PENGGUNAAN METIL SELULOSA SEBAGAI MATRIKS TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCL: STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCl DENGAN MATRIKS METOLOSE 90SH : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI

PENGGUNAAN ETIL SELULOSA SEBAGAI MATRIKS TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCL : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

zat alc.if dari tablet dapat diatur mtuk tujuan tertentu (Banker &

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

(AIS) dan golongan antiinflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI NOVA YAUNAR SARI K Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dapat digunakan pada krisis hipertensi seperti kaptopril (Author, 2007). Kaptopril mempunyai waktu paruh biologis satu sampai tiga jam dengan dosis

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebanyakan bentuk lepas lambat (sustained release) dirancang supaya

Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II SISTEM MENGAPUNG (FLOATING SYSTEM)

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagian besar produk obat konvensional seperti tablet dan kapsul diformulasi

menyebabkan timbulnya faktor lupa meminum obat yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan dalam efektivitas pengobatan. Permasalahan ini dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

Pemberian obat secara bukal adalah pemberian obat dengan cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa pipi. Pemberian sediaan melalui

FORMULASI SEDIAAN LEPAS LAMBAT TABLET TEOFILIN DENGAN MATRIKS NATRIUM CARBOXYMETIL CELLULOSE DAN AVICEL PH 102 DENGAN METODE GRANULASI BASAH SKRIPSI

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

BAB I PENDAHULUAN. polimer struktural pada ganggang laut sama seperti selulosa pada tanaman

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi farmasi, beberapa jenis obat

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Granul merupakan sediaan multiunit berbentuk agglomerat dari

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

FORMULASI SEDIAAN LEPAS LAMBAT TABLET TEOFILIN DENGAN MATRIKS HIDROKSI PROPIL METIL SELULOSA DAN AVICEL PH 102 DENGAN METODE GRANULASI BASAH SKRIPSI

bioavailabilitasnya meningkat hingga mencapai F relsl = 63 ± 22 %

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KONSENTRASI KOMBINASI HYDROXYPROPYL METHYLCELLULOSE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki beberapa masalah fisiologis, termasuk waktu retensi lambung yang

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penghantaran obat tinggal di lambung sangat menguntungkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk konvensional dapat mengiritasi lambung bahkan dapat. menyebabkan korosi lambung (Wilmana, 1995).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

periode waktu yang terkendali, selain itu sediaan juga harus dapat diangkat dengan mudah setiap saat selama masa pengobatan (Patel et al., 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI SIFAT FISIK DAN PELEPASAN NATRIUM DIKLOFENAK DALAM TABLET LEPAS LAMBAT DENGAN MATRIKS KOMBINASI HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA DAN XANTHAN GUM

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Gambar. Daftar Lampiran. Intisari... BAB I. PENDAHULUAN..1. A. Latar Belakang.1. B. Perumusan Masalah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

I. PENDAHULUAN. sumber pemenuhan kebutuhan tubuh untuk melakukan metabolisme hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sifat Fisikokimia Sifat fisikokimia menurut Ditjen POM (1995) adalah sebagai berikut :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

IKARUSLI ANGGRAINI K

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen [(3-benzophenyl)-propionic acid] adalah turunan asam

OPTIMASI TABLET SUSTAINED RELEASE TEOFILIN DENGAN KOMBINASI MATRIK ETILSELULOSA 20 cp DAN METILSELULOSA SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka. yang disebutkan terakhir dikenal sebagai sustained-release (SR), sustainedaction

BAB I PENDAHULUAN. menyerupai flubiprofen maupun meklofenamat. Obat ini adalah penghambat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Transkripsi:

PENGGUNAAN METIL SELULOSA SEBAGAI MATRIKS TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCL: STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI Oleh: RARAS RUSMININGSIH K 100 040 059 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tramadol HCl merupakan sintetik opioid yang memiliki sifat analgetik, yang digunakan untuk mengatasi nyeri hebat baik akut atau kronis dan nyeri setelah operasi. Tramadol HCl mempunyai beberapa sifat seperti waktu paruh yang tidak terlalu pendek dan tidak terlalu panjang yaitu 5,5 jam, obat dengan waktu paro pendek proses absorbsi dan eliminasinya berlangsung relatif cepat dan biasanya diberikan secara berulang-ulang sebagai pengaturan dosis. Sedangkan obat dengan waktu paro panjang, dengan sendirinya akan melepaskan obatnya dalam waktu yang lama. Penggunaan dosis Tramadol HCl tidak terlalu besar yaitu 100 mg, obat yang diberikan dalam dosis besar tidak cocok untuk sediaan aksi diperlama karena unit dosisnya sendiri perlu dijaga supaya kadar obat dalam darah yang bekerja terapeutik tetap konstan, akan menjadi terlalu besar untuk ditelan oleh pasien. Tramadol HCl juga mempunyai kestabilan yang baik dalam air dan etanol (Moffat, 2004) yang menunjang untuk dibuat sediaan lepas lambat. Pembuatan suatu sediaan dengan obat tercampur homogen dengan bahan matriks merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membuat sediaan lepas lambat. Sistem matriks ini merupakan metode paling umum dan sederhana yang digunakan dalam pembuatan sediaan lepas lambat dibandingkan dengan sistem lainnya. Metil selulosa merupakan turunan selulosa yang tersubstitusi hidroksipropil dan metil. Metil selulosa merupakan bahan matriks hidrofil yang 1

2 dapat mengendalikan pelepasan kandungan obat di dalamnya ke dalam medium pelarut. Metil selulosa dapat membentuk lapisan hidrogel dengan viskositas tinggi pada sekeliling sediaan setelah kontak dengan cairan medium pelarut. Gel ini merupakan penghalang fisik lepasnya obat dari matriks secara cepat.. Keuntungan matriks ini adalah cost-effectiveness dan mengurangi resiko terjadinya dose dumping (Huang, dkk., 2004). Hasil penelitian diharapkan akan memberikan informasi mengenai kemampuan metil selulosa sebagai pengendali kecepatan pelepasan obat dari sediaan tablet lepas lambat Tramadol HCl. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu: 1. Bagaimana sifat fisik dan profil pelepasan Tramadol HCl dari sediaan tablet lepas lambat yang diformulasi dengan matriks metil selulosa? 2. Pada kadar berapakah matriks metil selulosa dapat menghambat pelepasan Tramadol HCl yang mengikuti kinetika orde nol dari suatu sediaan tablet lepas lambat? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui sifat fisik dan profil pelepasan Tramadol HCl dari sediaan tablet lepas lambat yang diformulasi dengan matriks metil selulosa. 2. Mengetahui pada kadar berapakah matriks metil selulosa dapat menghambat pelepasan Tramadol HCl yang mengikuti kinetika orde nol dari suatu sediaan tablet lepas lambat.

3 D. Tinjauan Pustaka 1. Sediaan lepas lambat. Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat (Ansel, dkk., 1995). Sediaan lepas lambat dapat mengurangi fluktuasi level obat yang tidak diinginkan, meningkatkan kerja terapeutis dan mengurangi efek samping yang berbahaya (Sinko, 2006). Walaupun rancangan suatu sediaan lepas lambat yang berperilaku ideal adalah rumit, bentuk sediaan ini mempunyai beberapa keuntungan dibanding sediaan konvensional, yaitu (Sulaiman, 2007). a. Mengurangi frekuensi pemberian obat sehingga meningkatkan kepatuhan penggunaan obat. b. Menurunkan efek samping dan toksisitas karena pengurangan dosis total atau penurunan konsentrasi tinggi sesaat setelah pemberian obat. c. Mengurangi fluktuasi kadar bahan aktif di dalam darah sehingga efek farmakologis lebih stabil. d. Pasien tidak harus bangun tengah malam untuk mengkonsumsi obat. Adapun kerugian bentuk sediaan lepas lambat adalah (Shargel, dkk., 2005; Lachman, dkk., 1976): a. Kemungkinan terjadinya kegagalan sistem lepas lambat sehingga kandungan bahan aktif yang relatif tinggi dilepas sekaligus (dose dumping). b. Lebih sulit penanganan penderita apabila terjadi kasus keracunan atau alergi obat, karena kandungan bahan aktif yang relatif tinggi.

4 c. Harga obat biasanya lebih mahal karena biaya pengembangan dan produksi yang relatif lebih tinggi. Dalam merancang sediaan lepas lambat, selain harus memperhitungkan keuntungan dan kerugian, banyak faktor yang harus dipertimbangkan diantaranya: rute pemberian obat yang dipakai, system penghantaran, penyakit yang akan disembuhkan, keadaan pasien, lamanya waktu yang diperlukan untuk terapi, serta sifat fisikokimia dari bahan obat itu sendiri (Longer dan Robinson, 1990). Beberapa sifat fisikokimia yang berpengaruh dalam pembuatan sediaan lepas lambat: a. Dosis Produk oral yang mempunyai dosis lebih besar dari 0,5 gram sangat sulit untuk sediaan lepas lambat karena dengan dosis yang lebih besar akan dihasilkan volume sediaan yang besar yang tidak dapat diterima sebagai produk oral (Conrad and Robinson, 1987). Kandungan bahan aktif dari sediaan lepas lambat biasanya dua kali atau lebih dari sediaan lepas segera. Selain itu bahan non aktif yang digunakan dalam sediaan lepas lambat biasanya jauh lebih besar jumlahnya daripada yang digunakan untuk bentuk sediaan lepas segera (Simon, 2001). b. Kelarutan Obat dengan kelarutan dalam air yang rendah atau tinggi, tidak cocok untuk sediaan lepas lambat. Batas terendah untuk kelarutan pada sediaan lepas lambat ini adalah 0,1 mg/ml. Obat yang kelarutannya tergantung ph fisiologis, akan menimbulkan masalah yang lain karena

5 variasi ph pada saluran cerna (GIT) yang dapat mempengaruhi kecepatan disolusi. c. Koefisien Partisi Obat yang mudah larut dalam air kemungkinan tidak mampu menembus membran biologis sehingga obat tidak sampai ketempat aksi. Sebaliknya untuk obat yang sangat lipofil akan terikat pada jaringan lemak sehingga obat tidak mencapai sel target. Kedua kasus diatas tidak diinginkan untuk sediaan lepas lambat. d. Stabilitas Obat Sediaan lepas lambat dirancang untuk dilepaskan dalam saluran cerna (GIT), sehingga obat yang tidak stabil dalam lingkungan. Isi cairan usus kemungkinan sulit untuk diformulasikan dalam sediaan lepas lambat. e. Ukuran Molekul Molekul obat yang besar menunjukkan koefisien difusi yang kecil dan kemungkinan sulit dibuat sediaan lepas lambat. Beberapa sifat biologis yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan lepas lambat (Conrad dan Robinson, 1987) : a. Absorbsi Obat yang lambat diabsorbsi atau memiliki kecepatan absorbsi yang bervariasi sulit untuk dibuat sediaan lepas lambat. b. Volume Distribusi Obat dengan volume distribusi yang tinggi dapat mempengaruhi kecepatan eliminasinya sehingga obat tersebut tidak cocok untuk sediaan lepas lambat.

6 c. Durasi Obat dengan t1/2 pendek dan dosis besar tidak cocok untuk sediaan lepas lambat. Sedangkan obat dengan waktu paro yang panjang dengan sendirinya akan dapat mempertahankan kadar obat pada indeks terapeutiknya sehingga tidak perlu dibuat sediaan lepas lambat. d. Indeks Terapeutik Obat dengan indeks terapeutik yang sempit memerlukan kontrol yang teliti terhadap kadar obat yang dilepaskan dalam darah. Untuk itulah sediaan lepas lambat dapat berperan dalam mengontrol pelepasan obat agar tetap dalam indeks terapeutiknya. 2. Tipe sediaan lepas lambat Bentuk sediaan dengan pola pelepasan yang diperlambat (terkendali) dapat diklasifikasikan menjadi tipe-tipe sebagai berikut (Sinko, 2006): a. Repeat action Repeat action adalah bentuk sediaan lepas lambat yang terdiri dari 2 bagian, bagian pertama merupakan bagian dosis yang dilepaskan secara cepat (immediate release) dan bagian kedua merupakan bagian yang dosisnya akan dilepaskan setelah bagian pertama dilepaskan. Pelepasan yang berurutan ini diatur oleh suatu time barier atau enteric coating (Ansel, dkk., 1995). b. Sustained release Bentuk sediaan ini dirancang untuk melepaskan suatu dosis terapeutik awal obat (loading dose) yang diikuti suatu pelepasan obat yang lebih lambat dan konstan. Konsentrasi obat dalam plasma yang konstan dapat dipertahankan dengan fluktuasi yang minimal (Shargel, dkk., 2005).

7 c. Prolonged action Sediaan prolonged action mirip dengan sustained release, akan tetapi tidak mengandung bagian yang pertama yaitu loading dose untuk memberikan kadar terapeutik secara cepat pada waktu permulaan pemakaian obat (Shargel, dkk., 2005). Kurva hubungan antara kadar obat dalam darah terhadap waktu dari berbagai bentuk sediaan obat dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 1. Kurva Hubungan antara Kadar Obat dalam Darah/Aktivitas Obat terhadap Waktu dari Sediaan A: Conventional; B: Sustained release; C: Prolonged Action (Sulaiman, 2007). Obat-obat yang paling baik diformulasikan sebagai produk dengan pelepasan terkendali adalah obat yang mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. Obat yang mempunyai kecepatan absorbsi dan ekskresi yang tidak terlalu cepat maupun lambat. b. Obat-obat ini diabsorbsi secara homogen di traktus gastrointestinal. c. Obat-obat ini diberikan dengan dosis yang relatif kecil. d. Obat-obat ini mempunyai margin keamanan yang baik.

8 e. Obat-obat ini dipakai untuk pengobatan kronik maupun akut (Tjandrawinata, 2002). 3. Metode Formulasi Sedian Lepas Lambat Berbagai cara pembuatan dan mekanisme kerja sediaan lepas lambat yang dijumpai antara lain: a. Mikroenkapsulasi Mikroenkapsulasi adalah suatu proses dari bahan padat, cairan bahkan gas yang dibuat kapsul (encapsulated) dengan ukuran partikel kecil, dibentuk dinding tipis di sekitar bahan yang akan dijadikan kapsul (Ansel, dkk, 1995). Partikel-partikel yang dimikroenkapsulasi mempunyai laju pelarutan yang lebih lambat karena matriks tidak larut dalam air dan memberikan suatu rintangan untuk difusi obat. Penyalutan ini juga membantu menurunkan rasa pahit dari obat (Shargel, dkk., 2005). Bahan yang biasa digunakan pada metode ini adalah polimer sintetik; seperti polivinil alkohol, etil selulosa atau polivinil klorida (Ansel, dkk, 1995). b. Pembentukan kompleks Bahan obat yang dikombinasikan secara kimia dengan zat kimia tertentu dapat membentuk senyawa kimiawi yang larut secara lambat dalam cairan tubuh tergantung pada ph sekitarnya. Laju pelarutan yang lambat ini berguna untuk pengadaan obat lepas lambat (Ansel, dkk, 1995).

9 c. Pengisian obat ke matriks yang terkikis perlahan-lahan Bahan obat yang akan dibuat sediaan lepas lambat, digabungkan dengan bahan lemak atau bahan selulosa, kemudian diproses menjadi granul yang dapat dimasukkan kapsul atau dicetak menjadi tablet (Ansel, dkk, 1995). Dalam sistem ini dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok, yaitu: 1) Matrik koloid hidrofilik, partikel obat didispersikan dalam suatu matrik yang larut (soluble matrix) dan obat dilepaskan ketika matrik terlarut atau mengembang. 2) Matrik lipid atau polimer tidak larut, partikel obat didispersikan dalam suatu matrik yang tidak larut (insoluble matrix) dan obat dilepaskan ketika pelarut masuk ke dalam matrik dan melarutkan partikel obat. d. Pembentukan resin penukar ion Prinsip penukar ion melibatkan penggunaan kapsul yang mengandung bentuk garam dari obat dengan satu resin polisterina asam sulfonat. Garam dari ion kationik dan anionik merupakan kompleks yang tidak larut. Pelepasan obat dari sistem ini berdasarkan pertukaran ikatan ion-ion yang terdapat dalam cairan lambung usus (Na +, H +, Cl -, OH + ). Pelepasan obat bergantung pada ph dan konsentrasi elektrolit dalam saluran pencernaan (Lachman, dkk., 1994).

10 e. Sistem Pompa Osmotik Pelepasan obat dari sistem pompa osmotic dikontrol oleh suatu membran yang mempunyai satu lubang (hole), yang diletakkan di sekitar tablet, partikel atau larutan obat (Lee dan Robinson, 1978). f. Sistem Membran Terkontrol Dalam sistem ini membran berfungsi sebagai pengontrol kecepatan pelepasan obat dari bentuk sediaan. Tidak seperti sistem matrik hidrofil, polimer membran tidak bersifat mengembang. 4. Matriks Matriks dapat digambarkan sebagai zat pembawa padat inert yang di dalamnya obat tercampur secara merata. Suatu matriks dapat dibentuk secara sederhana dengan mengempa atau menyatukan obat dengan bahan matriks bersama-sama. Umumnya, obat ada dalam persen yang lebih kecil agar matriks memberikan perlindungan yang lebih besar terhadap air dan obat berdifusi keluar secara lambat. Sebagian besar bahan matriks tidak larut dalam air meskipun ada beberapa bahan yang dapat mengembang secara lambat dalam air. Jenis matriks dari pelepasan obat dapat dibentuk menjadi suatu tablet atau butir-butir kecil bergantung pada komposisi formula (Shargel, dkk., 2005). Terdapat 3 golongan bahan penahan yang digunakan untuk memformulasikan tablet matriks (Ansel, dkk., 1995) : a. Bahan yang tidak larut dirancang utuh dan tidak pecah dalam saluran pencernaan. Polimer inert yang tidak larut seperti polivinil klorida, dan kopolimer akrilat, banyak digunakan sebagai dasar formulasi di pasaran.

11 Tablet yang dibuat dari bahan ini dirancang untuk tetap utuh dan tidak pecah di dalam saluran pencernaan. Tablet dapat secara langsung dikempa atau cara lain yang cocok dengan obat dan polimer dasarnya. Tahap yang menentukan laju pelepasan obat dari formula ini adalah penetrasi cairan dalam matriks yang dapat dinaikkan dengan menggunakan bahan pembasah sehingga dapat menambah perembesan air ke dalam matriks, yang menyebabkan disolusi dan difusi obat dari saluran-saluran yang dibentuk dalam matriks tersebut. b. Bahan tidak larut air tetapi dapat terkikis. Bahan ini berupa lilin, lemak, asam stearat, polietilenglikol, yang melepaskan obatnya dengan cara difusi dan erosi. Pelepasan obat dari matriks ini lebih cepat dibandingkan polimer yang tidak larut (Ansel, dkk, 1995). Pelepasan zat aktif dari matriks hidrofob ditentukan oleh sifat dan persentase bahan pembawa berlemak, ukuran ganda, jumlah granulometri, kelarutan zat aktif dan gaya kempa, ph saluran cerna, dan reaksi enzimatik. c. Bahan yang tidak dapat dicerna dapat membentuk gel dalam larutan pencernaan. Contoh : natrium alginat, natrium CMC, metil selulosa. Pelepasan obat dikendalikan lewat penetrasi air melalui suatu lapisan gel yang terbentuk karena hidrasi polimer dan difusi obat melalui polimer yang terhidrasi. Besarnya difusi atau erosi yang mengontrol pelepasan tergantung pada polimer yang dipilih untuk formulasi dan juga pada perbandingan obat polimer (Lachman, dkk., 1994). 5. Pelepasan Obat dari Matriks Sediaan lepas lambat diharapkan sesuai dengan mekanisme orde nol,

12 yang berarti kecepatan pelepasan obat tidak tergantung pada konsentrasi. Dua dasar umum terlibat dalam penghambatan pelepasan obat dari formulasiformulasi lepas lambat yang paling praktis ini adalah matriks yang ditanam dan prinsip pembatasan. Obat dalam matriks polimer berarti obat serbuk di dispersi secara homogen ke seluruh matriks polimer dan berdifusi keluar dari permukaan matriks tersebut. Batas yang terbentuk antara obat dan matriks kosong, oleh karena itu mundur kedalam tablet ketika obat dikeluarkan (Sinko, 2006). Batas pemunduran Daerah yang dikosongkan Lapisan difusi statis A C s Matriks Lapisan air sekitar sink sempurna h + dh h Gambar 2. Skema Matriks Padatan Dan Batas Daerah Penyusutan Obat Yang Berfungsi Dari Sediaannya (Sinko, 2006) Keterangan: C s : kelarutan/konsentrasi jenuh obat dalam matriks A : konsentrasi total obat dalam matriks. h : jarak yang ditempuh oleh obat untuk berdifusi. Higuchi (1963) mengusulkan suatu persamaan untuk menggambarkan kecepatan pelepasan obat yang terdispersi dalam suatu matriks yang padat dan inert.

13 ε M = (Ds.Ca ( )(2Co.Ca)t) τ Keterangan : 1/2...(1) M = Jumlah obat yang dilepaskan dari matriks ε = Porositas matriks. τ = Tortuositas matriks. Ca = Kelarutan obat dalam medium pelepasan. Ds = Koefisiensi difusi dalam medium pelepasan. Co = Jumlah total persen obat per unit dalam matriks. Persamaan (1) dapat ditulis lebih sederhana sebagai persamaan (2) 1/2 M = k.t...(2) Dengan k adalah konstanta. Jika suatu plot dibuat antar M (jumlah total obat yang dilepaskan) versus akar waktu (t 1/2 ) maka hubungan yang linier akan diperoleh bila pelepasan obat dari matriks dikontrol oleh difusi dan mengikuti kinetika orde nol. 6. Disolusi Disolusi adalah suatu proses melarutnya zat kimia atau senyawa obat dari sediaan padat ke dalam suatu medium tertentu. Proses ini dikendalikan oleh afinitas zat padat terhadap larutan. Selain itu disolusi juga dikatakan sebagai hilangnya kohesi suatu padatan karena aksi dari cairan yang menghasilkan suatu disperse homogen untuk ion atau molekuler. Ketepatan pelarutan atau laju pelarutan adalah kecepatan melarutnya zat kimia atau senyawa obat dalam suatu medium tertentu dari suatu padatan (Wagner, 1971; Sinko, 2006).

14 Berikut ini proses terjadinya disolusi tablet: Tablet atau kapsul disintegrasi Granul atau agregat disintegrasi Partikel halus Disolusi Disolusi Gambar 3. Skema proses disolusi sediaan padat (Wagner, 1971) Pengungkapan hasil disolusi dapat dilakukan dengan salah satu atau beberapa cara seperti di bawah ini: a. Waktu yang diperlukan oleh sejumlah zat aktif yang terlarut dalam medium disolusi. Misalnya t 20 artinya waktu yang diperlukan agar 20% zat terlarut dalam medium. b. Jumlah zat aktif yang larut dalam medium pada waktu tertentu. Misalnya C 20 artinya jumlah zat yang terlarut dalam medium pada waktu t=20 menit. c. Dissolution efficiency (DE) Dissolution efficiency adalah luas daerah di bawah kurva disolusi dibagi luas persegi empat yang menunjukkan 100% zat terlarut pada waktu tertentu. Obat dalam larutan (in vitro atau in vivo) Absorbsi in vivo Obat dalam darah, cairan dan jaringan lain

15 7. Pemerian Bahan a. Tramadol HCl Nama kimia Tramadol Hidrochloride adalah (±)cis2[(dimethylamino) methyl]-1-(3-metoxyphenyl) cyclohexanol hydrocloride, mempunyai bobot molekul 299,8 dan rumus bangun seperti terlihat pada gambar 3. OCH 3 HCl HO CH 3 H CH 2 N CH 3 Gambar 3. Struktur Senyawa Tramadol HCl (Anonim, 2004) Tramadol HCl adalah obat yang mempunyai aksi analgetik atau antinyeri. Tramadol HCl memiliki ciri-ciri berwarna putih, pahit, kristal dan tidak berbau. Tramadol HCl mempunyai waktu paro eliminasi sekitar 5,5 jam, diberikan dengan dosis 100 mg, stabil dalam air dan etanol, mempunyai harga pka 9,14 dan log koefisien partisi (logp) sebesar 1,35 pada ph 7 (Anonim, 2004). b. Metil Selulosa Metil selulosa merupakan bahan matriks hidrofil yang dapat mengendalikan pelepasan kandungan obat di dalamnya ke dalam medium pelarut. Metil selulosa dapat membentuk lapisan hidrogel dengan viskositas tinggi pada sekeliling sediaan setelah kontak dengan cairan

16 medium pelarut. Gel ini merupakan penghalang fisik lepasnya obat dari matriks secara cepat. Nama lain dari metil selulosa adalah Benecel; Culminal MC; E461; Methocel; Metolose dan nama kimia cellulosa methyl ether. Metil selulosa berbentuk serbuk putih, tidak berbau dan tidak berasa. Praktis tidak larut dalam aseton, metanol, kloroform, etanol dan air panas. Gambar 4. Struktur Molekul Metil Selulosa (Allen & Luner, 2005) Metil selulosa dalam sediaan lepas lambat dapat digunakan sebagai bahan penyalut tablet, granul, sebagai matriks atau kombinasi dari metode-metode tersebut. Sebagai sustained-release tablet matrix konsentrasi metil selulosa yang digunakan antara 5-75% (Allen & Luner, 2005) E. Landasan Teori Tramadol HCl adalah sintetik opioid (termasuk dalam kelompok aminosikloheksan) yang memiliki sifat analgetik atau antinyeri (Moffat, 2004). Tramadol HCl mempunyai karakteristik yang menunjang untuk dibuat sediaan lepas lambat yaitu waktu paruh yang tidak terlalu pendek dan tidak terlalu panjang yaitu 5,5 jam, obat dengan waktu paro pendek proses absorbsi dan eliminasinya berlangsung relatif cepat dan biasanya diberikan secara berulangulang sebagai pengaturan dosis. Sedangkan obat dengan waktu paro panjang,

17 dengan sendirinya akan melepaskan obatnya dalam waktu yang lama. Penggunaan dosis Tramadol HCl tidak terlalu besar yaitu 100 mg, obat yang diberikan dalam dosis besar akan menjadi terlalu besar untuk ditelan oleh pasien. Tramadol HCl juga mempunyai kestabilan yang baik dalam air dan etanol (Moffat, 2004) yang menunjang untuk dibuat sediaan lepas lambat. Pembuatan suatu sediaan dengan obat tercampur homogen dengan bahan matriks merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membuat sediaan lepas lambat. Sistem matriks ini merupakan metode yang paling umum dan sederhana digunakan dalam pembuatan sediaan lepas lambat dibandingkan dengan sistem lainnya. Matriks yang digunakan adalah metil selulosa (turunan selulosa) yang bersifat hidrofilik yang dapat membentuk gel ketika berinteraksi dengan air pada cairan gastrointestinal. Matriks tablet yang berbentuk gel hidrofilik secara luas digunakan untuk pelepasan obat yang diperpanjang karena sifatnya yang sederhana, cost-effectiveness dan mengurangi resiko terjadinya dose dumping (Huang, dkk., 2004). Menurut hasil penelitian Wahyuningsih penggunaan metil selulosa sebagai matriks intragranular dapat menurunkan kecepatan pelepasan ambroksol hidroklorida (Wahyuningsih, 2006). F. Hipotesis Kenaikan konsentrasi metil selulosa sebagai matriks sediaan lepas lambat Tramadol HCl diduga dapat menghambat kecepatan pelepasan Tramadol HCl sehingga diperoleh sifat fisik yang baik dan profil disolusi yang mengikuti kinetika orde nol.