1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi geografis yang dimiliki Indonesia berpengaruh terhadap pembangunan bangsa dan negara. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah pulau di Indonesia adalah 17.504 dengan panjang garis pantai mencapai 104.000 Km sedangkan menurut Badan Informasi Geospasial tahun 2014, jumlah pulau di Indonesia yang terdaftar dan berkoordinat adalah 13.466. Perbedaan jumlah pulau tersebut terjadi akibat perbedaan persepsi terhadap definisi pulau, misalnya gosong yang terlihat hanya pada saat air surut dan tenggelam pada saat air pasang juga diklasifikasikan sebagai pulau. Faktor lain yang menyebabkan perbedaan tersebut adalah penamaan oleh komunitas masyarakat lokal. Beberapa pulau di Indonesia memiliki nama lebih dari satu berdasarkan penamaan yang diberikan oleh masyarakat setempat. Terlepas dari perbedaan jumlah tersebut terlihat jelas bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah pesisir yang luas dengan sumberdaya alam maupun budaya yang melimpah. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia memiliki kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya alam yang melimpah. Kekayaan sumberdaya alam tersebut terdisi dari sumber daya alam dapat pulih seperti perikanan, hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun dan sumber daya alam yang tidak dapat pulih seperti minyak bumi, gas dan mineral serta bahan tambang lainnya (Dahuri dkk, 2001). Kekayaan dan keanekaragaman sumberdaya alam tersebut tersebar di seluruh Indonesia. Berdasarkan laporan Asian Development Bank (ADB) dalam State of the Coral Triangle Indonesia tahun 2014, luas terumbu karang di Indonesia mencapai 51.000 km 2, dimana sebagian besar terumbu karang tersebar di wilayah timur Indonesia yang lazim disebut sebagai segitiga karang (coral triangle). Keanekaragaman terumbu karang di Indonesia termasuk yang terkaya di dunia dengan kurang lebih 590 spesies terumbu karang bahkan terumbu karang di 1
2 Kepulauan Raja Ampat diakui ilmuwan sebagai pusat keanekaragaman hayati terumbu karang dunia (Sheila dkk, 2002). Selain membawa keuntungan ekonomi, ekosistem terumbu karang ini juga bermanfaat dalam perlindungan pantai dari hantaman gelombang dan juga berkontribusi terhadap perikanan, menyediakan makanan dan tempat berlindung beragam jenis biota laut. Selain terumbu karang, Indonesia juga memiliki kekayaan ekosistem mangrove dan padang lamun. Luas ekosistem mangrove di Indonesia termasuk yang terbesar di dunia. Luas hutan mangrove di Indonesia sekitar 3,2 juta hektar atau 60% luas total mangrove Asia Tenggara dan 20% dari total tutupan mangrove dunia (Bakosurtanal, 2009 dalam Kusmana, 2012). Lebih lanjut Kusmana (2012) mengemukakan ada 47 spesies mangrove di Indonesia yang juga menjadikan Indonesia pusat penting keanekaragaman hayati mangrove dunia. Potensi sumberdaya alam yang melimpah memberikan peluang besar bagi upaya pembangunan di wilayah pesisir. Peran strategis dan potensi ekosistem wilayah pesisir dan lautan yang dimiliki Indonesia tidak serta merta dapat memberikan manfaat yang optimal tanpa perencanaan dan pengelolaan yang baik. Terdapat berbagai kendala dan permasalahan umum dalam perencanaan, pengelolaan maupun pembangunan di wilayah pesisir Indonesia yang cenderung mengancam keberlanjutan sumberdaya pesisir Indonesia. Permasalahan wilayah pesisir Indonesia antara lain adalah pencemaran, penangkapan ikan dalam jumlah berlebih (overfisihing), degradasi fisik habitat mangrove dan terumbu karang, ancaman bencana alam seperti abrasi dan tsunami, serta konflik kepentingan dalam pemanfatan sumberdaya lahan pesisir. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan khususnya di wilayah pesisir Indonesia menuju kearah yang tidak berkelanjutan. Wilayah pesisir Indonesia yang luas terdiri atas wilayah perairan dan daratan yang saling bertemu dimana di dalamnya terdapat atribut fisik lingkungan, proses-proses alami serta aktivitas manusia yang dapat mempengaruhi pesisir dan sumberdaya pesisir. Karakteristik tersebut menunjukkan bahwa wilayah pesisir Indonesia memiliki nilai sumberdaya yang besar yang dapat dimanfaatkan. Berbagai pemanfaatan sumberdaya pesisir di Indonesia antara lain adalah,
3 perikanan, pertambangan, perhubungan, pertanian, permukiman, dan pariwisata. Keanekaragaman tipologi pemanfaatan di wilayah pesisir menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi wilayah pesisir untuk dikembangkan. Salah satu potensi wilayah pesisir yang dimiliki Indonesia yang potensial untuk dikembangkan adalah pariwisata. Pariwisata merupakan aktivitas multi sektor yang terkait dengan ekonomi, seni, budaya, sosial masyarakat dan lingkungan. Pembangunan di bidang pariwisata harus mempertimbangkan sektorsektor terkait dalam perumusan kebijakan. Tujuan yang ingin dicapai adalah terciptanya pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya, memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air, memperkukuh jatidiri dan kesatuan bangsa, serta mempererat persatuan antarbangsa (UU Nomor 10 Tahun 2009). Uraian mengenai tujuan pembangunan di bidang pariwisata tersebut mensyaratkan pertimbangan ekonomi, sosial dan ekologi dalam pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Kegiatan wisata yang dilakukan di wilayah pesisir dikategorikan sebagai pariwisata pesisir. Khakhim (2009) mengemukakan bahwa pariwisata pesisir merupakan aktivitas wisata yang dilakukan di wilayah pesisir dengan obyek daya tarik yang bersumber dari potensi bentang laut (seascape) maupun bentang darat pesisir (coastal landsacape). Konsep pengembangan pariwisata pesisir berdasarkan pada aspek mempertahankan kelestarian lingkungan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dan menjamin kepuasan pengunjung. Konsep mempertahankan kelestarian lingkungan terkait dengan atribut fisik dan proses alami di wilayah pesisir yang dapat di dekati melalui aspek kesesuaian dan daya dukung kawasan wisata. Kesejahteraan masyarakat setempat dapat dilihat dari karakteristik sosial ekonomi masyarakat dan bagaimana masyarakat memanfaatkan peluang-peluang yang tercipta dari aktivitas wisata. Kepuasan pengunjung sangat penting mengingat sumber utama pendapatan pariwisata pesisir adalah dari pengunjung. Salah satu pendekatan untuk menjamin kepuasan pengunjung adalah dengan mengkaji persepsi pengunjung terhadap pemandangan
4 (view) obyek wisata dan kebutuhan wisatawan terhadap sarana prasana obyek wisata. Kota Makassar merupakan kota yang terletak di wilayah pesisir barat propinsi Sulawesi Selatan dan sebagai ibukota Provinsi serta pintu gerbang kawasan Indonesia Timur. Infrastruktur sarana prasarana pendukung kegiatan pariwisata yang tersedia antara lain hotel berbintang dan tempat hiburan yang representatif, pusat perbelanjaan serta sarana olahraga. Jenis kegiatan wisata yang dapat dijumpai antara lain wisata pesisir, sejarah, budaya, dan wisata konvensi atau MICE (meeting, incentive, conference, exhibition). Uraian di atas menunjukkan bahwa Kota Makassar memiliki potensi industri pariwisata yang sangat baik untuk dikembangkan. Kecamatan Tamalate yang terletak di sebelah selatan pusat Kota Makassar memiliki obyek wisata pesisir untuk dikembangkan. Lokasi wisata pesisir yang terdapat di wilayah ini antara lain adalah Pantai Angin Mamiri dan Tanjung Bayang. Pengelolaan Pantai Angin Mamiri dan Tanjung Bayang saat ini dilaksanakan oleh masyarakat setempat yang tinggal dan bermukim dalam kawasan wisata. Berbeda dengan lokasi wisata pesisir lainnya seperti Pantai Losari dan Pantai Akarena, pantai Angin Mamiri dan Tanjung Bayang belum dikembangkan secara optimal. Faktor yang menjadi penghambat belum optimalnya pengembangan kawasan wisata tersebut adalah minimnya informasi mengenai potensi dan kondisi sumberdaya yang ada baik itu terkait lingkungan biofisik maupun sosial ekonomi masyarakatnya dan kurangnya kesadaran dalam menjaga kelestarian lingkungan kawasan wisata. Pariwisata pada dasarnya merupakan aktivitas ekonomi dengan memperhatikan aspek ketersediaan (supply) dan permintaan (demand). Aspek ketersediaan dapat dilihat dari bagaimana potensi dan kondisi sarana-prasarana wisata, kesesuaian kawasan untuk kegiatan wisata, daya dukung kawasan, kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kebijakan pengelolaan yang dilakukan. Aspek permintaan dapat diidentifikasi dari bagaimana kebutuhan wisatawan terhadap sumberdaya wisata dan persepsi terhadap keindahan kawasan wisata, sebab pada dasarnya tujuan utama dari kegiatan wisata adalah menikmati pemandangan
5 (view) suatu objek wisata. Pengembangan wisata dengan memperhatikan potensi dan kondisi sumberdaya wisata dan permintaan wisatawan diharapkan akan meningkatkan daya tarik obyek wisata, sehingga menarik minat wisatawan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang bekerja di sektor wisata. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Analisis Potensi dan Preferensi Visual Wisatawan Untuk Pengembangan Pariwisata Pesisir. Penelitian ini mengambil lokasi di Pantai Angin Mamiri dan Tanjung Bayang Kota Makassar. 1.2 Permasalahan Penelitian Pengembangan pariwisata pesisir merupakan kegiatan optimasi, interdependensi dan interaksi antar komponen sumberdaya pesisir, sumber daya manusia, dan teknologi untuk meningkatkan taraf hidup. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sangat berperan dalam optimasi pemanfaatan sumberdaya pesisir. Kondisi sosial ekonomi masyarakat disatu sisi mempengaruhi pola pemanfaatan sumberdaya pesisir dalam kaitannya dengan pengelolaan kawasan wisata dan disisi lain pengembangan pariwisata di wilayah pesisir memberi dampak terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pertumbuhan penduduk yang tinggi serta tuntutan kebutuhan ekonomi tanpa disertai dengan peningkatan pengetahuan, menyebabkan pemanfaatan lahan pada kawasan wisata pesisir sangat tinggi dan tidak memperhatikan kondisi ekologis kawasan. Akibat yang ditimbulkan adalah selain terjadinya penurunan kondisi ekologis juga mempengaruhi kualitas estetika kawasan wisata pesisir yang berimplikasi pada penurunan daya dukung dan daya tarik objek wisata bagi wisatawan. Khusus wisata pesisir ada beberapa lokasi wisata yang dapat menjadi referensi bagi masyarakat Kota Makassar, yaitu Pantai Losari, Pantai Akarena, Pantai Angin Mamiri, dan Pantai Tanjung Bayang. Pantai Losari, merupakan ruang terbuka (open space) yang dibangun oleh pemerintah kota yang juga merupakan landmark Kota Makassar. Pantai Akarena, merupakan kawasan wisata pesisir yang dikelola oleh pihak swasta, sedangkan Pantai Angin Mamiri dan Pantai Tanjung Bayang, adalah lokasi wisata pesisir yang dikelola oleh
6 masyarakat dan terintegrasi dengan permukiman masyarakat pesisir. Permasalahan umum kawasan wisata pesisir Pantai Angin Mamiri dan Tanjung Bayang adalah pemanfaatan potensi sumberdaya pesisir khususnya dalam pengemasan daya tarik wisata dirasakan belum optimal yang dapat diidentifikasi dari kondisi pantai dengan banyaknya sampah serta bangunan-bangunan liar (Gambar 1.1).
7 Pantai Angin Mamiri Pantai Tanjung Bayang Pantai Akkarena Pantai Losari Gambar 1.1 Peta Sebaran Lokasi Wisata Pesisir Kota Makassar
8 Upaya pengembangan pariwisata pesisir Pantai Angin Mamiri dan Tanjung Bayang dapat dilakukan dengan mengkaji potensi sumberdaya pesisir dan aspek permintaan wisatawan. Potensi sumberdaya pesisir dapat berupa potensi sumberdaya alam, lingkungan fisik, sarana dan prasarana penunjang serta kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat. Aspek permintaan wisatawan mencakup kebutuhan wisatawan akan lahan untuk kegiatan wisata dan preferensi terhadap kualitas estetika lanskap kawasan wisata sebagai bagian dari pengembangan daya tarik obyek wisata. Terkait dengan potensi lingkungan fisik maka perencanaan pengembangan wisata harus dilakukan berdasarkan kesesuaian atau kemampuan lahannya serta daya dukung kawasan. Potensi sumberdaya pesisir lainnya seperti sumberdaya alam dan sarana prasarana penunjang kegiatan wisata perlu dinventarisasi. Informasi mengenai kesesuaian dan daya dukung kawasan, potensi sumber daya alam serta sarana prasarana penunjang menjadi landasan dalam merumuskan strategi pengembangan kawasan wisata pesisir. Kondisi sosial ekonomi masyarakat terkait dengan kegiatan pemanfaatan sumberdaya, pengetahuan, serta bagaimana masyarakat memanfaatkan peluangpeluang yang tersedia dalam kegiatan wisata untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Informasi mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat yang menyatu dengan kawasan wisata sangat diperlukan sebab masyarakat turut menentukan, mempengaruhi dan menerima dampak dari pengembangan kawasan wisata pesisir. Estetika lanskap kawasan merupakan bagian penting dari kawasan wisata pesisir yang harus dikelola dengan baik. Keindahan kawasan wisata pesisir merupakan bagian dari pengemasan daya tarik objek wisata pesisir. Kualitas estetika lanskap kawasan dapat diidentifikasi dari preferensi wisatawan terhadap kondisi visual lanskap kawasan wisata pesisir. Preferensi wisatawan tersebut dianalisis sehingga diketahui bagaimana kondisi lanskap kawasan wisata pesisir yang sesuai dengan keinginan wisatawan. Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka fokus dari kajian ini adalah merumuskan strategi pengembangan kawasan wisata pesisir Pantai Angin Mamiri dan Tanjung Bayang. Kajian yang mencakup aspek potensi dan kondisi
9 sumberdaya pesisir untuk kesesuaian dan daya dukung kawasan, sosial ekonomi masyarakat serta kualitas estetika kawasan wisata, menjadi pertimbangan utama dalam penyusunan strategi pengembangan yang mendukung pengembangan pariwisata pesisir berkelanjutan. Rumusan permasalahan penelitian untuk mencapai tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah potensi dan kondisi sumber daya pesisir kawasan wisata Pantai Angin Mamiri dan Tanjung Bayang Kota Makassar untuk kesesuaian dan daya dukung kawasan wisata pesisir? 2. Bagaimanakah kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir kawasan wisata Pantai Angin Mamiri dan Tanjung Bayang Kota Makassar? 3. Bagaimanakah preferensi wisatawan terhadap kualitas estetika lanskap kawasan wisata Pantai Angin Mamiri dan Tanjung Bayang Kota Makassar? 4. Bagaimanakah strategi pengembangan kawasan wisata Pantai Angin Mamiri dan Tanjung Bayang yang mendukung pengembangan pariwisata pesisir berkelanjutan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis potensi dan kondisi sumber daya pesisir kawasan wisata Pantai Angin Mamiri dan Tanjung Bayang untuk kesesuaian dan daya dukung kawasan wisata pesisir. 2. Menganalisis kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir kawasan wisata Pantai Angin Mamiri dan Tanjung Bayang Kota Makassar. 3. Menganalisis pereferensi wisatawan terhadap kualitas estetika lanskap kawasan wisata Pantai Angin Mamiri dan Tanjung Bayang. 4. Merumuskan strategi pengembangan kawasan wisata Pantai Angin Mamiri dan Tanjung Bayang yang mendukung pengembangan pariwisata pesisir berkelanjutan.
10 1.4 Manfaat Penelitian Merujuk pada tujuan penelitian, maka manfaat dari hasil yang diharapkan dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Menambah keragaman penelitian utamanya dalam kajian tentang strategi pengembangan kawasan wisata yang dapat digunakan sebagai pembanding bagi penelitian selanjutnya pada lokasi atau waktu yang berbeda. 2. Memberikan sumbangan pengetahuan tentang konsep pengembangan kawasan wisata pesisir berdasarkan kualitas visual lanskap sebagai tambahan dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir. 3. Memberi informasi mengenai potensi wisata pesisir, sumberdaya yang dimiliki dan bahan masukan bagi pemerintah dalam mengelola dan mengembangkan kawasan wisata. 4. Membantu masyarakat dalam mengelola dan mengembangkan kawasan wisata yang akan berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai strategi pengembangan kawasan wisata pesisir telah banyak dilakukan di wilayah pesisir Kabupaten/Kota di Indonesia (Tabel 1.1). Potensi sumberdaya pesisir dan permasalahan yang ada berbeda antara wilayah yang satu dengan yang lainnya. Setiap wilayah memiliki karakteristik fisik, sosial maupun budaya masyarakat yang berbeda-beda. Dibutuhkan metode dan pendekatan yang berbeda untuk mengkaji dan merumuskan strategi dalam upaya mengatasi permasalahan dan mengembangkan potensi wisata. Dalam perspektif ilmu geografi penilitian ini menggunakan pendekatan keruangan. Yunus (2010) mengemukakan bahwa pendekatan keruangan merupakan suatu metode yang digunakan untuk memahami fenomena atau gejala tertentu agar mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam melalui media ruang dimana variabel ruang mendapat posisi utama dalam setiap analisis. Gejala atau fenomena yang dimaksud dan akan dikaji dalam penelitian ini adalah manusia, alam dan interaksi antara manusia dan alam terkait dengan kegiatan pariwisata.
11 Implementasi pendekatan keruangan dalam penelitian ini digunakan dalam analisis kesesuaian kawasan untuk kegiatan wisata serta preferensi wisatawan terhadap kondisi visual lanskap dengan obyek wisata dan karakteristik tutupan lahan sebagai unit analisis. Informasi yang diperoleh dari kajian mendalam mengenai fenomena tersebut dikumpulkan sebagai masukan dalam merumuskan strategi pengelolaan kawasan wisata. Sebastian (2009) melakukan kajian tentang rencana pengelolaan lanskap pantai Tanjung Bayang dengan pendekatan ekologi dan sosial ekonomi. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah menganalisis aspek ekologi, sosial, ekonomi serta mengacu pada aspek legal yang terdapat pada lanskap pesisir pantai Tanjung Bayang untuk pengelolaan Pantai Tanjung Bayang sebagai tempat wisata yang berkelanjutan. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui survei, kuisioner dan wawancara dan menggunakan analisis SWOT (Strengths-Weakness- Opportunities-Threats) untuk menentukan strategi pengelolaan. Strategi pengelolaan yang di rekomendasikan adalah 1) memperbaiki sistem manajemen keuangan, 2) mengembangkan pantai Angin Mamiri dan Pantai Layar Putih Sebagai alternatif wisata, 3) sosialisasi untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan indah, 4) membatasi gerak masyarakat membangun fasilitas wisata yang tidak memperhatikan lingkungan, 5) meningkatkan kualitas fasilitas wisata pantai, 6) meningkatkan kualitas pelayanan dan 7) memutuskan keunikan pelayanan di Pantai Tanjung Bayang. Perbedaan mendasar penelitian ini dari penelitian yang dilakukan oleh Sebastian (2009) adalah penggunaan pendekatan Touristic Ecological Footprint (TEF) untuk analisis daya dukung kawasan dan Scenic Beauty Estimation (SBE) untuk mengetahui preferensi wisatawan terhadap kualitas estetika lanskap kawasan wisata. Penggunaan metode EF dan SBE dalam penelitian ini mendasarkan pada pertimbangan permasalahan dan tujuan penelitian pada lokasi kajian. Selain itu cakupan wilayah penelitian ini juga mencakup Pantai Angin Mamiri. Secara rinci, perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sejenis yang sebelumnya telah dilakukan, dapat dilihat pada Tabel 1.1.