BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi. Bila teori agency

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Baru-baru ini Good Corporate Governance (GCG) menjadi isu yang mengemuka di Indonesia, semua lini masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, suatu perusahaan didirikan dengan tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. keagenan antara agen dan prinsipal (Jensen dan Meckling, 1976). Menurut Jensen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ini terjadi karena adanya kegagalan GCG yang diterapkan oleh perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. manajemen bisnis. Secara umum Corporate governance terkait dengan sistem dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya. Untuk berhasil dan tumbuh dalam

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997, isu mengenai Corporate

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. untuk memahami corporate governance. Konflik kepentingan antara

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang. keuangan yang strategis yang meningkatkan shareholder value.

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV PEMAHAMAN KARYAWAN TERHADAP SITEM MANAJEMEN SYARIAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) seperti orang atau

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP)

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

Oleh: Inayah B

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. yang baik Good Corporate Governance (GCG), sedangakan di luar perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar organisasi mengukur kinerjanya dengan menitik beratkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penting bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. mengelola serta mengarahkan atau memimpin bisnis atau usaha usaha korporasi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup di dunia ini termasuk

BAB I PENDAHULUAN. lemahnya praktek good corporate governance pada korporasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA DUNIA PERBANKAN ISNIAR BUDIARTI. Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi UNIKOM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun membuat perekonomian di Indonesi menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

Tugas Manajemen Risiko NAMA KELOMPOK : 1. Aditya Bangun Subagja Heru Setyawan Ella Rizky Aisah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara manajemen dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance yang diterbitkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. agency theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent,

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memahami hubungan tata kelola dalam suatu organisasi atau perusahaan. Pada

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Stewardship Theory Teori stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh tujuan individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan organisasi, sehingga teori ini mempunyai dasar psikologi dan sosiologi yang telah dirancang dimana para eksekutif sebagai steward termotivasi untuk bertindak sesuai keinginan prinsipal, selain itu perilaku steward tidak akan meninggalkan organisasinya sebab steward berpedoman dengan perilaku tersebut tujuan organisasi dapat dicapai (Anton, 2010). Menurut Anton (2010) steward melindungi dan memaksimumkan shareholder melalui kinerja perusahaan, oleh karena itu fungsi utilitas steward dimaksimalkan. Steward yang dengan sukses dapat meningkatkan kinerja perusahaan akan mampu memuaskan sebagian besar organisasi yang lain, sebab sebagian besar shareholder memiliki kepentingan yang telah dilayani dengan baik lewat peningkatan kemakmuran yang diraih organisasi. Teori stewardship dalam penelitian ini dipertimbangkan dapat menjelaskan bahwa prinsip-prinsip good corporate governance yang terdapat dalam perusahaan akan memaksimalkan kinerjanya agar tujuan perusahaan dapat tercapai. 11

2.1.2 Agency Theory Menurut Tim Studi yang dibentuk oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, teori yang digunakan untuk menjelaskan konsep corporate governance adalah teori keagenan (agency theory). Agency theory memandang bahwa pihak manajemen perusahaan sebagai agen, sedangkan pemegang saham selaku prinsipal. Teori ini memandang bahwa manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik maupun pemegang saham (Ismail, 2008:119). Dalam suatu perusahaan, para manajer cenderung memiliki tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pribadi daripada memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Para manajer diberi kekuasaan oleh para pemegang saham untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan. Perkembangannya terdapat suatu kecenderungan timbulnya masalah keagenan yang muncul sebagai akibat dari kemustahilan tercapainya perikatan secara sempurna bagi pihak agen dan prinsipal. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa jika kedua kelompok (agen dan prinsipal) tersebut adalah orang-orang yang berupaya memaksimalkan utilitasnya, maka terdapat alasan yang kuat untuk meyakini bahwa agen tidak akan selalu bertindak terbaik untuk kepentingan prinsipal. Prinsipal dapat membatasinya dengan menetapkan insentif yang tinggi bagi agen dan melakukan monitor yang didesain untuk membatasi aktivitas agen yang menyimpang. 12

2.1.3 Pengertian dan konsep dasar good corporate governance (GCG) Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), corporate governance adalah sistem yang digunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan (Chaarani, 2014). Struktur corporate governance mengatur pembagian hak dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap kelangsungan perusahaan, termasuk pemegang saham, dewan pengurus, para manajer, dan pemangku kepentingan lainnya. Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan good corporate governance (GCG) sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan (Djokosantoso, 2005:34). Pasal 1 Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No.Kep 117/M- MBU/2002 Tanggal 31 Juli 2002 yang sudah disempurnakan dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: Per-01/MBU/2011, corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan Peraturan Perundangan dan nilai-nilai etika (Effendi, 2009:20). Menurut Todorovic et al, (2012) corporate governance merupakan elemen kunci untuk peningkatan kepercayaan investor, peningkatan daya saing dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. 13

Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian good corporate governance (GCG) pada dasarnya merupakan suatu sistem dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan (Budiarti, 2011). 2.1.4 Tujuan dan manfaat good corporate governance Secara umum tujuan corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan, seperti investor, masyarakat dan lain sebagainya. The Indonesian institute for corporate governance (IICG) mengungkapkan tujuan dari good corporate governance adalah sebagai berikut. 1) Meraih kembali kepercayaan investor dan kreditor nasional serta internasional; 2) Memenuhi tuntutan standar global; 3) Meminimalkan biaya kerugian dan biaya pencegahan atas penyalahgunaan wewenang pengelolaan; 4) Meminimalkan cost of capital dengan menekan resiko yang dihadapi kreditur; 5) Meningkatkan nilai saham perusahaan; 6) Mengangkat citra perusahaan di mata publik (Utami, 2011). 14

2.1.5 Prinsip-prinsip good corporate governance Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) menerbitkan pedoman Good Corporate Governance (GCG) Perbankan Indonesia yang merupakan pelengkap dan bagian tak terpisahkan dari pedoman umum Good Corporate Governance (GCG). Pedoman ini dimaksudkan sebagai pedoman khusus bagi perbankan untuk memastikan terciptanya bank dan sistem perbankan yang sehat. Dalam melaksanakan kegiatan usahanya bank harus menganut prinsip-prinsip, sebagai berikut. 1) Transparansi (Transparency) Proses pengambilan keputusan perlu dilandasi oleh pengungkapan informasi yang material serta relevan, tak terkecuali dalam sektor perbankan. Maka dari ini perusahaan perlu menyediakan informasi yang lengkap, tepat waktu, akurat, dan dapat diperbandingkan agar mudah dipahami oleh para pemangku kepentingan. Menurut Haque (2008) sangat penting bagi perusahaan untuk membuat informasi keuangan dan non keuangan agar mudah diakses oleh orang luar sehingga dapat membuat keputusan dengan baik. 2) Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus dikelola secara baik dan benar, kejelasan sistem, serta struktur agar dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara wajar dan transparan. 15

3) Responsibilitas (Responsibility) Kepatuhan atau kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan. 4) Independensi (Independency) Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi, dalam pengambilan keputusan harus objektif dan bebas dari tekanan pihak manapun. 5) Kewajaran (Fairness) Perusahaan perlu memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran. 2.1.6 Kinerja perusahaan Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode tertentu yang merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki (Sundari, 2011). Menurut Moore dan Lyon (1995) dalam Ridwan et al, (2013) kinerja perusahaan adalah hasil yang komprehensif, pengukuran dan sistem evaluasi harus sama-sama komprehensif dan multidimensional untuk mencapai keselarasan dan keterpaduan dengan gagasan kinerjanya. Penilaian kinerja dapat dilihat dalam dua aspek yaitu aspek keuangan dan aspek non keuangan. 16

Aspek keuangan dilihat dari laporan keuangan yang menggambarkan kinerja keuangan. Perusahaan memiliki pekembangan yang semakin kompleks maka dari itu jika hanya dilihat dari aspek keuangan saja tidak menggambarkan keadaan riil kondisi perusahaan. Aspek yang kedua adalah aspek non keuangan yang salah satunya melihat dari perspektif pelanggan yang merupakan fokus penting bagi perusahaan dan perspektif karyawan, karena sesungguhnya perspektif pelanggan dan karyawan tersebut merupakan roda penggerak bagi kegiatan perusahaan. 2.1.7 Penilaian dan pengukuran kinerja Menurut Gozali (2012) penilaian kinerja digunakan untuk menekan perilaku yang tidak diinginkan. Kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui efektivitas operasional dan untuk memotivasi personal dalam mencapai sasaran organisasi dalam memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengukuran kinerja merupakan alat yang digunakan oleh pihak manajemen perusahaan sebagai landasan dalam pengambilan keputusan, hal ini dapat mempermudah perusahaan melihat hasil yang telah dicapai. Pengukuran kinerja adalah penilaian secara periodik efektifitas suatu perusahaan dan karyawannya berdasarkan sasaran standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2007:9). Pengukuran kinerja perusahaan yang terlalu ditekankan pada sudut pandang finansial sering menghilangkan sudut pandang lain yang tentu saja tidak kalah pentingnya. Seperti, pengukuran kepuasan pelanggan dan proses adaptasi dalam suatu perubahan sehingga dalam suatu pengukuran kinerja, 17

diperlukan suatu keseimbangan antara pengukuran kinerja finansial dan pengukuran kinerja non finansial. Keseimbangan antara pengukuran kinerja finansial dan non finansial ini akan dapat membantu perusahaan dalam mengetahui dan mengevaluasi kinerjanya secara keseluruhan. 2.1.8 Kinerja berbasis balanced scorecard Menurut Lipe and Salterio (2000), ukuran kinerja keuangan saja tidaklah cukup untuk menilai kinerja perusahaan yang diharapkan berhasil di masa depan tetapi juga harus memperhatikan empat aspek ukuran kinerja yaitu: perspektif belajar dan tumbuh (learning and growth perspective), perspektif proses internal bisnis (internal business perspective), perspektif pelanggan (customer perspective), dan perspektif keuangan (financial perspective). Sistem balance scorecard merupakan solusi menarik untuk diterapkan dalam era yang terus mengalami transformasi, karena sistem tersebut secara keseluruhan melihat empat perspektif yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses internal bisnis, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran (Dudin, 2015). Balanced scorecard adalah perencanaan strategis dan sistem manajemen yang digunakan untuk menyelaraskan kegiatan usaha dengan pernyatan visi suatu organisasi (Khozein, 2012). Balanced scorecard terdiri dari dua kata, yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced atau berimbang menunjukkan bahwa kinerja perusahaan diukur dengan berimbang dari dua aspek yaitu aspek finansial dan non finansial, aspek jangka pendek dan jangka panjang, aspek proses 18

dan personal, serta aspek internal dan eksternal. Sedangkan kata scorecard atau kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personel di masa depan. Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan personel masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya (Mulyadi, 2007:432). Hasil pengukuran kinerja berdasarkan pendekatan balanced scorecard dikomunikasikan kepada eksekutif untuk memberikan umpan balik (feedback) tentang kinerja mereka, sehingga mereka dapat mengambil keputusan atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka (Wahyuni, 2011). Menurut Chen and Jones (2009) pendekatan balanced scorecard adalah teknik yang efektif untuk evaluasi kinerja. 2.1.9 Komponen balanced scorecard Balanced scorecard yang dirancang dengan baik mengkombinasikan antara pengukuran keuangan dari kinerja masa lalu dengan pengukuran dari pemicu kerja masa depan perusahaan. Tujuan spesifik pengukuran balanced scorecard perusahaan dijabarkan dari visi dan strategi perusahaan. Adapun berikut ini akan dijelaskan mengenai komponen-komponen penting dalam balanced scorecard (Sundari, 2011). 1) Perspektif Keuangan (financial) Ukuran finansial sangat penting dalam memberikan pandangan terhadap konsekuensi tindakan ekonomis yang akan diambil. Ukuran kinerja finansial memberikan petunjuk apakah strategi perusahaan, implementasi, dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba 19

perusahaan (Radithya, 2011). Bagi sebagian perusahaan tema finansial berupa peningkatan pendapatan, penurunan biaya dan peningkatan produktivitas, serta peningkatan pemanfaatan aktiva dan penurunan resiko dapat menghasilkan keterkaitan yang diperlukan di antara keempat perspektif balanced scorecard (Pratiwi, 2014). 2) Perspektif Pelanggan (costumer) Pada masa lalu seringkali perusahaan mengkonsentrasikan diri pada kemampuan internal dan kurang memperhatikan kebutuhan konsumen. Saat ini strategi perusahaan telah bergeser fokusnya dari internal ke eksternal. Konsumen atau pelanggan adalah siapa saja yang menikmati atau merasakan produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Penerapan strategi yang berorientasi pada pelanggan diharapkan akan mendapatkan feedback atau umpan balik tentang kepuasan konsumen terhadap produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Hal tersebut akan membangun hubungan yang baik sehingga bisa memberikan nilai tambah kepada perusahaan. 3) Perspektif Proses Bisnis Internal (process) Perspektif ini mengukur fokus dari proses internal yang akan memberikan dampak terbesar dalam kepuasan pelanggan dan pencapaian objektivitas finansial utama perusahaan. Menurut Kaplan dan Norton (2000:169) dalam Sundari (2011), pendekatan balanced scorecard membagi pengukuran dalam perspektif proses bisnis internal menjadi tiga bagian yaitu: 1) inovasi (innovation), dapat mengidentifikasi atau menciptakan produk untuk memenuhi kebutuhan pasar, 2) 20

operasi (operations), perusahaan berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggan serta, 3) pelayanan purna jual (postsale service), perusahaan memberikan manfaat tambahan kepada para pelanggan yang telah memberi produk-produknya dalam berbagai layanan purna transaksi jual-beli, seperti garansi, aktivitas perbaikan dan pemrosesan pembayaran. 4) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (learning and growth) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menjelaskan mengenai infrastruktur yang diperlukan untuk mencapai target dari ketiga perspektif yang lain, seperti kualifikasi, motivasi dan orientasi tujuan dari karyawan, serta sistem informasi. Proses pembelajaran dan pertumbuhan bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem, dan prosedur organisasi (Pratiwi, 2014). 2.1.10 Jenis Bank Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa terdapat dua jenis bank yang diakui oleh Bank Indonesia yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. 1) Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Usaha yang dilakukan bank umum meliputi: 21

a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; b) Memberikan kredit; c) Menerbitkan surat pengakuan hutang; d) Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya; e) Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah, dan lain sebagainya. 2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Usaha yang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat meliputi: a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; b) Memberikan kredit; c) Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; d) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain. 22

2.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Uma, 2007:135). Berdasarkan pokok masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian dan kajian-kajian teori yang relevan, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut. 2.2.1 Pengaruh transparansi pada kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Gianyar Transparansi adalah sikap objektivitas perusahaan dalam menjalankan usaha, serta keterbukaan mengenai informasi yang material dan relevan agar para pemangku kepentingan mudah memahami informasi yang telah diberikan. Hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan stakeholders terhadap perusahaan, sehingga kinerja perusahaan diharapkan akan lebih baik. Menurut Dewi dan Asri (2014) prinsip good corporate governance berpengaruh positif terhadap kinerja. Rahmandy (2012) melakukan penelitian mengenai penerapan prinsip good coorporate governance (GCG) pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mengatakan bahwa penerapan prinsip GCG akan meningkatkan kinerja perusahaan. Hal yang serupa juga dipaparkan dalam penelitian Pratiwi (2014), transparansi berpengaruh positif terhadap kinerja. Berdasarkan penelitian sebelumnya maka hipotesis penelitian sebagai berikut. H 1 Transparansi berpengaruh positif pada kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Gianyar 23

2.2.2 Pengaruh akuntabilitas pada kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Gianyar Akuntabilitas adalah sikap perusahaan dalam mempertanggungjawabkan kinerjanya secara wajar dan transparan. Kejelasan fungsi pelaksanaan dan pertanggungjawaban struktur dalam perusahaan akan membuat pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut Pratiwi (2014), akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kinerja. Sama halnya dengan Rahmandy (2012) melakukan penelitian mengenai penerapan prinsip good coorporate governance (GCG) pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mengatakan bahwa penerapan prinsip GCG akan meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut Dewi dan Asri (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip GCG pada Kinerja Keuangan Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten Gianyar bahwa prinsip good corporate governance berpengaruh positif terhadap kinerja. Berdasarkan penelitian sebelumnya maka hipotesis penelitian sebagai berikut. H 2 Akuntabilitas berpengaruh positif pada kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Gianyar. 2.2.3 Pengaruh responsibilitas pada kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Gianyar Responsibilitas atau pertanggungjawaban adalah sikap perusahaan dalam mengelola bisnis sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan memahami peraturan dan melaksanakan tanggung jawab terhadap stakeholders, perusahaan diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya serta memelihara 24

kesinambungan jangka panjang. Rahmandy (2012) melakukan penelitian mengenai penerapan prinsip good coorporate governance (GCG) pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mengatakan bahwa penerapan prinsip GCG akan meningkatkan kinerja perusahaan. Pratiwi (2014) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Prinsip- Prinsip Good Corporate Governance terhadap Kinerja Berbasis Balanced Scorecard bahwa responsibilitas berpengaruh positif terhadap kinerja. Dalam penelitian Asri (2014) dikatakan bahwa prinsip good corporate governance berpengaruh positif terhadap kinerja. Berdasarkan penelitian sebelumnya maka hipotesis penelitian sebagai berikut. H 3 Responsibilitas berpengaruh positif pada kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Gianyar. 2.2.4 Pengaruh independensi pada kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Gianyar Independensi adalah sikap perusahaan dalam mengambil segala bentuk keputusan tanpa terintimidasi pihak yang mendominasi. Kebebasan penting diperhatikan dalam usaha untuk meningkatkan kinerja untuk memastikan bahwa perusahaan telah bersikap secara objektif atau bebas dari kepentingan berbagai pihak yang merugikan perusahaan. Menurut Dewi dan Asri (2014) prinsip good corporate governance berpengaruh positif terhadap kinerja. Rahmandy (2012) melakukan penelitian mengenai penerapan prinsip good coorporate governance (GCG) pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mengatakan bahwa penerapan prinsip GCG akan meningkatkan kinerja perusahaan. Hal yang serupa juga dipaparkan dalam 25

penelitian Pratiwi (2014), independensi berpengaruh positif terhadap kinerja. Berdasarkan penelitian sebelumnya maka hipotesis penelitian sebagai berikut. H 4 Independensi berpengaruh positif pada kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Gianyar. 2.2.5 Pengaruh kewajaran pada kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Gianyar Kewajaran atau kesetaraan adalah peraturan yang adil dalam memenuhi kepentingan pemegang saham yang timbul berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Perusahaan harus senatiasa memperhatikan hak-hak para pemangku kepentingan berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan ke arah yang lebih baik. Menurut Pratiwi (2014), kewajaran berpengaruh positif terhadap kinerja. Sama halnya dengan Rahmandy (2012) melakukan penelitian mengenai penerapan prinsip good coorporate governance (GCG) pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mengatakan bahwa penerapan prinsip GCG akan meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut Dewi dan Asri (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip GCG pada Kinerja Keuangan Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten Gianyar bahwa prinsip good corporate governance berpengaruh positif terhadap kinerja. Berdasarkan penelitian sebelumnya maka hipotesis penelitian sebagai berikut. H 5 Kewajaran berpengaruh positif pada kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Gianyar. 26