BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2025

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Proses menua merupakan proses alamiah setelah melalui tiga tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan seksual serta kesehatan sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan dampak

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat ke-4 dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

FASE A YANG YANG DIBERI SURAKARTA HERMAWATI. S1 Keperawatan

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Berupa rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Saat ini. 47,7% remaja sering merasa cemas (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Individu pasti akan mengalami proses penuaan (ageing process) yaitu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ibu menjadi 102 per kelahiran hidup. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun luar tubuh (Padila, 2013). Menjadi tua merupakan proses

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. tahun, sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan angka harapan hidup. mencapai 71,1 tahun ( Depkesra, 2008 ).

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

2 Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid, hormon ini dapat menyeba

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

STUDI STATUS DEPRESI PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi lansia adalah tingkatkan kesehatan. Salah satu aspek utama dari peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan populasi penduduk lanjut usia (lansia) di dunia terus bertambah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA CELEP KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) TERHADAP TINGKAT DEPRESI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

SKRIPSI SULASTRI J

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi sering disebut sebagai penyakit silent killer karena pada

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara geografis terletak di wilayah yang rawan bencana. Bencana alam sebagai peristiwa alam dapat terjadi setiap saat, di mana saja, dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi kehidupan masyarakat. Bencana muncul dari fakta bahwa komunitaskomunitas atau kelompok kelompok tertentu terpaksa menetap di area-area yang rentan terhadap dampak dari tanah longsor atau letusan gunung merapi. Kejadian bencana dapat menimbulkan permasalahan di bidang kesehatan yang salah satunya adalah stres atau gangguan kejiwaan (Efendi, 2009). Penduduk dunia saat ini lebih dari 450 juta telah hidup dengan gangguan kejiwaan (Depkes, 2009). Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional di Indonesia seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa (Depkes, 2009) dan saat ini telah tercatat di Badan Pusat Statistik Indonesia (2010) jumlah lansia di Indonesia sebesar 18.037.009 jiwa. Menurut Hermana (2007) Sepuluh tahun kemudian atau pada tahun 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28.8 juta tau 11, 34% dengan Usia Harapan Hidup (UHH) sekitar 71,1 tahun. Seiring dengan meningkatnya UHH, ternyata insidens depresi pada lanjut usia juga meningkat (Ibrahim, 2011). 1

2 Prevalensi depresi pada usia lanjut yang menderita penyakit fisik cukup tinggi yaitu antara 12-36% pada pasien rawat jalan. Kecenderungan terdapatnya gangguan depresi berat seorang wanita adalah 20% sedangkan pria 10%. Resiko pada populasi umum sepanjang hidupnya untuk penderita depresi berat adalah 12% dan 15% dari orang tersebut pada akhirnya akan melakukan tindakan bunuh diri (Ibrahim, 2011). Depresi adalah keadaan emosional yang ditandai dengan sering mengalami gangguan tidur, lelah, lemas, kurang dapat menikmati kehidupan sehari-hari, konsentrasi dan daya ingat menurun (Keliat, 2011) dan depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang sering terjadi pada lansia (Maryam dkk, 2008). Gangguan depresi sering terjadi juga pada masyarakat yang rentan dengan bencana. Menurut Undang-Undang Penanggulangan Bencana Pasal 55 dan penjelasan Pasal 26 Ayat 1 dalam Efendi (2009) menyebutkan bahwa masyarakat rentan bencana adalah anggota masyarakat yang membutuhkan bantuan karena keadaan yang disandangnya diantaranya bayi, balita, anakanak, ibu hamil, ibu menyusui, penyandang cacat dan lanjut usia. Lanjut usia (lansia) menurut UU No.13 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2, 3, 4 tentang kesehatan adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Siti Maryam, 2008). Jumlah lansia yang semakin bertambah menunjukkan bahwa manusia setiap harinya akan tumbuh dan berkembang dan seiring bertambahnya usia manusia akan menghadapi proses penuaan. Proses penuaan menurut sistem tubuh, proses tumbuh kembang (growth and development) dalam fase kehidupan setiap individu dapat dibagi

3 dalam 3 fase yaitu fase progresif (tumbuh kembang cepat), fase stabil (tumbuh kembang stationer), dan fase regresi (kemunduran tumbuh kembang). Memasuki usia lanjut, secara kejiwaan individu berpotensi untuk mengalami perubahan sifat, seperti: bersifat kaku dalam berbagai hal, kehilangan minat, tidak memilki keinginan-keinginan tertentu, maupun kegemaran yang sebelumnya pernah ada (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Hal ini tentu erat kaitannya dengan kemunduran dalam aspek biososiologis yang dapat disimpulkan dalam bentuk kemunduran kemampuan kognitif serta dalam aspek psikososial (Tamher, 2009). Ada beberapa faktor yang menyebabkan lansia mengalami depresi seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup seperti faktor fisik yang berhubungan dengan adanya penyakit fisik, faktor psikologi ditandai dengan adanya konflik yang tidak terselesaikan, dan faktor sosial pada usia lanjut yang disebabkan kehilangan kerabat dekat dan kehilangan pekerjaan (Ibrahim, 2011). Penatalaksaan untuk menurunkan depresi dapat dilakukan dengan dua tindakan yaitu farmakologi dan non farmakologi. Penatalaksanaan farmakologi yaitu penggunaan anti depresan merupakan salah satu terapi untuk menurunkan depresi, namun lansia memiliki keengganan untuk berobat karena menurut mereka pengobatan merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan (Ibrahim, 2011). Menurut ilmu kesehatan sendiri, obat-obatan tersebut mengandung zat-zat yang bisa menimbulkan efek samping bagi penggunanya.

4 Pengobatan untuk depresi non farmakologi adalah psikoterapi seperti psikoterapi suportif, terapi tingkah laku, terapi kognitif, terapi interpersonal, dan terapi keluarga dan kelompok. Teknik relaksasi pun dapat digunakan untuk menurunkan depresi pada lansia. Banyak manfaat yang diperoleh dengan teknik relaksasi di antaranya adalah menumbuhkan rasa nyaman dan membangun atau memperbaiki perasaan dan kondisi kejiwaan dari lansia. Penggunaan musik merupakan salah satu teknik relaksasi yang mudah, murah, dan menyenangkan bagi lansia. Seseorang yang mendengarkan musik, khususnya musik klasik atau musik musik yang menenangkan jiwa, maka kemungkinan untuk mengalami stress, kecemasan dan depresi sangat kecil. Musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terorganisasi, yang terdiri atas melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk, dan gaya. Ketika musik diaplikasikan menjadi sebuah terapi maka ia dapat meningkatkan, memulihkan, serta memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual setiap individu. Hal ini dikarenakan musik memiliki beberapa kelebihan seperti bersifat universal, nyaman, menyenangkan, serta berstruktur. Intervensi dengan musik dapat mengubah secara efektif ambang otak kita yang dalam keadaan stress menjadi lebih adaptif secara fisiologis (Aizid, 2011). Menurut Benenzon (1997) dalam Djohan (2006) kesesuaian terapi musik akan ditentukan oleh salah satunya adalah latar belakang budaya. Berdasarkan data yang telah dijelaskan di atas Indonesia juga barubaru ini mengalami bencana yaitu pada tanggal 26 Oktober 2010. Bencana

5 tersebut adalah meletusnya Gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta yang menimbulkan kesedihan dan kerusakan yang besar pada semua korban. Berdasarkan hasil dari studi pendahuluan di Shelter (hunian sementara) Gondang 2 Wukirsari Cangkringan Sleman Yogyakarta yang merupakan tempat tinggal sementara bagi korban bencana meletusnya Gunung Merapi. Jumlah lansia yang ada di shelter ini sebanyak 50 orang. Erupsi Gunung Merapi menyebabkan warga kehilangan keluarganya, mata pencahariannya, benda-benda berharga milik mereka bahkan kehilangan tempat tinggalnya karena rumah mereka rata dengan tanah. Saat ini meskipun bencana tersebut sudah terjadi satu tahun yang lalu, namun warga mengatakan bahwa rasa takut, trauma, dan kehilangan masih ada di dalam perasaan para penghuni shelter baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lansia. Peneliti melakukan wawancara dengan 5 lansia dengan menggunakan 15 pertanyaan skala depresi geriatri untuk mengetahui tingkat depresi lansia. Hasil yang didapat dari skala depresi geriatri tersebut adalah 5 lansia tersebut mengalami depresi sedang. Lansia yang peneliti temui juga mengatakan bahwa mereka sering mengalami sulit tidur dan sering terbangun sekitar pukul 24.00 WIB, selain itu mereka masih merasa takut dan cemas jika mengingat kejadiaan erupsi dan takut terjadi lagi potensi untuk banjir lahar dingin. Warga yang tinggal di shelter tersebut adalah penghuni asli dari daerah yang mengalami rusak parah akibat erupsi Gunung Merapi dan masih kental akan adat istiadat budaya Jawa. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti apakah dengan mendengarkan musik Langgam Jawa Keroncong dapat menurunkan

6 tingkat depresi pada lansia di Shelter Gondang 2 Wukirsari Cangkringan Sleman Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Ditinjau dari latar belakang masalah yaitu adanya lansia yang mengalami depresi dan budaya jawa yang masih kental pada lansia dapat dirumuskan masalah : apakah mendengarkan musik Langgam Jawa Keroncong efektif menurunkan tingkat depresi pada lansia di shelter Gondang 2 Wukirsari Cangkringan Sleman Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui efektifitas mendengarkan musik Langgam Jawa keroncong terhadap tingkat depresi pada lansia di shelter Gondang 2 Wukirsari Cangkringan Sleman Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik demografi dari lansia yang tinggal di shelter Gondang 2 Wukirsari Cangkringan Sleman Yogyakarta. b. Mengetahui tingkat depresi lansia sebelum dan sesudah mendengarkan musik Langgam Jawa Keroncong pada lansia kelompok perlakuan di shelter Gondang 2 Wukirsari Cangkringan Sleman Yogyakarta. c. Mengetahui tingkat depresi lansia sebelum dan sesudah mendengarkan musik Langgam Jawa keroncong pada kelompok tanpa perlakuan (kelompok kontrol) di shelter Gondang 2 Wukirsari Cangkringan Sleman Yogyakarta.

7 d. Mengetahui perbedaan tingkat depresi sebelum dan sesudah mendengarkan musik Langgam Jawa keroncong pada kelompok perlakuan dan kontrol pada lansia di shelter Gondang 2 Wukirsari Cangkringan Sleman Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Penelitian tentang efektifitas mendengarkan musik Langgam Jawa Keroncong terhadap Tingkat depresi pada lansia di shelter Gondang 2 Wukirsari Cangkringan Sleman Yogyakarta diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi Institusi Kesehatan Penelitian ini dapat memberikan masukan dan pertimbangan dalam pemberian terapi nonfarmakologi pada lansia yang mengalami depresi. 2. Bagi Ilmu Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan perawat dalam melaksanakan intervensi keperawatan di masyarakat khususnya penanganan lansia dengan depresi. 3. Mahasiswa PSIK Sebagai pengetahuan mahasiswa dalam bahan pembelajaran untuk mengembangkan terapi yang ada dan sebagai tambahan alternatif perawatan pada lansia dengan depresi. 4. Peneliti lain Untuk mengembangkan penelitian mengenai terapi alternatif yang dapat digunakan secara profesional, aman dan bermanfaat.

8 E. Penelitian Terkait Adapun beberapa penelitian terkait yaitu: 1. Astuti (2010) meneliti tentang Hubungan Senam Lansia terhadap Tingkat Depresi pada Lansia di Wilayah Rw.06 Tegalrejo Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif korelational dengan pendekatan crosssectional dengan responden berjumlah 50 orang di mana terdapat 25 responden yang melakukan senam dan 25 responden yang tidak melakukan senam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara senam lansia terhadap depresi pada lansia, di mana lansia yang mengikuti senam cenderung tidak terdapat gejala depresi dibandingkan dengan lansia yang tidak mengikuti senam. Perbedaan penelitian ini terdapat pada tujuan penelitian, jenis penelitian (quasy ekperimental), karakteristik tempat penelitian, dan subyek yang penelitian. 2. Wahyuni (2010) meneliti tentang Pengaruh Mendengarkan Al-quran terhadap Skor Depresi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan II Bantul Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunaka oleh peneliti adalah Quasy Eksperimental dengan rancangan Pre-post test with Control Group dan teknik pengambilan sampelnya adalah consecutive sampling dan didapatkan 36 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil uji tersebut signifikan p=0,03 atau p<0,05 pada kelompok eksperimen. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh mendengarkan Al-Quran terhadap skor depresi pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan II

9 Bantul Yogyakarta. Perbedaan penelitian ini terletak pada tujuan penelitian, karakteristik tempat penelitian, dan subyek penelitian. Penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan memiliki jenis penelitian yang sama yaitu quasy eksperimental. 3. Unsiyanah (2011) meneliti tentang Hubungan Insomnia dengan Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta. Penelitian tersebut menggunakan metode cross sectional pada 42 responden dan data penelitian dianalisis dengan uji fisher. Hasil dari penelitian didapatkan 23 responden (54,76%) mengalami insomnia dan 19 responden (45,24%) tidak mengalami insomnia. Didapatkan 9 responden (21,43%) mengalami depresi dan 33 responden (78, 57%) tidak mengalami depresi. Analisis uji fisher menunjukkan nilai signikansi antara insomnia dengan depresi pada lansia 0,149 (p>0,05). Perbedaan penelitian ini terdapat pada tujuan penelitian, jenis penelitian, karakteristik tempat, dan subyek penelitian. 4. Arunika (2009) meneliti tentang Pengaruh Terapi Musik Langgam Jawa Jenis Campursari Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia di Panti Sosial nonparametric. Hasil penelitian adalah terapi musik Langgam Jawa Jenis Campursari terbukti mampu menurunkan tingkat depresi pada lansia secara signifikan dengan p = 0,001 (p<0,05). Perbedaan penelitian ini terdapat pada jenis musik langgam jawa yang digunakan, uji analisis, tempat penelitian, karakteristik, dan subjek penelitian.