DOKUMENTASI DAN PEMETAAN ORNAMEN BATIK PESISIRAN DAERAH SUNDA SEBAGAI SEBUAH USAHA PELESTARIAN BUDAYA BANGSA

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL...

ORNAMEN BATIK PESISIRAN DAERAH SUNDA

Gambar 18: Motif Hias Liris Penganten (Koleksi Casta dan Taruna)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kerajinan batik itu sendiri yang juga ditopang oleh peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

Pembahasan Hasil Penelitian 6

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN

diambil dari kata ambatik, yaitu kata amba (bahasa jawa) yang berarti menulis dan tik yang berarti titik kecil, tetesan, atau membuat

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016.

DOKUMENTASI DAN PEMETAAN ORNAMEN BATIK SUNDA SEBAGAI SEBUAH USAHA PELESTARIAN BUDAYA BANGSA

MASUKNYA MOTIF-MOTIF SENI HIAS DARI BARAT KE DALAM SENI ORNAMENTIK INDONESIA

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK. i KATA PENGANTAR. ii UCAPAN TERIMA KASIH. iii DAFTAR ISI. viii DAFTAR GAMBAR

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN. yang popular ialah buku Indonesische siermotieven yang disusun oleh Van Der

BAB II TINJAUAN MOTIF BATIK MERAK NGIBING GARUT DAN TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

Teknik dasar BATIK TULIS

Seiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

DAFTAR ISI. ABSTRAK...ii. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...ix. DAFTAR LAMPIRAN...xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

Identifikasi Unsur Visual Bentuk dan Warna yang Menjadi Ciri Khas Ragam Hias Batik Trusmi Cirebon

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

BAB II KAJIAN TEORI. keberadaan manusia berupa bukti atau saksi seperti artifact (fakta Benda),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

BAB II MENGENAL BATIK TULIS TASIKMALAYA. mengenai pengertian batik. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia

Bentuk Corak Senirupa Terapan Nusantara

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Kajian Perhiasan Tradisional

Kajian Estetika Corak Batik Tegal di Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan. Nur Hayati 1 Sarah Rum Handayani 2 Theresia Widiastuti 3

KRIYA BAMBU KARYA ALI SUBANA

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

pembuatannya dengan cara tertentu (mula-mula ditulis atau ditera dengan lilin, laludiwarnakan dengan tarum dansoga).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofyan Alamhudi, 2014 Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri

Hiasan teknis. Bentuk hiasan yang disamping berguna sebagai hiasan juga memiliki fungsi yang lain. (lihat gambar 3)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN...

BAB II METODE PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang masalah

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh para anggota sosial untuk bekerja sama, dan berkomunikasi (Chaer, 2012: 32).

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL MEDIA INFORMASI MOTIF BATIK MERAK NGIBING

BAB I PENDAHULUAN. orang yang seolah baru sadar bahwa apa yang diakui negara lain itu miliknya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xviii DAFTAR GAMBAR...

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat

BAB IV ANALISA DATA 1.1 Data Kualitatif Data Batik Di Indonesia

BATIK CIREBON. (Tinjauan Ornamen Batik Trusmi Cirebon) Irin Tambrin. Dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa Vol.2 No. 4 Mei 2002.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cara yang tepat untuk melakukan sesuatu. Logos artinya ilmu atau pengetahuan.

Transkripsi:

ARTIKEL JURNAL DOKUMENTASI DAN PEMETAAN ORNAMEN BATIK PESISIRAN DAERAH SUNDA SEBAGAI SEBUAH USAHA PELESTARIAN BUDAYA BANGSA Oleh: Dra. Tity Soegiarty, M.Pd. PENDAHULUAN Batik sudah sejak lama dikenal di negara kita, Indonesia. Sejak zaman prasejarah, di daerah Priangan, batik sudah mulai dibuat dari bahan kanji ketan sebagai penutup kain, yang disebut kain simbut. Teknik pewarnaannyapun masih menggunakan bahan pewarna alam dari jenis tumbuh-tumbuhan, dan sebagai alat tulisnya menggunakan bambu yang dibentuk seperti kalam yang kini dikenal sebagai canting. Istilah yang digunakan dalam pembatikan biasanya menggunakan istilah asli Indonesia, seperti nembok, nerusi, nglowong, ngarengreng, ngelir ngabiron, dan sebagainya. Istilah-istilah tersebut tidak terdapat pada batik yang berasal dari luar. Jika dilihat dari ornamennya, batik Indonesia banyak bersumber dari seni hias zaman prasejarah, seperti ragam hias geometris, dan ragam hias perlambangan. Cara penerapan ornamen berdasarkan seni hias prasejarah, yaitu padat, dan beraneka warna. Dimana kepadatan ini merupakan ciri khas seni hias prasejarah yang takut akan kekosongan (horor vacui). Penerapan ornamentik batik ini tidak ada bedanya pula dengan hiasan yang ada pada seni bangunan tradisional dan seni kerajinan di daerah Minang, Toraja, Dayak, dan daerah lainnya. Berdasarkan hal di atas, batik tidak dapat lepas dari konteks kebudayaan, adat istiadat dan tata kehidupan alam lingkungannya yang menjadikan cita rasa batik berbeda di setiap daerah. Sehingga akan menghasilkan keanekaragaman jenis ornamen yang tidak dapat dilepaskan dari kondisi daerah dan masyarakatnya. Beberapa daerah penghasil batik di Indoneisa, diantaranya: a. Jawa Barat:

Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Indramayu, Cirebon, Kuningan, Sumedang; b. Jawa Tengah: Banyumas, Kudus, Demak. Solo, Yogyakarta, Pekalongan; c. Jawa Timur: Tuban, Gresik, Sidoarjo, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, Banyuwangi; d. Bali; e. Madura; f. Sumatra: Palembang, Jambi, Lampung, Aceh. Jika dilihat dari letak geografis, keberadaan batik di daerah Sunda (yang dimaksud daerah Sunda berdasarkan wilayah administratif, adalah Jawa Barat) dapat dibagi menjadi dua bagian, pertama di sebelah Utara Jawa Barat (Cirebon, Indramayu, dan Kuningan), dan kedua di sebelah Selatan Jawa Barat (Sumedang, Tasikmalaya, Ciamis, dan Garut). Sehingga, batik di daerah Sunda (Jawa Barat) terdiri dari batik dengan pengaruh batik pesisiran dan batik dengan pengaruh batik priangan/pedalaman (Julianita, Nita, dkk. 1997). Yang dimaksud dengan batik pesisiran, dimana motifnya banyak dipengaruhi oleh budaya Cina, Eropah, India, Persia, dan Arab. Memiliki warna-warna yang cerah, seperti motif mega mendung dari Cirebon. Sedangkan pada batik priangan didominasi warna-warna lembut, gelap, seperti hitam dan coklat, dengan komposisi warna terdiri dari sogan indigo (biru), hitam, dan putih. Tulisan ini merupakan tulisan tahap awal yang akan meneliti batik Sunda dengan batas wilayah yang mendapat pengaruh batik gaya pesisiran, seperti Cirebon, Indramayu, dan Kuningan. Tulisan ini terutama bertujuan untuk mendokumentasikan dan pemetaan ornamen batik Sunda yang berada di wilayah administratif Jawa Barat dan akan berguna bagi semua pihak yang membutuhkannya, maka muncul pertanyaan sampai sejauh mana usaha mendokumentasikan dan pemetaan ornamen batik di daerah Sunda? Permasalahan tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut: a. Terdapat dimana saja tempat penyebaran batik daerah Sunda (berdasarkan wilayah admistratif Jawa Barat) terutama yang mendapat pengaruh gaya pesisiran? b. Jenis ornamen apa saja yang terdapat pada batik Sunda yang mendapat pengaruh gaya pesisiran?

c. Apa saja nama-nama ornamen batik dari setiap daerah yang terdapat di daerah Sunda terutama yang bergaya pesisiran? Dari paparan masalah tersebut di atas, penulis bertujuan ingin: a. Mengetahui daerah produksi batik Sunda di wilayah administratif Jawa Barat yang mendapat pengaruh gaya pesisiran b. Mengetahui jenis ornamen yang terdapat pada batik di daerah Sunda yang mendapat pengaruh gaya pesisiran c. Mengidentifikasi nama-nama ornamen batik yang terdapat di daerah Sunda wilayah administratif Jawa Barat yang bergaya pesisiran Hasil dari tulisan ini diharapkan akan bermanfaat: a. Bagi Penulis 1. Menambah wawasan tentang ornamen batik Sunda di wilayah administratif Jawa Barat yang mendapat pengaruh gaya pesisiran 2. Dapat diterapkan di lingkungan peneliti sebagai tenaga pendidik dalam meningkatkan apresiasi dan kreatifitas anak didik dalam berkarya seni 3. Dapat mengembangkan desain ornamen batik dengan inovasi baru atas dasar batik tradisional menjadi batik yang lebih disenangi dan dihargai di manca negara. b. Bagi Pemegang Kebijakan 1. Sebagai bahan pengayaan hasanah budaya lokal 2. Melengkapi kepustakaan ornamen batik yang ada di Indonesia 3. Dapat mengembangkan seni batik daerah, sehingga para pengusaha batik memperoleh motivasi untuk lebih mengembangkan usahanya 4. Bahan acuan bagi desainer batik untuk mengembangkan batik lokal 5. Sebagai usaha untuk melestarikan budaya bangsa dan menanamkan rasa cinta akan hasil budaya lokal bagi seluruh bangsa Indonesia. 6. Menjadikan UPI (Jurusan Pendidikan Seni Rupa) sebagai perguruan tinggi yang menjunjung budaya lokal dengan memiliki referensi batik yang lengkap dan menjadi acuan bagi pihak yang membutuhkan.

7. Sebagai bahan acuan untuk melestarikan budaya lokal dalam mempertahankan keberadaan batik tradisional Sunda di tatar Sunda BATIK PESISIRAN SUNDA (JAWA BARAT) Propinsi Jawa Barat adalah tempat tinggal sebagaian besar masyarakat Sunda yang disebut Tatar Sunda atau Pasundan (Rosidi, dalam Soegiarty, 2004:30) yang menjadi pusat dan wilayah kebudayaan Sunda. Di wilayah ini terdapat suku Sunda atau Priangan yang merupakan salah satu etnik yang memiliki karakteristik budaya khas. Dengan berdirinya Provinsi Banten berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten, maka batas wilayah Provinsi Jawa Barat menjadi berubah. Adanya perubahan itu, maka saat ini Provinsi Jawa Barat terdiri dari : 16 Kabupaten dan 9 Kotamadya, dengan membawahkan 584 Kecamatan, 5.201 Desa dan 609 Kelurahan. (http://www.jabarprov.go.id [6 Oktober 2008]). Keberadaan batik tradisional kini mulai surut sehingga perlu dipertahankan agar tidak punah. Pertimbangannya bukan sekadar dari sisi bisnis tetapi kerajinan tersebut merupakan aset kerajinan tradisional kita yang kian langka akibat terdesak oleh ekonomi kapitalis. Di samping itu adanya keterbatasan pengrajin itu sendiri karena pada umumnya kaum wanita sebagai bagian terbesar perajin batik lebih tertarik menjadi buruh pabrik di kota-kota besar. Tulisan ini terutama bertujuan untuk mendokumentasikan dan pemetaan ornamen batik Sunda yang akan berguna bagi semua pihak yang membutuhkannya. Dimana batik Sunda terdapat di beberapa daerah, seperti Cirebon, Indramayu, Kuningan, Sumedang, Tasikmalaya, Ciamis, dan Garut. Kerajinan batik sudah lama berkembang di Indonesia. Dilihat dari peta penyebarannya khususnya di Jawa Barat, kerajinan batik ini banyak kita jumpai seperti di daerah Cirebon, Indramayu, Kuningan. Sumedang, Garut dan Tasikmalaya, dan Ciamis. Karya batik berdasarkan lokasi penyebarannya tentunya memiliki

keunikan tersendiri baik dari landasan filosofisnya, jenis ornamen, nama ornamen serta pangsa pasar yang menggunakan seni kerajinan ini Diketahui bahwa tempat penyebaran batik daerah Sunda (berdasarkan wilayah admistratif Jawa Barat) terutama yang mendapat pengaruh gaya pesisiran berlokasi di Cirebon, Indramayu dan Kuningan. Alasan yang melandasi pengelempokan karya batik pada lokasi ini adalah alasan visual gaya yang ditampilkan. Jenis ornamen yang terdapat pada batik Sunda yang mendapat pengaruh gaya pesisiran bila dilihat dari lokasi penyebaranya, maka ditemukan bahwa jenis ornamen batik pesisiran, yaitu: a. Motif Geometris. Motif hias geometris yaitu motif hias yang terdiri dari garis lurus maupun garis lengkung. Sedangkan penggambaran motifnya menggunakan bentuk-bentuk ilmu ukur, seperti segi empat, segi tiga, lingkaran, dan sebagainya. Yang termasuk motif geometris, seperti motif tumpal, banji, meander, swastika, dan motif pilin. Motif Meander, (Hoop 1949) Motif Geometris berupa Motif Ceplok pada Kain Batik. (Koleksi Casta)

b. Motif Manusia. Motif manusia sudah dikenal mulai dari keseniak prasejarah dan kesenian primitif. Dalam kesenian Indonesia kuno, motif manusia memilik makna perlambangan yang berarti sebagai penangkal yang jahat dan sebagai gambaran nenek moyang (Hoop, 1949:92). Stilasi Motif Manusia karya Iman, Cirebon (Koleksi Tity S) c. Motif Binatang. Berasal dari hewan yang lebih tinggi, seperti kerbau, gajah, kuda, singa, burung, dan hewan paling rendah seperti ikan, ular, katak,dan sebagainya. Motif Burung Phunik. (Utoro, 1979) d. Motif Tanaman. Perkembangan jenis motif ini sudah dimulai sejak jaman Hindu, motif ini terdiri dari berbagai bagian dari tanaman seperti daun, bunga, ranting, akar dan sebagainya. Motif Tumbuh-tumbuhan pada Batik Cirebon, Motif Pangkaan Soko Cina. (Koleksi Casta)

e. Motif perlambangan. Motif perlambangan muncul pada zaman Hindu dengan ciptaan desain baru. Misalnya motif lar, motif mirong, motif truntum, dan sebagainya. Motif Mirong. (Yudoseputro, 1986) Nama-nama ornamen batik daerah Sunda yang bergaya pesisiran, di antaranya: 1. Batik Cirebonan, terdiri dari Corak Geometris dengan Motif Liris, memiliki nama-nama, seperti Liris Penganten, Liris Kembang Gedang, Liris Bangkol, Liris Keris, dan Liris Dasimah. Corak geometris dngan motif Kawung, memiliki namanama: Kawung Gendewo, Kawung Kentang, dan Kawung Rambutan. Corak geometris lainnya, seperti Motif Banji Tepak, Motif Tambal Sewu, Motif Lengkolengko, Motif Angen-Angen. Corak lain dari batik Cirebon adalah Corak Pangkaan (pangka=setangkai daun dan bunga), yang terdiri dari Pangkaan dengan satu jenis pohon atau bunga, diantaranya Pring Sedapur, Pangkaan Anggrek, Klapa Setundun, Sako Cino, da, Kembang Suru. Batik Cirebonan memiliki juga corak Batik Semarangan, yaitu Piring Selampad, Kembang Melati, Kembang Mawar Sepasang, Kembang Gempol, dan Kembang Kantil. Batik Cirebonan ini ada juga yang disebut dengan Pola Byur, yang memiliki nama-nama, seperti Ganggengan, Iwak Mungup, Kapal Minggir, Kapal Kandas, Sawat Garuda, Sawat Oyod, Sawat Godong, Lokcan, Tokolan, Karang Jae, Tikel Balung, Pucang Kanginan, Jalak Murai, Mawar Segerompol, Banyak Anggrem, Daro Tarung. (Casta dan Taruna, 2008)

2. Batik Indramayuan, terdiri dari Motif Hias Kembang Kapas, Motif Hias Ganggang, Motih Hias Kapal Kandas, Motif Hias Iwak Entong, Motif Hias Lok Can, Motif Hias Slompret, Motif Hias Lengko- Lengko, Motif Hias Tambal Seribu, Motif Hias Sawat Riwe, Motif Hias Sawat Biskuitan, Motif Hias Perang Solder, Motif Hias Banji Tepak, Motif Hias Merak Berunding, Motif Hias Merak Ngibing, Motif Hias Sawat Penganten, Motif Hias Jae Serempang Kandang, Motif Hias Rama, Motif Hias Srintil, Motif Hias Kembang Suket, Motif Hias Kembang Gunda, Motif Hias Tluki, Motif Hias Kawung Sogok, Motif Hias Banji, Motif Hias Dara Kepuh, Motif Hias Teratai, Motif Hias Sisik, Motif Hias Cendrawasih, Motif Hias Manuk Drawes, Motif Hias Jarot Asem, Motif Hias Bunga Pentil, Motif Hias Burung Bengkuk, Motif Hias Gentong Kosong, Motif Hias Kereta Kencana, Motif Hias Kembang Betah, Motif Hias Kliran, Motif Hias Daun Suket, Motif Hias Petek, Motif Hias Tiga Negeri, Motif Hias Jaya Serempang Kandang, Motif Hias Pacar China, Motif Hias Kentangan, Motif Hias Sakarniem. (Jamaluddin, 2002) 3. Batik Kuningan terdiri dari Geger Sunten, Adu Manis, Mayang Sagara, Oyod Mingmang, Rereng Kujang, Rereng Pwah Aci, Sekar Galuh, dan Merak Ngibing. PENUTUP Di Jawa Barat, beragam motif khas hadir dengan segala keunggulannya. Uniknya motif batik ini identik dengan nama asal kain itu dibuat. Sebut misalnya motif asal Kabupaten Cirebon dikenal dengan nama cirebonan, indramayuan (Indramayu), dan kuningan (Kuningan). (Undang Sudrajat/"PR",2007a). Secara teoretik, gaya batik pesisiran memiliki ciri-ciri, di antarnya: Motif batik pesisiran dipengaruhi budaya Cina, Eropa, dan Timur Tengah. Warna biasanya menggunakan warna-warna cerah seperti biru, kuning, dan hijau. Sehingga warna yang dihasilkan lebih cerah jika dibandingkan dengan batik priangan (keratonan/pedalaman). Motif hias batik pesisiran lebih beraneka ragam karena tidak

tergantung pada aturan tertentu jika dibandingkan dengan batik keratonan, sehingga motifnya lebih dinamis dan cenderung sebagai ungkapan ekspresi. Jenis ornamen yang terdapat pada batik Sunda yang mendapat pengaruh gaya pesisiran bila dilihat dari lokasi penyebaranya, yaitu Motif Geometris, Motif Manusia, Motif Tanaman, Motif Binatang, dan M otif Perlambangan. Nama-nama ornamen batik daerah Sunda yang bergaya pesisiran banyak menggunakan nama dari lingkungan alam di sekitarnya, seperti Liris Penganten, Liris Kembang Gedang, Motif Kentangan, Motif Sakarniem, Oyod Mingmang, Geger Sunten dan sebagainya. DAFTAR PUSTAKA Jamaluddin, Didin. 2002. Batik Indramayu. Tinjauan Umum Ragam Hias Batik Tulis Indramayu. Skripsi.Jurusan Pendidikan Seni Rupa. Fakultas Pendidiakna Bahasa dan Seni. Universitas Pendidikan Indonesia Undang Sudrajat/"PR. 2007a. 20 Corak Batik Tasikan Dipatenkan. "http://batiksunda.blogspot.com. 7 Juni 2007 Yudoseputro, Wiyoso. 1986. Pengantar Seni Rupa di Indonesia. Bandung: Angkasa Casta, M.Pd., dan Taruna, S.Pd. 2007. Batik Cirebon. Sebuah Pengantar Apresiasi, Motif, dan Makna Simboliknya. Kabupaten Cirebon: Badan Komunikasi, Kebudayaan dan Pariwisata Utoro, Bambang, dan Kuwat, BA. 1979. Pola Pola Batik dan Pewarnaan. Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejuruan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Hoop, van Der, A.N.J.Th. a.th. 1949. Indonesische Siermotiven. Uitgegeven Door Het Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (http://www.jabarprov.go.id [6 Oktober 2008]).