BAB II TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP [LN 2009/140, TLN 5059]

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA KORPORASI DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP. A. Pengertian Tindak Pidana di Bidang Lingkungan Hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang terdiri dari kesengajaan (dolus atau opzet) dan kelalaian (culpa). Seperti

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH

Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

BAB II PENGATURAN KEJAHATAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009

LAMPIRAN 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB IV. Pasal 46 UU No.23 tahun 1997 dinyatakan bila badan hukum terbukti melakukan tindak

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal: 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA)

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan Hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide kepastian

BAB II. A. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi. 1. Pengertian Korporasi. Berbicara tentang korporasi maka kita tidak bisa melepaskan

PELAKSANAAN SANKSI PIDANA DENDA PADA TINDAK PIDANA PSIKOTROPIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah tindak pidana atau strafbaar feit diterjemahkan oleh pakar hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699)

II.TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian tentang Tindak Pidana atau Strafbaar Feit. Pembentuk Undang-undang telah menggunakan kata Strafbaar Feit untuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA, PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lex Administratum, Vol.I/No.3/Jul-Sept/2013

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KESALAHAN, TINDAK PIDANA, DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 ditegaskan bahwa Negara

BEBERAPA HAL TENTANG HUKUM PIDANA LINGKUNGAN Oleh: Supriyanta*) ABSTRACT

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan yang telah dilakukan, yaitu perbuatan yang tercela oleh masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PELAKU PEMBAKARAN LAHAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PELAYARAN DI INDONESIA. A. Pengaturan Tindak Pidana Pelayaran Di Dalam KUHP

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengertian perbuatan pidana tidak termasuk hal. pelaku tindak pidana mempunyai kesalahan atau tidak. Apabila orang yang

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. dengan tindak pidana, Moeljatno merumuskan istilah perbuatan pidana, yaitu

BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN ANALIS KREDIT

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan Pengertian Tindak Pidana Pencurian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA MENGENAI TINDAK PIDANA PAJAK. Pembentuk undang-undang menggunakan perkataan strafbaar feit untuk menyebutkan

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

I. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pidana yang bersifat khusus ini akan menunjukan ciri-ciri dan sifatnya yang khas

TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP DITINJAU DARI TEORI KESALAHAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]

BAB II PENGATURAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PERUSAKAN HUTAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

II TINJAUAN PUSTAKA. mencari untung. Sedangkan penipuan sendiri berdasarkan Kamus Besar Bahasa

BAB II TINDAK PIDANA MILITER. tentang apa yang disebut dengan tindak pidana tersebut, yaitu : dilarang dan diancam dengan pidana.

Penipuan, Perampokan, Penganiayaan, Pemerkosaan, dan Korupsi. Sementara Dr. Abdullah Mabruk an-najar dalam diktat Pengantar Ilmu Hukum -nya

BAB II LANDASAN TEORI MENGENAI PENCEMARAN NAMA BAIK PADA JEJARING SOSIAL DI MEDIA INTERNET

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

BAB II PENERAPAN KONSEP NOODWEER DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN SEBAGAI AKIBAT ADANYA TINDAK PIDANA KEHORMATAN KESUSILAAN

Lex Crimen Vol. II/No. 5/September/2013. keterlambatan atas pelaksanaan putusan pengadilan. Kata kunci: Ganti kerugian, lingkungan hidup.

PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF. Menyimpang itu sendiri menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan perilaku

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

ASPEK HUKUM DALAM SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUKUM DALAM HUKUM REKAYASA FOTO DENGAN UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK DI FACEBOOK, INSTAGRAM, TWETTER, BBM DAN WHATSAAP

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi.

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI TERKAIT IZIN LINGKUNGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah Tindak Pidana atau strafbaarfeit atau perbuatan pidana merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. umumnya maksud tersebut dapat dicapai dengan menentukan beberapa elemen,

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

Pengantar Hukum Indonesia Materi Hukum Pidana. Disampaikan oleh : Fully Handayani R.

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA. Pertanggung Jawaban pidana dalam istilah asing tersebut juga dengan

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang,

3 Helmi, 2013, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, Sinar

Ahmad Afandi /D Kata Kunci : Penyertaan Dalam Tindak Pidana Perusakan Hutan

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban pidana ( criminal liability) atau ( straafbaarheid),

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam penegakan hukum di Indonesia. Hal ini sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang

peradilan dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Dalam hal ini, untuk

PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK (SUATU KAJIAN TERDAPAT PASAL 310 KUHP)

Payung Hukum. 1. kewajiban memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup. Menurut UU. Mengawal Hukum Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pengakkan hukum yang terjadi

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA [LN 2010/130, TLN 5168]

II. TINJAUAN PUSTAKA. diancam dengan pidana. Pembentuk undang-undang menggunakan perkataan

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup

Transkripsi:

BAB II TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP A. Tindak Pidana 1. Pengertian Tindak Pidana Pembentuk undang-undang kita telah menggunakan perkataan strafbaarfeit untuk menyebutkan apa yang kita kenal sebagai tindak pidana di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tanpa memberikan sesuatu penjelasan mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan strafbaarfeit tersebut. 1 Hazewinkel-suringa misalnya, telah membuat suatu rumusan yang bersifat umum dari strafbaar feit sebagai suatu perilaku manusia yang pada suatu saat tertentu telah ditolak di dalam suatu pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang harus ditiadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan sarana-sarana yang bersifat memaksa yang terdapat di dalamnya. 2 Menurut Pompe, perkataan strafbaar feit itu secara teoritis dapat dirumuskan sebagai suatu pelanggaran norma (gangguan terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum. 1 P.A.F Lamintang, 2014, Dasar-Dasar Hukum Pidana Di Indonesia, jakarta, cetakan 1, PT Sinar Grafika, Hal 179 2 Ibid, hal 180

Pompe pun berpendapat bahwa sangatlah berbahaya untuk mencari penjelasan mengenai hukum positif, yakni semata-mata dengan menggunakan pendapat-pendapat secara teoritis. Apabila melihat ke dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana maka akan menjumpai sejumlah besar strafbare feiten, yang dari rumusan-rumusan nya dapat diketahui bahwa tidak satupun dari strafbare feiten tersebut yang memiliki sifat-sifat umum seperti strafbaar feit, yakni bersifat wederrechetleijk, aan schuld te wijten dan strafbaar atau bersifat melawan hukum, telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja dan dapat dihukum. Sifat-sifat seperti dimaksud di atas perlu dimiliki oleh setiap strafbaar feit, oleh karena secara teoritis setiap pelanggaran norma atau setiap movertreding itu harus merupakan suatu perilaku atau gedraging yang telah dengan sengaja ataupun telah tidak disengaja dilakukan oleh seorang pelaku, yang di dalam penampilannya merupakan suatu perilaku yang bersifat bertentangan dengan hukum atau in strijd met het recht atau bersifat wederrechtelijk. Sebagai contoh telah dikemukakan oleh Pompe suatu pelanggaran norma seperti yang telah dirumuskan di dalam Pasal 338 KUHP yang berbunyi : Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang lain, karena bersalah telah melakukan pembunuhan dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun.

Dikatakannya bahwa tidak setiap pembunuhan itu bersifat wederechtelijk, misalnya seseorang yang telah membunuh orang lain karena melakukan suatu pembelaan diri seperti yang dimaksud di dalam Pasal 48 KUHP. Dikatakan selanjutnya oleh Pompe, bahwa menurut hukum positif, suatu strafbaar feit itu sebenarnya adalah tidak lain daripada suatu tindakan yang menurut suatu rumusan undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum. 3 Perbedaan yang ada antara teori dengan hukum positif itu sebenarnya hanyalah bersifat semu, oleh karena itu yang terpenting bagi teori itu adalah, bahwa tidak seorang pun dapat dihukum kecuali apabila tindakanya itu memang benar-benar bersifat melanggar hukum dan telah dilakukan berdasarkan suatu bentuk schuld, yakni dengan sengaja maupun tidak sengaja, sedangkan hukum positif kita pun tidak mengnal adanya suatu schuld tanpa adanya suatu wederechtelijk. Dengan demikian, sesuailah sudah apabila pendapat menurut teori dan pendapat menurut hukum positif disatukan dalam sebuah teori geen straf zonder schuld atau tidak ada suatu hukuman dapat dijatuhkan terhadap seseorang tanpa adanya kesengajaan ataupun ketidaksengajaan, yang berlaku baik bagi teori maupun bagi hukum positif. 3 Ibid, hal 181

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana Menurut ilmu pengetahuan Hukum Pidana, sesuatu tindakan itu dapat merupakan een doen atau een neit doen atau dapat merupakan hal melakukan sesuatu ataupun hal tidak melakukan sesuatu, yang terakhir ini di dalam doktrin juga sering disebut sebagai een nelaten yang juga berarti hal mengalpakan sesuatu yang diwajibkan (oleh Undang - Undang). Strafbaar feit itu oleh Hoge Raad juga pernah diartikan bukan sebagai suatu tindakan melainkan sebagai suatu peristiwa atau sebagai suatu keadaan, yaitu seperti yang dapat kita baca dari arrest-nya tanggal 19 November 1928, N.J. 1928 halaman 1671, W. 11915 4, dimana Hoge Raad telah menjumpai sejumlah tindak pidana di bidang perpajakan yang terdiri dari peristiwa-peristiwa atau keadaan-keadaan, dimana seseorang itu harus dipertanggungjawabakan atas timbulnya peristiwa-peristiwa atau keadaan-keadaan tersebut tanpa ia telah melakukan sesuatu kealpaan atau tanpa adanya orang lain yang telah melakukan suatu kealpaan, hingga ia harus dipertanggungjawabkan menurut hukum pidana. Sungguh pun demikian setiap tindak pidana yang terdapat di dalam KUHP itu pada umumnya dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur yang pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua macam unsur, yakni unsurunsur subjektif dan unsur-unsur obyektif. 4 Ibid, hal 191-192

Pengertian dari unsur subjektif itu adalah unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk ke dalamnya, yaitu segala sesuatu yang yang terkandung di dalam hatinya. Unsur objektif itu adalah unsur yang ada hubungannya dengan keadaan, yaitu di dalam keadaan mana tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan. Unsur subjektif dari sesuatu tindak pidana itu adalah 5 : a. Kesengajaan atau Ketidaksengajaan (dolus atau culpa); b. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti yang dimaksud di dalam Pasal 53 ayat (1) KUHP; c. Macam-macam maskud atau oogmerk seperti yang terdapat misalnya di dalam kejahatan-kejahatn pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan, dan lain-lain. d. Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti yang terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal 340 KUHP; Unsur objektif dari suatu tindak pidana itu adalah 6 : a. Sifat melanggar hukum atau wederechtelijkheid; b. Kualitas dari si pelaku, misalnya keadaan sebagai seorang pegawai negeri di dalam kejahatan jabatan menurut Pasal 415 atau keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu perseroan terbatas di dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP. 5 Ibid, hal 192 6 Ibid, hal 192-193

Kausalitas, yakni hubungan antara suatu tindakan sebagai penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat. B. Hukum Lingkungan Hidup 1. Pengertian Lingkungan Hidup Definisi lingkungan hidup menurut UUPPLH Nomor 32 Tahun 2009 Tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana tertera pada Pasal 1 angka ke 1 adalah : kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Rumusan tentang lingkungan hidup sebagaimana RM. Gatot P. Soemartono mengutip pendapat para pakar sebagai berikut : secara umum lingkungan diartikan sebagai segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati, dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Batas ruang lingkungan menurut pengertian ini bisa sangat luas, namun praktisnya dibatasi ruang lingkungan dengan faktor-faktor yang dapat dijangkau oleh manusia seperti faktor alam, faktor politik, faktor ekonomi, faktor soasial dan lain-lain. 7 7 RM Gatot Soemartono, Mengenal Hukum Lingkungan Indonesia, 1991, Sinar Grafika, Jakarta, Hal 14 Dalam Syahrul Machmud, 2012, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia Penegakan Hukum Administrasi, Hukum Perdata, Hukum Pidana Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, Yogyakarta, Cetakan 1, Graha Ilmu, Hal 78

Menurut Munadjat Danusaputro, lingkungan hidup adalah semua benda dan daya serta kondisi termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya. Dengan demikian tercakup segi lingkungan fisik dan segi lingkungan budaya. 8 2. Pengaturan Hukum Lingkungan Hidup Di Indonesia Awal sejarah pengaturan Hukum Lingkungan di Indonesia secara Komperhensif atau biasa disebut environmental law adalah dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Lingkungan (LN 1982 No.12, TLN No. 3215), yang disingkat dengan UULH yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (LN 1997 No. 12, TLN No. 3125) yang disingkat UUPLH yang sekarang diganti dengang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (LNRI Tahun 2009 Nomor 140 TLN nomor 5059) yang disingkat dengan UUPPLH. 9 Hukum lingkungan hidup merupakan instrumen yuridis yang memuat kaidah-kaidah tentang pengelolaan lingkungan hidup. Hukum lingkungan hidup bertujuan untuk mencegah penyusutan dan 8 ST Munadjat Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku I : Umum, 1980, Bina Cipta, Bandung, Dalam Syahrul Machmud, 2012, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia Penegakan Hukum Administrasi, Hukum Perdata, Hukum Pidana Menurut Undang- Undang No. 32 Tahun 2009, Yogyakarta, Cetakan 1, Graha Ilmu, Hal 78 9 Hadin Muhjad, 2015, Hukum Lingkungan, Yogyakarta, cetakan 1, GENTA Publishing, Hal 5

kemerosotan mutu lingkungan. Munadjat Danusaputro berpendapat bahwa hukum lingkungan hidup adalah konsep studi lingkungan hidup yang mengkhususkan pada ilmu hukum, dengan objek hukumnya adalah tingkat kesadaran dan pengertian masyarakat terhadap aspek perlindungan sebagai kebutuhan hidup. 10 Perbedaan mendasar antara Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah adanya penguatan yang terdapat dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang baik karena dalam setiap proses perumusan dan penerapan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan pengintegrasian aspek transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan. Karenanya setiap undang-undang yang telah disebutkan hanya memuat asas-asas dan prinsip-prinsip pokok bagi pengelolaan lingkungan hidup, oleh sebab itu undang-undang tersebut berfungsi sebagai payung bagi penyusunan peraturan perundanga-undangan lainnya. Dengan demikian UULH, UUPLH atau UUPPLH disebut sebagai umbrella act atau umbrella provision. 11 Fungsi dari UULH dan UUPLH/UUPLH tersebut harus mampu menjadi dasar dan landasan bagi pembentukan peraturan perundangundangan tentang lingkungan hidup, disamping secara khusus 10 Syahrul Machmud, 2012, Op., cit hal 78 11 Hadin Muhjad, 2015, Op., cit, Hal 4-5

memberikan arah serta ciri-cirinya terhadap semua jenis tata pengaturan tentang lingkungan hidup sehingga semua peraturan perundangundangan tentang lingkungan hidup dapat terangkum dalam satu sistem Hukum Lingkungan Indonesia. Danusaputro memakai istilah kesadaran lingkungan hidup ( environmental awwarness atau environmental oriented ), hukum lingkungan harus merupakan hukum yang berwawasan lingkungan sebagai ciri utama hukum lingkungan modern. Hardjasoemantri, dan karya-karya lainnya tentang hukum lingkungan menggunakan istilah wawasan lingkungan hidup dan kesadaran lingkungan hidup untuk maksud yang sama yaitu diarahkan pada penyerasian antara pemanfaatan dan pelestarian fungsi SDA dan lingkungan hidup secara berkelanjutan. Kondisi ini berlangsuang dalam satu kesatuan pengertian dan bahasa sebagai suatu sikap dan tanggapan baru dalam menghadapi setiap masalah lingkungan hidup. 12 C. Jenis Tindak Pidana Lingkungan Hidup Dan Sanksinya Menurut UU No. 32 Tahun 2009 Karateristik Penegakan hukum pindana dalam Undang-Undang ini memperkenalkan ancaman hukuman pidana minimun disamping maksimum, perluasan alat bukti, pemidanaan bagi pelanggaran baku mutu, keterpaduan penegakan hukum pidana, dan pengaturan tindak pidana korporasi. Penegakan hukum pidana lingkungan tetap memperhatikan asas ultimum 12 Ibid

remedium yang mewajibkan penerapan penegakan hukum pidana sebagai upaya terakhir setelah penerapan penegakan hukum administrasi dianggap tidak berhasil. Penerapan asas ultimum remedium ini hanya berlaku bagi tindak pidana formil tertentu, yaitu pemidanaan terhadap pelanggaran baku mutu air limbah, emisi, dan gangguan. Berikut adalah tabel kategori tindak pidana lingkungan hidup yang diatur di dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 98 sampai Pasal 115 : Tabel.1 Jenis sanksi Tindak Pidana Lingkungan Hidup Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 1. Delik Materil Tindak Pidana Lingkungan Hidup Pasal Perbuatan Sanksi ngaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan njara Min 3 tahun, Maks 10 ayat (1) dilampauinya : baku mutu udara ambien, baku tahun, dan Denda Min 3 mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku Milyar, Maks 10 Milyar. kerusakan lingkungan hidup. ayat (2) ayat (3) ayat (1) buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia. buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka berat atau mati. rena kelalaiannya mengakibatkan dilampauinya : baku mutu udara, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. njara Min 4 tahun, ks 12 tahun, dan Denda Min 4 Milyar, Maks 12 Milyar. njara Min 5 tahun, Maks 15 tahun, dan Denda Min 5 Milyar, Maks 15 Milyar. njara Min 1 tahun, Maks 3 tahun. Dan Denda Min 1 Milyar, Maks 3 Milyar. ayat (2) buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia. njara Min 2 tahun, Maks 6 tahun. Dan Denda Min 2 Milyar, Maks 6 Milyar. ayat (3) buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) njara Min 3 tahun, Maks 9

112 mengakibatkan orang luka berat atau mati. abat pengawas tidak melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/kegiatan terhadap peraturan perundangundangan dan izin lingkungan yang mengakibatkan terjadinya : ncemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia tahun. Dan Denda n 3 Milyar, Maks 9 Milyar. njara Maks 1 tahun. Dan Denda Maks 500 Juta 2. Delik Formil Tindak Pidana Lingkungan Hidup 0 ayat (1) 101 102 103 104 105 106 lakukan perbuatan yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu emisi, atau ku mutu gangguan. Berdasarkan Pasal 100 ayat (2) tindak pidana ini baru dapat dikenakan apabila sanksi administratif yang telah dijatuhkan tidak dipatuhi atau pelanggaran dilakukan lebih dari satu kali. lakukan perbuatan melepas dan/atau mengedarkan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang bertentangan dengan pertauran perundang-undangan atau izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam pasal 69 ayat (1) huruf g. lakukan perbuatan pengelolaan limbah B3 tanpa izin lakukan perbuatan Menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan lakukan perbuatan Dumping limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin lakukan perbuatan Memasukkan limbah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia lakukan perbuatan Memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia njara Maksimal 3 tahun. Dan Denda Maks 3 Milyar. njara Min 1 tahun, Maks 3 tahun. Dan Denda Min 1 Milyar, Maks 3 Milyar. njara Min 1 tahun, Maks 3 tahun. Dan Denda Min 1 Milyar, Maks 3 Milyar njara Min 1 tahun, Maks 3 tahun. Dan Denda Min1 Milyar, Maks 3 Milyar njara Maks 3 tahun. Dan Denda Maks 3 Milyar njara Min 4 tahun, Maks 12 tahun. nda Min 4 Milyar. Maks 12 Milyar njara Min 5 tahun, Maks 15 tahun. Dan Denda Min 5 Milyar, Maks 15 Milyar.

107 lakukan perbuatan Memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundangundangan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia 108 lakukan perbuatan Pembakaran hutan 109 110 1 ayat (1) 1 ayat (2) 113 114 115 lakukan perbuatan Melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan lakukan perbuatan Menyusun Amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun Amdal abat pemberi izin lingkungan yang menerbitkan izin lingkungan tanpa dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL abat pemberi izin usaha dan/atau kegiatan yang menerbitkan izin usaha dan/atau kegiatan tanpa dilengkapi dengan izin lingkungan njara Min 5 tahun, Maks 15 tahun. Dan Denda Min 5 Milyar, Maks 15 Milyar. njara Min 3 tahun, Maks 10 tahun. Dan Denda Min 3 Milyar. Maks 10 Milyar njara Min 1 tahun, Maks 3 tahun. Dan Denda Min 1 Milyar. Maks 3 Milyar njara Maks 3 tahun. Dan Denda Maks 3 Milyar njara Maks 3 tahun. Dan Denda Maks 3 Milyar. njara Maks 3 tahun. Dan Denda Maks 3 Milyar lakukan perbuatan berupa memberikan njara Maks 1 tahun. Dan Denda informasi palsu, memberikan informasi Maks 1 Milyar menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar ng diperlukan dalam kaitannya dengan pengawasan dan penegakan hukum yang berkaitan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup nanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang njara Maks 1 tahun dan Denda tidak melaksanakan paksaan pemerintah Maks 1 Milyar lakukan perbuatan mencegah, menghalanghalangi, atau menggagalkan Pelaksanaan tugas pejabat pengawas lingkungan hidup dan/atau pejabat penyidik pegawai negeri sipil njara Maks 1 tahun. Dan Denda Maks 500 Juta. Di dalam UUPPLH tahun 2009 mengatur perumusan delik, yakni delik materiil dan delik formil. Perbedaan delik materiil dan delik formil adalah :

No 1 2 a. Delik materiil adalah : delik yang rumusannya memberikan ancaman pidana terhadap perbuatan yang menimbulkan akibat dari perbuatan (adanya kausalitas antara perbuatan dan akibat dari perbuatan). b. Delik formil adalah : delik yang rumusannya memberikan ancaman pidana terhadap perbuatan yang dilarang, tanpa memandang akibat dari perbuatan. Delik materiil terdapat pada Pasal 98, Pasal 99 dan Pasal 112, sedangkan delik formil terdapat pada Pasal 100 s/d Pasal 111 dan Pasal 113 s/d Pasal 115 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Tabel 2 Perbandingan Pengaturan Ketentuan Pidana Terkait Tindak Pidana Lingkungan Hidup dalam UU No 23 Tahun 1997 dan UU No. 32 Tahun 2009 Bahan Perbandingan UU No. 23 Tahun 1997 UU No. 32 Tahun 2009 mlah Pasal Yang Mengatur tentang Ketentuan pidana ana Penjara 3 ana Denda 4 rporasi sebagai pelaku/subyek hukum asal yaitu : Pasal 41, 42, 43, 44, 45 dan 46 ana Penjara Maksimal 15 Tahun, dan Minimal 3 Tahun. Tidak diatur di dalamnya Pidana Maksimum dan Minimumnya ana Denda Maksimal yaitu : 750.000.000,00, dan Minimal Rp 100.000.000,00. Tidak diatur di dalamnya Pidana Denda Maksimum dan Minimumnya sal 45 : Apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini dilakukan oleh atau atas nama badan hukum, Pasal yaitu : Pasal 98 s/d 115 ana Penjara Maksimal 15 Tahun, dan Minimal 1 Tahun. Diatur di dalamnya Pidana Maksimum dan Minimumnya ana Denda Maksimal yaitu : 15.000.000.000,00, dan Minimal Rp 1000.000.000,00. Diatur di dalamnya Pidana Denda Maksimum dan Minimumnya sal 116 : abila tindak pidana lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha,

5 ana Tambahan perseroan, perserikatan, yayasan, atau organisasi lain, ancaman pidana denda diperberat dengan sepertiga. dang-undang ini tidak mengatur secara jelas pidana tambahan di dalamnya namun hanya menyebutkan tindakan tata tertib yaitu dalam Pasal 47 tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada : a. Badan usaha; dan / atau b. Orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana tersebut. sal 117 : jika tuntutan pidana diajukan kepada pemberi perintah atau pemimpin tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 116 ayat (1) huruf b, ancaman pidana yang dijatuhkan berupa pidana penjara dan denda diperberat dengan sepertiga dang-undang ini mengatur secara eksplisit pidana tambahan yang di cantumkan dalam Pasal 119