BAB I PENDAHULUAN. sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Prevalensi global berat badan lahir

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB I PENDAHULUAN. Target Milleneum Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan 45% wanita yang merokok, dan 27% wanita hamil yang merokok,

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat masih sulit untuk dihentikan (Imasar, 2008 cit Puryanto,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkeadilan. Dimana penduduk hidup dalam lingkungan dan perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB). sehingga akan berpengaruh kepada derajat kesehatan. (1-5)

BAB I PENDAHULUAN. bayi berat lahir rendah (BBLR), dan infeksi (Depkes RI, 2011). mampu menurunkan angka kematian anak (Depkes RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

Bab 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berat badan lahir bayi adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berat badannya kurang dari 2500 gram disebut Bayi Berat Lahir Rendah

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

HUBUNGAN PENCEMARAN UDARA DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUANG NEONATUS RSUD SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Definisi Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu indikator status kesehatan masyarakat. Kesepakatan global Millenium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupannya. Angka statistik yang tinggi ini meminta perhatian untuk

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Tangga (SKRT) dan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012, Angka kematian ibu adalah 395 per kelahiran hidup.

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Ny. S DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH ( BBLR ) DI BANGSAL KBRT RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. nutrisi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi

KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSU RA KARTINI JEPARA. Gunawan, Anik Sholikah, Aunur Rofiq INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa ditangani, maka si ibu bisa meninggal selama proses persalinan

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) didefenisikan WHO (2011, hal. 1) sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Prevalensi global berat badan lahir rendah (BBLR) adalah 15,5%, yang berarti bahwa sekitar 20 juta bayi yang lahir setiap tahun adalah BBLR, 96,5% BBLR terdapat di negara berkembang. Ada variasi yang signifikan dalam prevalensi BBLR di seluruh wilayah PBB, dengan insiden tertinggi di Asia Tengah (27,1%) dan terendah di Eropa (6,4 %). Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibandingkan pada bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, mordibitas dan disabillitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%. Hasil studi di 7 daerah multisenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara Nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang diterapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7% (Pantiawati, 2010, hal.3). Faktor risiko BBLR antara lain dibagi menjadi risiko demografi, risiko medis, risiko perilaku dan lingkungan, dan faktor risiko fasilitas kesehatan. Faktor risiko perilaku dan lingkungan meliputi saat hamil terkena paparan asap rokok, status nutrisi buruk, konsumsi alkohol, dan konsumsi narkoba serta faktor risiko

fasilitas kesehatan, seperti perawatan kehamilan yang tidak rutin atau tidak ada sama sekali (Kartika, 2013, 4 & 7). Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, bagian dari kehidupan dan gaya hidup, tanpa memahami risiko dan bahaya kesehatan terhadap dirinya dan orang serta masyarakat sekitarnya. Menurut hasil survey GATS (Global Adult Tobacco Survey) 2011, prevalensi perokok di Indonesia rankingnya naik menjadi nomor 2 di dunia. Prevalensi perokok pria sebesar 67,0% dan 2,7% wanita atau seluruhnya 34,8% atau 59,9 juta orang dewasa merokok (Kemenkes, 2012, hal.29). Merokok adalah kebiasaan yang dilarang keras, baik saat hamil maupun tidak hamil; baik merokok secara pasif maupun aktif. Dampak negatif rokok dan asapnya terhadap ibu hamil dan janin antara lain berat badan janin lebih rendah dari normal (pertumbuhan janin terhambat) dan kondisi ini sangat memperngaruhi tumbuh kembang janin/bayi selanjutnya karena dengan berat badan yang tidak normal, maka akan mudah sekali terjadi hambatan tumbuh kembang. Kematian janin di dalam rahim, meningkatkan resiko kematian janin mendadak (Sudden Infant Death Syndrom/SIDS) (Djauzi, 2005 dalam Ramadhan, 2012, hal. 27-28). Asap Rokok Orang Lain (AROL) atau Second Hand Smoke (SHS), atau perokok pasif merupakan asap yang bercampur antara asap dan partikel. Asap ini terdiri dari 4000 senyawa kimia yang bercampur, termasuk di dalam suatu produk, seperti misalnya cat kuku (aseton), pembersih toilet (ammonia), racun tikus (sianida), pestidisa (DDT) dan asap knalpot mobil (karbonmonoksida) (Kemenkes, 2012, hal. 33).

Data GATS 2011 perokok pasif atau orang yang menghisap asap rokok sekunder adalah 51,3% atau 14,6 juta orang dewasa yang bekerja dalam gedung terpapar asap rokok di tempat kerja, 78,4% atau 133,3 juta orang dewasa terpapar dengan asap rokok di rumahnya, 85,4% atau 44 juta orang dewasa yang berkunjung ke restoran terpapar asap rokok(kemenkes, 2012, hal.34). Menurut Aditama (2011, hal.48-49), kenyataan memang menunjukkan bahwa rokok yang dibakar menghasilkan asap sampingan sejumlah dua kali lebih banyak daripada asap utama, karena asap sampingannya hampir terus-menerus keluar selama rokok dinyalakan, sementara asap utama baru akan keluar kalau rokok itu diisap. Dari satu batang rokok yang dinyalakan akan menghasilkan asap sampingan selama sekitar 10 menit, sementara asap utama hanya akan dikeluarkan pada waktu rokok itu diisap dan biasanya hanya kurang dari 1 menit. Seorang perokok pasif akan mempunyai resiko yang sama dengan perokok aktif 1-5 batang perhari. Perempuan yang merokok pada kehamilan trimester kedua dan tiga mempunyai resiko yang sama bila merokok selama kehamilan. Bayi yang lahir dari seorang perokok bukan hanya mempunyai berat badan lahir rendah, tetapi juga ukuran panjang tubuh, kepala dan dada yang lebih kecil. Hampir semua komplikasi pada plasenta dapat ditimbulkan oleh rokok meliputi abortus, solusio plasenta, BBLR, dan plasenta previa. Hal ini akan meningkatkan kematian neonatus dan sindroma kematian janin mendadak (SIDH). Selain itu komplikasi ketuban pecah dini dan persalinan kurang bulan juga dapat terjadi (Prawirohardjo, 2010, hal.950&951).

Di Indonesia, 85% rumah tangga terpapar dari asap rokok. Estimasinya adalah delapan perokok meninggal karena perokok aktif, satu perokok pasif meninggal karena keterpaparan asap rokok orang lain. Berdasarkan perhitungan rasio ini maka sedikitnya kematian terjadi dikarenakan terpapar asap rokok orang lain di Indonesia. Bayi yang terpapar asap rokok, baik masih dalam kandungan atau setelah dilahirkan, ada peningkatan resiko kelahiran bayi prematur dan memiliki berat badan lahir rendah (BBLR), serta berlipat ganda resiko untuk sindrom kematian bayi mendadak (Kemenkes, 2012, hal. 34). Hasil penelitian menunjukkan baik perokok aktif atau perokok pasif ada hubungan dengan kelahiran bayi dengan berat badan rendah, yang berdampak pada perkembangan anak. Menurut Makin et al. (1991) penelitian pada anak-anak umur 6-9 tahun dengan ibu perokok aktif, ibu perokok pasif dan ibu tanpa rokok ketika hamil, menunjukkan anak-anak dengan ibu tanpa rokok lebih baik dalam kemampuan berbicara, berbahasa, intelektual, visual, dan perilaku (Salmah, Rusmiati, Maryanah dan Susanti, 2006, hal. 98) Dari data yang diperoleh, lebih besar prevalensi perokok laki-laki dibandingkan perokok wanita. Tetapi besar kemungkinan bahwa wanita hamil maupun tidak hamil lebih besar kemungkinan terpapar asap rokok di lingkungan rumah tangga, tempat kerja dan tempat-tempat umum lainnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurlailai Ramadhan yang berjudul Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Badan Layanan Umum Daerah RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2011 dengan sampel sejumlah 45 orang dengan tekhnik purposive sampling dan analisa data menggunakan uji chi-square. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara ibu hamil perokok pasif dengan kejadian berat badan lahir

rendah (BBLR) di Badan Layanan Umum Daerah RSU Meuraxa Banda Aceh Tahun 2011 dengan nilai kemaknaan p=0,004 (p 0,05). Berdasarkan latar belakang di atas dan hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Umum Haji Medan Oktober sampai Desember tahun 2013 terdapat 170 ibu yang melahirkan bayi, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Ibu Hamil Perokok Pasif Terhadap Berat Badan Lahir Di Rumah Sakit Umum Haji Medan 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah adakah pengaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat bayi lahir di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat bayi lahir di Rumah Sakit Haji Umum Medan Tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi riwayat ibu hamil sebagai perokok pasif di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014. b. Untuk mengidentifikasi berat bayi lahir di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014. c. Untuk mengidentifikasi berat bayi lahir dari riwayat ibu hamil perokok pasif di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014. d. Untuk mengidentifikasi riwayat ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelayanan Kebidanan Dapat digunakan sebagai intervensi dalam melaksanakan asuhan kebidanan. 2. Bagi Pendidikan Kebidanan Mengembangkan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa kebidanan, terutama dalam mata kuliah asuhan kebidanan pada kehamilan dan neonatus. 3. Bagi peneliti selanjutnya Memberikan informasi tentang pegaruh ibu hamil perokok pasif terhadap berat badan lahir bagi peneliti berikutnya. 4. Bagi mayarakat Menambah pengetahuan masyarakat agar lebih menjaga dan memperhatikan area-area bebas asap rokok khususnya bagi perokok aktif.