BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ilmu Alam atau sains (termasuk biologi di dalamnya) adalah upaya

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari akan arti pentingnya lingkungan hidup. Konferensi PBB tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pada 8 februari 2010 pukul Data dari diakses

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kaya yang dikenal sebagai negara kepulauan. Negara ini

BAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan yang terdapat di daerah pantai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. beradaptasi dengan salinitas dan pasang-surut air laut. Ekosistem ini memiliki. Ekosistem mangrove menjadi penting karena fungsinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam, termasuk di

BAB I PENDAHULUAN km. Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya laut yang menimpah baik dari

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mahluk hidup memiliki hak hidup yang perlu menghargai dan memandang

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al,

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut dan

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PENDAHULUAN. karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODEL IMPLENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MANGROVE DALAM ASPEK KAMANAN WILAYAH PESISIR PANTAI KEPULAUAN BATAM DAN BINTAN.

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. pantai km serta pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km 2, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

TINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi kelautan dan pesisir yang kaya di dalamnya. Indonesia juga memiliki luas wilayah perairan 5,8 juta KM² yang merupakan 70% dari luas wilayah Indonesia yang memiliki padang lamun, daratan pasang surut dan hutan bakau yang luas. (Departemen Kehutanan, 2007). Luas potensial hutan mangrove Indonesia adalah 8,6 juta Ha yang terdiri atas 3,8 juta Ha terdapat kawasan hutan dan 4,8 juta Ha terdapat diluar kawasan hutan. Sementara itu, berdasarkan kondisi diperkirakan bahwa 1,7 juta Ha (44,73%) hutan mangrove di dalam kawasan hutan dalam keadaan baik dan 4,2 juta Ha (87,50%) hutan mangrove di luar kawasan hutan dalam keadaan rusak (Departemen Kehutanan, 2007). Pesisir merupakan wilayah peralihan dan interaksi ekosistem darat dan laut. Wilayah ini sangat kaya akan Sumber Daya Alamnya (SDA), yang terdiri dari sumber daya alam hayati dan sumber daya alam non hayati. Sumberdaya alam hayati wilayah pesisir Indonesia memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi. Beberapa bentuk sumber daya alam tersebut antara lain hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, rumput laut. Indonesia adalah salah satu Negara di kawasan iklim tropis yang sering disebut sebagai paru-paru dunia hutan alam

2 tropika yang luas dan sangat berperan dalam penentu iklim dunia. Salah satunya adalah hutan mangrove atau bakau yang terdapat di sepanjang wilayah pesisir pantai Indonesia. Indonesia memiliki sekitar 40% dari total hutan mangrove di dunia, dan dari jumlah itu sekitar 75% berada di Papua (www.mangrove.co.id). Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam pesisirnya. Kekayaan sumber daya pesisir tersebut mendorong berbagai pihak terkait (stakeholders) seperti instansi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memanfaatkannya. Pemanfaatan SDA di wilayah pesisir seperti halnya di kawasan hutan mangrove harus diimbangi dengan perbaikan kondisi di sekitar lingkungan wilayah pesisir khususnya pemanfaatan yang dilakukan di kawasan wilayah hutan mangrove. Mangrove merupakan suatu ekosistem hutan yang dapat tumbuh di daerah pasang surut air laut atau tepatnya di daerah pesisir pantai. Jenis-jenis tumbuhan yang dapat tumbuh dan hidup di kawasan ekosistem hutan mangrove yaitu nipah, palem rawa, pohon bakau, mangrove dengan jenis tumbuhan api-api, black mangrove dan banyak jenis mangrove lainnya yang kesemuanya itu sering disebut dengan istilah hutan mangrove atau hutan bakau. Hutan mangrove yang dahulu dianggap sebagai hutan yang kurang mempunyai nilai ekonomis, ternyata merupakan sumberdaya alam yang cukup berpotensi sebagai sumber penghasil devisa serta sumber mata pencaharian bagi masyarakat yang berdiam di sekitarnya (Darsidi, 1984). Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa akhir-akhir ini terlihat gangguangangguan yang cenderung dapat mengancam kelestarian hutan dan mengubah ekosistem mangrove menjadi daerah-daerah pemukiman, pertanian, perluasan

3 perkotaan dan lain sebagainya. Faktor utama penyebab gangguan ini adalah perkembangan penduduk yang pesat dan perluasan wilayah kota (Darsidi, 1984). Lingkungan hidup merupakan satu kesatuan di mana di dalamnya terdapat berbagai macam kehidupan yang saling ketergantungan. Hubungan antara manusia dengan lingkungan sangat erat, keduanya harus saling menguatkan, karena manusia sangat tergantung pada lingkungan, sedangkan lingkungan juga tergantung pada aktivitas manusia. Faktor penyebab kerusakan hutan mangrove, adalah pemanfaatan lahan yang berlebihan yang dilakukan manusia. Faktor yang mendorong aktivitas manusia untuk mengkonversi hutan mangrove dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga menimbulkan masalah lingkungan antara lain adalah: 1. Tekanan ekonomi masyrakat miskin yang tinggal sekitar hutan mangrove, sehingga terpaksa melakukan penebangan kayu mangrove untuk dijadikan kayu bakar, kayu bangunan dan arang untuk dijual ke pasar dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang sangat mendesak, 2. Rendahnya pengetahuan masyarakat akan manfaat, peran dan fungsi hutan mangrove terhadap perairan di sekitarnya yang berkaitan dengan kehidupan biota laut, 3. Keinginan untuk membuka pertambakan secara besar-besaran dengan harapan memperoleh keuntungan yang menjanjikan, namun tanpa dibekali pengetahuan yang memadai untuk melakukan budidaya udang dan ikan, 4. Lebih dipengaruhi oleh dominasi pertimbangan aspek ekonomi dari pada pertimbangan lingkungan hidup.

4 Solusi untuk menciptakan kondisi lingkungan yang baik di wilayah pesisir dengan ekosistem hutan mangrove, diperlukan adanya kerjasama antara masyarakat setempat atau siapapun yang menginvestasikan modalnya dengan instansi pemerintah terkait. Pengelolaan lingkungan secara berkesinambungan perlu dilakukan dengan pengawasan dan penanganan limbah yang memenuhi peraturan yang sudah dicanangkan, sehingga kehidupan biota laut di wilayah pesisir tetap lestari. Gangguan yang cukup besar terhadap hutan mangrove dapat menimbulkan erosi pantai, karena perlindungan yang diberikan oleh pohon-pohon mangrove sudah lenyap. Pantai pesisir akan berkurang dan tinggallah pantai sempit yang terdiri dari pasir atau kolam-kolam asin yang tak dapat dihuni. Maka pusat-pusat pemukiman pantai makin mudah diserang topan dan air pasang (Hadipurnomo, 1995). Hutan mangrove pada Pemerintahan Kota Langsa, Provinsi Aceh mengalami kerusakan yang cukup parah. Kawasan hutan mangrove yang memiliki arti penting bagi lingkungan tersebut rusak karena penebangan hutan mangrove untuk di jadikan areal tambak, arang, bahan bangunan dan kayu bakar oleh penduduk setempat. Akibat dari kerusakan hutan mangrove ini menyebabkan terjadinya abrasi pantai oleh gelombang laut dan apabila pasang, air laut merendam desa. Setiap pasang naik, garis pantai terus mengalami abrasi mendekati perkampungan yang di huni sekitar 756 keluarga.

5 Menurut Sastropoetro (1988) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat antara lain: 1. Pendidikan/pengetahuan; kemampuan membaca dan menulis, kemiskinan, kedudukan sosial dan percaya terhadap diri sendiri, 2. Penginterpretasian; kemampuan menerjemahkan konsep kedalam prilaku, 3. Kecenderungan untuk menyalah artikan motivasi, tujuan dan kepentingan organisasi penduduk, 4. Kesempatan kerja yang lebih baik, 5. Kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai program pembangunan. Berdasarkan pengamatan sementara secara umum dapat dikemukakan bahwa pengetahuan masyarakat tentang perlunya mangrove relatif rendah, sehingga tingkat kepekaan terhadap munculnya masalah baru akibat rusaknya hutan mangrove relatif tidak ada. Demikian juga halnya penginterpretasian dari keberadaan hutan mangrove belum berkembang secara positif, banyak masyarakat menganggap hutan mangrove adalah sumber energi kayu bakar, adanya kecenderungan menyalahartikan motivasi, tujuan dan kepentingan organisasi penduduk yang menanam hutan mangrove. Disamping itu keberadaan lapangan kerja yang minim, serta kesempatan berpartisipasi yang masih kecil. Sehingga pengetahuan, nilai sikap, perilaku dan wawasan mengenai lingkungan hidup perlu diberikan sejak dini kepada seluruh lapisan masyarakat dan peserta didik pada semua jalur dan jenjang pendidikan melalui pendidikan lingkungan. Pendidikan lingkungan adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai-

6 nilai dan isu lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang (Hasyim 2010). Melalui pendidikan lingkungan diharapkan dapat meningkatkan kepedulian anak didik terhadap lingkungan dan menanamkan nilai-nilai konservasi lingkungan sejak dini (Sharma dan Tan 1990). Pendidikan lingkungan perlu diberikan kepada generasi muda (siswa dan mahasiswa) karena mereka mempunyai posisi tawar (bargaining position) yang kuat dan amat strategis pada masa kini dan masa akan datang, mereka ini yang akan menggantikan peran generasi tua, untuk itu amat penting generasi muda dipersiapkan untuk mengetahui problematika lingkungan sejak dini (Setiawati 2009). Siswa sebagai salah satu subjek pendidikan memiliki peran dalam memecahkan masalah lingkungan. Oleh karena itu siswa harus dididik untuk mengetahui, menyadari dan meyakini akan adanya keterbatasan-keterbatasan alam yang memberikan kehidupan di bumi ini, siswa juga harus mengetahui penyebab kerusakan hutan mangrove dan dampaknya serta cara bersikap, bermotivasi dan harus terampil menanggulangi permasalahan hutan mangrove. Untuk itu perlu dikaji lebih dalam faktor faktor apa saja yang memengaruhi pengetahuan dan kepedulian siswa terhadap ekosistem mangrove.

7 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang memengaruhi pengetahuan dan kepedulian siswa terhadap pelestarian hutan mangrove yaitu : 1. Pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang manfaat ekosistem mangrove masih rendah. 2. Kesadaran dan kepedulian masyarakat yang tinggal di Kota Langsa untuk menjaga, memelihara, merawat, mencintai dan melestarikan ekosistem mangrove masih rendah. 3. Hutan mangrove yang terletak di Pemerintah Kota Langsa, Provinsi Aceh, mengalami kerusakan yang cukup parah. Kawasan hutan mangrove yang memiliki arti penting bagi lingkungan tersebut rusak karena penebangan hutan mangrove untuk di jadikan pelabuhan, perumahan, areal tambak, pariwisata, pembuatan arang, bahan bangunan dan kayu bakar oleh penduduk setempat. 4. Pendidikan masyarakat disekitar mangrove masih rendah. 5. Penghasilan masyarakat disekitar mangrove masih rendah. 1.3 Pembatasan Masalah Batasan masalah penelitian ini adalah faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pengetahuan dan kepedulian siswa terhadap ekosistem mangrove. Mengingat luasnya lingkup penelitian ini maka penelitian ini dibatasi pada : wilayah lokasi sekolah, jenis kelamin, lokasi tempat tinggal, pekerjaan orang tua pendidikan orang tua dan cara mendapatkan informasi tentang ekositem mangrove

8 dan subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas VIII SMP Negeri yang ada di Kota Langsa. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh wilayah lokasi sekolah terhadap tingkat Kota Langsa? 2. Apakah terdapat pengaruh wilayah lokasi sekolah terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa? 3. Apakah terdapat pengaruh jenis kelamin siswa terhadap tingkat Kota Langsa? 4. Apakah terdapat pengaruh jenis kelamin siswa terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa? 5. Apakah terdapat pengaruh lokasi tempat tinggal terhadap tingkat Kota Langsa? 6. Apakah terdapat pengaruh lokasi tempat tinggal terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa?

9 7. Apakah terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap tingkat Kota Langsa? 8. Apakah terdapat pengaruh pekerjaan orang tua terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa? 9. Apakah terdapat pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap tingkat Kota Langsa? 10. Apakah terdapat pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa? 11. Apakah terdapat pengaruh sumber informasi tentang ekosistem mangrove terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa? 12. Apakah terdapat pengaruh sumber informasi tentang ekosistem mangrove terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa?

10 1.5 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh wilayah lokasi sekolah terhadap tingkat pengetahuan ekosisten mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa. 2. Mengetahui pengaruh wilayah lokasi sekolah terhadap tingkat kepedulian ekosisten mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa. 3. Mengetahui pengaruh jenis kelamin anak terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa. 4. Mengetahui pengaruh jenis kelamin anak terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa. 5. Mengetahui pengaruh wilayah lokasi tempat tinggal terhadap tingkat Kota Langsa. 6. Mengetahui pengaruh wilayah lokasi tempat tinggal terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa. 7. Mengetahui pengaruh pekerjaan orang tua terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa. 8. Mengetahui pengaruh pekerjaan orang tua terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

11 9. Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap tingkat Kota Langsa. 10. Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa. 11. Mengetahui pengaruh sumber informasi informasi tentang ekosistem mangrove terhadap tingkat pengetahuan ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa. 12. Mengetahui pengaruh sumber informasi informasi tentang ekosistem mangrove terhadap tingkat kepedulian ekosistem mangrove pada siswa kelas VIII SMP Negeri Kota Langsa.

12 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada tenaga pendidik secara khusus guru bidang studi biologi, lembaga pemerintahan ataupun swasta yang terkait mengenai lingkungan, dan pembaca, baik yang bersifat teoritis maupun yang bersifat praktis. 1.6.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan tentang hutan mangrove. Mengetahui bagaimana hubungan antara kepedulian dan sikap orang tua, pengetahuan orang tua,dan penghasilan orang tua dapat meningkatkan pengetahuan dan kepedulian siswa terhadap hutan mangrove. 1.6.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi sekolah, pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat untuk lebih menciptakan kondisi yang baik agar pendidikan formal menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran masyarakat, sehingga sekolah dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan hutan mangrove.