BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ketenagakerjaan, antara lain masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga Kerja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terkait keselamatan di RS yaitu: keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada dekade terakhir, organisasi (perusahaan) yang sebelumnya lebih

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi


BAB I PENDAHULUAN. setingggi-tingginya. Menurut Depkes RI (2007), rumah sakit sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, lebih

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, seperti: sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesehatan. Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5)

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I DEFINISI. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kesehariannya disibukkan dengan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk pada tahun 2000 menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berkualitas bagi suatu organisasi harus ada kinerja yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi

BAB 1 : PENDAHULUAN. pekerja rumah sakit agar produktivitas pekerja tidak mengalami penurunan. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki berbagai fungsi didalam peningkatan produktivitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari

USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN DENGAN TINDAKAN PENATALAKSANAAN NEEDLE STICK INJURY DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (2) 2017, Available online at

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

BAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA PROGRAM KERJA K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) RUMAH SAKIT BERSALIN AMANAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (World Health Organization (WHO), 2011). Menurut survei di Inggris,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

PROSEDUR PELAPORAN KECELAKAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

1 BAB I PENDAHULUAN. pengentasan kemiskinan. Tujuan MDGs di bidang kesehatan merupakan tujuan

Kajian Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Puskesmas Mekarmukti Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi- tingginya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag

HUBUNGAN SUPERVISI KEPALA RUANGAN DENGAN RISIKO TERJADINYA NEEDLESTICK INJURY PADA PERAWAT PELAKSANA DI BANGSAL KELAS III RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Era perdagangan bebas dan globalisasi telah meluas di seluruh kawasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin


BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun. terhadap pasiennya (UU No 44 Tahun 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian. biososial (menurut WHO dalam Budi, 2011). Menurut Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara

Volume 3 No. 1 April 2017 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. kerja. 3 K3 di tempat kerja harus dikelola dengan aspek lainnya seperti

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat. lantai makanan dan benda-benda peralatan medik sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pekerjaan dalam rumah sakit di Indonesia, dikategorikan memiliki

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah sebuah industri jasa yang mempunyai beragam masalah ketenagakerjaan, antara lain masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga Kerja di rumah sakit berisiko terkena penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja sesuai jenis pekerjaannya (Wichaksana, 2002). Bahaya potensial di rumah sakit yang disebabkan oleh faktor biologi, faktor kimia, faktor ergonomi, faktor fisik, faktor psikososial dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan kerja bagi pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat di lingkungan sekitarnya dan pekerja rumah sakit juga mempunyai risiko yang tinggi terjadi Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) sehingga perlu adanya standar perlindungan bagi pekerja yang ada di rumah sakit (Kemenkes RI, 2010). Pekerja di rumah sakit sangat bervariasi dari segi jenis maupun jumlahnya dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan berbagai bahaya potensial, bila tidak diantisipasi dengan baik dan benar dapat menimbulkan dampak negatif keselamatan dan kesehatannya, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Produktivitas kerja yang rendah pada akhirnya berdampak pula terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit. Melihat kondisi tersebut sudah sewajarnya masyarakat pekerja rumah sakit menjadi sasaran prioritas program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Hamurwono, 2002). Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja terhadap bahaya 1

2 dari akibat kecelakaan kerja (Tarwaka, 2008). Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah mencegah, mengurangi bahkan menihilkan risiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja (KAK) serta meningkatkan derajat kesehatan pekerja sehingga produktivitas kerja meningkat (Suardi, 2007). Data dari Massachussetts Departement of Public Health (MDPH) USA pada Maret 2012, dari 98 rumah sakit yang dilakukan surveilans periode Januari sampai Desember 2010, terdapat 2.947 orang pekerja rumah sakit mengalami cedera terkena benda tajam termasuk jarum suntik. Sebanyak 1.060 orang tenaga perawat, 1.078 orang tenaga dokter, 511 orang tenaga teknisi phlebotomi dan sisanya 1119 orang tenaga pelayanan pendukung lainnya, (Davis, 2012). Menurut Center for Desease Control and Prevention (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi 385.000 kejadian luka tusuk akibat jarum suntik dan benda tajam pada tenaga kesehatan di rumah sakit Amerika. Pekerja kesehatan berisiko terpajan darah dan cairan tubuh yang terinfeksi (bloodborne pathogen) dapat menimbulkan infeksi HBV (hepatitis B Virus), HCV (Hepatitis C Virus) dan HIV (Human Immnunodeficiency Virus) yang salah satunya melalui luka tusuk jarum suntik yang dikenal dengan Needlestick Injury (NSI) (CDC, 2008). Dalam laporan Bureau Labor Statistics USA (2009) bahwa tingkat kejadian hilang hari kerja di rumah sakit akibat cedera terpeleset (slip), tersandung (trip) dan terjatuh (fall) (STF) adalah 38,2 per 10.000 karyawan rumah sakit. Dalam aktivitas pekerjaannya, tenaga kesehatan di rumah sakit yang mengalami STF sering terjadi cedera yang serius hingga berakibat : hari kerja hilang, produktivitas berkurang,

3 klaim kompensasi yang mahal dan kemampuan berkurang dalam merawat pasien (NIOSH, 2010). Menurut laporan National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) 1974-1976 dalam Nasri (2002), hasil survei nasional terhadap lebih 2.600 rumah sakit di USA bahwa setiap rumah sakit terdapat rerata 68 pekerja mengalami cedera dan 6 orang sakit. Cedera yang paling sering terjadi yaitu terkilir (sprain), ketegangan otot (strain), luka tusuk, abrasi, kontusio, cedera punggung, luka bakar dan patah tulang. Sakit yang paling sering adalah gangguan pernapasan, infeksi, dermatitis dan hepatitis. Tahun 1978, California State Department of Industrial Relations dalam Nasri (2002) melaporkan work injury rate di rumah sakit sebesar 16,8 hari kerja hilang per 100 pekerja, disebabkan strain, jatuh dan tergelincir, luka bakar, tertumbuk benda, terpajan zat beracun. Pekerja yang mengalami cedera dan sakit, antara lain perawat, pekerja dapur, maintenance, laundry, cleaning service dan teknisi. Data dari PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) pada tahun 2009 menunjukkan, terjadi 3.015 kasus fatal dari sekitar sekitar 8.44 juta jiwa yang aktif tercatat sebagai peserta Jamsostek. Ini berarti pada tahun itu sedikitnya 35 orang per 100.000 tenaga kerja meninggal karena kecelakaan maupun mengalami penyakit akibat kerja (PAK), 145 orang per 100.000 tenaga kerja mengalami cacat menetap, dan 1.145 orang per 100.000 tenaga kerja mengalami kecelakaan (Kurniawidjaja, 2010). Menurut Riyadina (2007) berdasarkan data dari Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N) menunjukkan bahwa kecenderungan kejadian

4 kecelakaan kerja meningkat dari tahun ke tahun yaitu 82.456 dari kasus di tahun 1999 meningkat menjadi 98.905 kasus di tahun 2000, dan naik lagi mencapai 104.774 kasus pada tahun 2001. Dari kasus-kasus kecelakaan kerja 9,5 % diantaranya (5.476 tenaga kerja) mendapat cacat permanen. Ini berarti setiap hari kerja ada 39 orang pekerja yang mendapat cacat baru atau rerata 17 orang meninggal karena kecelakaan kerja. Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya pasal 165 : pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Berdasarkan pasal diatas maka pengelola tempat kerja di Rumah Sakit mempunyai kewajiban untuk menyehatkan tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Undang-Undang No 36 tahun 2014 pasal 11 huruf d juga disebutkan bahwa tenaga kesehatan dalam menjalankan praktiknya memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Salah satunya adalah melalui upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Rumah Sakit harus menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi bahaya, oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk melaksanakan upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di rumah sakit dapat dihindari (Kemenkes RI, 2010). Potensi bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit,

5 yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, bencana gempa bumi, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera lainnya), radiasi, bahan kimia yang berbahaya, gas anestesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas mengancam jiwa dan kehidupan bagi karyawan di rumah sakit, para pasien maupun pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit (Depkes, 2007). Beberapa komponen pelayanan kesehatan di rumah sakit, perawat adalah salah satu tenaga pelayanan kesehatan yang berinteraksi dengan pasien yang intensitasnya paling tinggi dibandingkan komponen lainnya. Perawat sebagai anggota inti tenaga kesehatan yang jumlahnya terbesar di rumah sakit (40-60%) dan dimana pelayanan keperawatan yang diberikan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan memliki peran kunci dalam mewujudkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit (Depkes, 2003). Salah satu faktor yang bisa membuat pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dikelola dengan baik adalah adanya keterlibatan karyawan tentang K3. Keterlibatan menggambarkan persepsi dan sikap yang berhubungan dengan K3 yaitu sejauh mana memandang K3 merupakan hal penting terhadap keberhasilan suatu perusahaan (Setyawati, 2003) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wates merupakan Rumah Sakit yang berada di Kabupaten Kulon Progo Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 720/Menkes/SK/VI/2010 tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Wates milik Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo ditetapkan sebagai RSUD Kelas B Non Pendidikan pada

6 tanggal 15 Juni 2010. Pada 19 Januari 2015 RSUD Wates ditetapkan menjadi RSUD Tipe B Pendidikan dari Kementerian RI. RSUD Wates memiliki 12 pelayanan : 1) Administrasi; 2) Pelayanan Instalasi Bedah Sentral; 3) Pelayanan Instalasi Farmasi; 4) Pelayanan Gizi; 5) Pelayanan Laboratorium Klinik 24 jam; 6) Pelayanan Radiologi; 7) Pelayanan Fisioterapi; 8) Pelayanan Haemodialisa; 9) Pelayanan Tread Mill; 10) Pelayanan Gawat Darurat; 11) Pelayanan Rekam Medik; 12) Pelayanan Medis (RSUD Wates, 2012). RSUD Wates dengan berbagai macam bentuk pelayanannya memiliki berbagai macam masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), potensi bahaya tersebut bahaya biologi seperti penularan penyakit virus HIV, Hepatitis, TBC. Bahaya kimia dari obat farmasi. Bahaya radiasi sinar X-Ray, bahaya fisik lingkungan kerja, benda tajam, terjatuh, shift kerja, kelelahan, back pain, kecelakaan kerja, ergonomi, kebakaran, gempa dan lainnya. Kecelakaan kerja pada perawat di RSUD Wates merupakan salah satu bentuk masalah K3 yang perlu diupayakan pencegahan dan penanggulangannya. Pengetahuan, sikap dan keterlibatan perawat dalam bidang K3 bagian dari bentuk perilaku berperan dalam pelaksanaan K3 terutama upaya pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja. Hasil pengamatan awal bulan Juni 2012 dan Desember 2013 pada perawat RSUD Wates ditemukan beberapa hal yaitu adanya 2 orang perawat yang pernah mengalami kejadian terpeleset dan tersandung pada saat bekerja. 2 orang pernah mengaku tertusuk jarum saat bekerja menyuntik pasien. 1 orang perawat yang mengaku belum pernah mengikuti pelatihan K3. Berdasarkan data laporan kecelakaan kerja RSUD tahun 2011, 2012 terdapat 2 orang perawat terpeleset, 1

7 orang perawat terkena jarum suntik, 1 orang pegawai administrasi jatuh terpeleset, 1 orang keluarga pasien ruang Melati tertusuk jarum suntik, dan 1 orang perawat UGD tertusuk jarum suntik (RSUD Wates, 2012). Selama kurun waktu 2013 belum ada laporan kejadian kecelakaan kerja. Tahun 2014 terdapat 1 orang tertusuk jarum yang belum terkontaminasi dengan orang. Berdasarkan survei awal di RSUD Wates dengan melalui proses wawancara kepada 4 orang tenaga perawat diperoleh informasi bahwa diantaranya tenaga perawat belum tahu tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS), tidak mengetahui tentang prosedur pelaporan kecelakaan kerja dan belum pernah mengikuti kegiatan atau pelatihan yang berkaitan dengan K3RS. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti mengenai hubungan pengetahuan, sikap, keterlibatan dalam K3 dengan kecelakaan kerja di tempat kerja pada tenaga perawat di RSUD Wates. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah penelitian adalah sebagai berikut Adakah hubungan antara pengetahuan, sikap, keterlibatan dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan kecelakaan kerja di tempat kerja pada tenaga perawat di RSUD Wates secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama?

8 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: Mengetahui ada tidaknya hubungan antara pengetahuan, sikap, keterlibatan dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan kecelakaan kerja di tempat kerja pada tenaga perawat di RSUD Wates secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Bagi ilmu pengetahuan, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan di bidang pendidikan bagi kemajuan ilmu K3, dan sebagai referensi untuk melaksanakan berikutnya, serta memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang ilmu kesehatan kerja. 2. Manfaat Praktis Bagi pihak manajemen RSUD Wates, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya penerapan K3 Rumah Sakit, dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) sehingga dapat tercapai efisiensi dan produktivitas yang tinggi. a. Bagi Rumah Sakit Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi rumah sakit untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dan dapat dijadikan

9 sebagai acuan pengambilan keputusan khususnya mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja. b. Bagi Penulis Penelitian ini bagi penulis dapat sebagi sarana pembanding antara teori dan praktek yang diterapkan RSUD Wates dan sebagai bahan pembelajaran dalam pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) khususnya dalam hal kecelakaan kerja. c. Bagi Program Studi Kesehatan Kerja Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan tambahan perbendaharaan perpustakaan yang ada di program Magister Ilmu Kesehatan Kerja dan dapat dijadikan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang.

10 E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 : Keaslian Penelitian Peneliti Saerang (2012) Salawati (2009) Siagian (2009) Tujuan Jenis Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat Hasil Persamaan Penelitian Perbedaan Penelitian Mengetahui hubungan antara pengetahuan umum K3 dan sikap penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja. Mengetahui tentang perilaku, manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan terjadinya kecelakaan kerja Mengetahui tentang kepemimpinan, motivasi K3, komitmen manajemen serta keterlibatan tenaga kerja dengan pelaksanaan manajemen K3RS Cross Sectional Cross Sectional Cross Sectional Pengetahuan umum K3, Sikap penggunaan APD Kecelakaan kerja di tempat kerja Terdapat hubungan antara pengetahuan umum K3, sikap penggunaan APD dengan kejadian kecelakaan kerja di RSUD X Kupang Perilaku, Manajemen K3 Kecelakaan kerja Adanya hubungan antara perilaku pekerja dengan terjadinya kecelakaan kerja di Laboratorium Patologi Klinik RSU Dr. Zainoel Abidin Aceh Kepemimpinan, motivasi K3, komitmen manajemen, keterlibatan tenaga kerja Pelaksanaan manajemen K3RS Terdapat hubungan positif yang signifikan antara kepemimpinan, motivasi K3, komitmen manajemen, dan keterlibatan tenaga kerja dengan pelaksanaan manajemen K3RS Pengetahuan umum K3 Kecelakaan Kerja Keterlibatan Tenaga Kerja Variabel bebas: Sikap Variabel bebas: Variabel bebas: penggunaan APD, Perilaku pekerja. Kepemimpinan, motivasi Variabel terikat: Variabel terikat: lokasi K3, komitmen manajemen. kecelakaan kerja perawat penelitian Variabel terikat: di RSUD X Kupang, Laboratorium Patologi pelaksanaan manajemen penelitian ini variabel Klinik RSU Dr. Zainoel K3RS, penelitian ini bebas: pengetahuan, Abidin Aceh, penelitian variabel bebas: sikap, keterlibatan K3 dan ini variable bebas: pengetahuan, sikap, variabel terikat pengetahuan, sikap, keterlibatan K3, variabel kecelakaan kerja perawat keterlibatan K3, terikat: kecelakaan kerja RSUD Wates variabel terikat: lokasi RSUD Wates