model 4D yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa RPP dan LKPD, untuk materi pokok gerak lurus dengan kecepatan konstan dan percepatan konstan. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Mei- Desember 2014, dan pengambilan sampel dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015. Adapun lokasi penelitian adalah di MAN Yogyakarta III. Pemilihan tempat penelitian di MAN Yogyakarta III karena: 1. Sekolah ini pernah memiliki riwayat berstandar internasional, sehingga diharapkan peserta didik memiliki kemampuan lebih dan aktif dalam pembelajaran. 2. Kesediaan sekolah untuk dijadikan tempat penelitian. 3. Topik penelitian belum pernah diteliti di MAN Yogyakarta III. 4. Berada di tengah kota sehingga akses menuju ke MAN Yogyakarta III relatif mudah dijangkau. Subjek Penelitian Subjek uji coba pada penelitian ini adalah peserta didik MAN Yogyakarta III kelas X MIA 2 yang berjumlah 16 peserta didik. Berdasarkan observasi yang dilakukan, peserta didik kelas X MIA 2 memiliki karakteristik yang aktif dan memiliki kreativitas tinggi, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi karena selalu bertanya apabila ada sesuatu yang kurang jelas atau ada hal baru yang mereka temukan. Namun, mereka tetap membutuhkan panduan dari pendidik dan masih tetap membutuhkan acuan kerja dalam pembelajaran karena peserta didik kelas X MIA 2 membutuhkan contoh untuk memulai penyelidikan dalam pembelajaran berbasis inquiry, agar mereka tahu apa yang harus mereka kerjakan dan mereka cari saat pembelajaran berlangsung. Prosedur Tahap Define Tahap ini menganalisis masalah dasar peserta didik, tugas, konsep, tujuan pembelajaran, dan penyusunan perangkat penilaian dan tes. Tahap ini sampai pada penyusunan

Perwujudan Kurikulum 2013... (Suharyanto,dkk) 129 angket peserta didik, lembar validasi perangkat, soal tes pretest dan posttest baik untuk mengukur aspek pengetahuan mapun keterampilan peserta didik. Tahap Design Tahap ini membuat perangkat pembelajaran yang berupa RPP, LKPD, lembar observasi keterampilan dan sikap, soal pretest dan posttest, dan angket sikap peserta didik dalam bentuk rancangan awal. Tahap Develop Tahap ini menghasilkan pengembangan yang melalui dua langkah, yakni penilaian ahli (validasi ahli) dan uji coba terbatas. Penilaian ahli (validasi ahli) bertujuan untuk memperbaiki desain awal (draft I). Pada uji coba terbatas, perangkat pembelajaran diujicobakan dan pada saat pembelajaran dilakukan observasi untuk mengetahui keterlaksanaan RPP. Angket sikap diberikan kepada masing-masing peserta didik kemudian dilakukan perbaikan pada titik permasalahan. Tahap Disseminate Proses ini dilakukan di tahap akhir pengembangan untuk mempromosikan produk pengembangan. Subjek penelitian ini adalah peserta didik SMA kelas X dengan materi gerak lurus dengan kecepatan konstan dan percepatan konstan. Pengambilan data dilakukan dengan cara membelajarkan peserta didik terlebih dahulu menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan tes penguasaan konsep dan keterampilan menggunakan soal pretest dan posttest yang telah disiapkan. Untuk kemampuan afektif dilakukan dengan angket dan tanya jawab langsung kepada subjek uji coba menggunakan lembar observasi. Instrumen penelitian yang digunakan untuk validasi berupa RPP, LKPD, soal tes (pretest dan posttest). Untuk instrumen uji coba berupa soal tes (pretest dan posttest) untuk tes penguasaan konsep dan keterampilan peserta didik, serta lembar observasi berupa angket sikap dan lembar observasi biasa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu mengukur kemampuan awal peserta didik menggunakan pretest, pengukuran keterampilan dan sikap peserta didik pada saat pembelajaran, dan pengukuran hasil belajar dengan posttest. Pengukuran kemampuan awal dilakukan dengan instrumen tes (pretest) untuk kemampuan awal pada penguasaan konsep dan keterampilan peserta didik, baik memecahkan masalah, berpikir kritis, dan keterampilan proses sains. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu mengukur kemampuan awal peserta didik menggunakan pretest, pengukuran keterampilan dan sikap peserta didik pada saat pembelajaran, dan pengukuran hasil belajar dengan posttest. Pengukuran kemampuan awal dilakukan dengan instrumen tes (pretest) untuk kemampuan awal pada penguasaan konsep dan keterampilan peserta didik, baik memecahkan masalah, berpikir kritis, maupun keterampilan proses sains. Pengukuran keterampilan dan sikap dilakukan pada saat pembelajaran dengan mengisi lembar observasi dan angket yang dibagikan kepada peserta didik. Pengukuran hasil pembelajaran menggunakan instrumen tes (posttest) untuk mengetahui ketercapaian perangkat pembelajaran. Analisis data dilakukan pada data lembar evaluasi penilaian ahli dan guru yang digunakan untuk revisi perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Angket validasi menggunakan 4 skala dengan pembobotan tiap butir disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pembobotan Setiap Butir Peringkat Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Skor 4 3 2 1

130 Untuk menghitung rerata dari setiap komponen penilaian digunakan rumus: X = x n dengan X adalah rerata skor penilaian, x adalah total skor tiap komponen, dan n adalah jumlah penilai. Untuk mengubah nilai mentah ke dalam nilai standar skala, digunakan patokan penilaian seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Kriteria Penilaian Ideal No Rentang Skor Kriteria Kualitas 1 M i + 1,5SD i < X 2 M i + 0,5SD i < X < M i + 1,5SD i Baik 3 M i 0,5SD i < X < M i + 0,5SD i Cukup 4 M i 1,5SD i < X < M i 0,5SD i Kurang 5 X < M i + 1,5SD i Sangat Kurang (Sumber: Anas Sudijono, 2009:332) Keterangan: M i(mean Ideal) = 1 (skor tertinggi + skor terendah) 2 SD i = ( 1 ) 2 (1 ) (skor tertinggi skor terendah) 3 Pembobotan tiap butir yang diubah ke dalam nilai standar skala 5 untuk menilai perangkat pembelajaran yang dikembangkan (RPP, LKPD, soal tes). Untuk analisis data pada angket respon peserta didik dilakukan dengan analisis deskriptif dengan mengubah ya dan tidak ke dalam nilai 1 dan 0. Selanjutnya mencari skor rata-rata penilaian produk menggunakan persamaan: X = x n Tabel 3. Konversi Faktual Menjadi Kategori Kualitatif No Rentang Kriteria 1 0,8 < X Sangat baik 2 0,6 < X 0,8 Baik 3 0,4 < X 0,6 Cukup 4 0,2 < X 0,6 Kurang 5 X 0,2 Sangat kurang (Sumber: Sukardjo, 2006:53) Untuk mengetahui ketercapaian setiap komponen penilaian, nilai rata-rata skor masing-masing komponen dikonversi berdasarkan pedoman pengkonversian nilai kuantitatif ke kualitatif dengan skala 1-5 sebagaimana disajikan pada Tabel 3. Untuk melihat ketercapaian setiap komponen penilaian dengan persamaan: X = x n 100% Analisis reliabilitas menggunakan metode Borich jika persentase lebih atau sama dengan 75% maka instrumen dinyatakan reliabel (Borich, 1994:385). Untuk mengetahui peningkatan kemampuan peserta didik dianalisis menggunakan standar gain g, dengan rumus: g = Skor posttest skor pretest Skor maksimum skor pretest Kriteria gain disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kriteria Gain Nilai g Kriteria 0,7 < g Tinggi 0,3 < g < 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah (Sumber: Hake, 2012:1) Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil validasi perangkat pembelajaran berbasis problem based learning memiliki kategori baik dan sangat baik sehingga dinyatakan layak untuk diujicobakan dan diproduksi. Tabel 5. Hasil Penilaian Perangkat Pembelajaran Berbasis Pbl oleh Validator Perangkat RPP LKPD Soal pretest-posttest penguasaan konsep Soal pretest-posttest keterampilan memecahkan masalah Kategori

Perwujudan Kurikulum 2013... (Suharyanto,dkk) 131 Tabel 5 menunjukkan hasil penilaian kelayakan berdasarkan penilaian validator untuk pendekatan PBL. Hasil penilaian kelayakan berdasarkan penilaian validator untuk pendekatan scientific inquiry disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Penilaian Perangkat Pembelajaran Berbasis Scientific Inquiry oleh Validator Perangkat RPP LKPD Soal pretest-posttest penguasaan konsep Soal pretest-posttest keterampilan memecahkan masalah Kategori Hasil penilaian kelayakan scientific approach oleh validator disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Penilaian Perangkat Pembelajaran Berbasis Scientific Approach oleh Validator Perangkat RPP LKPD Soal pretest-posttest penguasaan konsep Soal pretest-posttest keterampilan memecahkan masalah Kategori Pembelajaran untuk ketiga pendekatan yang dikembangkan mendapatkan kategori sangat baik untuk aspek tampilan dan aspek keterampilan pada perangkat pembelajaran khususnya LKPD yang digunakan sebagai panduan pada saat pembelajaran untuk masing-masing pendekatan pembelajaran yang digunakan. Ketika uji coba di lapangan ada dua temuan, yaitu: 1) Peserta didik masih belum terbiasa dalam hal merumuskan masalah dan membuat hipotesis, sehingga masih harus ada bimbingan dari pendidik. 2) Peserta didik dapat membuat grafik, namun skala pada sumbu-x dan sumbu-y tidak sama, sehingga masih harus mendapatkan bimbingan dari pendidik. Ketercapaian penguasaan konsep pada pengerjaan soal pretest dan posttest dilihat dari standar gain. Nilai gain yang diperoleh pada pengerjaan soal pretest dan posttest pendekatan PBL sebesar 0.69, pendekatan Scientific Inquiry sebesar 0.65, dan Scientific Approach sebesar 0.65. Ketiganya tergolong dalam kategori sedang. Nilai rata-rata pretest penguasaan konsep pada uji coba lapangan secara terbatas adalah 60,01, sedangkan nilai rata-rata posttest penguasaan konsep adalah 95,48. Besarnya koefisien gain (g) adalah 0,69. Oleh karena itu, peningkatan penguasaan konsep peserta didik tergolong sedang karena nilai pada interval 0,3 g <0,7. Dari hasil analisis yang dilakukan, diketahui bahwa rata-rata ketercapaian pada pengerjaan soal pretest adalah sebesar 56,61% artinya konsep pada materi belom tercapai. Namun setelah diadakan kegiatan pembelajaran menggunakan LKPD yang telah dikembangkan, lalu dilakukan posttest didapatkan penguasaan konsepnya sebesar 87,81%. Untuk kemampuan awal peserta didik yang diukur mengunakan pretest hanya mencapai 54%. Setelah diadakan praktikum dengan LKPD, penguasaan konsep peserta didik mencapai 86%. Untuk nilai rata-rata pretest pada uji coba terbatas adalah sebesar 53,2. Sedangkan nilai rata-rata posttest peserta didik adalah 83.75. Besarnya koefisien gain (g) adalah sebesar 0.65 atau dalam kategori sedang. Untuk ketercapaian keterampilan standar gain yang diperoleh untuk pendekatan PBL ketercapaian kemampuan memecahkan masalah sebesar 0.66, pendekatan Scientific Inquiry ketercapaian berpikir kritis sebesar 0.57, dan Scientific Approach keterampilan proses sains sebesar 0.65. Ketiganya tergolong dalam kategori sedang. Grafik perbandingan nilai pretest dan posttest keterampilan memecahkan masalah menggunakan PBL disajikan pada Gambar 1.

132 Gambar 1. Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest Keterampilan Memecahkan Masalah Nilai rata-rata pretest keterampilan memecahkan masalah adalah 41,91 dan nilai rata-rata posttest keterampilan memecahkan masalah adalah 93,33. Besarnya koefisien gain (g) adalah 0,66 pada kategori sedang. Grafik perbandingan nilai pretest dan posttest kemampuan berpikir kritis menggunakan scientific inquiry disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Kritis. Dari grafik sudah terlihat jelas kenaikan nilai pretest dan posttest. Nilai rata-rata saat pretest adalah 84,3, namun ada satu butir yang masih di bawah standar. Sedangkan nilai rata-rata saat posttest adalah 93,5 dengan semua nilai setiap butirnya sudah di atas standar nilai. Dengan demikian, dapat dihitung kenaikan ketercapaian keterampulan berpikir kritis dengan standard gain (g). Nilai <g> yang didapatkan adalah sebesar 0,57 yang berada dalam kategori sedang. Kategori sedang adalah apabila nilai <g> yang didapatkan berada dalam interval 0,3 < g < 0,7. Ketercapaian keterampilan berpikir kritis juga diukur menggunakan lembar observasi yang dilakukan setiap pembelajaran berlangsung. Pembelajaran berlangsung selama tiga kali pertemuan, observasi keterampilan berpikir kritis juga dilakukan tiga kali agar keterampilan berpikir kritis siswa yang didapat dari observasi lebih valid. Dalam setiap pertemuan atau setiap observasi dilakukan, nilai ketercapaian setiap butir indikatornya sudah lebih dari 75% yang artinya kemampuan keterampilan berpikir kritis sudah tercapai. Dari pertemuan pertama, pertemuan kedua dan pertemuan ketiga, bila dirata-rata nilai ketercapaian keterampilan proses berpikir kritisnya pada indikator memberikan penjelasan sederhana ketercapaiannya adalah sebesar 84,90% memberikan argumen atau pendapat ketercapaiannya sebesar 81,77%, merumuskan kesimpulan sebesar 82,29%, memberikan penjelasan lanjut sebesar 86,46% dan mengatur strategi dan taktik pemecahan masalah sebesar 79,69%. Bila di rata-rata, ketercapaian keterampilan berpikir kritisnya 83,02% yang berarti perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dapat digunakan untuk meningkatkan ketercapaian keterampilan berpikir kritis peserta didik SMA khususnya peserta didik di MAN Yogyakarta 3 kelas X MIA 2. Grafik perbandingan nilai pretest dan posttest keterampilan proses sains menggunakan scientific approach disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest Keterampilan Proses Sains

Perwujudan Kurikulum 2013... (Suharyanto,dkk) 133 Kemampuan awal peserta didik yang diukur mengunakan pretest hanya mencapai rata-rata 43%. Setelah diadakan praktikum dengan LKPD, penguasaan konsep peserta didik mencapai rata-rata 73%. Nilai rata-rata pretest pada uji coba terbatas adalah sebesar 39, sedangkan nilai rata-rata posttest peserta didik adalah 79,67. Besarnya koefisien gain (g) adalah sebesar 0,65 atau dalam kategori sedang. Ketercapaian sikap menggunakan analisis pada angket dan lembar observasi. Untuk pendekatan PBL ketercapaian sikap kerjasama semua aspek di atas syarat ketercapaian yaitu rata-rata persentase setiap indikator sudah lebih dari 75%. Persentase ketercapaian pada aspek kesiapan dalam kelompok 92,67%, pendengar aktif 92,33%, partisipasi dalam pengambilan kelompok 87%, peran serta dalam membantu kelompok 93,33%, mendorong teman lain dalam kelompok 80,67%, keberanian dalam berpendapat 94%, mencapai tujuan bersama 90,67%, dan meningkatkan hubungan positif antar anggota kelompok 100%, pendekatan Scientific Inquiry ketercapaian rasa ingin tahu peserta didik diukur menggunakan angket. Dari responden 16 peserta didik didapatkan data yang selanjutnya telah dianalisis, diketahui bahwa semua indikator yang ada untuk mengukur ketercapaian rasa ingin tahu peserta didik berada di atas standar nilai, yaitu lebih dari 70. Dengan rata-rata ketercapaian sebesar 85,27%. Artinya, rasa ingin tahu peserta didik telah tercapai dan scientific approach ketercapaian sikap tanggung semua indikator berada di atas standar nilai dengan rata-rata ketercapaian 85.09% yang menunjukan sikap tanggung jawab tercapai. Adanya peningkatan nilai penguasaan konsep dan keterampilan dikarenakan pada saat melakukan pretest peserta didik belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman terhadap soal pretest yang diberikan. Setelah pembelajaran dilaksanakan maka peserta didik mendapat pengetahuan melalui penyelidikan gerak lurus dengan kecepatan konstan dan percepatan konstan. Berdasarkan uji kelayakan yang dilakukan pada perangkat pembelajaran dengan menggunakan penilaian ahli dan angket respon peserta didik maka perangkat pembelajaran yang berbasis PBL, Scientific Inquiry, dan Scientific Approach dinyatakan layak digunakan dalam pembelajaran fisika khususnya materi Gerak Lurus dengan Kecepatan Konstan dan Percepatan Konstan. Berdasarkan penilaian, perangkat pembelajaran dalam kategori sangat baik sesuai dengan pedoman penilaian pada tabel. Perangkat pembelajaran ini berdampak positif dan aspek penguasaan konsep, keterampilan (memecahkan masalah, berpikir kritis, dan keterampilan proses sains), dan sikap (kerjasama, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab) dapat tercapai menggunakan perangkat pembejaran berbasis problem based learning, scientific inquiry, dan scientific approach yang dikembangkan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perangkat pembelajaran dengan tiga pendekatan yaitu PBL, Scientific Inquiry, dan Scientific Approach berdasarkan penilaian dari validator telah layak digunakan dalam mewujudkan kurikulum 2013 untuk mengembangkan knowledge, skill, dan attitude peserta didik MAN Yogyakarta 3 karena berada dalam rentang kategori baik dan sangat baik. 2. Melalui pembelajaran menggunakan pendekatan PBL, Scientific Inquiry, dan Scientific Approach aspek penguasaan konsep sebagai pengembangan knowledge telah tercapai dan mengalami peningkatan dengan gain sedang. 3. Melalui pembelajaran menggunakan

134 pendekatan PBL, Scientific Inquiry, dan Scientific Approach aspek keterampilan memecahkan masalah, berpikir kritis, dan keterampilan proses sains sebagai bentuk pengembangan skill telah tercapai dengan gain sedang pada peserta didik MAN Yogyakarta 3. 4. Melalui pembelajaran menggunakan pendekatan PBL, Scientific Inquiry, dan Scientific Approach aspek sikap kerjasama, rasa ingin tahu, dan tanggung jawab sebagai bentuk pengembangan attitude peserta didik mengalami peningkatan dengan gain sedang. Agar penelitian ini lebih bermanfaat dan lebih baik, maka berikut saran-saran yang diajukan: 1. Perangkat pembelajaran ini agar dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam membuat perangkat pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013. 2. Agar LKS atau LKPD dapat digunakan secara maksimal, maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut di antaranya: a. Pengkondisian peserta didik lebih cepat agar waktu pembelajaran dapat efektif. b. Memperhatikan alokasi yang ada pada RPP sehingga tidak kekurangan waktu. c. Memiliki persiapan matang sebelum pembelajaran dimulai. 3. Perlu dilakukan penelitian yang sejenis dengan subjek penelitian yang lebih banyak dan rentang waktu yang lama dengan karakteristik siswa yang berbeda agar memperoleh hasil yang lebih baik. 4. Perlu dilakukan penelitian sejenis dengan satu pendekatan untuk mengukur semua knowledge, skill, dan attitude yang telah dikembangkan dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anas Sudijono. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Borich, Gary D. 1994. Observation Skill for Effective Teaching. New York: Mac Millan Publishing Company. Hake, Richard. 2012. Analyzing Change/ Gain Scores. Diakses dari www. Physics. indiana. edu/-sdi/analyzing Change-Gain.pdf pada 22 Mei 2014, pukul 09:00 WIB. Sukarjo. 2006. Penilaian dan Evaluasi Hasil Pembelajaran IPA: Buku Pegangan Kulih Mahasiswa Program Sarjana Prodi Pendidikan IPA. Yogyakarta: UNY.