KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR : SK.62/V-SET/ TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
-1 DUA,.( KESATU. KEPUTUS_AN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor :.SK. 877 /Menhut-II/2O14 TENTANG PENETAPAN HARGA PATOKAN BENIH TANAMAN HUTAN

Tahun mulai kegiatan* Lokasi TBT 1, KHDTK

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

PENETAPAN HARGA PATOKAN HASIL HUTAN UNTUK PENGHITUNGAN PROVISI SUMBER DAYA HUTAN

PENETAPAN HARGA PATOKAN HASIL HUTAN UNTUK PENGHITUNGAN PROVISI SUMBER DAYA HUTAN. 2. Kayu Torem (Wilayah I) /m 3

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 47/Menhut-II/2008 TENTANG PENETAPAN HARGA LIMIT LELANG HASIL HUTAN KAYU DAN BUKAN KAYU

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kemampo

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kemampo

PENDAHULUAN. dengan yang lainnya tidak terpisahkan (Awang, 2002). kehutanan Indonesia adalah membagi lahan hutan kedalam pengelolaan yang

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BESARNYA HARGA LIMIT LELANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.33/Menhut-II/2007

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.68/Menhut-II/2014 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Hutan Gaharu (Aquilaria malaccensis) pohon Aquilaria yang sangat berharga terutama karena wangi, dapat digunakan

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.68/Menhut-II/ 2014 TENTANG

USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH

Isi Materi. Tujuan Pemilihan Jenis Faktor Pertumbuhan Tanaman Strategi Pemilihan Jenis

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN NOMOR : 726/MPP/Kep/12/1999

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN MUTU BIBIT TANAMAN HUTAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN J A K A R T A

a. Hasil hutan bukan kayu akan lebih banyak memberi manfaat dan keuntungan bagi masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar hutan.

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 508/KPTS-IV/1998 TENTANG BESARNYA PROVISI SUMBERDAYA HUTAN (PSDH) PER SATUAN HASIL HUTAN KAYU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGUJIAN MUTU FISIK FISIOLOGI BENIH

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL. Nomor : P. 13 /V-PTH/2007 TENTANG

HUTAN: FUNGSI DAN PERANANNYA BAGI MASYARAKAT

PERENCANAAN STRUKTUR KAYU

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) II. PRAKTIKUM

Tinjauan Aspek Pengembangan Hutan Rakyat

SINTESA HASIL PENELITIAN Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

AVIFAUNA DI AREA REKLAMASI PT ADARO INDONESIA

I. GAMBARAN UMUM. Trial Plantation Project in Benakat, South Sumatera ATA-186

BAB III HUTAN PRODUKSI

Pbaik agar menghasilkan benih bermutu.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Tanaman Sebagai Penyerap Karbondioksida

KOMISI I (HUTAN TANAMAN) NO JUDUL PENULIS INSTANSI KETERANGAN 1 BENIH UNGGUL KEMENYAN TOBA (Styrax sumatrana): EKSPLORASI DAN PENGUJIAN BENIH.

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

KATA PENGANTAR. Kami mengharapkan masukan dan saran dari para pihak guna mengoptimalkan pengelolaan KHDTK Benakat pada masa yang akan datang.

BAB II PENGENALAN JENIS BENIH

RESTORASI EKOSISTEM AREAL HUTAN DAN LAHAN BEKAS KEBAKARAN DI INDONESIA 1) Oleh : Prof. Dr. Ir. Andry Indrawan, MS 2)

BAB I PENDAHULUAN. banyak memberikan kontribusi terhadap pembangunan nasional khususnya dari hasil

HUTAN TANAMAN RAKYAT Oleh : Agus Budhi Prasetyo PENDAHULUAN

Jumlah Kerjasama Mitra Kerjasama

KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN. Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan

Peluang dan Tantangan bagi Pemilik Sumber Benih Bersertifikat (Pasca Ditetapkannya SK.707/Menhut-II/2013)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PENGARUH ELEVASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS KAYU MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

Tugas Makala Agroforestry. Oleh (A ) SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONDISI SAAT INI RPPI 6. OBAT-OBATAN ALTERNATIF TANAMAN HUTAN

BAB VII PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN

Pembangunan Hutan Tanaman

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesies-spesies pohon tersebut disajikan dalam Tabel 3 yang menggambarkan

TINJAUAN PUSTAKA. tropika yang terdiri dari sub ekosistem hutan hujan tropika dataran rendah, sub

HASIL HUTAN NON KAYU:

PENGEMBANGAN BIDANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN

III. HUTAN PENELITIAN TANJUNG AGUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR: 14 TAHUN 1996 T E N T A N G HUTAN RAKYAT DAN HUTAN MILIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal, arif dan bijaksana untuk kesejahteraan manusia serta dijaga

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. Industri kayu merupakan badan usaha yang mengelola kayu dan

PROGRES PEMBANGUNAN SUMBER BENIH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR: 31 TAHUN 2000 T E N T A N G PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONDISI TEMPAT TUMBUH TEGAKAN ALAM Shorea leprosula, Shorea johorensis DAN Shorea smithiana. Oleh : Nilam Sari, Karmilasanti Dan Rini Handayani

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 65/Menhut-II/2009 TENTANG STANDARD BIAYA PRODUKSI PEMANFAATAN KAYU PADA IZIN PEMANFAATAN

Pedoman. Penggunaan Model. untuk Pendugaan Biomassa dan Stok Karbon Hutan di Indonesia

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN

STRUKTUR ORGANISASI BPTPTH

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara. keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

DIREKTORI PENGHASIL BIBIT POHON BUAH-BUAHAN, BUAHAN, KAYU-KAYUAN, KAYUAN, DAN PERKEBUNAN

6/14/2013. Pendahuluan. Pohon mati Kekeringan Banjir. Ekspose Hasil Penelitian dan Pengembangan Kehutanan BPTKPDAS, Th. 2013

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

INVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

PROGRES PEMBANGUNAN SUMBER BENIH

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam dari sektor kehutanan merupakan salah satu penyumbang

Toleransi di bidang kehutanan berbeda dengan toleransi secara umum. Toleransi secara umum mengacu khusus pada ketahanan terhadap stres lingkungan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

MENGGALAKAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU SEBAGAI PRODUK UNGGULAN

STRUKTUR, ANATOMI DAN IDENTIFIKASI JENIS KAYU

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

APLIKASI KOFFCO UNTUK PRODUKSI STEK JENIS POHON INDIGENOUS

ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PELUANG PENGEMBANGAN HHBK PRIORITAS DAERAH DI WILAYAH KPH MODEL DI INDONESIA. TIM PENELITI HHBK DR. TATI ROSTIWATI, M.Si. YETTI HERYATI, S.HUT, M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN. beragam sehingga menjadikan Negara Indonesia sebagai negara yang subur

BAB II LANDASAN TEORI

WINTER! PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 1998 TENTANG

Perkembangan RPI pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK

Tabel 6.3. Kegiatan penelitian yang dilakukan di Hutan Penelitian non KHDTK tahun 2012

TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PADA DEPARTEMEN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 52/Menhut-II/2013 TENTANG

SINTESIS RPI 5 : PENGELOLAAN HUTAN RAWA GAMBUT

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

TALLY SHEET PENGAMBILAN DATA SARANG ORANGUTAN. Lokasi : Aek Nabara Cuaca : Cerah mendung Habitat : Hutan Arah transek : Selatan

Transkripsi:

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL MOR : SK.62-SET201462 TENTANG JENIS PRIORITAS TANAMAN HUTAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN SUMBERDAYA GENETIK DAN PEMBANGUNAN SUMBER BENIH UNGGUL DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat (3) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.01Menhut- II2009 tentang Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman Hutan, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial tentang Jenis Prioritas Tanaman Hutandalam rangka Pembangunan Sumberdaya Genetik dan Pembangunan Sumber Benih Unggul; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49); 2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3616); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan KabupatenKota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kehutanan;

- 2-7. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35Menhut- II2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu; 8. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.01Menhut- II2009 tentang Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman Hutan, (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.72Menhut-II2009 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 490) ; 9. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19Menhut- II2009 tentang Strategi Pengembangan Hasil Hutan Bukan kayu Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 49);. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.21Menhut- II2009 tentang Kriteria dan Indikator Penetapan jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Unggulan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 51); 11. Peraturan Menteri Kehutanan P.09Menhut-II20 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Kegiatan Pendukung dan Pemberian Insentif Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan; 12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.28Menhut- II20 tentang Pengawasan Peredaran Benih Tanaman Hutan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20 Nomor 312); 13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40Menhut- II20 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20 Nomor 405) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33Menhut-II2012 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 779); 14. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.707Menhut- II2013 tentang Penetapan Jenis Tanaman Hutan Yang Benihnya Wajib Diambil Dari Sumber Benih Bersertifikat; 15. Peraturan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial Nomor P.2-SET2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Penanaman Bambu. MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL TENTANG JENIS PRIORITAS TANAMAN HUTAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN

- 3 - KESATU KEDUA SUMBERDAYA GENETIK DAN PEMBANGUNAN SUMBER BENIH UNGGUL : Jenis prioritas tanaman hutan dikelompokkan dalam satu region berdasarkan kesamaan dalam sifat fisik, morfologi dan edafik sebagai berikut: a. BioregionSumatera; b. BioregionJawa dan Madura; c. BioregionBali dan Nusa Tenggara; d. BioregionKalimantan; e. BioregionSulawesi; dan f. BioregionMaluku dan Papua. : Jenis prioritastanaman hutan dapat dimanfaatkan antara lain untuk memenuhi kebutuhan : a. bahan baku perkakasplywood; b. pulpkertaspapan seratpapan partikel; c. energi terbarukan; dan d. industri pengolahan hasil hutan bukan kayu. KETIGA : Pengelompokan jenis prioritas tanaman hutan sebagaimana dimaksud pada Amar KESATU dan KEDUA menjadi acuan dalam menetapkan jenis kegiatan: a. pembangunan dan pengelolaan sumberdaya genetik; dan b. pembangunan dan pengelolaan sumber benih unggul. KEEMPAT : Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan sumberdaya genetik dan sumber benih unggul jenis prioritas tanaman hutanwajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi para pihak. KELIMA : Jenis prioritas tanaman hutan dalam rangka pembangunan sumberdaya genetik dan pembangunan sumber benih unggul adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

- 4 - KEENAM : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta pada tanggal : 08 September 2014 September 2014 DIREKTUR JENDERAL, dto DR. HILMAN NUGROHO Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.: 1. Menteri Kehutanan Republik Indonesia; 2. Pejabat Eselon I lingkup Kementerian Kehutanan; 3. Kepala Dinas Provinsi yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang Kehutanan di seluruh Indonesia; 4. Kepala Dinas KabupatenKota yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang Kehutanan di seluruh Indonesia; 5. Kepala Unit Pelaksana Teknis Lingkup Kementerian Kehutanan di seluruh Indonesia; 6. Kepala Badan Usaha Milik NegaraSwasta di Bidang Kehutanan.

- 5 - Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial Nomor : SK.62-SET2014 SK.62-SET2014 Tanggal : 08 September 2014 08 September 2014 JENIS PRIORITAS TANAMAN HUTAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN SUMBERDAYA GENETIK DAN PEMBANGUNAN SUMBER BENIH UNGGUL Perkakas I BIOREGION SUMATERA 1 Akasia (Acacia mangium, Acacia crassicarpa) 2 Aren (Arenga pinnata) 3 Bambang lanang (Michelia champaca) 4 Bayur (Pterospermum sp.) 5 Belangeran (Shorea belangeran*) 6 Bintaro (Cerbera manghas) 7 Damar Mata Kucing (Shorea javanica) 8 Eukaliptus (Eucalyptus pelita, E.urophylla) 9 Gaharu (Aquilaria malaccensis, A. microcarpa) Gerunggang (Cratoxylum arborescens*) 11 Jelutung (Dyera lowii * dan Dyera costulata) 12 Kaliandra (Calliandra calothyrsus) 13 Kayu Afrika (Maesopsis eminii) 14 Kayu Bawang (Dysoxilum mollissimum) Kemenyan durame (Styrax 15 benzoin), K. toba (Styrax paralleloneurus) 16 Kemiri (Aleurithes moluccana) 17 Mahoni (Switenia macrophylla, S. mahagoni) 18 Medang (Cinnamomum sp.) 19 Merbau (Intsia bijuga, Intsia palembanica)

- 6 - Perkakas 20 Nyamplung (Calophyllum inophyllum) 21 Pakan lebah madupelawan (Tristaniaopsis merguensis) 22 Pakan lebah madusialangmangeris (Koompassia malaccensis) 23 Pala (Myristica fragrans) 24 PinusPinus Bocor Getah (Pinus merkusii) 25 Rotan jernang (Daemanorops draco,d. crinitus, D. angustifolia) 26 Rotan manau (Calamus manan) 27 Rotan segataman (Calamus caesius) 28 Rotan semambo (Calamus scipionum) 29 Suren (Toona sureni) 30 Tembesu (Fragraea sp.) 31 TenamMeranti merah(shorea johorensis, Shorea leprosula, Shorea platyclados) 32 Tumih (Combretocarpus rotundus)* 33 Waru Gunung k II BIOREGION JAWA MADURA 1 Aren (Arenga pinnata) 2 Bambu ater (Giganthocloa atter) 3 Bambu betung (Dendrocalamus asper) 4 Bambu duri (Bambusa arundinaceae) 5 Bambu gombong (Giganthocloa verticillata) Bambu gombongsurat 6 (Giganthocloa pseudoarundinaceae) 7 Bambu lengis (Schizostachyum lima) 8 Bambu mayan (Giganthocloa robusta) 9 Bambu peting (Giganthocloa

- 7 - Perkakas manggong) Bambu sembilang (Dendrocalamus gigantheus) 11 Bambu tabah (Giganthocloa nigrociliata) 12 Bambu taiwan (Dendrocalamus latiflorus) 13 Bambu taliapus (Giganthocloa apus) 14 Bambu tamblang (Schizostachyum brachycladum) 15 Bambu Tamiang (Schizostachyum blumei) 16 Bambu tutul (Bambusa maculate) 17 Bambu wulunghitam (Giganthocloa atroviolaceae) 18 Bintaro (Cerbera manghas) 19 Gaharu (Aquilaria malaccensis, A. microcarpa) 20 Gmelina (Gmelina arborea) 21 Jabon (Anthocephalus cadamba, A. chinensis, A. macrophillus) 22 Jati (Tectona grandis) 23 Kaliandra (Calliandra calothyrsus) 24 Kayu Putih (Melaleuca cajuputi, Melaleuca leucadendron) 25 Kemiri sunan (Aleurithes trisperma) 26 Mahoni (Switenia macrophylla, S. mahagoni) 27 Manglid(Micelia velutina, Manglieta glauca) 28 Nyamplung (Calophyllum inophyllum) 29 Pakan lebah madurandu (Ceiba petandra) 30 Pakan ulat sutramurbei hibrid (Morus cathayana x Morus amacusaguwa) PinusPinus Bocor Getah (Pinus 31 merkusii) 32 Sengon (Paraserianthes falcataria)

- 8 - Perkakas 33 Suren (Toona sureni) 34 Waru Gunung (Hibiscus macrophyllus) III BIOREGION BALI NUSA TENGGARA 1 Bambu ater (Giganthocloa atter) 2 Bambu betung (hitamcoklat) (Dendrocalamus asper) 3 Bambu duri (Bambusa arundinaceae) 4 Bambu gombong (Giganthocloa verticillata) Bambu gombongsurat 5 (Giganthocloa pseudoarundinaceae) 6 Bambu lengis (Schizostachyum lima) 7 Bambu mayan (Giganthocloa robusta) 8 Bambu peting (Giganthocloa manggong) 9 Bambu sembilang (Dendrocalamus gigantheus) Bambu tabah (Giganthocloa nigrociliata) 11 Bambu taiwan (Dendrocalamus latiflorus) 12 Bambu taliapus (Giganthocloa apus) 13 Bambu tamblang (Schizostachyum brachycladum) 14 Bambu Tamiang (Schizostachyum blumei) 15 Bambu tutul (Bambusa maculate) 16 Bambu wulunghitam (Giganthocloa atroviolaceae) 17 Bintaro (Cerbera manghas) 18 Cendana (Santalum album) 19 Gaharu (Gyrinops versteegii) 20 Gmelina (Gmelina arborea) 21 IntaranMimba (Azadirachta

- 9 - Perkakas indica) 22 Jati (Tectona grandis) 23 Kaliandra (Calliandra calothyrsus) 24 Klicung (Dyospiros malabarica) 25 Kwanitan (Dysoxylum cyrtobotryum) 26 Majegau (Dysoxylum densiflorum) 27 Nyamplung (Calophyllum inophyllum) 28 Pakan lebah madurandu (Ceiba petandra) Pakan ulat sutramurbei hibrid 29 (Morus cathayana x Morus amacusaguwa) 30 Panggal Buaya (Zanthoxylon rhetsa) 31 RajumasBenuang (Duabanga moluccana) 32 Sawo Kecik (Manilkara kauki) I BIOREGION KALIMANTAN 1 Bangkirai (Shorea laevis) 2 Belangeran (Shorea belangeran*) 3 Bintangur (Calophyllum sp.) 4 Gaharu (Aquilaria malaccensis) 5 Gerunggang (Cratoxylum arborescens*) 6 Jabon (Anthocephalus cadamba, A.chinensis, A. macrophillus) 7 Jelutung (Dyera lowii*, Dyera costulata) 8 Kaliandra (Calliandra calothyrsus) 9 Kamper (Dryobalanops spp) Meranti merah (Shorea johorensis, S. leprosula, S. platyclados) 11 Pakan lebah madupelawan (Tristaniaopsis merguensis) 12 Ramin (Gonystylus bancanus) 13 Rotan irit (Calamus trachycoleus) 14 Rotan manau (Calamus manan) 15 Rotan sega (Calamus caesius) 16 Rotan semambo (Calamus

- - Perkakas scipionum) 17 Sungkai (Peronema canescen) 18 Tengkawang (Shorea beccariana) 19 Tengkawang (Shorea mecistoteryx) 20 Tengkawang (Shorea pinanga) 21 Tengkawang (Shorea seminis) 22 Tengkawang (Shorea stenoptera) 23 Tengkawang Telur (S. macrophylla) 24 Tumih (Combretocarpus rotundus*) 25 Ulin (Eusideroxylon zwageri) BIOREGION SULAWESI 1 Agatis (Agathis alba) 2 Aren (Arenga pinnata) 3 Bintaro (Cerbera manghas) 4 Bitti (itex cofassus) 5 Cempaka (Magnolia candollii) 6 Ebony (Dyospiros celebica) 7 Gaharu (Gyrinops versteegii) 8 Gmelina (Gmelina arborea) 9 Jabon (Anthocephalus cadamba, A.chinensis, A. macrophillus) Jati MunaKulidawe (Tectona grandis) 11 Kaliandara (Calliandra calothyrsus) 12 Kayu Kuku (Pterocarpus indicus) 13 Kemiri (Aleurithes moluccana) 14 NyamplungBintula (Calophyllum inophyllum) 15 Nyatoh (Palaquiumspp, Payena spp, Madhuca spp) Pakan ulat sutramurbei hibrid 16 (Morus cathayana x Morus amacusaguwa) 17 Pala (Myristica fragrans) 18 PinusTusam (Pinus merkusii) 19 Rotan batang (Calamus zollingeri) 20 Rotan batang susu (Daemonorops robusta) 21 Rotan lambang (Calamus ornatus)

- 11 - Perkakas 22 Rotan merah (Calamus panayuga) 23 Rotan ronti (Calamus axilais) 24 Rotan tohiti (Calamus inops) 25 Rotan umbul (Calamus shympsipus) I BIOREGION MALUKU PAPUA 1 Akasia (Acacia mangium, Acacia crassicarpa) 2 Binuang lakirajumas (Duabanga moluccana) 3 Eucalyptus (Eucalyptus alba, Eucalyptus urophylla, E. pellita) 4 Gaharu (Aquilaria filaria) 5 Jabon (Anthocephalus cadamba, A.chinensis, A. macrophillus) 6 Kayu Putih (Melaleuca cajuputi, M. leucadendron) 7 Masohi (Cryptocarya masoi) 8 Matoa (Pometia pinata) 9 Merbau (Intsia bijuga, Intsia palembanica) Nyatoh (Palaquium spp., Payena spp., Madhuca spp.) 11 Pala (Myristica fragrans) 12 Rotan batang (Calamus zollingeri) 13 Rotan tohiti (Calamus inops) 14 Sengon (Paraserianthes falcataria) Keterangan : *: jenis tanaman rawa DIREKTUR JENDERAL, dto HILMAN NUGROHO