HUBUNGAN PENAMPILAN PERAN DENGAN STRES PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI UNIT HEMODIALISA RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Naskah Publikasi Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Pada Program Studi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ARUM PUSPITASARI 20100320047 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014
Naskah Publikasi
Hubungan penampilan peran dengan stres pada pasien gagal ginjal kronik di unit hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul. The relationship of the appearance of roles with Stress in Patients with Chronic Kidney Disease on Hemodialysis Unit in Panembahan Senopati Bantul Hospital Arum puspitasari 1, Sutejo 2 Sarjana Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UMY 1, Staf Pengajar Jurusan keperawatan poltekes kemenkes Yogyakarta 2 Korespondensi: Program Studi Ilmu Keperawatan FKIK, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia. Telepon: 085729351134 Email : arum_puspitasari19@yahoo.co.id INTISARI Latar belakang : Pasien yang mengalami gagal ginjal sebagian besar terus berkembang secara perlahan penyakitnya hingga fungsi ginjal semakin memburuk sampai ginjal kehilangan fungsinya. Pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik dapat mempertahankan hidupnya lebih lama dan berkualitas dengan hemodialisis (cuci darah). Terapi rutin gagal ginjal yang dilakukan harus bisa diintegrasikan oleh pasien kedalam kehidupan kesehariannya. Keterbatasan fisik yang dialami pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis akan mengalami perubahan penampilan peran dalam keluarga maupun peran sosial. Perubahan penampilan peran yang terjadi pada pasien gagal ginjal kronik merupakan salah satu faktor penyebab stress. Tujuan : Penelitian ini untuk mengetahui hubungan penampilan peran dengan stres pada pasien gagal ginjal kronik di unit hemodialisa di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi diskriptif dengan rancangan studi cross sectional. Jumlah sampel adalah 61 responden yang diambil dengan metode sampling aksidental. Uji statistik menggunakan spearman rank dengan tingkat kemaknaan p<0.05. Hasil : Penelitian menunjukkan bahwa angka z= sig. (2-tailed) adalah 0,00 masih lebih kecil dari pada batas kritis 0,05 (0,00<0,05). Penampilan peran didominasi dengan penampilan peran tidak efektif sejumlah 50 responden. Stres didominasi dengan stres sedang sejumlah 39 responden. Kesimpulan : Ada hubungan antara penampilan peran dengan stres yang dialami pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di unit hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul 2014. Keluarga diharapkan
dapat memberikan dukungan emosional untuk meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisa. Kata Kunci: Penampilan peran, Pasien hemodialisa, Stres ABSTRACT Background : The patients with renal failure mostly continued to grow slowly until the disease worsened renal function to renal function loss. The patients with chronic kidney disease can maintain the quality of life for longer with hemodialysis (dialysis). Routine treatment of kidney failure that is done must be integrated into everyday life by patients. Physical limitations which are experienced by patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis therapy will change the appearance of a role in the family and social roles. The changes in the appearance of the role that occur in patients with chronic kidney disease is one of the factors causing stress. purpose : of this study was to determine the relationship of the appearance of roles with stress in patients with chronic kidney disease on hemodialysis units in Panembahan Senopati Bantul hospital. Method: This research is a descriptive correlation study with a crosssectional study design. The number of samples was 61 respondents which were drowned with accidental sampling method. The statistical test uses Spearman rank with a significance level of P <0.05. Results: The study showed that the number z = sig. (2-tailed) is 0.00 is still smaller than the critical limit of 0.05 (0.00 <0.05). Role performance role performance is dominated by a number of 50 respondents ineffective. Stress is dominated by stress are a total of 39 respondents. Conclusion: There is a relationship between the appearance of role stress experienced by patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy in hemodialysis units Panembahan Senopati Bantul Hospital Family 2014 is expected to provide emotional support to improve the quality of life of patients with chronic kidney disease undergoing hemodialysis therapy. Keywords: Patients on hemodialysis, Role perfomance, Stress.
A. PENDAHULUAN Gagal ginjal adalah suatu kondisi dimana fungsi ginjal mengalami penurunan sehingga tidak mampu lagi untuk melakukan filtrasi sisa metabolisme tubuh dan menjaga keseimbangan cairan elektrolit seperti sodium dan kalium di dalam darah atau urin. Penyakit ini terus berkembang secara perlahan hingga fungsi ginjal semakin memburuk sampai ginjal kehilangan fungsinya. Gagal Ginjal kronik (GGK) adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progesif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolic ( toksik uremik ) di dalam darah 1. Data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan 59% kematian di Indonesia disebabkan penyakit tidak menular, yang membutuhkan biaya pengobatan yang sangat besar yaitu salah satunya penyakit gagal ginjal kronik 3. Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal kronik yang cukup tinggi. Peningkatan penderita penyakit ini di Indonesia mencapai angka 20%. Berdasarkan PDPERSI (perhimpunan rumah sakit seluruh Indonesia) menyatakan jumlah penderita gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk. Jumlah penderita ginjal kronik diperkirakan sekitar 150 ribu pasien 2. Terapi pengganti yang dapat dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal tahap akhir adalah dengan hemodialisis dan transplantasi ginjal. Manfaat transplantasi sudah jelas terbukti lebih baik dibandingkan dengan hemodialisis terutama dalam hal perbaikan kualitas hidup pasien. Terapi ini adalah terapi yang paling ideal, karena mengatasi seluruh jenis penurunan fungsi ginjal, Di sisi lain hemodialisis dan dialysis peritoneal hanya mengatasi akibat dari sebagian jenis penurunan fungsi ginjal sehingga pasien mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap tindakan ini 3.
Klien dengan hemodialisis jangka panjang sering merasa khawatir akan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya. Mereka biasanya menghadapi masalah financial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, depresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian 4. Kondisi ini membuat gangguan fisik dan psikologis semakin terasa oleh pasien dan membuat kehidupan pasien menjadi tidak normal akibat keterbatasan yang dimiliki, sehingga akan mengganggu kehidupan sosialnya 5. Perubahan yang terjadi pada pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis adalah perubahan konsep diri salah satu perubahan konsep diri itu adalah perubahan penampilan peran yang terjadi pada pasien gagal ginjal kronik dari sehat ke sakit yaitu kehilangan pekerjaan, perubahan peran dalam keluarga, dan perubahan peran pada masyarakat sekitar merupakan salah satu faktor penyebab stres 6. Status pekerjaan, kehilangan pekerjaan, rasa kehilangan peran dalam keluarga dan sosial merupakan faktor risiko stress berat menuju kearah depresi baik pada populasi normal maupun populasi dengan penyakit kronik dan pada kenyataannya status pekerjaan akan berpengaruh terhadap status ekonomi 5. Stres merupakan gangguan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan 7. Keadaan ketergantungan pada mesin dialisa seumur hidupnya serta penyesuaian Diri terhadap kondisi sakit mengakibatkan terjadinya perubahan dalam kehidupan klien. Perubahan dalam kehidupan, merupakan salah satu pemicu terjadinya stres. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di unit hemodialisa RSUD panembahan senopati Bantul pada tanggal 22 November 2013, wawancara kepada enam orang pasien gagal ginjal kronik yang sedang melakukan terapi hemodialisa. Pasien terdiri dari dua orang laki laki dan empat orang pasien berjenis kelamin perempuan.
Pasien yang mengatakan mengalami perubahan peran, dari enam pasien lima diantaranya mengalami perubahan peran yang sangat signifikan karena mereka kehilangan pekerjaan yang dulu mereka tekuni. Hal tersebut mengakibatkan masalah baru berupa berkurangnya aktivitas dan masalah keuangan pada keluarganya. Pasien mengatakan bahwa mereka adalah tulang punggung keluarga. karena keterbatasan fisik yang mereka alami, mereka tidak lagi mengikuti kegiatan dimasyarakat semenjak mereka sakit. Seluruh pasien yang diwawancarai mengatakan sedih, pusing dan khawatir memikirkan kehidupan yang akan datang karena mereka menganggap sudah tidak bisa bekerja lagi untuk menghidupi keluarganya dan merasa diasingkan oleh masyarakat dan lebih suka mengurung diri dirumah. Dari fenomena tersebut peneliti ingin melakukan penelitian tentang hubungan penampilan peran dengan stres pada pasien gagal kronik di unit hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul. B. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasi diskriptif dengan rancangan studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan penampilan peran dengan stres pada pasien gagal kronik di unit hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul. Pada penelitian ini menggunakan sampling aksidental dengan populasi jumlah pasien gagal ginjal kronik yang melakukan terapi gagal ginjal kronik pada bulan Februari 2014 sebanyak 156 pasien. Besar sampel dalam penelitian ini telah diketahui jumlah sampelnya sehingga dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Nursalam, 2013) yaitu :
N 156 n= = 1+ N(d) 2 1 + 156(0,1) 2 = 60, 94 = 61 Keterangan : n : jumlah sampel N : jumlah populasi d : tingkat signifikansi (0,1) Penelitian ini menggunakan 61 responden sebagai sampel penelitian.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden Pasien Gagal Kronik di Unit Hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul pada Bulan Juni 2014 (n=61) Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) 1. Jenis Kelamin a. Laki-laki 23 37,70 b. Perempuan 38 62,30 2. Usia a. 20-40 19 31,14 b. 41-65 37 60,65 c. 66-75 5 8,19 3. Pendidikan Akhir a. Tidak Sekolah 6 9,80 b. SD 22 36,10 c. SMP 11 18,00 d. SMA 18 29,50 e. Sarjana 4 6,60 4. Pekerjaan a. Buruh 8 13,10 b. IRT 19 31,10 c. Pelajar 1 1,60 d. Petani 10 16,40 e. PNS 5 8,20 f. Wirausaha 18 29,50 5. Hemodialisa 1 Minggu a. 1 kali 19 31,10 b. 2 kali 42 68,90 6. Lama Terapi a. < 1 Tahun 17 27,90 b. 1-2 Tahun 23 37,70 c. 3-4 Tahun 17 27,90 d. >4 Tahun 4 6,60 Sumber : data primer diolah 2014 Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa pasien RSUD Panembahan Senopati Bantul yang rutin melakukan terapi hemodialisis
di dominasi oleh perempuan yaitu berjumlah 38 orang sedangkan lakilaki berjumlah 23 orang. Pasien RSUD Panembahan Senopati Bantul yang rutin melakukan terapi hemodialisis paling banyak didominasi oleh kelompok usia pada usia dewasa menengah 41-65 tahun sebanyak 37 orang sedangkan tingkat pendidikan pasien kebanyakan memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 22 orang dan yang paling sedikit adalah lulusan Sarjana sebanyak 4 orang. Gambaran pekerjaan pasien RSUD Panembahan Senopati Bantul yang rutin melakukan terapi hemodialisis. Frekuensi terbanyak terdapat dalam kelompok pekerjaan IRT sebanyak 19 orang dan yang paling sedikit adalah kelompok pelajar sebanyak 1 orang. Responden pasien RSUD Panembahan Senopati yang rutin melakukan terapi hemodialisis didominasi oleh pasien dengan lama terapi 1-2 tahun sebanyak 38 orang. Dari hasil penelitian diperoleh pasien yang melakukan terapi hemodialisa didominasi terapi 2 kali dalam seminggu sejumlah 42 orang. Lama terapi responden berdasarkan hasil penelitian diperoleh rentang waktu pertama kali terapi sampai dengan 8 tahun. Di antara kelompok tabel lama terapi di atas frekuensi terbanyak terdapat pada kelompok dengan lama terapi 1-2 tahun sebanyak 23 orang dan yang terkecil terdapat pada kelompok dengan lama terapi lebih dari 4 tahun sebanyak 4 orang. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penampilan Peran Pasien Gagal Kronik di Unit Hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul pada Bulan Juni 2014 (n=61) Variabel Frekuensi (n) Persentase (%) penampilan peran Efektif 11 18,00 Tidak Efektif 50 82,00 Sumber : data primer diolah 2014
Berdasarkan hasil data yang di tabel 2 menunjukkan bahwa penampilan peran pasien gagal ginjal kronik di unit hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul pada bulan Juni 2014 didominasi penampilan peran tidak efektif sejumlah 50 responden. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden yang Mengalami Stres pada Pasien Gagal Kronik di Unit Hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul pada Bulan Juni 2014 (n=61) Kategori Stres Frekuensi (n) Presentasi (%) Rendah 15 24,60 Sedang 39 63,90 Berat 7 11,50 Sumber : data primer diolah 2014 Berdasarkan tabel diatas kategori stres pada pasien gagal ginjal kronik di unit hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul didominasi stress sedang sebanyak 39 orang (63,9%). Tabel 4. Distribusi Frekuensi Penampilan Peran Dengan Stres Pasien Gagal Kronik di Unit Hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul pada Bulan Juni 2014 (n=61) Penampilan Peran Karakteristik Subjek Efektif Tidak Efektif (n) (%) (n) (%) P value Stres Pasien Rendah 11 18,0 4 6,6 0,000 Sedang 0 0,0 39 63,9 Berat 0 0,0 7 11,5 Sumber : data primer diolah 2014
Berdasarkan tabel 4 bahwa pada pasien dengan penampilan peran efektif dan hanya mengalami stress ringan, berjumlah 11 orang (18,0%) dan tidak ada pasien yang mengalami stress sedang ataupun berat pada penampilan peran efektif. Pada penampilan peran yang tidak efektif paling banyak didominasi oleh pasien yang mengalami stress sedang yaitu sebanyak 39 orang (63,9%), lainnya yang mengalami stress rendah sebanyak 4 orang (6,6%), dan stress berat sebanyak 7 orang (11,5%). Berdasarkan tabel 4 juga menunjukkan bahwa angka z= sig. (2- tailed) adalah 0,00 masih lebih kecil dari pada batas kritis 0,05 (0,00<0,05). Maka dapat diambil kesimpulan bahwa H 0 ditolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara penampilan peran dengan stres yang dialami pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di unit hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul 2014. D. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara penampilan peran dengan stres yang dialami pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di unit hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul 2014. Penampilan peran merupakan cara individu melakukan peran yang berarti. Peran yang dimaksud mencakup peran sebagai orang tua, pengawas, atau teman dekat 6. Peran adalah pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di beberapa kelompok sosial. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap peran yaitu: (a) kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran, (b) anggapan yang konsisten dari orang orang yang berarti terhadap perannya, (c) kecocokan dan keseimbangan antar-peran yang diembannya, (d) keselarasan norma budaya dan harapan individu terhadap perilaku, dan
(e) pemisahan situasi yang akan menciptakan penampilan peran yang tidak sesuai 7. Dampak terapi hemodialisis, klien dengan hemodialisis jangka panjang sering merasa khawatir akan kondisi sakitnya yang tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya. Mereka biasanya menghadapi masalah financial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, depresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan terhadap kematian. Klien yang usianya masih muda, mereka takut akan perkawinannya, anak-anak yang dimilikinya dan beban yang ditimbulkan pada keluarga mereka. Gaya hidup klien hemodialisis dan pembatasan asupan makanan serta cairan yang sering menghilangkan semangat hidup klien dan keluarganya. Hal ini sebagai stressor bagi klien 4. Dengan lamanya terapi, dan dilakukan rutin setiap minggunya mengakibatkan peran pasien dalam kehidupan sehari-harinya terganggu sehingga masalah dalam peran yang diampunya menjadi menumpuk. Menumpuknya masalah tersebut menyebabkan pasien mengalami depresi/stres. depresi/stres adalah perasaan sedih yang dialami oleh semua orang dan dapat mempengaruhi aktivitas, pola makan, tidur, konsentrasi dan bahkan mempunyai gagasan untuk bunuh diri 8. Pasien yang mengalami gagal ginjal otomatis mengalami penurunan fungsi tubuh yang menyebabkan pasien merasa tidak berguna yang secara emosional mempengaruhi proses interaksi dengan keluarga, kerabat, dan orang lain. Hal ini peran pasien menjadi terganggu, pasien menjadi cepat marah dan sering menutup diri di dalam berinteraksi. Kondisi di atas menunjukkan bahwa pasien sudah mengalami depresi atau stress 9. Pasien hemodialisa mempunyai keterbatasan peran dalam kehidupannya di keluarga dan dimasyarakat. Terapi hemodialisa akan mengurangi waktu aktivitas pasien, sehingga dapat menimbulkan konflik
pada diri pasien atau peran pasien dalam social berkurang 10. Didapatkan sebagian besar pasien mengeluh kegiatan rutin hemodialisa mengganggu pekerjaan dan aktivitasnya sehari-hari. Peneliti berpendapat bahwa kemampuan bersosialisasi dirasakan berat oleh pasien yang menjalani terapi hemodialisa, dipengaruhi oleh aspek keterbatasan meliputi kapasitas fisik, yang dapat mengganggu pekerjaan dan aktivitas pasien di masyarakat. Pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialis, membutuhkan waktu 12-15 jam untuk dialisis setiap minggunya, atau paling sedikit 3-4 jam per kali terapi. Kegiatan ini akan berlangsung terus-menerus sepanjang hidupnya 10. Hal inilah yang menyita waktu dan tenaga bagi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa, sehingga terjadilah perubahan, terutama perubahan penampilan peran. Keadaan ketergantungan pada mesin dialisis seumur hidupnya serta penyesuaian diri terhadap kondisi sakit mengakibatkan terjadinya perubahan dalam kehidupan pasien. Perubahan dalam kehidupan merupakan salah satu pemicu terjadinya stres. Perubahan tersebut dapat menjadi variabel yang diidentifikasikan sebagai stressor 11. Perubahan dalam kehidupan merupakan salah satu pemicu terjadinya stres. Perubahan tersebut dapat menjadi variabel yang diidentifikasikan sebagai stressor 11. Pasien biasanya menghadapi masalah keuangan, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan atau penampilan peran, dorongan seksual yang menghilang serta impotensi, khawatir terhadap perkawinan dan ketakutan terhadap kematian 10. Terjadinya stres karena stressor yang dirasakan dan dipersepsikan individu, merupakan suatu ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan. Perubahan yang dialami pada pasien hemodialisa, juga dirasakan oleh keluarga seperti perubahan penampilan peran. Keluarga dan sahabat memandang pasien sebagai orang yang mempunyai keterbatasan dalam kehidupannya, karena hemodialisa akan membutuhkan waktu yang dapat mengurangi pasien
dalam melakukan aktivitas sosial, dan dapat menimbulkan konflik, frustasi, serta rasa bersalah di dalam keluarga 10. Keterbatasan ini menyebabkan pasien hemodialisa rentan terhadap stres. bahwa stres diawali dengan adanya ketidakseimbangan antara tuntutan dan sumber daya yang dimiliki individu 12. Semakin tinggi kesenjangan terjadi semakin tinggi pula tingkat stres yang dialami individu. Keadaan stres dapat menimbulkan perubahan secara fisiologis, psikologis, dan perilaku pada individu yang mengakibatkan berkembangnya suatu penyakit 13. E. KESIMPULAN 1. Karakteristik responden pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Panembahan Senopati didominasi oleh jenis kelamin perempuan, dengan usia dewasa menengah, memiliki tingkat pendidikan dasar, pekerjaan ibu rumah tangga, hemodialisis per minggu 2 kali, dan telah menjalani lama terapi 1-2 tahun. 2. Penampilan peran pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di unit hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul didominasi oleh peran yang tidak efektif. 3. Stres pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di unit hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul didominasi oleh stress sedang. 4. Ada hubungan yang signifikan antara penampilan peran dengan stres yang dialami pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di unit hemodialisa RSUD Panembahan Senopati Bantul 2014. B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian tentang apa saja yang berpengaruh terhadap penampilan peran dan stress pasien yang menjalani terapi hemodialisis, dan cara mengatasi stress bagi pasien hemodialisis, sehingga dapat
menjadikan solusi bagi pengobatan pasien hemodialisis yang mengalami stress yang disebabkan penampilan peran yang tidak efektif. 2. Bagi masyarakat, diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran untuk memberikan dukungan emosional bagi pasien yang menjalani terapi hemodialisis 3. Bagi perawat, penelitian ini dapat memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan terkait perubahan penampilan peran dengan stres pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. penelitian ini sebagai landasan pentingnya diadakan pemeriksaan psikologis pasien gagal ginjal kronik. F. UCAPAN TERIMAKASIH 1. Kedua orang tua dan kedua kakak yang selalu mendukung dan mendoakan sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan lancar. 2. Ns. Sutejo, M.Kep., SP.Kep.J. selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu dan tiada hentinya memotivasi sehingga Karya Tulis Ilmiah ini bisa terselesaikan. 3. Nur Chayati, S Kep., Ns., M. Kep selaku dosen penguji saya yang telah memberikan saran dan waktu sehingga Karya Tulis Ilmiah ini bisa terselesaikan. G. REFERENSI 1. Muttaqin, A., & sari, K. (2011). Asuhan keperawatan gangguan perkemihan. Jakarta : salemba medika 2. Data Riskesdas tahun 2010 3. Susalit (2006). ilmu penyakit dalam jilid 3 edisi 4. Jakarta : Pusat penerbitan ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran universitas Indonesia 4. Brunner & suddart. (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah edisi 8 (waluyo et al,trans). Jakarta: EGC
5. Leung DKC. Psychososial aspect in renal patients. Proccedings of the first asian chapter meeting ISPD. December 13-15, 2002, hongkong peritoneal dialysis international, vol.23 (2003), supplement 2. 6. Potter, P.A. & Perry, G.A. (2010). Fundamental of nursing: concept, process and practice. ( 7 th ed. ). Jakarta : salemba medika 7. Suliswati. (2005). Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta :EGC 8. Kaplan, H.I. & Saddock, B.J.(1998). Ilmu kedokteran jiwa darurat ( W.M.Roan, penerjemah). Jakarta : Widya Medika. ( buku asli diterbitkan 1993 ) 9. Made Sukarja. (2009). Harga diri dan koping pada pasien gagal ginjal kronik di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2007. Jurnal Skala Husada. Vol 5 No 2: 132-136 10. Bare, B.G. & Smeltzer, S.C. (2002). Buku ajar: Keperawatan medikal bedah. Brunner &suddarth. Edisi ke-8, (H.Y.Kuncara., dkk, Terj.).Jakarta: EGC 11. Rasmun. (2004). Stres, koping dan adaptasi: Teori dan pohon masalah keperawatan. Jakarta:Sagung Seto. 12. Yosep, I (2007). Keperawatan jiwa. (edisi revisi). Bandung : refika utama 13. Hawari, D. (2004). Ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa edisi 3. Yogyakarta : dana bhakti prima yasa.