KETERAMPILAN INFERENSI PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

dokumen-dokumen yang mirip
KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

ANALISIS KEMAMPUAN MENYIMPULKAN PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DENGAN INKUIRI TERBIMBING

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT-NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.

ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING

KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN INFERENSI PADA MATERI REDOKS DI SMAN 16 BANDAR LAMPUNG.

KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN INFERENSI SISWA PADA MATERI REDOKS DI SMA

ANALISIS KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES PADA MATERI ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING.

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR PADA MATERI ASAM-BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING.

THE ANALYZING ABILITY OF DRAWING CONCLUSIONS AND APPLYING CONCEPTS

KEMAMPUAN MEMFOKUSKAN PERTANYAAN DAN MENGANALISIS ARGUMEN PADA MATERI KOLOID DENGAN INKUIRI TERBIMBING

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA YP Unila Bandar Lampung dengan kelas XI

ANALISIS KETERAMPILAN MENJAWAB PERTANYAAN DAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini pengambilan subyek didasarkan pada pertimbangan kelas yang

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

I. PENDAHULUAN. Ilmu Kimia merupakan salah satu ilmu yang memiliki karakteristik yang sama

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, maupun prinsip-prinsip saja tetapi juga

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kelas XI IPA tahun ajaran 2012/2013 di MAN 1 Bandar Lampung terdapat 4 kelas.

METODOLOGI PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Swadhipa Natar Lampung

PENINGKATAN KETERAMPILAN PREDIKSI DAN MERUMUSKAN HIPOTESIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penentuan subyek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penentuan subyek penelitian didasarkan pada pertimbangan kelas yang memiliki

ANALISIS KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN INFERENSI PADA MATERI KOLOID MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

III. METODOLOGI PENELITIAN. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri I Bandar Sribhawono

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

III. METODOLOGI PENELITIAN. memiliki kemampuan kognitif heterogen, sehingga dipilih teknik purposive sampling

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA N 2 Metro dengan kelas X yang berjumlah 8

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penentuan subyek penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan kelas yang

ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN ALASAN DAN MENGINTERPRETASI SUATU PERNYATAAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA N 2 Metro dengan kelas X yang berjumlah 8

I. PENDAHULUAN. kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan

I. PENDAHULUAN. tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah pengalaman

METODOLOGI PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XIA 4 SMA Negeri 3 Bandar Lampung

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan subyek didasarkan pada pertimbangan tertentu, yaitu kelas yang

PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa sebanyak 29

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kelas XI IPA tahun ajaran 2012/2013 di MAN 1 Bandar Lampung terdapat 4 kelas.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMPULKAN DAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM DASAR KIMIA MELALUI INKUIRI TERBIMBING

III. METODOLOGI PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 2

I. PENDAHULUAN. tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Arifah Zurotunisa, Habiddin, Ida Bagus Suryadharma Jurusan Kimia, FMIPA Universitas Negeri Malang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Gajah Mada Bandar Lampung. Penentuan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penentuan subyek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu berdasarkan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR

DESKRIPSI KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA SMA NEGERI 9 PONTIANAK MELALUI METODE PRAKTIKUM PADA MATERI KSP

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Gajah Mada Bandar Lampung. Sampel

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

INKURI TERBIMBING PADA LARUTAN ELEKTROLIT NON- ELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN MENYIMPULKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung yang berjumlah 38 siswa. Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

I. PENDAHULUAN. Salah satu Standar Kompetensi (SK) pada bidang studi kimia kelas XI IPA

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) disebut juga sains merupakan ilmu yang berkaitan

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR FLEKSIBEL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

III. METODE PENELITIAN. LKS berbasis keterampilan generik sains pada materi laju reaksi untuk SMA

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) menggunakan 4D

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 03, pp , September 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang dipandang sebagai proses, produk, dan sikap. Untuk

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

I. PENDAHULUAN. dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

Dena Marista, Noor Fadiawati, Nina Kadaritna, Ila Rosilawati Pendidikan Kimia, Universitas Lampung

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman

INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT NONELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR.

KETERAMPILAN BERPENDAPAT SISWA KELAS XI SMA MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING PADA MATERI LAJU REAKSI

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DI SMA

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung yang terdiri dari 28 siswa. Penelitian ini dimulai sejak bulan Maret

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013

I. PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 SURABAYA PADA MATERI LAJU REAKSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODOLOGI PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 6 Bandar

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN SISWA MELALUI INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rita Zahara, 2013

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR PADA MATERI LAJU REAKSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

Transkripsi:

KETERAMPILAN INFERENSI PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Yogi Aprianto, Ila Rosilawati, Tasviri Efkar. Pendidikan Kimia, Universitas Lampung yogiaprianto1991@yahoo.com Abstract: This research aimed to describe the skills of draw conclusions on the solubility and Ksp matter by using guided inkuiry models learning for high, intermediate and low groups of student. The subjects were students of class XI IPA 3 SMA YP Unila Bandar Lampung. This research used the pre-experimental method, a one-shot case study design, and descriptive research. The results showed that The skill of draw conclusions in high level group 30% were excellent, and 70% were good. In the intermediate level group, 42,1% were excellent, 47,37% were good, and 10,53% were enough. In the low level group, 9,09% were excellent, 36,36% were good and 45,45% were enough, and 9,1% were less. Keyword : guided inkuiry, skill of draw conclusions solubility and Ksp. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan mengemukakan kesimpulan berdasarkan fakta pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 SMA YP UNILA Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan metode preeksperimen, desain one shot case study, dan analisis data menggunakan statistik diskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan mengemukakan kesimpulan berdasarkan fakta pada kelompok tinggi 30% berkriteria sangat baik, dan 70% berkriteria baik. Pada kelompok sedang, 42,1% berkriteria sangat baik, 47,37% berkriteria baik dan 10,53% lainnya berkriteria cukup. Pada kelompok rendah, 9,09% berkriteria sangat baik, 36,36% berkriteria baik, 45,45% berkriteria cukup, dan 9,1 berkriteria kurang. Kata kunci: inkuri terbimbing, kemampuan mengemukakan kesimpulan berdasarkan fakta 1

PENDAHULUAN Dalam BSNP (2006) hakikat ilmu kimia mencakup dua hal yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses. Kedua karateristik di atas merupakan hal pokok dalam pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia. Untuk dapat menguasai kedua hal tersebut, maka siswa perlu memiliki keterampilan berpikir kompleks atau berpikir tingkat tinggi. KPS adalah keterampilanketerampilan yang dimiliki oleh ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan produk kimia yang meliputi keterampilan mengamati (observasi), mengklasifikasikan, mengukur, inferensi, prediksi, dan mengkomunikasikan. Dalam hal ini, siswa diajak untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses suatu produk kimia diperoleh, mulai dari perumusan masalah sampai dengan membuat suatu kesimpulan. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA YP UNILA Bandar Lampung, diperoleh hasil bahwa proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center), dimana penyampaian materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru secara lisan. Karena pembelajaran yang diterapkan masih banyak berpusat pada guru menyebabkan siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengajukan gagasan dan pendapatnya, serta cenderung bertindak sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh guru yang berakibat kemampuan keterampilan inferensi pada siswa belum berkembang. Kompetensi Dasar (KD) materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yaitu memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan. Berdasarkan KD ini, siswa dilatihkan keterampilan inferensi mengenai terbentuknya suatu endapan dari suatu reaksi kimia berdasarkan pemaparan contoh-contoh dan hasil percobaan. Untuk mengembangkan keterampilan di atas, maka diperlukan sebuah model pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan dapat melatihkan 2

keterampilan inferensi. Satu dari berbagai model pembelajaran yang mampu memenuhi kriteria tersebut adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang bersifat konstruktivistik. Pembelajaran inkuiri terbimbing dibagi menjadi 5 tahapan yakni orientasi masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik kesimpulan (Gulo dalam Trianto, 2010). Penelitian yang berhubungan dengan materi kelarutan dan hasil kelarutan menggunakan inkuiri terbimbing yang sebelumnya dilakukan oleh Nugroho (2013) diperoleh hasil bahwa melalui materi Asam Basa dapat efektif dalam meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan inferensi dengan kriteria sedang. Kemampuan kognitif dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni kelompok kemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Siswa dengan kemampuan kognitif tinggi, cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan kemampuan kognitif sedang dan rendah (Nasution, 2000). penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan inferensi pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. METODOLOGI PENELITIAN Subyek penelitian ini yaitu siswa kelas XI IPA 3 SMA YP Unila Bandar Lampung2013/2014 dengan jumlah 40 siswa. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode pre-eksperimen dengan desain one-shot case study. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) data pretes sebelum pembelajaran yang bertujuan untuk mengelompokkan siswa sesuai kelompok kognitif, (2) data kinerja guru, (3) data aktivitas siswa, (4) data hasil posttest, (5) Data respon siswa mengenai proses pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan menggunakan model inkuiri terbimbing. 3

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus dan RPP materi materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, Lembar Kerja Siswa (LKS), perangkat tes tertulis berupa pretes awal dan posttes, lembar observasi kinerja guru, dan lembar aktivitas siswa, serta angket keterlaksanaan proses pembelajaran. Analisis data menggunakan analisis deskriptif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN sedang, dan rendah semuanya berkriteria baik. Rata-rata nilai keterampilan siswa dalam menyimpulkan untuk kelompok tinggi dan sedang berkriteria baik, sedangkan kelompok rendah berkriteria cukup. Persentase siswa setiap kriteria tingkat keterampilan pada kelompok tinggi, sedang, dan rendah yang disajikan pada Gambar 2. Rata-rata nilai setiap kelompok kognitif pada keterampilan inferensi yang disajikan pada Gambar 1. Rata-Rata Nilai 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 81.5 78.42 65.82 Tinggi Sedang Rendah Kelompok kognitif Gambar 1. Rata-rata nilai setiap kelompok pada keterampilan inferensi Pada Gambar 1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai kemampuan siswa dalam memberikan penjelasan sederhana untuk kelompok tinggi, Persentase Kriteria 80 70 60 50 40 30 20 10 0 30 70 47.37 42.1 10.53 9.09 Gambar 2. Persentase siswa setiap kelompok kognitif pada keterampilan inferensi. Berdasarkan gambar di atas, 45.45 36.36 Tinggi Sedang Rendah Kelompok Kognitif Sangat Baik Baik Cukup Kurang Hasil analisis data menunjukkan bahwa pada kelompok tinggi adalah 30% berkriteria sangat baik, 70% berkriteria baik. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan pada penelitian ini yang menyatakan 9,1 4

bahwa semakin tinggi tingkat kemampuan kognitif siswa, maka akan semakin tinggi pula keterampilan inferensi. Sedangkan kelompok kognitif sedang adalah 42,11% siswa berkriteria sangat baik, 47,37% siswa berkriteria baik, serta 10,53% berkriteria cukup; Data tersebut memberikan sedikit penyimpangan dimana pada siswa kelompok sedang ada yang memiliki kriteria sangat baik dan cukup. Dan data kelompok kognitif rendah menyatakan terdapat 9,09% siswa memiliki kemampuan sangat baik dan 36,36% siswa berkriteria baik.dan kemampuan cukup 45,45%, dan siswa berketeria kurang 9,1%. Adanya nilai 9,09 % siswa yang berkriteria sangat baik pada keterampilan inferensi, tidak sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan. Hal tersebut kemungkinan besar dikarenakan; Pengelompokan kelompok kognitif yang kurang sesuai, dikarnakan penglompokan berlangsung hannya berdasarkan satu kali nilai test, sebaiknya pengelompokkan berdasarkan nilai test dilakukan beberapa kali sehingga menghasilkan data yang lebih akurat. Data tersebut tidak divalidasi sebelum pembelajaran dan posttest serta banyaknya jumlah soal yang diujikan untuk mengukur keterampilan terlalu sedikit. Jumlah soal yang diujikan untuk mengukur keterampilan sebaiknya tidak terlampau sedikit sehingga menghasilkan data dengan distribusi nilai dapat mencakup nilai tinggi, sedang, dan rendah. Selama proses pembelajaran kemungkinan dapat mempengaruhi hasil penelitian adalah pengelompokkan siswa secara heterogen, pengelompokan tersebut memiliki pengaruh dalam proses pembelajaran. Berdasarkan lembar aktivitas siswa, siswa tersebut berperan aktif dalam diskusi kelompok selama proses pembelajaran. Pengelompokkan siswa secara heterogen pada proses diskusi juga sangat membantu dalam pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Slavin dalam Sudbhudy (2010) bahwa diskusi kelompok secara heterogen dapat membantu siswa berkemampuan kognitif rendah dan sedang dalam mengerjakan tugas kelompok 5

bersama. Siswa berkemampuan kognitif tinggi dapat mengajari temannya yang berkemampuan kognitif lebih rendah, sehingga memberikan bantuan khusus antar sesama teman yang memiliki minat dan orientasi yang sama. Berdasarkan hasil kuesioner, diperoleh pula bahwa siswa tersebut menyatakan pembelajaran melalui diskusi kelompok, menggunakan LKS kelarutan dan hasil kali kelarutan, serta melakukan praktikum membuat mereka lebih memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, serta lebih tertarik dengan pelajaran kimia. Oleh karena itu keterampilan inferensi pada materi kelarutan dan hasil kali berada pada kriteria sangat baik. Pembelajaran materi kelarutan dan Ksp dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing Proses pembelajaran terdiri dari 5 kali pertemuan dimana pertemuan ke-1 digunakan untuk melakukan pretes, pertemuan ke-2 sampai ke-4 digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing, dan pertemuan ke-5 digunakan untuk posttes dan menyebar angket pada siswa. Dalam proses pembelajaran siswa dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan kemampuan kognitif yang heterogen. Setiap siswa diberikan LKS berbasis inkuiri terbimbing pada tiap pertemuan. Adapun tahap-tahap model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut : Mengajukan permasalahan. Pada tahap awal, guru mengajukan fenomena-fenomena yang dapat menimbulkan pertanyaan dan memancing rasa ingin tahu siswa, sehingga siswa menjadi lebih termotivasi dalam mencari pemecahan masalah tersebut. Dalam tahap ini, guru hanya bertugas mengarahkan siswa menuju permasalahan yang akan dipecahkan siswa. Pada pertemuan pertama guru mengajukan fenomena yang berhubungan dengan adanya garam yang mudah larut dan garam yang sukar larut, yaitu garam NaCl yang mudah larut, dan garam CaCO 3 yang terdapat pada rumah/cangkang kerang yang mengandung senyawa garam (CaCO 3 ). dan kemudian 6

diajukan sebuah permasalahan untuk diselesaikan oleh siswa: Mengapa senyawa garam CaCO 3 yang terkandung dalam cangkang kerang tak ikut larut dalam air laut seperti garam NaCl?. Tujuan dari pemberian informasi, fenomena-fenomena, dan permasalahan pada setiap pertemuan yakni agar siswa menyadari adanya masalah tertentu, sehingga mereka menjadi termotivasi untuk mencari penyelesaian dari masalah tersebut dan mengembangkan keterampilan inferensi mereka. Pada pertemuan pertama siswa masih merasa kesulitan dalam menentukan permasalahan karena mereka belum terbiasa dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Hal ini sesuai dengan respon siswa yakni seluruh siswa menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan LKS yang diberikan selama pembelajaran merupakan hal yang baru. Pada pertemuan-pertemuan berikutnya siswa sudah mulai terbiasa mengikuti tahapan-tahapan yang terdapat di dalam LKS kelarutan dan hasil kelarutan. Merumuskan Hipotesis. Pada tahap ini, guru meminta siswa untuk merumuskan hipotesis permasalahan yang dikemukakan. Guru hanya bertugas membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan. Pada tahap ini siswa berdiskusi dan bekerja sama dalam kelompok untuk menetapkan hipotesis dari permasalahan yang diberikan. Melalui diskusi kelompok diharapkan siswa dapat berbagi pendapat, belajar berkomunikasi antar sesama anggota kelompok dan belajar menuangkan pendapatnya. Pada awalnya siswa banyak yang kurang percaya diri dengan hipotesis mereka rumuskan, namun melalui bimbingan dan arahan guru siswa semakin percaya diri dan semakin baik dalam merumuskan hipotesis. Saat siswa berdiskusi, terjalin juga komunikasi dan interaksi antar kelompok; saling berbagi ide atau pendapat, berbagi kesempatan kepada siswa lain untuk bebas mengungkapkan pendapatnya. Mengumpulkan Data. Pada tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan mencari 7

informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber dan guru bertindak sebagai pembimbing yang menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa (Sanjaya, 2013). Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Pada tahap ini siswa dituntut untuk mencari dan memperhatikan secara seksama fenomena atau fakta yang mereka peroleh. Hal ini sesuai dengan respon siswa yakni sebesar 80,00 % atau hampir seluruhnya menyatakan bahwa pembelajaran dengan diskusi kelompok; 87,50 % atau hampir seluruhnya menyatakan bahwa dengan melakukan praktikum sebelum membahas teori membuat mereka lebih tertarik dengan pelajaran kimia; dan sebesar 89,16 % atau hampir seluruhnya menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan LKS kelarutan dan hasil kali kelarutan lebih membantu mereka dalam memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. gambar yang telah diberikan. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS; untuk membuktikan jawabkan hipotesis yang telah dirumuskan. Setelah mendapatkan tabel hasil pengamatan, siswa dalam setiap kelompok diarahkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait informasi dalam tabel tersebut. Pertanyaan yang diajukan dalam LKS berisi pertanyaan yang melatih keterampilan inferensi. Menarik kesimpulan. Pada tahap ini, siswa diminta berdiskusi kembali untuk menarik sebuah kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang telah mereka peroleh selama pembelajaran. Di tahap ini dilatihkan keterampilan menyimpulkan siswa. Hasil kesimpulan yang diperoleh selanjutnya dipresentasikan didepan kelas untuk menentukan penentuan masalah yang paling tepat. Analisis Data. Pada tahap ini guru membimbing siswa menganalisis data dari hasil percobaan maupun ilustrasi SIMPULAN DAN SARAN 8

Kesimpulan pada penelitian ini yaitu: Kemampuan siswa dalam mengemukakan kesimpulan berdasarkan fakta, pada kelompok tinggi terdapat 30% siswa berkriteria sangat baik, dan 70% baik. Pada kelompok sedang terdapat 42,1% siswa berkriteria sangat baik, 43,37% baik dan 10,53% cukup. Pada kelompok rendah terdapat 9,09 % siswa berkriteria sangat baik, 36,36 % baik, 45,45 % cukup, dan 9,1 % kurang. Disarankan bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian yang sejenis agar memperhatikan pengelolaan waktu, serta harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam mengelola kelas. Lalu calon peneliti juga harus melakukan pendekatan terlebih dahulu kepada subjek penelitian, agar pada saat awal pelaksanaan penelitian subjek tidak bingung mengikuti alur pembelajaran. Sanjaya, W. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada. Jakarta. Sudbudhy, Endang R dan I M Nuryata. 2010. Pembelajaran Masa Kini. Sekarmita. Jakarta. Jakarta. Nugroho, A. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Asam Basa Dalam Meningkatkan Keterampilan mengkomunikasi- kan Dan Inferensi. Skripsi. Universitas Lampung. Tidak dipublikasikan. Trianto. 2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara. 9