eta/ 1987). Namun hasil inventarisasi Sukardi ef a/ (1992) melaporkan luas lahan alang-

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ditinjau dari luasannya, maka lahan alang-alang merupakan lahan yang

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

BAB I. PENDAHULUAN A.

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Secara umum, kerusakan tanah atau perubahan sifat fisik dan kimia tanah dapat disajikan dalam hubungan deskriptif berbagai faktor, yaitu: iklim,

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan Tanah Ultisol dan Upaya Mengatasinya

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. dalam tiga dasawarsa terakhir telah mencapai tingkat rendah bahkan sangat rendah.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gandum dan padi. Biji Jagung menjadi makanan pokok sebagian penduduk Afrika

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan penting sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. antara lain kemantapan agregat yang rendah sehingga tanah mudah padat,

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

I. PENDAHULUAN. Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka.

PENDAHULUAN. Kacang Tanah merupakan tanaman polong polongan kedua terpenting

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

I. PENDAHULUAN. dan jagung. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein 30-50%, lemak

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan

TINJAUAN PUSTAKA. menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan kedelai di Indonesia selalu mengalami peningkatan seiring

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

I. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

I. PENDAHULUAN. Tanah marginal adalah tanah sub-optimum yang potensial untuk pertanian baik untuk

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produksi tanaman sangat mungkin dilakukan mengingat luasnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Vermikompos adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

I. PENDAHULUAN. Menurut Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2010), Ultisol merupakan tanah

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merill) merupakan salah satu tanaman pangan penting

BAB I PENDAHULUAN. satu diantara tiga anggota Allium yang paling populer dan mempunyai nilai

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan di Indonesia yang ditumbuhi alang-alang (Imperala cy/indnn@ dipelkirakan sekitar 30 juta hektar, tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan lrian Jaya (Koesterman. eta/ 1987). Namun hasil inventarisasi Sukardi ef a/ (1992) melaporkan luas lahan alang- alang hanya sekitar 9,8 juta hektar. Namun demikian lahan alang-alang merupakan lahan tidur yang tidak produktif dan tuasnya terus bertambah. Setiap tahun lahan aiang-alang bertarnbah sekitar 150-200 ribu hektar (Deptan 1980 da/am Adiningsih dan Mulyadi, 1992). Sebagian besar lahan alang-alang terdapat pada lahan kering dan didominasi oleh tanah Podsolik Merah Kuning (PMK), tingkat kesuburan tanah rendah. Lahan alang-alang merupakan lahan marjinal, oleh karena itu tanpa masukan tinggi hanya menghasilkan produksi yang rendah dan malahan merugikan petani sehingga seringkali tahan diterlantarkan. Lahan alang-alang ini kurang menguntungkan karena hanya memberi manfaat minimal berupa biomasa sebagai penutup tanah, bahan atap rumah, pakan ternak walaupun dapat juga sebagai bahan baku industri kertas. Disamping itu, jika kering alang-alang mudah terbakar dan dapat menjadi sumber kebakaran hutan yang lebih besar ~jilrosemito dan Saslroutomo, 1986) Alang-alang juga merupakan gulma yang dapat mengeluarkan zat alelopati yang dapat mene- kan pertumbuhan tanarnan budidaya. Selain itu, secara ekonomi alang-alang juga merugikan karena dapat membunuh tanaman karet dan tanaman kelapa rnuda, menekan pertumbuhan sehingga tanaman menjadi kerdil, menunda produksi tanaman tahunan 2-4 tahun, menurunkan jumlah dan kualitas hasil tanaman, berkompetisi hara dengan tanaman dan menjadi sumber penyakit tanaman (ICRAF. 1996).

Berdasarkan ha1 tersebut maka diperlukan pengelotaan lahan alang-alang dengan cara yang tepat, agar dapat menekan meluasnya alang-alang dan memanfaatkan lahan tersebut menjadi lahan pertanian yang produktif. Ditinjau dari luas dan sebarannya, lahan alangalang berpotensi sebagai sumber daya untuk perluasan (ektensifikasi) usaha pertanian produktif terutama di luar Jawa. Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan pangan akan terus meningkat dimasa mendatang. Beberapa tanaman pangan penting selain padi yang dibutuhkan masyarakat antara lain adalah kacang tanah, jagung, kedelai, dan kacang hijau. Sementara produksi pangan ini pada tahun 1997 mengalami penurunan masingmasing kacang tanah 6,70 %, kedelai 10.56 %, jagung 5,76 % dan kacang hijau sebesar 13,18 %. Penurunan ini disebabkan oleh terjadinnya penurunan luas panen, yang disebabkan oleh gangguan hama penyakit, dan iklim (BPS, 1999). Disamping itu, terjadinya penurunan luas panen juga disebabkan oleh penurunan produktivitas tanah, sehingga petani rugi dan kemudian lahan ditelantarkan. Berdasarkan ha1 tersebut keperluan untuk memanfaatkan dan rneningkatkan produktivitas lahan alang-alang yang amat luas ini sangat rnendesak. Supaya produksi pertanian terutarna kacang-kacangan dapat terus ditingkatkan, maka ektensifikasi dan intensifikasi areal pertanian di luar Jawa dengan memanfaatkan lahan alang-alang merupakan cara yang tepat Menurut Adiningsih dan Mulyadi (1992) pernanfaatan lahan aiang-alang untuk pertanian dengan memperbaiki produktivitasnya jauh lebih rnurah daripada membuka hutan, karena pembukaan hutan baru akan memberi dampak negatif terhadap kualiis lingkungan. Disamping itu, di daerah lahan alang-alang fasilitas dan infrastruktur umumnya telah tersedia, sehingga pengembangannya akan lebih cepat Namun pernanfaatan tahan alang-alang untuk pertanian menemui banyak kendala, dalam meningkatkan produktivitas lahan, bila tidak ada masukan teknologi baru.

Permasalahan utama pemanfaatan lahan yang ditumbuhi alang-alang untuk pertanian adalah buruknya sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Siat fisika tanah yang buruk akan mempengaruhi ketersediaan air tanah, karena kandungan air tanah sangat tergantung kepada kemampuan tanah rnenahan air. Hal ini terfihat, bila beberapa hari saja tidak hujan maka gejala cekaman air sudah terlihat pada tanaman. Tidak tersedianya air tanah di lahan kering merupakan masalah utama untuk pertanian terutama tanarnan pangan. Pada musim kemarau, bnaman kekurangan air sehingga mengalami cekaman, sedangkan pada musim hujan terjadi aliran permukaan dan erosi yang besar karena sedikitnya air yang dapat diiniiltrasikan ke dalam tanah. Gejala ini berkaitan dengan buruknya sifat fisika tanah, seperti tekstur kasar pada lapisan atas dan padatnya lapisan bawah. Hal ini terlihat dari analisis tanah awal pada lahan alang-alang di daerah Transrnigrasi Pandan Wangi Peranap Riau, yang ditunjukkan oleh rendahnya kandungan C- organik bnah yaitu 1.67 % dan tingginya berat isi tanah yakni 1, 22 g cm3 pada lapisan 0-13 cm; 1,35 g cm3 lapisan 13-24 crn; 1,s g cm-= pada lapisan 24-67 cm dan 1.41 g cm3 pada lapisan 120-150 cm. Rendahnya bahan organik pada tanah ini dapat rnenyebabkan tanah tidak gembur sehingga perakaran terganggu. Selain itu pada lapisan padat, gerakan air ke dalam tanah menjadi lambat, qerti terlihat pada rendahnya laju permeabilii tanah yakni 4,35 cm jam-' pada lapisan 0-13 cm; 4,17 cm jam-' pada lapisan 13-24 cm dan 1,91 cm jam-' pada lapisan 24-67 cm. Dengan demikian tanah akan cepat jenuh, sehingga aliran permukaan menjadi besar. Masalah sifat kimia dan biologi di daerah tersebut ad&& kapasitas tukar kation (KTK) rendah yakni 3,20 cmoi kg-' (lapisan 0-13 cm), dan 3,89 crnol kg -' pada (lapisan 13-24 cm). Reaksi bnah masam dengan ph 5,5 (lapisan 0-13 cm) dan 5,5 pada lapisan (13-24 cm). Kejenuhan aluminium Cnggi 54,32 9'0 pada lapisan (24-67 cm) yang dapat meracun tanaman.

Tanah ini juga miskin unsur hara terutama fosfat yakni 4 ppm (0-13 cm) dan 1,5 ppm (13-24 cm) dan kaiion-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, K (Tabel Lampiran 2) dan total mikroorganisme tanah rendah. Permasalahan pada lahan ini diperburuk lagi oleh pengelolaan siskem usahatani yang kurang baik, yaitu petani lebih suka mernbuka lahan dengan membakar sehingga lahan bersih dari semua bahan organik. Petani beranggapan bahwa bahan organik sisa tanaman dibiarkan di lahan akan mendatangkan penyakii tetapi jika dibakar abu sisa pembakaran dapat menyuburkan tanah. Cara yang demikian akan merusak sifat-sifat tanah antara lain, rendahnya bahan organik tanah, KTK tanah, hara tanah dan ketersediaan air tanah. Selain itu, pembakaran akan mematikan mikroorganisme tanah, sehingga populasi mikroorganisme rendah. Bissett dan Parkinson (1980) melaporkan akibat pembakaran terjadi perbedaan komposisi jenis mycofiora antara tempat pembakaran dan tanpa pembakaran pada bagian horizon organik sedangkan pada horison mineral tidak. Selanjutnya Fritze etal: (1994) akibat pemba karan akan terjadi penurunan biomasa mikroorganisme tanah. Kemudian diigaskan lagi oleh Dumontet eta/ (1996) bahwa sebelas tahun tahan setelah pembakaran biomassa mikroorganisme dan kadar hara tanah masih lebih rendah pada tempat yang dibakar daripada yang tidak dibakar. Fritze eta/ (1993) juga telah menyatakan bahwa pemulihan biomasa mikroorganisme tanah pada tempat pembakaran rnemerlukan waktu sampai 12 tahun. Hal ini juga terbukti dari hasil penetapan total mikroorganisme tanah dari analisis tanah awal di daerah tersebut sebesar 3,96x106 spk g" (satuan pembentuk koloni) pada lapisan bnah 0-13 cm. Jumlah itu lebih rendah bila dibandingkan dengan total mikroorganisme pada tanah kebun yang didapatkan Arimurti (1997) yakni sebesar 6,66x106 spk g-' (lapisan 0-5 cm). Padahal mikroorganisme tanah ini sangat menguntungkan dalarn usaha pertanian, karena dapat menguraikan bahan organik, rnenyediakan hara bagi tanaman dan memtiksasi nitrogen.

Disamping itu, pola tanam petani setempat dengan sistem monokultur kacang tanah dan semangka, beresiko kegagalan tinggi, sehingga petani bisa rugi. Selain itu, pota mono- kultur setiap musim tanam dapat memperpanjang siklus hidup hama dan penyaki yang dapat menyerang tanaman kembali. Bila dilihat dari masukan bahan organik ke dalam tanah, sistem petani ini mempercepat turunnya kandungan bahan organik tanah, karena sisa tanaman tidak dikembalikan lagi ke lahan, sehingga kesuburan tanah cepat turun akibatnya produksi tanaman rendah. Hal ini terlihat dari produksi kacang-kacangan dan jagung dari daerah penelitian Pandan Wangi selama 10 tahun terakhir ini menurun tajam dari 586 ton pada tahun 1987 menjadi 75 ton pada tahun 1996, jagung 367 ton pada tahun 1987 menjadi 75 ton pada tahun 1996, kedelai 21,5 ton tahun 1987 menjadi 1,2 ton tahun 1996 dan kacang hijau 15 ton pada tahun 1987 menjadi 7,8 ton tahun 1996 (BPP Peranap, 1997). Untuk mereklamasi konservasi lahan alang-alang menjadi lahan pertanian yang produktif dan bersifat lestari, maka perlu dilakukan perbaikan sifat-sifat tanah terutama pengelolaan bahan organik tanah dengan beberapa cara reklamasi lahan serta mengatur pola tanam yang sesuai dengan kondisi daerah setempat Kemudian juga menerapkan sistim pertanian konservasi (SPK) agar produktivitas tanah dapat ditingkatkan dan dipertahankan. Menurut Sinukaban (2994) sistem pertanian konsenrasi (SPK) adalah sistirn pertanian yang mengintegrasikan teknik konsewasi tanah dan air ke dalam sistem pertanian yang telah ada dengan tujuan meningkatkan pendapatan petani dan sekaligus menekan erosi, sistim pertanian demikian dapat berlanjut terus menerus tanpa batas waktu Beberapa penelitian reklamasi lahan alang-alang ini sudah rnulai dilakukan oleh bebe- rapa penelti seperti yang dilaporkan oleh ~dinin~gh dan Mulyadi (1992) dan Sudharto eta/ (1992) hasil yang diperoleh menunujukkan bahwa reklamasi lahan alang-alang dengan cara pernbabatan yang diikuti pemberian kapur 1 ton ha-', TSP 4 kuintal ha-' dan penanaman

Mucuna spsebagai pupuk hijau dapat meningkatkan hasil jagung dari 1,2 menjadi 3,5 ton ha-'. Mucuna sp dapat menekan biomasa alang-alang dari 20 menjadi 2,45 ton ha-'. Suwardjo et al: (1985) juga melaporkan bahwa membuka lahan atang-alang dengan cara menyemprot dengan bahan kimia, mulsa dan menggunakan sisa tanaman sebagai mulsa ternyata dapat menekan erosi dan meningkatkan hasil tanaman padi dan jagung. Hasil penelitian Ardjasa et a/. (1984) di Batumarta Sumatera Selatan juga menunjukkan produktivitas tanah di lahan bekas alang-alang dapat ditingkatkan dengan mengatur pola tanarn yang cocok dengan kondisi setempat Beberapa penelitian cara reklarnasi lahan konservasi alang-alang lainnya, juga telah dilakukan oleh beberapa instansi yang terkait Namun penelitian yang mengintegrasikan cara reklamasi lahan alang-alang dan pola tanam dengan komoditi ternak serta tanaman tahunan untuk membentuk sistem pertanian terpadu yang lestari (berkelanjutan) masih jarang dilakukan di Indonesia. Menurut Sinukaban (1994) rnemasukkan komoditi temak dan tanaman tahunan di beberapa pertaniao lahan keringpun telah terbukti meningkatkan pendapatan petani. Untuk itu, dalam membangun suatu pertanian yang lestari di lahan alang-alang maka, perlu dilakukan penelitian yang terintegrasi untuk rnenentukan cara reklamasi lahan yang cocok, pola tanam yang tepat, komodili apa saja yang harus dingkatkan dan berapa luas lahan yang harus diusahakan sudah sangat perlu dilakukan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: (1) mempelajari pengaruh cara reklamasi lahan alang- alang dan pola tanam terhadap sifat fisika, kimia dan biologi tanah, (2) mendapatkan cara reklamasi lahan alang-alang dan pola tanam yang dapat meningkatkan dan rnempertahankan produktivitas tanah, (3) menganalisis ekonomi dari beberapa cara reklamasi tahan alang-alang

dan pola tanam, (4) mencari luas lahan minimum alang-alang untuk sistim pertanian lestari (berkelanjutan). Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat (1) sebagai pedoman bagi petani untuk mernanfaatkan lahan alang-alang menjadi lahan pertanian produktif, (2) hasil penelitian ini dapat, sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil kebijaksanaan dalam pemberdayaan petani di lahan alang-alang dan untuk meningkatkan produksi pangan nasional. Hipotesis Hipotesis dari penelitian adalah: (1) reklamasi lahan alang-alang dan pola tanam dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, (2) reklamasi lahan alang-alang dan pola tanarn dapat meningkatkan dan rnernpertahankan produktivitas tanah, (3) reklamasi lahan alang-alang dan pola tanam yang sesuai dapat meningkatkan pendapatan keluarga petani, (4) peningkatan pendapatan petani akan memperkecil luas lahan minimum alang-alang yang dibutuhkan.