BAB I PENDAHULUAN. mencapai 80% dari penerimaan negara. Direktorat Jenderal Pajak sebagai bagian dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. setiap proyek pembangunan negara yang dilaksanakan oleh pemerintah

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pembangunan dan pengeluaran Negara. sistem perpajakan dari Official Assessment System menjadi Self

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian. Pemasukan dari pajak diharapkan dapat meningkat, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. nasional berasal dari penerimaan pajak yang menyumbang sekitar 70% dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah (dalam triliun) Persentase (%) No Tahun Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula

BAB I PENDAHULUAN. 1,019 trilyun atau sebesar 79% ( berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Kesadaran..., Dhio, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan. Pengeluaran utama negara adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjadi Negara yang lebih maju, Indonesia sebagai negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan lainnya yaitu penerimaan migas maupun penerimaan bukan pajak,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia saat ini bersumber dari dalam negeri yaitu pajak. yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual (Waluyo, 2013:2). Untuk. perkembangan penerimaan pendapatan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal tersebut dilakukan dengan menerapkan self assessment system dan

BAB I PENDAHULAN. perundang undangan. Setiap wajib pajak dituntut untuk memahami. semua aturan perpajakan yang berlaku. Tetapi tidak semua semua wajib

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. internal adalah pajak, sedangkan sumber penerimaan eksternal misalnya pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintahan dan pembangunan. Pajak bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, antara lain dengan cara menggali, mendorong, dan. mengembangkan sumber-sumber penerimaan dari dalam negeri agar

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam pembangunan, tidak akan tercapai apabila tidak ada kerja

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berbeda dengan pajak, sumber penerimaan ini mempuyai umur tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber pendapatan terbesar yang dimiliki suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang bahwa pajak adalah sebuah konstribusi wajib kepada negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Undang-Undang Negara. kewajiban perpajakannya (John Hutagaol, 2007:275).

BAB I PENDAHULUAN. negeri misalnya pinjaman luar negeri dan hibah (garant), sedangkan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat (Rahmawaty Naki : 2013). Pembiayaan

ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang membutuhkan dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan


BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penyidikan dan penagihan. Sistem pemeriksaan harus dapat mendorong kebenaran

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber penerimaan negara terbesar adalah berasal dari sektor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peneriman di negara Indonesia yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Telah terjadi kenaikan tax ratio yang cukup besar. 14,8 trilyun, tahun 2000 sebesar Rp.16,9 trilyun.

BAB I PENDAHULUAN. non migas. Siti Kurnia Rahayu (2010) mengungkapkan bahwa Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sehingga berperan penting bagi negara (Gwartney dan Lawson, 2006). Peran penting

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari ekspor dan berbagai jenis bantuan dari luar negeri masih dirasa

BAB I PENDAHULUAN. pajak dapat dinikmati oleh semua rakyat Indonesia. terutang dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan. Sebagaia timbal balik

BAB I PENDAHULUAN. dibayarkan oleh wajib pajak (WP) digunakan untuk pembiayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berlangsungnya pembangunan yang berkesinambungan. Pemerintah melalui Dirjen

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi negara maju maupun di negara berkembang (Siti Kurnia,2010:140).

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan tumpuan pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan, penerimaan pajak merupakan sumber penerimaan Negara terbesar saat ini yaitu mencapai 80% dari penerimaan negara. Direktorat Jenderal Pajak sebagai bagian dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk menarik pajak dari masyarakat. Penerimaan Negara terdiri dari penerimaan dalam negeri Pemerintah, dan hibah. Penerimaan dalam negeri Pemerintah terdiri atas penerimaan perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (Dumairy, 2007). Penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan sistem administrasi perpajakan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam mematuhi kewajiban perpajakannya, meningkatkan tanggungjawab aparatur pemerintah agar tidak melakukan kecurangan dan melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya dan dapat meningkatkan potensi penerimaan pajak yang tersedia dapat dipungut secara optimal (Harahap, 2004). Williamson dalam Mas oed (1994) menyatakan bahwa reformasi perpajakan meliputi perluasan basis perpajakan, perbaikan administrasi perpajakan, mengurangi terjadinya penghindaran dan manipulasi pajak, serta mengatur pengenaan pada asset yang berada di luar negeri. 1

2 Menurut Chaizi Nasucha (2004), empat dimensi penerapan sistem administrasi perpajakan modern tersebut adalah sebagai berikut: a. Struktur organisasi b. Prosedur organisasi c. Strategi organisasi d. Budaya organisasi. 4 (empat) dimensi penerapan sistem administrasi perpajakan modern tersebut mewakili seluruh aspek penting dalam penerapan sistem administrasi pajak yang ada. Menurut Halim (2012), masih rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melakukan pembayaran pajak, disebabkan dua faktor. Pertama, sosialisasi yang minim sehingga wajib pajak tidak melakukan kewajibannya dalam melakukan pembayaran pajak, dan kedua, karena wajib pajaknya yang enggan membayar pajak karena alasan-alasan tertentu. Beberapa fenomena kasus-kasus yang terjadi dalam dunia perpajakan Indonesia belakangan ini membuat masyarakat dan wajib pajak khawatir untuk membayar pajak. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, karena para wajib pajak tidak ingin pajak yang telah dibayarkan disalahgunakan oleh aparat pajak itu sendiri. Oleh karena itu, beberapa masyarakat dan wajib pajak berusaha menghindari pajak (Taufik Umar, 2010).

3 Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan mencatat adanya kerugian negara Rp 1,55 triliun karena wajib pajak yang belum memenuhi kewajibannya. Ini berasal dari 26 kasus pajak yang ditangani tahun lalu. Tingkat kepatuhan wajib pajak sangat rendah. Kasus penyelewengan pajak tren-nya terus meningkat dari tahun ke tahun. Tren naik karena pengawasan dan penyetoran pajak cukup lemah (Dewi, 2013). Pentingnya kesadaran wajib pajak untuk berperilaku patuh dalam memenuhi kewajibannya perlu ditanggapi serius oleh pemerintah khususnya Direktorat Jenderal Pajak selaku instansi tunggal perpajakan bangsa ini, karena apabila wajib pajak tidak patuh maka akan timbul tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan dan pelalaian pajak (Siti, 2010). Perilaku tidak patuh wajib pajak dapat dikenakan hukuman yaitu berupa sanksi perpajakan Di negara kita dikenal ada 2 macam sanksi perpajakan yaitu sanksi administasi dan sanksi pidana. Tentu saja yang masih hangat batas akhir penyampaian SPT yang baru berakhir 31 maret 2012 kemarin untuk SPT tahunan 2011, jika telat maka akan dikenakan sanksi admnistrasi yaitu denda untuk SPT tahunan orang pribadi Rp 100.000 dan untuk SPT tahunan badan Rp 1.000.000. (Warits Syakirin, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muliari dan Setiawan, (2010) menemukan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan pada

4 kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi. Penelitian Jatmiko menemukan bahwa pelayanan fiskus memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Ketentuan umum dan tata cara peraturan perpajakan telah diatur dalam Undang-Undang, tak terkecuali mengenai sanksi perpajakan. Sanksi diperlukan untuk memberikan pelajaran bagi pelanggar pajak. Dengan demikian, diharapkan agar peraturan perpajakan dipatuhi oleh para wajib pajak. Wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakan bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya (Jatmiko, 2006). Banyak Wajib Pajak yang tidak paham tentang aturan-aturan baru dalam sebuah perubahan undang-undang pajak. Keterbatasan pengetahuan dan informasi (tax knowledge) dari wajib pajak seringkali menjadi penyebab utama kesediaan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, atau pun ancaman dan penerapan sanksi baik pidana maupun administrasi (Mardiasmo, 2009). Menurut Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, rasio kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) hingga April 2011 telah mencapai 54,84 persen atau 7,73 juta. Jumlah SPT diterima mencapai 7.733.271 dari total Wajib Pajak terdaftar wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh sebesar 14.101.933. Pada 2010 rasio kepatuhan Wajib Pajak hanya 5.413.114 atau sebesar 52,61 persen dengan jumlah Wajib Pajak terdaftar sebanyak 10.289.590 (Direktorat Jenderal Pajak, 2013).

5 Secara rata-rata kepatuhan wajib pajak di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah wajib pajak meskipun belum maksimal 100%. Jika pertumbuhan jumlah wajib pajak yang terus bertambah tidak sejalan dengan peningkatan jumlah penerimaan pajak, maka pertumbuhan jumlah wajib pajak harus bisa linier dengan penambahan jumlah penerimaan pajak. Sebagai gambaran, di bawah ini disajikan perbandingan besarnya sumber penerimaan negara dari sektor pajak dibandingkan dengan penerimaan dari sektor bukan pajak dalam kurun waktu enam tahun dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 sebagai berikut: Tahun Tabel 1. Presentase Penerimaan Negara dari Sektor Pajak dan Bukan Pajak dalam APBN (miliar rupiah) Volume APBN Pajak Bukan Pajak % (Pajak APBN) % (Bukan Pajak APBN 2006 637.987,2 409.203,0 226.950,1 64,13 35,57 2007 707.806,2 490.988,7 215.119,7 69,36 30,39 2008 981.609,4 658.700,8 320.604,6 67,10 32,66 2009 848.763,2 619.922,2 227.174,4 73,03 26,76 2010 995.271,5 723.306,7 268.941,9 72,67 27,02 2011 1.169.914,6 878.685,2 286.567,3 75,10 24,49 Sumber: Data Pokok APBN 2006-2012 Kementerian Keuangan Dari tabel 1. di atas terlihat bahwa penerimaan pajak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Namun tidak dapat dikatakan linier dengan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya membayar pajak. Sehingga masih perlu ditingkatkan kesadaran wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya membayar pajak. Sedangkan yang menjadi indikator kepatuhan Wajib Pajak, baik orang pribadi maupun badan, yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak dan telah melakukan

6 kewajiban perpajakannya, yaitu dengan melunasi dan melaporkan SPT masa dan tahunannya tepat waktu (Oktivani, 2007). Ketidakpatuhan akan timbul apabila WP tidak mempunyai pengetahuan perpajakan yang memadai sehingga WP secara tidak sengaja tidak melakukan kewajiban perpajakannya, seperti tidak mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan tidak melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT), atau para WP melakukan kewajiban perpajakan tetapi tidak sepenuhnya benar, seperti membayar dan melaporkan pajak tidak sesuai dengan besaran pajak terutangnya maupun waktu yang telah ditentukan (Zulvina, 2011).. Batasan sebagai wajib pajak patuh diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.544/KMK.04/2000 dimana persyaratan sebagai wajib pajak patuh ada dua kriteria yaitu wajib pajak patuh terhadap kepatuhan formal dan wajib pajak patuh terhadap kepatuhan material. Ketentuan formal sendiri meliputi kepatuhan WP dalam hal pelaporan, sedangkan ketentuan material meliputi kepatuhan WP dalam hal pembayaran. Wajib pajak yang aktif melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) berarti telah memenuhi kepatuhan formal dan WP yang memenuhi kepatuhan material adalah WP yang mengisi SPT dengan jujur, lengkap, dan benar sesuai ketentuan dan menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak (Zulvina, 2011). Berdasarkan Pasal 1 UU PPh, Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Pada

7 dasarnya subjek pajak PPh adalah orang pribadi dan badan. Dengan demikian, PPh orang pribadi (nature person) merupakan pajak atas penghasilan yang dikenakan terhadap wajib pajak badan (legal person) atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 UU PPh, setiap orang pribadi sebagai subjek pajak mempunyai kemungkinan (potensi) diwajibkan membayar pajak. Pengenaan PPh didasarkan pada dua syarat, yaitu subjek pajak dan objek pajak. Dengan perkataan lain, untuk benar-benar menjadi wajib pajak, harus memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif. Subjek pajak baru dapat dikenakan PPh apabila ada objek pajaknya yaitu penghasilan Subjek Pajak diartikan sebagai orang yang dituju oleh undang-undang untuk dikenakan pajak. Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak (Marihot, 2010). Berdasarkan fungsi pajak sebagai fungsi budgetair, maka sangat diperlukan adanya kesadaran dan kedisiplinan masyarakat untuk memahami dan mematuhi kewajiban perpajakan sebagai warga negara Indonesia. Pemahaman tersebut meliputi: a. Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) secara benar b. Penghitungan pajak sesuai dengan pajak terutang yang ditanggung oleh WP c. Penyetoran pajak (pembayaran) secara tepat waktu sesuai yang ditentukan Pelaporan atas pajaknya ke kantor pajak setempat oleh WP. Apabila WP memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keempat hal tersebut di atas, maka semua

8 ketentuan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan dengan baik oleh Wajib Pajak (Ekawati dan Endro, 2008). Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Hubungan Kepatuhan Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dengan Penerimaan Pajak Pada KPP Pratama Cirebon. 1.2 Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang penelitian penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah Hubungan Kepatuhan Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dengan Penerimaan Pajak Pada KPP Pratama Cirebon? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak pengasilan orang pribadi terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama Cirebon? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah yang diuraikan diatas. Maka tujuan dari penelitian adalah: 1. Mengetahui seberapa besar hubungan kepatuhan wajib pajak penghasilan orang pribadi dengan penerimaan pajak pada KPP Pratama Cirebon.

9 2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak pengasilan orang pribadi terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama Cirebon. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan penulis mengenai Perpajakan lebih dalam, terutama penerapan kepatuhan pajak dan penerimaan pajak di Indonesia, serta untuk memenuhi salah satu syarat untuk menempuh sidang sarjana ekonomi program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universita Widyatama. 2. Bagi Instansi Pajak Penelitian ini juga diharapkan memberi referensi pada instansi KPP Pratama Cirebon mengenai kebijakan perpajakan terutama dalam hal kepatuhan wajib pajak penghasilan orang pribadi terhadap penerimaan pajak. 3. Bagi Akademisi Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti diharapkan dapat berguna sebagai rintisan penelitian dalam rangka penelitian pengembangan berikutnya yang berkaitan dengan permasalahan perpajakan di Indonesia.

10 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dijadikan obyek penelitian adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cirebon yang berlokasi di Jl. Evakuasi no. 9 Cirebon. Waktu yang diperlukan penulis dalam melakukan penelitian dimulai pada bulan Maret 2014 sampai dengan Mei 2014.