BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tinggi di dunia, serta tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Kamboja. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa anak-anak berakhir,

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. Maka dari itu belakangan ini pemerintah lebih mengutamakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu yaitu merupakan periode transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang memiliki remaja yang kuat serta memiliki kecerdasan spiritual,intelektual serta emosional yang kuat menjadikan bangsa tersebut kelak akan kuat pula.perkembangan dunia yang kian menglobal,menjadikan perubahan-perubahan besar terhadap perilaku remaja,namun perubahan tersebut lebih cenderung mengarah pada kegiatan negative di banding positifnya. Masalah remaja yang timbul biasanya berkaitan dengan masalah seksualitas. Menjalani kehidupan remaja yang jauh dari dari perilaku sex bebas, pernikahan dini dan ketergantungan pada obat-obatan terlarang serta menjauhkan diri dari bahaya AIDS tentulah membutuhkan perhatian kita semua. Remaja tidak bias berjalan sendirian tanpa pendampingan orang tua,masyarakat lingkungan serta negaranya.menyadari ini BKKBN (Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional) sebagai wakil pemerintah yang bertanggung jawab menjalankan program PKBR (Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja) suatu program yang memfasilitasi remaja agar belajar memahami dan berakhlak untuk mencapai ketahanan remaja sebagai dasar mewujudkan Generasi Berencana (Wirdhana Indra, 2013) Berdasarkan penelitian Bappenas (2008) menemukan bahwa 34,5% dari 2.049.000 perkawinan yang ada adalah tergolong perkawinan anak. Hal serupa juga ditunjukkan oleh Riset Kesehatan Dasar (2010) yang menemukan bahwa 1

2 pernikahan usia 15-19 tahuan sebesar 4,8%. Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Plan Indonesia (2011) tentang pernikahandini dan KDRT di 8 Kabupaten di Indonesia (Indramayu, Grobogan, Rembang, Tabanan, Dompu, Timor Tengah, Sikka dan Lembata) menemukan bahwa 33,5% anak usia 13-18 tahun pernah menikah, dan rata-rata mereka menikah pada usia 16 tahun. Serta 44% anak perempuan yang menikah dini dan mengalami KDRT dengan frekuensi tinggi, dan sisanya 56% dengan frekuensi lemah. Menurut survey yang dilakukan Yayasan Kesehatan Perempuan tahun 2010 menemukan sebanyak 1.446 kasus aborsi di Kota Medan dan delapan kota besar lainnya, yaitu Batam, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Mataram dan Manado. Lebih kurang secara nasional ditemukan 2,5 juta pertahun. Persentase pada tahun 2010, usia melakukan aborsi yakni usia 30 tahun sebesar 58%, 20-30 tahun sebesar 39% dan usia dibawah 20 tahun sebesar 3%. Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2012) menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 30 % dari jumlah penduduk sekitar 1,2 juta jiwa. Kondisi remaja di Indonesia saat ini dapat digambarkan bahwa banyak yang menikah di usia remaja, seks pranikah dan kehamilan tidak dinginkan, aborsi 2,4 juta: 700-800 ribu adalah remaja, 17.000/tahun, 1417/bulan, 47/hari perempuan meninggal karena komplikasi kehamilan dan persalinan,hiv/aids: 1283 kasus, diperkirakan 52.000 terinfeksi penyakit. (diakses pada tanggal 18 Agustus2014 jam 16:30). Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional Tahun 2008 menunjukkan bahwa jumlah pengguna NAPZA sampai dengan tahun 2008 adalah

3 115.404. Dimana 51.986 dari total pengguna adalah mereka yang berusia remaja (usia 16 24 tahun). Mereka yang pelajar sekolah berjumlah 5.484 dan mahasiswa berjumlah 4.055. dan Departemen Kesehatan RI tahun 2010 menyebutkan dari 15.210 penderita HIV/AIDS 54 % adalah remaja. Berdasarkan dari hasil survei KOMNAS anak bekerjasama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada tahun 2010 terungkap sebanyak 93,7 % anak SMP dan SMU yang di survei mengaku pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks. Sebanyak 62,7 % anak SMP yang diteliti mengaku sudah tidak perawan, 21,2 % remaja SMA yang disurvei mengaku pernah melakukan aborsi dan 97 % pelajar SMP dan SMA yang di survei mengaku suka menonton film porno (Desyolmita dan Firman, 2013). Kemenkes RI tahun 2011 jumlah kasus AIDS periode Januari September sebesar 1805 kasus sedangkan jumlah kumulatif kasus AIDS sampai dengan juni 2011 sebesar 26.483 kasus. Dari jumlah kasus tersebut, 45,9% diantaranya adalah kelompok usia 20 29 tahun. Hasil SDKI tahun 2007 menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja relatif masih rendah. Remaja yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak mengetahui kapan seorang perempuan memiliki hari atau masa suburnya. Sebaliknya, dari survey yang sama, pengetahuan dari responden laki-laki mengetahui masa subur perempuan lebih tinggi (32,3%) disbanding dengan responden remaja perempuan (29%). Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebuh tinggi (24,4%) disbanding dengan remaja perempuan

4 (16,8%). Sedangkan pengetahuan remaja laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibandingkan dengan remaja perempuan (76,2%). Pengetahuan remaja tentang cara paling penting untuk menghindari infeksi HIV terbatas, hanya 14% remaja perempuan dan 95% remaja laki-laki menyebutkan pantang berhubungan seks, 18% remaja perempuan dan 25% remaja laki-laki menyebutkan menggunakan kondom serta 11% remaja perempuan dan 8% remaja laki-laki menyebutkan membatasi jumlah pasangan (jangan berganti-ganti pasangan seksual) sebagai cara menghindari HIV dan AIDS (SKRRI,2007). Menurut SDKI tahun 2007, median usia kawin pertama perempuan adalah 19,8 tahun. Hasil penelitian puslitbang kependudukan BKKBN tahun 2011 menemukan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi median usia kawin pertama perempuan diantaranya yaitu faktor sosial, ekonomi, budaya dan tempat tinggal (desa/kota). Diantara beberapa faktor tersebut ternyata faktor ekonomi yang paling dominan terhadap median usia kawin pertama perempuan. Hal ini dilatarbelakangi alasan kemiskinan karena tidak mampu membiayai sekolah anaknya sehingga orang tua ingin anaknya segera menikah, ingin lepas tanggung jawab dan orang tua berharap setelah anaknya menikah akan mendapat bantuan ekonomi (BKKBN, 2011). Meningkatnya perilaku seksual yang menyimpang juga meningkatkan permasalahan seksual salah satunya adalah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) yang akan berdampak pada kasus aborsi dan kematian ibu dan janin. WHO memperkirakan resiko kematian akibat kehamilan dua kali lebih tinggi pada remaja usia 15-18 tahun dibandingkan dengan wanita usia 20-24 tahun. Di

5 samping itu kehamilan pada usia remaja juga mengakibatkan kemacetan persalinan karena ketidak seimbangan antara besar bayi dengan luas panggul. Akibat lainnya adalah penyakit menular seksual (PMS) yang terjadi di sunia setiap tahunnya terus meningkat sedang di Indonesia berdasarkan data Departemen Kesehatan hingga September 2008, dari 15.210 penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIV/AIDS di Indonesia, 54 persen diantaranya adalah remaja (Yuhdillah, 2008). Ada beberapa faktor yang mendorong anak remaja melakukan hubungan seks diluar nikah. Fakto-faktor tersebut diantaranya pengaruh liberalisme atau pergaulan hidup bebas, faktor lingkungan dan keluarga yang mendukung kearah perilaku tersebut serta pengaruh perkembangan media massa. Arus informasi melalui media massa baik berupa majala, surat kabar, tabloid maupun media elektronik seperti radio, televisi, dan komputer, mempercepat terjadinya perubahan. Meskipun arus informasi ini menunjang berbagai sektor pembangunan, namun arus informasi ini juga melemahkan sistem sosial ekonomi yang menunjang masyarakat Indonesia. Remaja merupakan salah satu kelompok penduduk yang mudah terpengaruh oleh arus informasi baik yang megatif maupun yang positif. Perbaikan status wanita, yang terjadi lebih cepat sebagai akibat dari transisi gemografi dan program keluarga berencana telah mengakibatkan meningkatnya umur kawin pertama dan bertambah besarnya proporsi remaja yang belum kawin. Hal ini adalah akibat dari makin banyaknya remaja baik laki-laki maupun perempuan yang meneruskan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dan makin banyaknya remaja yang berpartisipasi dalam pasar kerja. Panjangnya waktu

6 dalam status lajang maupun kesempatan mempunyai penghasilan mempengaruhi remaja untuk berperilaku berisiko anatara lain menjalin hubungan seksual pranikah, minuman keras, narkoba yang dapat mengakibatkan kehamilan tidak diinginkan dan juga resiko reproduksi lainnya yang tertular infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS (BKKBN, 2008). Pendidikan seks salah satu upaya untuk menyelamatkan generasi bangsa. Pendidikan seks dapat dipandang sebagai suatu jalan yang dapat memberikan pemahaman kepada semua pihak tentang pentingnya kesehatan khususnya kesehatan reproduksi bagi generasi penerus sehingga dapat mengenal dan mengetahui tentang berbagai perubahan yang terjadi pada dirinya. Dengan adanya pemahaman ini remaja diharapkan tidak terjerumus dalam hal-hal yang tidak diinginkan (Gordon dan Crown,2008) Melihat kondisi remaja saat ini merupakan tanggung jawab bersama baik orang tua (keluarga), sekolah bahkan lingkungan masyarakat sangat diperlukan untuk bekerja sama demi menciptakan remaja yang sehat dan cerdas, karena remaja yang sehat merupakan aset negara yang sangat berharga bagi setiap bangsa untuk kelangsungan pembangunan dimasa mendatang, oleh karena itu diperlukan pelayanan kesehatan yang dimulai dari preventif yaitu dengan pembekalan kesehatan khususnya tentang kesehatan reproduksi (Depkes RI, 2009). Permasalahan remaja yang berkaitan dengan perilaku seksual terutama kesehatan reproduksi berasal dari kurangnya informasi, pemahaman dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi.orang tua yang diharapkan remaja dapat dijadikan tempat bertanya atau dapat memberikan

7 penjelasan tentang masalah kesehatan reproduksi, ternyata tidak banyak berperan karena masalah tersebut masih dianggap tabu untuk dibicarakan dengan anak remajanya. Guru yang juga diharapkan oleh orang tua dan remaja dapat memberikan penjelasan yang lebih lengkap kepada siswanya tentang kesehatan reproduksi, ternyata masih menghadapi banyak kendala dari dalam dirinya, seperti: tabu, merasa tidakpantas, tidak tahu cara menyampaikannya, tidak ada waktu, dan lain sebagainya. Oleh karena hal tersebut maka peneliti ingin mengamati apa atau bagaimana tanggapan atau pandangan seorang guru terhadap perilaku seksual remaja tersebut. Melihat fenomena seks pranikah di SMA Negeri 1 Kotanopan sendiri hal tersebut perrnah terjadi, terbukti dengan adanya kejadian siswa yang hamil di luar nikah. Secara umum seks pra nikah di SMA Negeri 1 Kotanopan tidak sering terjadi. Namun apabila fenomena di atas berlangsung terus tanpa terkendali, maka akan membawa dampak sosial dan psikologis yang luas. Dari hasil survei awal yang dilakukan pada tanggal 11-12 Januari 2016 di sekolah SMA Negeri 1 Kotanopan mengenai kenakalan remaja yang mengarah pada tindakan asusila.informasi yang diperoleh di sekolah SMA Negeri 1 Kotanopan oleh peneliti dari guru BP selaku guru yang menaungi peermasalahan siswa/i mereka menyatakan bahwa terdapat kasus mengenai tindakan asusila. Berdasarkan fenomena kenakalan remaja yang terjadi di kota besar dan di SMA Negeri 1 Kotanopan pada saat ini berkaitan dengan dunia pendidikan, maka peneliti ingin menggali pandangan guru dalam menjawab fennomena ini. Selain orang tua, sekolah adalah salah satu sumber informasi bagi remaja mengenai seks.

8 Maka seorang gurulah yang menjadi panutan bagi remaja. Jadi, Bagaimana hari ini seorang guru memandang bagaimana perilaku seksual remaja sebagai acuan bagi remaja yang seyogyanya ditanamkan sejak dini. Penelitian akan dilakukan di SMA Negeri 1 Kotanopan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan dari kondisi di masyarakat tersebut yakni di Kotanopan Kabupaten mandailing Natal yang telah dipaparkan sebelumnya di latar belakang dan mengingat pentingnya pendidikan dalam pembentukan pribadi dan pusat informasi bagi remaja, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap guru sebagai orang yang dekat dengan remaja. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap guru terhadap perilaku seksual remaja di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui gambaran pengetahuanguru terhadap perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Kotanopan 2. Untuk mengetahui gambaran sikap guru terhadap perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Kotanopan

9 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi sekolah SMA Negeri 1 Kotanopan untuk lebih memahami perilaku seksual remaja 2. Dijadikannya sebagai bahan referensi oleh Dinas Pendidikan untuk membuat kurikulum yang menjelaskan tentang perilaku seksual remaja 3. Sebagai bahan referensi bagi Mahasiswa FKM USU untuk penelitian selanjutnya.