2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nina Indriani, 2013

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Penjelasannya, Pasal 3.

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia haruslah dilakukan dalam konteks

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal penting yang bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN PENGGUNAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS Fitri Fajar SMA Negeri 1 Makassar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup. Nasional (UU No. 20/2003) Bab II Pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah [ sic! sic!

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

I. PENDAHULUAN. kita lakukan. Bukan untuk mencari jawaban semata, tetapi yang terlebih utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pula. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. karakter suatu bangsa dibangun dari proses pendidikan. Dalam Undang-undang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disampaikan pendahuluan penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Semua bagian dari pendahuluan disajikan satu per satu dalam bab ini. A. Latar Belakang Penelitian Pada abad ke-21 dunia pendidikan di Indonesia semakin dihadapkan pada tantangan yang semakin berat. Tantangan tersebut ialah kesadaran terhadap bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Salah satu hal mendasar saat memasuki abad ke-21 adalah gelombang globalisasi yang dirasakan kuat dan terbuka. Proses pendidikan harus sesuai dengan tuntutan zaman, sehingga perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi membawa pada perubahan dalam semua aspek kehidupan, khususnya proses pendidikan. Dalam dunia pendidikan pada masa depan, siswa dituntut mampu menghadapi kehidupan bermasyarakat yaitu dalam dunia nyata yang penuh dengan rintangan, tidak terstruktur dengan baik dan tidak pasti. Kehidupan bermasyarakat menuntut kepekaan, toleransi, dan kerja sama, kritis, melek informasi agar mampu memecahkan masalah-masalah yang terjadi. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 dijelaskan tentang fungsi dan tujuan pendidikan yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sedangkan tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Di samping itu sistem pendidikan nasional harus mampu

menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaruan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Pembaruan dalam bidang pendidikan harus dimulai dari bagaimana anak belajar, dan bagaimana cara guru mengajar. Salah satu kebijakan yang telah disiapkan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) adalah inovasi kurikulum. Dakir (2004: 3) mengemukakan bahwa kurikulum merupakan salah satu yang berperan penting dalam pendidikan. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar, pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan, dirancang secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku, dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan, dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum berlandaskan filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Desain yang telah dibuat oleh para ahli sebagai pedoman kepada pelaksana pendidikan khususnya guru untuk mengetahui perkembangan siswa, mencapai tujuan bersama baik siswa, keluarga maupun masyarakat. Kurikulum 2013 merupakan salah satu yang disiapkan pada era globalisasi ini. Sebagaimana dalam kurikulum 2013, proses pembelajaran yang efektif ialah dengan Pendekatan Scientific (Problem Based Learning, Discovery, dan Project Based Learning) yang mengedepankan pengalaman personal melalui observasi (menyimak, melihat, membaca, dan mendengar), asosiasi, bertanya, menyimpulkan, dan mengomunikasikan sehingga tercapai pembelajaran yang dilaksanakan dalam dunia nyata dan berguna untuk kehidupan. Kurikulum 2013 merupakan sebuah inovasi dalam pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 perubahan proses pembelajaran dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu. Pembelajaran dirancang secara aktif melalui Pendekatan Scientific (Problem

Based Learning, Discovery, dan Project Based Learning) sehingga pendidikan nasional dalam Undang-undang Nomor 20 akan tercapai. tujuan Pembelajaran adalah suatu kegiatan interaksi antara siswa, dan guru yang mempunyai empat komponen, yaitu: tujuan, materi, proses, dan evaluasi. Komponen proses pembelajaran seharusnya lebih diperhatikan karena dari proses pembelajaran siswa diharapkan mengalami perubahan perilaku menjadi lebih baik. potensi, bersifat relatif permanen sebagai akibat dari latihan, dan pengalaman. Dalam pembelajaran siswa dituntut untuk aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Penelitian Imanuddin (dalam Suardi, 2012: 5) menunjukkan adanya kaitan proses belajar, dan hasil belajar yang dalam studi pendahuluan menunjukkan pelaksanaan pembelajaran masih menekankan pada aspek pengetahuan, dan masih jarang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, belajar bukan hanya sekadar menghafal, akan tetapi bagaimana peserta didik mampu mengonstruksi sendiri dalam memahami konsep, mampu menghubungkan informasi baru, dan ide-ide pengalaman pribadinya. Pembelajaran masih mengandalkan pembelajaran berpusat pada guru, dan kurang mengaktifkan peran serta peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran di sekolah belum maksimal. Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional yang paling banyak digunakan baik dalam kurikulum Sekolah Dasar (SD) sebagai salah satu muatan lokal, di Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi (PT). Dalam pembelajaran Bahasa Inggris ada empat kemampuan yang harus dikuasai siswa, di antaranya ialah listening skill, speaking skill, writing skill, dan reading skill. Untuk memiliki kemampuan ini guru sebaiknya menggunakan pendekatan untuk keempat kemampuan ini. Sebagaimana penjelasan di atas salah satu kunci utama kemajuan suatu bangsa adalah pendidikan dalam hal ini kurikulum yang telah dibuat, namun pelaksanaan pendidikan khususnya pembelajaran yang ada di Sekolah Menengah Pertama (SMP) mulai dari penjelasan materi, penyajian contoh-contoh soal beserta penyelesaiannya masih didominasi oleh guru yang mengakibatkan siswa tidak

aktif dalam proses pembelajaran. Guru-guru Bahasa Inggris masih menggunakan metode ceramah, dan belum sepenuhnya menggunakan model-model pembelajaran yang menarik, guru-guru beranggapan bahwa tidak menggunakan model ataupun menggunakan model sama saja, ada juga sebagian guru yang beranggapan menggunakan model hanya menghabiskan waktu sehingga kurikulum tidak tercapai. Reading skill merupakan salah satu aspek dari empat aspek kemampuan dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Dalam paradigma baru, kurikulum menekankan hubungan yang kuat antara kemahiraksaraan, dan isi. Siswa untuk membaca, menulis, dan berpikir kritis untuk keaktifan belajar mandiri. Siswa belajar cara menemukan, dan menguasai isi bacaan. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, siswa dilatih memahami bacaan tetapi membaca dalam pembelajaran Bahasa Inggris masih menjadi persoalan yang serius bagi sebagian besar siswa Indonesia. Data dari Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa kemampuan membaca yang dimiliki remaja Indonesia menempati rangking 64 dengan skor rata-rata 396. Subyek penelitian program ini adalah para peserta didik usia 15 tahun. Kisi-kisi penilaiannya dinilai dari segi kualitas, equitas, dan efisiensi pengetahuan dan keterampilan kunci yang diperlukan dalam partisipasi pada peradaban modern, meliputi matematik, membaca, ilmu pengetahuan umum, dan pemecahan masalah (OECD, 2012: 5). Hasil PISA 2000 2009 standar isi membaca SMP, implementasi modelmodel pembelajaran aktif dan kontekstual, serta karakteristik soal pada UAS dan UN yang digunakan berisi kompetensi membaca dengan jenis teks. menunjukkan tingkat berpikir siswa masih 18% berisi kompetensi dasar yang membelajarkan tingkat berpikir refleksi evaluatif (Harsiati, 2006 dalam Seminar PISA 2000 2009: 11). Kompetensi dasar berupa mengomentari berita, membahas nilai, merefleksi isi cerpen, dan menganalisis unsur instrinsik, seharusnya pembelajaran maksimal ada relevan dengan kemampuan merefleksi dan mengevaluasi. Pembelajaran dengan merangsang pola pikir kreatif dan berpikir kritis kurang

diimplementasikan sehingga PISA dengan soal yang banyak berfokus pada kemampuan refleksi dan mengevaluasi kurang dapat dicapai secara maksimal. Tiga hasil studi internasional menyatakan, bahwa kemampuan siswa Indonesia untuk semua bidang yang diukur secara signifikan ternyata berada di bawah ratarata skor internasional yang sebesar 500. Jika dibandingkan dengan siswa internasional, siswa Indonesia hanya mampu menjawab soal dalam kategori rendah dan sedikit sekali, bahkan hampir tidak ada yang dapat menjawab soal yang menuntut pemikiran tingkat tinggi. Analisis tren kemampuan siswa Indonesia dalam membaca berdasarkan hasil PISA 200-2009 Literasi membaca pada PISA merupakan kemampuan seorang dalam memahami, menggunakan, dan merefleksikan teks atau bacaan tertulis untuk mencapai tujuan. Kemampuan literasi membaca berkaitan erat dengan kemampuan berpikir, kemampuan bernalar, dan kreativitas yang diperlukan seseorang untuk hidup di zaman informasi. Pada zaman era globalisasi seorang baru bisa dikatakan memiliki kemampuan literasi jika sudah bisa memahami sesuatu karena membaca dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahaman bacaannya. Membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari sebuah teks. (Hirai L. Cook, Irene Borrego, Emilio Garza, dan Calrl T. Klock dalam Seminar PISA, 2011: 3) Berdasarkan hasil analisis PISA juga ditemukan bahwa kemampuan merefleksi dan mengevaluasi isi teks merupakan keterampilan paling sulit dibandingkan keterampilan mengungkapkan kembali informasi. Di samping itu hasil literasi membaca yang masih di bawah rata-rata kemampuan internasional karena ketahanan membaca yang masih rendah dari siswa. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami bacaan disebabkan oleh beberapa permasalahan di antaranya: siswa jarang membaca teks yang diberikan guru, karena kurang menarik, apalagi teksnya panjang sedangkan penguasaan kosakata siswa minim. Salah satu kebiasaan guru dalam pembelajaran adalah guru meminta siswa untuk membaca teks selama waktu tertentu, kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk dijawab secara individu. Indikator

penyebab rendahnya pemahaman membaca adalah siswa lebih asyik bermain dengan peralatan teknologi saat ini. Waktu untuk membaca hanya sedikit mereka gunakan, sehingga ketidakbiasaan membaca membuat siswa sulit untuk memahami sebuah bacaan yang diberikan guru. Kemudian sebagian guru beranggapan bahwa siswa SMP sudah bisa memiliki reading skill dan dianggap tidak penting dibandingkan dengan writing skill, listening skill, dan speaking skill. Kemampuan membaca merupakan sebuah keterampilan yang kelihatannya sederhana, tapi kenyataannya sulit untuk diterapkan, karena dipengaruhi oleh minat individu. Membaca sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan karena untuk mentransfer ilmu pengetahuan paling banyak dilakukan melalui membaca. Apabila budaya membaca sudah ada pada diri masing-masing siswa, maka siswa akan mudah memahami sebuah teks bacaan. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami bacaan sebagaimana dikemukakan oleh Ismair S.s. (2009: 7) dalam penelitiannya tentang kesulitan siswa dalam memahami bacaan yang disebabkan siswa jarang membaca teks Bahasa Inggris (Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw Terhadap Kemampuan Memahami Teks Bahasa Inggris). Selanjutnya masalah yang menghambat pembelajaran Bahasa Inggris pada lembaga-lembaga pendidikan formal (Sekolah Menengah Pertama) yang teridentifikasi di antaranya bahwa pembelajaran Bahasa Inggris pada umumnya masih bersifat teacher oriented, dan konvensional. Sebagaimana dikemukakan oleh Rustel Ginting, kelemahan guru selama ini dalam proses pembelajaran adalah lemahnya dalam inovasi pembelajaran, pembelajaran dilakukan selalu berpusat pada guru (teacher oriented) sehingga banyak kreativitas siswa tidak muncul. Rustel Ginting mengemukakan (Jurnal Suara Pendidikan ISSN 0852-016X, 2012: 7) bahwa: Bahasa Inggris merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek bahasan yang sangat luas dan dibangun melalui proses penalaran dinamis, sehingga keterkaitan antarkonsep dalam Bahasa Inggris bersifat penjelasan, agar mudah dimengerti siswa, proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa, dan

tujuan pembelajaran Bahasa Inggris adalah untuk melatih cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten. Masih rendahnya hasil dan proses pembelajaran dalam Bahasa Inggris dan belum optimalnya proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dalam menunjang peningkatan kemampuan reading skill dilihat dari observasi awal dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SMPN 29 Bandung, tidak jauh berbeda dengan permasalahan yang dihadapi oleh sekolah lain pada umumnya. Hasil observasi dan wawancara dengan guru Bahasa Inggris pada tanggal 04 Oktober dan 14 November di SMPN 29 Bandung, ada beberapa permasalahan yang ada ketika proses pembelajaran berlangsung di antaranya sebagai berikut. 1. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami bacaan terlihat dari siswa sulit menemukan ide utama dan sulit menjawab soal dari sebuah teks bacaan. 2. Proses pembelajaran Bahasa Inggris (reading Skill) selama ini masih berpusat dari guru dan jarang menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. 3. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih aktif, berpikir kritis, dan kreatif. Dari berbagai fakta yang ditemukan dari wawancara dengan guru, sumber media, dan fakta di lapangan dapat disimpulkan bahwa: 1) pembelajaran membaca masih menggunakan pendekatan pembelajaran yang kurang inovatif; 2) siswa jarang membaca teks Bahasa Inggris menjadikan rendahnya tingkat pemahaman terhadap isi bacaan yang dibaca; dan 3) rendahnya pemahaman tersebut membuat siswa sulit menjawab soal yang diberikan. Pembelajaran Bahasa Inggris idealnya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan bagi siswa dan guru, apalagi tuntutan kurikulum saat ini, siswa yang berperan aktif dalam menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran. Sebagaimana hasil observasi, dan wawancara dengan guru SMPN 29, diketahui bahwa pendekatan pembelajaran yang biasa digunakan guru masih berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Untuk menciptakan pembelajaran Bahasa Inggris yang aktif, berpikir kritis, dan menyenangkan, guru harus

menyiapkan pendekatan, model, metode, strategi pembelajaran yang tepat, dan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Arend dalam Ani Minarni (2013: 47) mengemukakan bahwa pembelajaran masa kini hendaknya berpusat pada siswa yaitu bercirikan membangun berbagai kondisi untuk bahan penyelidikan siswa, melibatkan siswa dalam perencanaan, mendorong dan menemukan ide-ide siswa, dan lain-lain. Banyak model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan Reading Comprehension siswa, penelitian-penelitian juga sudah banyak yang telah menerapkan berbagai model-model pembelajaran. Tinggal bagaimana kreativitas guru dalam mengelola pembelajaran, dan memilih model yang sesuai dengan materi ajar. Menerapkan model-model dalam pembelajaran, membuat siswa lebih termotivasi sehingga pembelajaran yang selama ini teacher oriented menjadi student oriented. Cirinya ialah proses pembelajarannya menjadi variatif, inovatif, dan konstruktif. Penulis menyimpulkan bahwa perlu adanya model pembelajaran untuk meningkatkan Reading Comprehension dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Model pembelajaran yang dapat dijadikan solusi untuk meningkatkan kemampuan Reading Comprehension siswa yaitu dengan menggunakan model Problem Based Learning dalam pembelajaran Bahasa Inggris agar memudahkan siswa memahami bacaan, siswa akan berpikir kritis dan menjadi kreatif dalam menjawab soal yang diberikan guru. Beberapa penelitian sebelumnya dilakukan oleh Satyawati Surya (2011) bahwa untuk meningkatkan kemampuan Reading Comprehension siswa melalui Problem Based Learning terbukti mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. terungkap mengalami peningkatan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Rustel Ginting dengan judul jurnal Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-2 SMP Negeri 1 Tiga Panah pada Pelajaran Bahasa Inggris mengalami peningkatan. Selanjutnya penelitian Ida Handayani Hasibuan (2010) dengan judul tesis The Effect of Problem Based Learning and Project Based Learning on Student Reading Comprehension of Narative Text yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

Problem Based Learning lebih efektif untuk Reading Comprehension daripada Project Based Learning. Berdasarkan permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam Reading Comprehension pada mata pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Menengah Pertama (SMP) masih rendah, sehingga perlu adanya model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan Reading Comprehension siswa. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan kajian pada latar belakang masalah, dapat disimpulkan bahwa kemampuan Reading Comprehension siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris di SMP masih rendah. Rendahnya kemampuan Reading Comprehension siswa disebabkan oleh beberapa faktor baik dalam maupun faktor luar. Faktor dalam dipengaruhi oleh pengetahuan, kemampuan kognitif, dan motivasi siswa, sedangkan faktor luar berupa penguasaan teks, konteks, dan kemampuan guru dalam memberikan materi pembelajaran. Faktor-faktor tersebut harus menjadi pertimbangan penting dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dari hasil identifikasi masalah, faktor-faktor yang memiliki keterkaitan dengan kemampuan Reading Comprehension adalah sebagai berikut. 1. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami bacaan karena siswa jarang membaca teks yang diberikan guru yang disebabkan teksnya panjang dan kurang menarik sedangkan penguasaan kosakata siswa minim. Hal itu ditambah dengan salah satu kebiasaan guru dalam pembelajaran adalah guru meminta siswa untuk membaca teks selama waktu tertentu kemudian mengajukan pertanyaanpertanyaan kepada siswa untuk dijawab secara individu.

2. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami bacaan disebabkan penyampaian materi masih berpusat kepada guru (teacher oriented), sehingga keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar menjadi rendah dan tidak menyenangkan bagi siswa, karena teks yang diberikan hanya diberikan kepada siswa secara langsung. 3. Guru beranggapan bahwa siswa SMP sudah bisa reading skill dan dianggap tidak penting dibandingkan dengan writing skill, listening skill, dan speaking skill. Banyaknya faktor yang memengaruhi rendahnya Reading Comprehension siswa. Mengingat luasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan Reading Comprehension siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris di SMP dengan menggunakan model Problem Based Learning. Penelitian ini dibatasi juga dengan ruang lingkup variabel penelitian, lokasi penelitian, dan subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan variabel bebas (Model Problem Based Learning) dan variabel terikat (Kemampuan Reading Comprehension), lokasi penelitian di SMPN 29 Bandung dan subjek penelitiannya siswa kelas VIII G. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah tersebut yang telah dikemukakan di atas dan untuk memberikan gambaran mengenai masalah yang diteliti. Maka permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah efektivitas penerapan model Problem Based Learning dalam meningkatkan kemampuan Reading Comprehension siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris? D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas penerapan model Problem Based Learning dalam pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan Reading Comprehension siswa SMP. E. Manfaat Penelitian Temuan penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi ilmu pendidikan khususnya dalam pembelajaran. Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam dua hal, sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dalam mengkaji, dan menguji konsep model Problem Based Learning dalam meningkatkan kemampuan Reading Comprehension. Selanjutnya mengetahui kajian teori tentang pembelajaran Bahasa Inggris dengan menggunakan model Problem Based Learning dan mengembangkan model pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa serta memperoleh konsep baru dalam peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan pada masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap upaya pemahaman dan aplikasi pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Adapun secara operasional diharapkan hasil penelitian ini juga dapat digunakan baik untuk para pendidik yang terlibat langsung maupun yang tidak langsung di dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran, sebagai berikut. a. Bagi guru, Model Problem Based Learning dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran dalam upaya meningkatkan Reading Comprehension siswa. b. Bagi siswa, penggunaan Model Problem Based Learning dapat memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam pembelajaran meningkatkan Reading Comprehension siswa.

c. Bagi peneliti, dapat menerapkan teori teori yang didapat dalam perkuliahan serta dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta pengalaman peneliti mengenai pembelajaran di lembaga pendidikan yang akan sangat berguna bagi peneliti sebagai seorang calon pendidik.