BAB I PENDAHULUAN. PT. Refika Aditama, Bandung, 2012, hlm Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, PT.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 1 Istilah

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dan lewat

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pada pendidikan dan perkembangan jiwa siswa adalah orang tua, selain

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB I PENDAHULUAN. potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan untuk membantu dan mengantarkan peserta didik menuju cita-cita yang. prestasi siswa didik sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

memberikan gairah dan motivasi kepada para siswa. Sesuai dengan Undang dengan visi misi pendidikan nasional dan reformasi pendidikan menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. formal dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan diri siswa secara terencana,

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. proses tranformasi adalah anak didik yang sedang tumbuh dan berkembangnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan. Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan Islam baik MI, MTs, MA, maupun PTAI sering

BAB I PENDAHULUAN. Atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen. Keberhasilan sekolah dalam melaksanakan apa yang telah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang system

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sejahtera lahir dan batin. Semua itu diperoleh dengan menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan mampu menghasilkan produk-produk yang unggul, maka mutu

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan baik bagi anak maupun bagi masyarakat. 2. berupaya untuk mencetak individu-individu yang berkualitas, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. * Seluruh Teks dan terjemah Al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari Microsoft Word Menu Add-Ins

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta, Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada,

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya suatu tujuan Pendidikan Nasional. bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara. Di dalam UUD 1945 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manusia pertama, sebagaimana al-qur an menyatakan. berkembang sesuai dengan kondisi dan konteks lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan Negara. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan dan efektivitas Proses Belajar Mengajar (PBM) dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya dipengaruhi oleh faktor manajemen pembelajaran. Bahkan manajemen pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan terciptanya suatu pembelajaran yang menghasilkan interaksi guru dengan peserta didik yang efektif dan efesien. Menurut Hadari Nawawi menegaskan bahwa pada dasarnya sekolah dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendidik peserta didik, yang tidak harus didewasakan dari aspek intelektualnya saja, akan tetapi dalam aspek kepribadiannya. 1 Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan peserta didik di dalam kelas diupayakan agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat guru. Kegiatan membuat perencanaan pembelajaran merupakan langkah awal yang harus ditempuh guru dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Guru sebagai tenaga pengajar harus memiliki kemampuan dan berkemampuan baik sebagai perencana/perancang pembelajaran. Guru sebagai perancang pembelajaran bertugas membuat rancangan program pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. 2 Manajemen pembelajaran merupakan segala usaha pengaturan Proses Belajar Mengajar (PBM) dalam rangka tercapainya tujuan pembelajaran yang dapat menjadikan setiap anak di kelas bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. 3 Pembelajaran tidak hanya 1 Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaaan Kelas sebagai Lembaga Pendidikan, Haji Masagung, Jakarta, 2004, hlm. 117. 2 Sri Wahyuni dan Abd. Syukur Ibrahim, Perencanaan Pembelajaran Bahasa Berkarakter, PT. Refika Aditama, Bandung, 2012, hlm. 11. 3 Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 68. 1

2 terbatas pada kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan konsep mengajarnya, melainkan pembelajaran mencakup pada semua kegiatan yang mempunyai pengaruh langsung pada Proses Belajar Mengajar (PBM) seperti halnya televisi, film, slide, gambar dan sebagainya. 4 Oleh karena itu, setiap akan melakukan pembelajaran, guru wajib melakukan perencanaan. Dengan adanya perencanaan yang baik, maka pelaksanaan pembelajaran akan dapat berjalan lancar, terarah, dan sistematis. Hal ini dapat tercapai karena kompetensi dasar, materi pokok, indikator, pengalaman belajar, alokasi waktu, sumber, langkahlangkah pembelajaran, dan rencana penilaian telah dirumuskan dengan baik dan digambarkan dengan jelas. 5 Menurut Mulyana alasan penting membuat perencanaan pembelajaran yaitu dapat menolong guru untuk memikirkan pelajaran sebelum pelajaran itu diajarkan sehingga kesulitan belajar dapat diramalkan dan jalan keluarnya dapat dicari. Guru dapat mengorganisasi fasilitas, perlengkapan, alat bantu pengajaran, waktu dan isi dalam rangka untuk mencapai tujuan belajar seefektif mungkin serta menghubungkan tujuan dan prosedur kepada tujuan keseluruhan dari mata pelajaran yang diajarkan. 6 Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas atau sebagai pengajar, hendaknya guru mengajar sesuai prinsip, prosedur, dan desain pembelajaran yang sudah dipikirkan. Sedangkan belajar yang efektif yang dilakukan peserta didik adalah dengan melibatkan seluruh unsur yang ada di dalam diri masing-masing peserta didik yaitu dari segi fisik dan psikis dalam mengoptimalkan pengembangan potensi diri. 7 Dengan demikian fungsi dari manajemen pembelajaran adalah segala usaha pengaturan proses belajar mengajar (PBM) dalam rangka tercapainya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Sebab pembelajaran yang 4 E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, hlm. 82. 5 Sri Wahyuni dan Abd. Syukur Ibrahim, Op.Cit., hlm. 12. 6 Mulyana Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 1. 7 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Belajar yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jaakrta, 2010, hlm. 75.

3 efektif dapat menjadi tolok ukur keberhasilan pembelajaran, jika proses pembelajarannya efektif maka tujuan pembelajaranpun dapat tercapai dengan mudah. Efektivitas pembelajaran dapat tercipta melalui pembelajaran yang dilakukan guru di kelas baik dari segi guru, peserta didik, lingkungan, dan metode mengajar guru. 8 Salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran di kelas yaitu dengan menciptakan suasana belajar senyaman mungkin agar pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Fungsi-fungsi manajemen menjadi bagian penting dalam proses belajar mengajar terkait dengan efektivitas belajar mengajar peserta didik dengan maksud tercapainya tujuan pembelajaran. 9 Kaitannya dengan manajemen, Sudarwan dan Yunan menjelaskan bahwa manajemen sebagai sebuah proses yang khas, yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaransasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain untuk mencapai tujuan tertentu. 10 Untuk itu, seyogyanya pendidik PAI sebagai pelaksana kurikulum pendidikan agama Islam harus mampu memahami, mengelola, dan melakukan kegiatan manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam dengan baik. Dengan pemahaman yang baik terhadap kegiatan manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam, pendidik akan dapat memilih strategi, metode, teknik, media, dan alat evaluasi yang sesuai dengan pembelajaran, serta berusaha mengembangkannya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan perkembangan kebutuhan masyarakat agar pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam yang lebih menekankan pada aplikasi ajaran agama dalam kehidupan seharihari dapat tercapai dengan lancar. 11 8 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm. 11. 9 Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm. 68. 10 Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2010, hlm. 18. 11 Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam; Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hlm. 124.

4 Selama ini, pendidikan agama Islam masih dinilai kurang bisa mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi makna dan nilai atau kurang mendorong penjiwaan terhadap nilai-nilai keagamaan yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik. Dengan kata lain, pendidikan agama Islam selama ini lebih menekankan pada aspek knowing dan doing dan belum banyak mengarah ke aspek being, yakni bagaimana peserta didik menjalani hidup sesuai dengan ajaran Islam dan nilai-nilai agama Islam yang diketahui (knowing). 12 Pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai ajaran Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi peserta didik yang kemudian akan membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak. Pendidikan agama Islam hendaknya ditanamkan kecil, sebab pendidikan di masa kanakkanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya. 13 Menurut Daradjat, umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan yang dilaluinya sejak kecil. Perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman hidup sejak kecil, baik dalam keluarga, sekolah, maupun dalam lingkungan masyarakat terutama pada masa pertumbuhan dan perkembangannya. 14 Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara. 15 Jadi pendidikan agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah diharapkan dapat membentuk atau merubah tingkah laku peserta didik, agar menjadi yang 12 Ibid., hlm. 123. 13 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hlm. 136. 14 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hlm. 48. 15 Abdul Majid dan Dian Andayani, Op.Cit., hlm. 135.

س نل نل 5 terampil, berbudi luhur dan sekaligus menjadi umat yang taat beragama. 16 Hal tersebut sesuai dengan Firman Allah sebagai berikut: س كم ع ع س س و ا بك س س م ٱ ل ي ر نل ع س كم ع ل ي م ي ق ا ٱ نل اا ه ي ي أ ٢١ ل ع نل ك س ع م ت ت نل س ون Artinya : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. (QS. Al- Baqarah : 21) 17 Ayat tersebut sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. 18 Ekspektasi kemajuan pendidikan Islam tidak pernah terputus dari mata rantai keinginan masyarakat muslim pada umumnya, dan khususnya para pemikir atau praktisi pendidikan. Kendatipun belum menyadari secara aplikatif dan implementatif dalam kehidupan sehari-hari, namun para pemikir dan praktisi Islam sangat mengerti dan memahami bahwa kemajuan pendidikan Islam memiliki berbagai fungsi strategis baik secara politik, ekonomi, sosial, maupun kultural. 19 Dari berbagai tuntutan pengajaran agama Islam di sekolah, nampaknya tugas dan tanggung jawab guru agama Islam semakin berat tapi mulia. Oleh karena itu guru agama dituntut memiliki kreatifitas, aktivitas dan dinamika dalam proses belajar mengajar, agar terjadi proses pembelajaran yang lebih bermakna, sehingga proses pembelajaran dapat mewujudkan pribadi peserta 16 Muhaimin, et.al., Strategi Belajar Mengajar (Penerapannya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama), CV. Citra Media, Surabaya, 2006, hlm. 2. 17 R.H.A. Soenardjo, et.al., Al-Qur an dan Terjemahnya, Depag. RI., Jakarta, 2009, hlm. 11. 18 Standar Nasional Pendidikan (SNP) Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, Fokus Media, Bandung, 2005, hlm. 98. 19 Mujamil Qomar, Strategi Pendidikan Islam, Erlangga, Jakarta, 2013, hlm. 2.

6 didik yang lebih baik. 20 Peranan guru sebagai manajer dalam kegiatan belajar di kelas sudah lama diakui sebagai salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Guru sebagai tenaga pendidik profesional, dituntut tidak hanya mampu mengelola kelas yaitu menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran bagi peserta didik. 21 Dalam kenyataannya yang ada di lapangan pendidikan agama Islam mutunya masih rentan, karena belum mencapai target secara memadai khususnya di sekolah umum. Selain realita tersebut, ada asumsi bahwa dalam kehidupan sekolah sering dilihat adanya para guru yang dapat dikatakan tidak berhasil dalam mengajar. Indikator dari ketidakberhasilan guru adalah prestasi atau hasil belajar peserta didik yang rendah, tidak sesuai dengan batas ukuran yang ditentukan. Kegagalan ini bukan hanya ketidakberhasilan guru dalam mengajarkan tugasnya yaitu menguasai materi bidang studi ketika penyampaian saja, tetapi ketidaktahuan guru dalam manajemen pembelajaran. Hal ini berakibat pada ketidak efektifan pembelajaran khususnya pendidikan agama Islam sehingga kualitas peserta didik menurun. 22 Adanya manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam maka diharapkan peserta didik akan termotivasi dalam pelajaran terutama pada pembelajaran pendidikan agama Islam. Manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam merupakan sebuah usaha guru dalam mengelola pembelajaran agar pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan target yakni memberikan tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajar. 23 Manajemen pembelajaran pendidikan agama Islam dilakukan dengan memperhitungkan pada aspek pengajaran yang meliputi: metode belajar, media atau sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran pendidikan agama Islam. Dengan 20 Chabib Thoha dan Abdul Mu ti, PBM PAI di Sekolah (Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam), Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 1998, hlm. 180. 21 Mudasir, Manajemen Kelas, Nusa Media, Yogyakarta, 2011, hlm. 48. 22 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 190-191. 23 Suwardi, Manajemen Pembelajaran Mencipta Guru Kreatif dan Berkompetensi, PT. Temprina Media Grafika, Surabaya, 2007, hlm. 1.

7 pembelajaran pendidikan agama Islam yang kondusif dan suasana belajar yang berpola pada kreatifitas pembelajaran, maka akan dapat mendorong peserta didik untuk mengembangkan potensi kreatifitasnya. Dari hasil observasi SMP 4 Kudus merupakan salah satu lembaga pendidikan di kota Kudus, maka dalam program sekolahnya SMP 4 Kudus terus mengembangkan diri untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di SMP 4 Kudus telah mengupayakan berbagai cara dengan mengutamakan proses pembelajaran yang seefektif mungkin yaitu pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang variatif didukung teknologi yang berkembang saat ini. Upaya meningkatkan mutu pendidikan dalam pembelajaran di SMP 4 Kudus khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada observasi awal terlihat sudah mengimplementasikan manajemen pembelajaran tersebut dengan tujuan mencapai hasil yang optimal, seperti dalam kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM) sudah menerapkan metode-metode yang cocok untuk materi pembelajaran pada saat itu. Suasana kelaspun tidak sunyi, dan komunikasi peserta didik antar gurupun terlihat harmonis baik di dalam kelas maupun luar kelas. Kaitannya dengan proses peningkatan kualitas pendidikan, penulis tertarik untuk meneliti manajemen pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP 4 Kudus, karena sekolah tersebut salah satu sekolah negeri yang didukung gedung baik, fasilitas pembelajaran dan guru-guru yang berkompeten dan di SMP 4 Kudus pengembangan pembelajaran menggunakan kurikulum yang berlaku saat ini untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional yang mengacu standar nasional pendidikan. Berdasarkan pada persoalan yang terangkum dalam latar belakang di atas, maka penulis sangat tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai Analisis Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP 4 Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016.

8 B. Batasan Masalah dan Fokus Penelitian Cakupan judul ini begitu luas sedang waktu dan kemampuan penulis begitu terbatas. Oleh sebab itu agar penelitian ini fokus maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah: implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran PAI serta langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi permasalahan tersebut, serta melihat hasil atau output dari efektivitas manajemen pembelajaran PAI itu sendiri. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan pembatasan terhadap masalah agar penulisan tidak terlalu meluas dan penulisan lebih terfokus pada masalah yang akan diteliti. Adapun rumusan masalah dari tesis ini sebagai berikut : 1. Bagaimana implementasi manajemen pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP 4 Kudus?. 2. Apa saja problematika yang terjadi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan solusi dalam mengatasi problematika tersebut di SMP 4 Kudus tahun pelajaran?. 3. Bagaimana output dari pelaksanaan manajemen pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP 4 Kudus tahun pelajaran?. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka tujuan dari penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan implementasi manajemen pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP 4 Kudus tahun pelajaran 2015/2016. 2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan problematika yang terjadi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan solusi dalam mengatasi problematika tersebut di SMP 4 Kudus tahun pelajaran 2015/2016.

9 3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan output dari pelaksanaan manajemen pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP 4 Kudus tahun pelajaran 2015/2016. E. Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi sebagai berikut : 1. Secara teoritis dapat manambah pengetahuan dan wawasan keilmuan dalam hal manajemen pembelajaran PAI. Kemudian hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya dan mengembangkan ilmu pendidikan mengenai manajemen pembelajaran di kalangan Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) di SMP 4 Kudus. 2. Secara praktis hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sumbangan danpertimbangan pemikiran kepada: a. Manfaat bagi sekolah, dengan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar penentuan kebijakan kegiatan pada tahun selanjutnya. b. Manfaat bagi kepala sekolah, diantaranya: memotret pelaksanaan manajemen pembelajaran guru PAI, memotret kekuatan dan kelemahan manajemen pembelajaran guru PAI yang ada di sekolah tersebut, sebagai dasar penentuan program kerja kepala sekolah, dan sebagai dasar penentuan program bimbingan terhadap peningkatan profesi guru khususnya guru PAI. c. Manfaat bagi guru, diantaranya: menjadi gambaran terkait kekuatan dan kelemahan dari manajemen pembelajaran guru PAI sesuai dengan bidang tugasnya dan memotivasi guru PAI untuk meningkatkan profesionalismenya. d. Manfaat bagi peserta didik diharapkan dapat menerima pembelajaran di kelas dengan nyaman, antusias dan belajar dengan baik sehingga mampu meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam pencapaian

10 tujuan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran yaitu lulusan sekolah yang berkualitas dari sekolah tersebut. e. Manfaat bagi peneliti: menjadi pegangan dan menjadi bahan kajian untuk mengetahui pengaruh manajemen pembelajaran terhadap mutu pembelajaran pendidikan Agama Islam SMP 4 Kudus. F. Sistematika Penulisan Tesis Secara garis besar sistematika tesis dari penelitian ini nanti terdiri dari bagian awal, bagian inti dan bagian akhir tesis. 1. Bagian Awal Tesis Bagian muka tesis terdiri atas: Halaman Sampul (Cover), Halaman Judul, Halaman Pernyataan Keaslian, Halaman Persembahan, Halaman Persetujuan Pembimbing, Halaman Pengesahan, Halaman Motto, Halaman Kata Pengantar, Halaman Daftar Isi, Halaman Daftar Tabel, Daftar Gambar, Pedoman Transliterasi, Abstrak Inggris, dan Abstrak Indonesia. 2. Bagian Inti Tesis Bab I : Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah dan Fokus Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penelitian Tesis. Bab II : Kajian Pustaka Konsep Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), terdiri dari, Pertama: Konsep Manajemen Pembelajaran, meliputi: Pengertian Manajemen Pembelajaran, Konsep Dasar Manajemen Pembelajaran, Fungsi-fungsi Manajemen Pembelajaran. Kedua: Konsep Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, meliputi: Pengertian Pendidikan Agama Islam, Dasar Pendidikan Agama Islam, Tujuan Pendidikan Agama Islam, dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam. Ketiga: Penelitian Terdahulu. Keempat: Kerangka Berfikir. Bab III : Metode Penelitian. Terdiri dari: Jenis dan Pendekatan Penelitian, Lokasi Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Pemilihan Informan, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Tahap Penelitian dan Teknik Analisis Data, dan Sistematika Pelaporan.

11 Bab IV : Gambaran Umum Kondisi Sekolah, Hasil Penelitian dan Pembahasan. Terdiri dari Pertama: Gambaran Umum SMP 4 Kudus, Meliputi: Sejarah Berdirinya, Visi, Misi dan Tujuan, Letak Geografis, Struktur Organisasi, Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan, Peserta Didik, Sarana Prasarana, Kedua: Deskripsi Data Penelitian, Meliputi: Deskripsi Data Implementasi Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP 4 Kudus, Deskripsi Data Problematika dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP 4 Kudus dan Solusinya, Deskripsi Data Output Pelaksanaan Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Negeri 4 Kudus. Ketiga: Pembahasan Hasil Penelitian. Bab V : Penutup. Terdiri dari: Kesimpulan dan Saran-saran. 3. Bagian Akhir Tesis Pada bagian akhir berisi tentang, daftar pustaka, lampiran-lampiran, dokumentasi penelitian dan daftar riwayat hidup.