KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN

Kreativitas Siswa dalam Pembuatan Model Struktur 3D Sel pada Pembelajaran Subkonsep Struktur dan Fungsi Sel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian yang diambil yaitu ex post facto, dimana penelitian ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN. Mind map dalam penelitian ini merupakan teknik mencatat yang dikembangkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Profil merupakan suatu gambaran secara umum atau secara terperinci tentang

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa Semester 1 pada Mata Kuliah Matematika Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DAN ARTIKULASI MATERI GERAK TUMBUHAN

BAB III MOTODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang mencerminkan

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENETILIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

III. METODE PENELITIAN. direncanakan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan bulan. September 2013 di MTs Islamiyah Palangka Raya.

MIND MAP SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN MENILAI PENGUASAAN KONSEP DAN ALAT EVALUASI MENILAI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperiment dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP MINAT BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX SMP N 2 TUNTANG ABSTRAK

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam dunia IPTEK telah membawa perubahan yang besar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA/MA. Oleh: TRIHARYATI A1C113019

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ALJABAR DENGAN MODEL ELABORASI TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF MAHASISWA

BAB III METODE PENELITIAN

Korelasi Kualitas Pembelajaran Geografi dan Hasil Belajar terhadap Sikap Peduli Lingkungan Siswa Kelas XII IPS SMAN 1 Ponorogo

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peningkatan kemampuan berpikir

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM PEMAHAMAN MATERI FUNGSI KOMPOSISI SISWA KELAS XI SEMESTER 2 MAN PESANGGARAN TAHUN PELAJARAN

BAB III METODE PENELITIAN. dikelompokkan secara acak, didapat apa adanya. Penggunaan desain dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdasan kehidupan bangsa,

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 pada

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KOMPARASI HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KERJA KERAS DAN KONDISI LINGKUNGAN BELAJAR BAGI SISWA KELAS VIII SMP N 1 PRACIMANTORO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MAN Tebing Tinggi Tahun Pelajaran yang

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Risa Meidawati, 2013

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar UMI CHASANAH A 54A100106

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2014/2015 pada tanggal 10 Oktober Januari 2015 di SMA Negeri 1

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

A. LATAR BELAKANG MASALAH

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461).

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 2 Gadingrejo

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena peneliti

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014 yaitu mulai tanggal 06 Februari sampai 26 Februari 2014 di SMAN

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah kumpulan ilmu pengetahuan yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Shot Case Study (Sugiono 2010: 110) menjelaskan bahwa terdapat suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Terdapat beberapa definisi operasional dalam Penelitian Tindakan Kelas. (PTK) ini. Berikut ini merupakan penjabarannya:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuasi eksperimen. Menurut

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa Semester 2 MIA. SMA N 1 Pringsewu Semester Genap Tahun Ajaran

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bandarlampung. Populasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA Miftahul Jannah 1, Ade Susanti 2, dan Benni 3

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI PADA MATAKULIAH EKOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN

PEMETAAN BUTIR SOAL DALAM RANGKA MENCAPAI TUJUAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH BATURETNO NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF DENGAN RETENSI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DI SMA KOTA MALANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2013/2014 yaitu mulai tanggal 13 Januari sampai 29 Januari 2014 di SMP N 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB III METODE PENELITIAN

Adapun desain yang dimaksud adalah sebagai berikut: I. Desain Penelitian untuk Kemampuan Kreatif Matematik Siswa

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMPN 3 Tegineneng pada

III. METODE PENELITIAN. Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

ANALISIS KETERLAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

Transkripsi:

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI Nuril Maghfiroh 1, Herawati Susilo 2, Abdul Gofur 3 Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5, Malang E-mailkorespondensi: nurilmaghfiroh91@gmail.com Paradigma pembelajaran abad 21 menekankan pada kemampuan siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Generasi abad 21 perlu belajar kecakapan hidup abad 21 yang meliputi kecakapan berpikir, bertindak, dan kecakapan hidup di bumi. Salah satu kecakapan hidup yang harus dimiliki di abad 21 adalah kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan atau proses berpikir untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah. Kemampuan berpikir kreatif siswa turut memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa itu sendiri. Aspek kemampuan berpikir kreatif yaitu fluency (kelancaran), flexibility (keluwesan), originality (keaslian), elaboration (merinci), dan metaphorical thinking (berpikir metafora). Studi ini merupakan bagian dari studi eksperimen untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 4 Sidoarjo yang terdiri dari enam kelas jurusan IPA dengan jumlah siswa sebanyak 229 orang. Kemampuan berpikir kreatif diukur melalui tes tulis yang kemudian dianalisis dengan rubrik penilaian yang sudah disesuaikan untuk setiap aspek berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif yang dianalisis merupakan kemampuan berpikir kreatif sebelum diterapkan suatu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Hasil analisis berpikir kreatif siswa menunjukkan sebanyak 93% siswa memenuhi aspek kelancaran, 72% memenuhi aspek keaslian, 49% memenuhi aspek keluwesan, 46% memenuhi aspek merinci, dan 29% memenuhi aspek berpikir metafora. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa siswa telah memenuhi berbagai aspek kemampuan berpikir kreatif namun belum maksimal. Solusi yang ditawarkan berdasarkan hasil analisis tersebut adalah perlunya penerapan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran biologi. Kata Kunci: abad 21, berpikir kreatif, biologi PENDAHULUAN Abad 21 merupakan abad pengetahuan, abad di mana informasi banyak tersebar dan teknologi berkembang. Karakteristik abad 21 ditandai dengan semakin bertautnya dunia ilmu pengetahuan, sehingga sinergi di antaranya menjadi semakin cepat. Paradigma pembelajaran abad 21 menekankan pada kemampuan siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Kemdikbud, 2013). Pembelajaran Biologi untuk generasi abad 21 sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan kompetensi generasi abad 21. Generasi abad 21 perlu belajar kecakapan hidup abad 21 yang umumnya meliputi kecakapan bepikir (berpikir kritis, pemecahan masalah, berpikir kreatif, dan metakognisi), bertindak (berkomunikasi dan berkolaborasi), dan kecakapan hidup di bumi termasuk mengembangkan kreativitas dan karakter (Susilo, 2014). Salah satu kecakapan hidup yang harus dimiliki di abad 21 adalah kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan atau proses berpikir untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah (Munandar, 2009). Sedangkan menurut Talajan (2012) kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru (produk kreatif). Kreativitas perlu dikembangkan dalam proses pendidikan di Indonesia karena dengan kreativitas, seseorang dapat melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Aspek kemampuan berpikir kreatif menurut Treffinger (2002) adalah: (1) Fluency (kelancaran) meliputi kemampuan mengeluarkan banyak ide dengan lancar dalam waktu tertentu; (2) Flexibility (keluwesan) meliputi kemampuan mengeluarkan gagasan dari sudut pandang yang berbeda dengan mengubah cara pendekatan; (3) Originality (keaslian) merupakan kemampuan mengeluarkan gagasan baru yang tidak terpikirkan oleh orang lain; (4) Elaboration (merinci) merupakan kemampuan untuk mengembangkan gagasan sehingga lebih menarik; ssssssss 635

dan (5) Metaphorical thinking (berpikir metafora) merupakan kemampuan untuk menggunakan perbandingan untuk membuat keterkaitan baru. Kabupaten Sidoarjo adalah daerah dengan penduduk yang padat sehingga membutuhkan tingkat kompetensi siswa yang tinggi. Berdasarkan data tahun 2013/2014, jumlah siswa SMA Negeri dan Swasta di Sidoarjo adalah 62 sekolah (Kemdikbud, 2013). SMA Negeri 4 Sidoarjo adalah salah satu SMA Negeri di Kabupaten Sidoarjo yang letaknya cukup strategis. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Biologi dan pengamatan pada kegiatan pembelajaran di SMAN 4 Sidoarjo pada bulan Nopember 2015 diketahui bahwa siswa kurang terlibat secara total dalam pembelajaran dikarenakan mereka kurang berusaha dalam menemukan informasi sendiri. Hal ini mengurangi makna dari pembelajaran sains yang aktif dan efektif serta memerlukan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam memukan informasi atau memecahkan masalah dalam pembelajaran. Para siswa cenderung belajar untuk dapat mengerjakan soal-soal ujian dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, seolah-olah pembelajaran hanyalah digunakan untuk dapat memenuhi tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Guru mata pelajaran Biologi seharusnya dapat memilih model pembelajaran mana yang dapat menuntun dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Oleh karena itu untuk meningkatkan aktivitas siswa terhadap materi pelajaran diperlukan suatu pola pembelajaran yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan atau menggambarkan kondisi kemampuan berpikir kreatif siswa SMA Negeri 4 Sidoarjo sehingga akan diketahui model pembelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran biologi. Hasil dari penelitian ini akan disajikan dalam bentuk persentase. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 4 Sidoarjo pada semester genap tahun ajaran 2015/2016 pada bulan Desember 2015.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Karena penelitian ini bertujuan menggambarkan kemampuan berpikir kreatif siswa terhadap pembelajaran biologi. Penelitian deskriptif adalah suatu suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia (Sukmadinata, 2009). Data dalam penelitian berupa data primer tentang kemampuan berpikir kreatif siswa terhadap pembelajaran biologi. Dalam penelitian ini, data kuantitatif dikumpulkan dari siswa kelas X MIA SMA Negeri 4 Sidoarjo tahun ajaran 2015/2016. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X MIA SMAN 4 Sidoarjo yang terdiri dari enam kelas jurusan IPA dengan jumlah siswa sebanyak 229 orang. Rerata kemampuan akademik dibuktikan dengan analisis one way ANAVA pada skor rerata nilai rapor semester ganjil 2015/2016. Peneliti menggunakan bantuan program SPSS 22.0 for Windows dengan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai signifikansi 005, maka rata-rata kemampuan kognitif siswa kelas X MIA adalah setara. Dari hasil analisis diketahui bahwa kemampuan kognitif seluruh siswa kelas X MIA adalah setara. Kemampuan berpikir kreatif siswa dalam penelitian ini diukur dengan tes kemampuan berpikir kreatif. Pemberian tes digunakan sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data dengan memberikan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang sudah memenuhi syarat-syarat sebagai alat ukur yang baik, yaitu validitas dan reliabilitas. itas adalah sutau ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan (Arikunto, 2011). Setelah butir soal dikatakan valid maka selanjutnya melihat kriteria penafsiran koefisien korelasi yang disajikan pada Tabel 1. berikut. Tabel 1. Kriteria itas Butir Soal Indeks Korelasi Kriteria itas 0,81 1 Sangat tinggi 0,61 0,8 Tinggi 0,41 0,6 Cukup 0,21 0,4 Rendah 0 0,2 Sangat rendah (Sumber: Arifin, 2014) 636 Isu-Isu Kontemporer Sains, Lingkungan, dan Inovasi Pembelajarannya

Tes dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali (Arikunto, 2011).Setelah butir soal dikatakan reliabel maka selanjutnya melihat kriteria penafsiran koefisien korelasi yang disajikan pada Tabel 2. berikut. (Sumber: Arifin, 2014) Tabel 2. Kriteria Reliabilitas Butir Soal Indeks Korelasi Kriteria itas 0,81 1 Sangat tinggi 0,61 0,8 Tinggi 0,41 0,6 Cukup 0,21 0,4 Rendah 0 0,2 Sangat rendah Tes kemampuan berpikir kreatif digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa dengan memperhatikan aspek-aspek berpikir kreatif yang diadaptasi dari Treffinger (2002). Tes kemampuan berpikir kreatif terdiri dari tujuh butir soal uraian. Dalam proses analisis, setiap jawaban mendapatkan skor tertinggi sebesar 4 skor dan skor terendah sebesar 1 skor berdasarkan rubrik penilaian tes kemampuan berpikir kreatif yang diadaptasi dan dikembangkan dari Treffinger (2002). Siswa yang mendapatkan skor yang lebih tinggi menunjukkan kemampuan berpikir kreatif yang lebih baik. HASIL DAN PEMBAHASAN Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes uraian berjumlah tujuh butir soal yang dilengkapi dengan rubrik penilaian. Sebelum tes tersebut digunakan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk memperoleh tes yang valid dan reliabel. Koefisien dan status validitas dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Tabel Koefisien dan Status itas No. Soal Koefisien Status itas 1 2 3 4 5 6 7 0.419 0,591 0,733 0,853 0,807 0,707 0,677 Dari hasil perhitungan reliabilitas diperoleh nilai alpha sebesar 0,816. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa instrumen tes yang digunakan bersifat valid dan reliabel yang berarti dapat digunakan sebagai alat pengumpul data pada penelitian ini. Data dalam penelitian ini adalah penyelesaian soal-soal yang mencakup pokok bahasan ekosistem dan perubahan lingkungan. Tes berupa soal uraian yang diberikan pada siswa digunakan untuk mengetahui gambaran kemampuan berpikir kreatif siswa kelas X MIA SMAN 4 Sidoarjo. Munandar (2009) memberikan pengertian berpikir kreatif sebagai keterampilan dalam memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, dan jarang diberikan kebanyakan orang. Berpikir kreatif di lain pihak memfokuskan pada pencarian banyak ide, pemunculan berbagai kemampuan dan banyak jawaban benar terhadap suatu permasalahan. Soal-soal yang diberikan terdiri atas tujuh soal yang mengidentifikasi kemampuan berpikir kreatif yang diwujudkan dengan perilaku kognitif siswa dalam memikirkan masalah-masalah secara lancar dalam waktu tertentu, mengeluarkan gagasan dari sudut pandang yang berbeda, mengeluarkan gagasan baru yang tidak terpikirkan oleh orang lain, mengembangkan gagasan sehingga lebih menarik, dan mampu menggunakan perbandingan untuk membuat keterkaitan baru. Tingginya persentase rata-rata setiap aspek berpikir kreatif mengidentifikasikan bahwa ada atau tidaknya kepekaan siswa mengenai permasalahan yang diberikan. ssssssss 637

Woolfolk (2004) mengungkapkan bahwa pengetahuan yang luas adalah dasar bagi kreativitas. Semakin luas pengetahuan, semakin besar kemungkinan memunculkan ide baru, sehingga dapat mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif seseorang. Berdasarkan pengolahan data yang disajikan pada Tabel 4. diketahui bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa pada setiap aspek berbeda-beda. Aspek berpikir kreatif yang paling tinggi rata-rata nilai persentasenya adalah kelancaran (fluency) dengan nilai persentase sebesar 93%, sedangkan aspek berpikir kreatif yang paling rendah rata-rata nilai persentasenya adalah berpikir metafora (metaphorical thinking) dengan nilai persentase sebesar 29%. Perolehan rata-rata nilai persentase untuk aspek keaslian (originality) adalah sebesar 72%, keluwesan (flexibility) sebesar 49%, dan merinci (elaboration) sebesar 46%. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa siswa telah memenuhi berbagai aspek kemampuan berpikir kreatif namun belum maksimal karena terdapat aspek berpiki kreatif dengan persentase yang tergolong rendah. Aspek fluency memperoleh rata-rata nilai persentase paling tinggi karena soal yang diberikan berdasarkan indikator fluency cenderung lebih sederhana daripada soal pada aspek yang lain. Siswa diminta untuk menguraikan jaring-jaring makanan menjadi beberapa rantai makanan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Aspek metaphorical thinking memperoleh rata-rata nilai persentase paling rendah karena soal yang diberikan cenderung lebih rumit dan menuntut siswa untuk memikirkan keterkaitan beberapa hal. Siswa diminta menulis ide tentang produk daur ulang sampah di lingkungan sekolah dan menguraikan alasannya, serta membuat kalimat poster yang menunjukkan analogi untuk menggambarkan dampak negatif sampah plastik terhadap lingkungan. Untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, siswa perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya. Guru hendaknya dapat merangsang siswa untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif, dengan membantu mengusahakan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga siswa mampu mencapai berbagai tujuan dan kecakapan hidupnya (Maxwell, 2004). Fasilitas sarana dan prasarana di SMA Negeri 4 Sidoarjo cukup memadai karena ketersediaan laboratorium, akses internet, serta alat bantu pembelajaran yang lengkap di setiap ruang kelas yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Penerapan strategi pembelajaran yang tepat serta penggunaan bahan ajar dan media belajar interaktif diperlukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (Keil, et al., 2009). Melalui peningkatan kualitas pembelajaran diharapkan salah satu tujuan pembelajaran di abad 21 yaitu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa dapat tercapai. Tabel 4. Persentase Rata-rata Tiap Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa No Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Rata-rata (%) 1. 2. Kelancaran (fluency) Keaslian (originality) 93 72 3. 4. 5. Keluwesan (flexibility) Merinci (elaboration) Berpikir metafora (metaphorical thinking) 49 46 29 SIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran biologi belum maksimal karena terdapat aspek berpiki kreatif dengan persentase yang tergolong rendah. Aspek berpikir kreatif yang paling tinggi rata-rata persentasenya adalah aspek kelancaran (fluency) dengan nilai persentase sebesar 93%, sedangkan aspek berpikir kreatif yang paling rendah rata-rata nilai persentasenya adalah berpikir metafora (metaphorical thinking) dengan nilai persentase sebesar 29%. Perolehan rata-rata nilai persentase untuk aspek keaslian (originality) adalah sebesar 72%, keluwesan (flexibility) sebesar 49%, dan merinci (elaboration) sebesar 46%. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian lebih lanjut terkait kemampuan berpikir kreatif siswa khususnya di SMA Negeri 4 Sidoarjo. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi rendahnya capaian kemampuan berpikir kreatif siswa serta upaya untuk mengatasinya. 638 Isu-Isu Kontemporer Sains, Lingkungan, dan Inovasi Pembelajarannya

DAFTAR PUSTAKA Arifin, Z. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. 2011. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Kemdikbud. 2013. Data Pokok Sekolah Menengah Atas (SMA) Berdasarkan Tahun 2013/2014. Kemdikbud. 2013. Kurikulum 2013: Pergeseran Paradigma Abad 21. http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/index-berita-kurikulum/243-kurikulum-2013-pergeseranparadigma-belajar-abad-21. Diakses pada tanggal 01 Maret 2016. Munandar, U. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Susilo, Herawati. 2014. Pembelajaran Biologi/IPA untuk Generasi Abad 21. Dalam Seminar dan Workshop Nasional Biologi/IPA dan Pembelajarannya ke-1. Malang: Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang. Talajan, Guntur. 2012. Menumbuhkan Kreativitas dan Prestasi Guru. Yogyakarta: Laksbang Pressindo. Treffinger, et al. 2002. Theoritical Perspectives on Creatif Learning and its Facilitation: An Overview. The Journal of Creative Behaviour Vol. 17 No.1. Woolfolk, Hoy, A. 2004. Educational Psychology 9th Edition. USA: Pearson. ssssssss 639