PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN NASIONAL (UN)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II TINJAUAN TEORI

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang yang

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF

BAB II LANDASAN TEORITIS

PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF. Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan disertai berbagai keluhan fisik. Atkinson (2001) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa

2013 EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

DAFTAR PUSTAKA. Anastasi, A. dan Urbina, S Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia

BAB I PENDAHULUAN. membentuk manusia yang berkualitas, berkompeten, dan bertanggung jawab

DEWI KUSUMA WARDHANI F

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

BAB IV HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASN. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan diperoleh gambaran kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN

#### SELAMAT MENGERJAKAN ####

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Bimbingan Dan Konseling.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB II TINJAUAN TEORI

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

BAB I PENDAHULUAN. yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

BAB II LANDASAN TEORI. emosional dengan adanya ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, perasaan

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun teori-teori yang dijelaskan adalah teori mengenai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

1. Bab II Landasan Teori

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, dan (6) teknik analisis data.

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Bidan. melaksanakan tugas dan peran dengan mengintegrasikan pengetahuan,

PENGARUH KECEMASAN SISWA PADA MATEMATIKA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN SOMATISASI. Skripsi

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

Transkripsi:

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN NASIONAL (UN) Oleh : Andi Riswandi BP * Abstrak Merasa sedikit cemas ketika menghadapi UN adalah sesuatu yang normal, namun apabila kecemasan muncul dengan intensitas tinggi maka akan menimbulkan kerugian dan dapat menggangu terhadap keadaan fisik dan psikis siswa. Hasil UN berperan dalam menentukan lulus atau tidak lulusnya siswa, hal ini berpotensi besar membuat siswa merasa cemas dalam menghadapi UN. Masalah kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi UN tidak akan mampu diselesaikan oleh guru bidang studi saja, untuk mengatasi masalah maka perlu penangan khusus guru Bimbingan Konseling. Kata Kunci : guru BK, kecemasan dan ujian nasional. PENDAHULUAN Salah satu ujian yang harus diikuti siswa di sekolah dan cenderung mengakibatkan kecemasan pada diri siswa adalah mengikuti Ujian Nasional. Ujian Nasional selanjutnya disingkat dengan UN. Ujian Nasional merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan seperti diamanatkan Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 72 ayat (1). Begitu pentingnya hasil UN sehingga tak jarang siswa merespon secara berlebihan dalam menghadapi UN. Proses terbentuknya kecemasan ujian dikarenakan adanya stimulus berupa bayangan ancaman atau bahaya potensial yang muncul saat menghadapi ujian, kemudian memicu kecemasan dan menyebabkan siswa terseret dalam pikiran yang irasional dalam menyikapi ujian. Menurut Zeidner (dalam Schunk dkk, 2012: 344) kecemasan menghadapi ujian didefinisikan sebagai serangkaian respons terkait fenomenologi, fisiologi, dan perilaku yang menyertai kekhawatiran tentang berbagai konsekuensi negatif atau kegagalan pada sebuah ujian atau situasi evaluatif yang serupa. Kecemasan menjelang ujian adalah hal yang wajar, merasa sedikit cemas ketika menghadapi ujian adalah sesuatu yang normal, kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila kecemasan muncul dengan intensitas tinggi akan menimbulkan kerugian dan dapat menggangu terhadap keadaan fisik dan psikis siswa. Menurut Santrock (2007: 160) tingkat kecemasan yang tinggi dialami oleh sejumlah remaja disebabkan oleh ekspektasi dan tekanan untuk berprestasi yang tidak realistis dari orang tua, menghadapi evaluasi, perbandingan sosial, dan ketika mengalami kegagalan. Kecemasan yang dialami siswa akan berbeda tingkatan dengan siswa yang lainnya, kecemasan yang rendah dan sedang bisa meningkatkan motivasi siswa untuk belajar agar bisa mencapai hasil yang baik dalam pelaksanaan UN, namun siswa yang mengalami kecemasan yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam menghadapi * Andi Riswandi BP, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 65

UN. Kecemasan dengan intensitas yang tinggi akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis. Kecemasan siswa yang terlalu tinggi akan menurunkan kinerja daya ingat, daya konsentrasi, maupun kreativitas siswa dalam belajar. Kecemasan terhadap ujian telah menjadi salah satu faktor yang paling menggangu di sekolah dan ditempat lain dimana ujian dilakukan. Masalah kecemasan yang dialami siswa dalam menghadapi UN tidak akan mampu diselesaikan oleh guru bidang studi saja, untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu jenis dan sarana pendidikan yang memberikan layanan khusus yang diberi tugas untuk menggarap bidang permasalahan tersebut, sehingga potensi siswa bisa berkembang secara optimal dan memperoleh prestasi belajar yang bagus. Layanan dalam bidang ini adalah layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh tenaga khusus, yakni guru. Guru BK mempunyai peran di dalam meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6 yaitu keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur. Siswa yang mengalami kecemasan dalam menghadapi UN, diberikan bantuan melalui layanan-layanan bimbingan dan konseling. Dengan layanan tersebut diharapkan siswa dapat memahami dan mengetahui apa yang menjadi penyebab dirinya mengalami kecemasan dalam menghadapi UN. Dengan demikian diharapkan ia dapat mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya, dengan bantuan konselor sekolah, untuk mengatasi kecemasan tersebut. Masalah kecemasan siswa menghadapi UN memang perlu diperhatikan dengan serius guna membantu siswa agar dapat memperoleh hasil yang bagus di sekolah. Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut guru BK mempunyai peran yang sangat penting untuk membantu siswa mereduksi kecemasan menjelang UN. KECEMASAN Kecemasan atau anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkenaan dengan adanya rasa terancam yang tidak begitu jelas. Nevid dkk (2005: 163) menyatakan banyak hal yang harus dicemaskan misalnya kesehatan, relasi sosial, ujian, karir dan kondisi lingkungan adalah beberapa hal yang dapat menjadi sumber kecemasan. Chaplin (2009: 32) mengatakan bahwa kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif justru akan menimbulkan kerugian dan dapat menggangu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan. Orang dengan kepribadian pencemas lebih rentan untuk menderita gangguan cemas. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi yang mengancam karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan sebagai suatu ketegangan mental biasanya ditandai dengan adanya * Andi Riswandi BP, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 66

beberapa gejala yang muncul seperti kegelisahan, ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, merasa tidak tenteram, sulit untuk berkonsentrasi, dan merasa tidak mampu untuk mengatasi masalah. Ciri-ciri Kecemasan Kecemasan yang dialami tiap individu ditunjukan dengan berbagai macam ciri atau gejala. Menurut Semiun (2006: 321) kecemasan menyebar ke segenap aspek kepribadian individu yaitu: 1. Cognition, kecemasan menimbulkan kekhwatiran dan ketakutan terhadap bayangan malapetaka, bahaya, ancaman yang akan menimpa diri individu 2. Motorically, kecemasan menimbulkan gerakan tidak terkontrol seperti gemetar, menggeliat, mengigit bibir 3. Somatically, kecemasan mempengaruhi gerakan sistem syaraf otonom yang di tandai dengan mulut kering, nafas tersenggal-senggal, jantung berdebar keras, ketegangan otot, tangan dan kaki terasa dingin, berkeringat dan lain-lain 4. Affectivelly, kecemasan mengakibatkan perasan tegang, tidak nyaman, khwatir, murung dan sebagainya Menurut Frances (2008: 29) gejala kecemasan akademik terbagi menjadi dua yaitu gejala fisiologis dan psiklogis. Gejala fisiologis dan psikologis yang dimaksud sebagai berikut: 1. Gejala fisiologis: gejala kecemasan ditandai dengan adanya pusing atau sakit kepala, sakit perut, muncul jerawat di wajah, muka memerah karena malu, naiknya pola suara ketika sedang berbicara, kaki dan tangan mengalami mati rasa, pusing yang berat atau kehilangan kesadaran, sulit bernafas ketika mengerjakan tugas dan berada di depan kelas (di dpean teman atau guru) 2. Gejala psikologis: gejala kecemasan ini ditandai dengan adanya berpikiran negatif tentang suatu tugas atau kehabisan waktu dalam mengerjakan tugas, ragu-ragu akan kemampuan diri, takut dipermalukan ketika berada di depan kelas, takut akan kegagalan, takut akan mengalami sakit, kecurigaan bahwa ia telah dinilai oleh orang-orang dan menjadi tidak disukai, merasa sedih dan rendah diri oleh kekhawatiran yang berlebihan. Dari pernyataan beberapa ahli menjelaskan beberapa keluhan yang dimiliki oleh tiap-tiap individu dapat berbeda antara individu satu dengan individu lainnya. Hal ini bisa saja terjadi dikarenakan perbedaan klasifikasi tingkat kecemasan individu yang berbeda. Klasifikasi Tingkat Kecemasan Pengalaman individu untuk merasakan kecemasan dalam kehidupan keseharian, memiliki manifestasi yang berbeda-beda. Gangguan kecemasan menyebabkan perasaan takut dan ketidakpastian yang terus menerus menghantui, sehingga perlu diketahui tingkatan dalam kecemasan agar dapat secara tepat memberikan treatment yang sesuai dengan kondisi individu tersebut. Menurut Mantri (2010) spesifikasi tingkat kecemasan dibagi menjadi empat bagian yaitu ringan, sedang, berat dan panik. 1. Kecemasan ringan. Individu yang lebih waspada, lebih sadar lingkungan, perhatian difokuskan pada lingkungan, gelisah, mudah marah, sulit tidur (insomnia) dan termotivasi untuk menangani masalah yang ada. 2. Kecemasan sedang. Persepsi sempit, konsentrasi meningkat dan mampu mengabaikan gangguan dalam menangani masalah. Suara menjadi * Andi Riswandi BP, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 67

bergetar atau terjadinya perubahan nada pada saat berbicara. Badan bergemetar, terjadi peningkatan denyut nadi atau pernapasan. 3. Kecemasan berat. Rentang persepsi berkurang, kecemasan yanng dialami mengganggu fungsi efektif. Individu mengalami perasaan tidak nyaman atau terus memikirkan bahaya yang akan datang. Terjadi peningkatan denyut nadi atau pernapasan yang mengakibatkan pusing, kesemutan, sakit kepala dan sebagainya. 4. Panik. Kemampuan untuk berkonsentrasi terganggu, tidak dapat mengontrol perilaku, individu mendistorsi situasi dan tidak memiliki persepsi realistis dari apa yang terjadi. Individu merasa akan mengalami ancaman sehingga menjadi kebingungan atau tidak dapat berbicara atau bergerak (lumpuh dengan rasa takut). Menurut Banasan (2010) kecemasan terbagi menjadi empat tingkat yaitu kecemasan ringan, sedang, berat dan panik. 1. Tingkat kecemasan ringan. Pada tingkat ini, persepsi akan meningkat, pupil melebar untuk mengakomodasi lebih banyak hal, pendengaran dan penciuman menjadi lebih intensif, dan rasa sentuhan sangat sensitif. Individu sangat waspada dan penuh perhatian, dan pembelajaran serta pengetahuan dalam keadaan terbaik. 2. Tingkat kecemasan sedang. Persepsi seseorang pada tingkat ini menyempit. Individu yang mengalami tingkat kecemasan sedang, perhatian menjadi kurang selektif, fokus menurun dan memunculkan gerakan tanpa tujuan seperti mengerakkan tangan dan kaki, memutar-mutar rambut dan menekan jari. 3. Tingkat kecemasan berat. Ditandai dengan persepsi berkurang dan kesulitan dalam berkomunikasi. Gerakan motorik kasar seperti mondar-mandir. 4. Panik. Tingkat kecemasan yang paling parah adalah panik. Hal ini ditandai dengan hilangnya kemampuan untuk berkomunikasi, kehilangan pemikiran rasional dan kehilangan total pikiran sadar. Dari pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya sangat kuat dan bersifat negatif justru akan menimbulkan kerugian dan dapat mengganggu keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan. Tingkatan kecemasan individu tergantung pada situasi, beratnya impuls yang datang dan kemampuan untuk mengendalikan diri dalam menghadapi persoalan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Nevid dkk (2005: 164) dibagi menjadi dua yaitu: 1. Faktor individu: faktor yang menimbulkan kecemasan meliputi ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, ketakutan akan kehilangan kontrol, perasaan segala sesuatu adalah hal yang membingungkan serta tidak dapat teratasi dan perasaan tidak mampu mengendalikan sesuatu 2. Faktor lingkungan: faktor lingkungan yang menimbulkan kecemasan berkaitan dengan perasaan terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapatkan perhatian, perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi * Andi Riswandi BP, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 68

dimasa depan dan kekhawatiran akan ditinggal sendirian oleh orang terpenting dalam hidupnya Faktor-faktor penyebab munculnya kecemasan pada dasarnya dikarenakan stimulus berupa bayangan ancaman atau bahaya potensial yang muncul akan memicu munculnya kecemasan. Ancaman yang dirasakan berasal dari faktor internal dan eksternal namun hal itu semua dilandasai oleh pola pemikiran seseorang dalam mempersepsikan suatu peristiwa. Kecemasan Ujian Kecemasan dapat dialami siapapun dan dimana pun, termasuk juga oleh para siswa di sekolah. Salah satu faktor yang sering menyebabkan kecemasan pada diri siswa di sekolah yaitu ketika menghadapi ujian. Begitu pentingnya hasil UN sehingga tak jarang siswa meresponnya secara berlebihan dan terlalu tegang dalam menghadapi ujian. Ujian yang berperan menentukan lulus atau tidak lulusnya seseorang untuk jenjang pendidikan tertentu berpotensi besar membuat cemas peserta yang mengikutinya. Bayangan buruk seperti tanggapan dari lingkungan sosial, malu dan kehilangan muka memperparah efek kecemasan menghadapi ujian tersebut. Fenomena siswa merasa sangat cemas dalam menghadapi ujian sudah tentunya dapat menghambat tujuan belajar yang ingin dicapai. Kecemasan menghadapi ujian dipicu oleh kondisi psikologis dan fisikologis yang tidak terkendali. Reaksi psikologis yang muncul akibat rasa cemas seperti sukar konsentrasi, daya ingat menurun, menilai diri sendiri tidak mampu, tidak bisa istirahat dengan tenang, tertekan, firasat buruk, gelisah dan khawatir. Kecemasan muncul dari cara berpikir siswa yang irasional seperti memprediksikan bahwa akan terjadi kejadian buruk ketika menghadapi ujian. Kecemasan pada saat UN umumnya disebabkan oleh adanya pemikiran bahwa siswa membayangkan akan mengalami suatu kegagalan hal inilah yang membuat siswa sukar dalam berkonsentrasi untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi UN. Reaksi fisiologis yang muncul akibat rasa cemas membuat siswa tidak bisa berpikir dengan jernih. Lonjakan adrenalin akan menyebabkan sebagian aliran darah dialihkan dari otak dan dikirim ke otot. Hal ini akan menimbulkan rasa sakit kepala ringan. Otot-otot tubuh membutuhkan peningkatan kadar oksigen agar bisa berfungsi dengan baik saat cemas. Oleh karena itu pada saat ujian siswa secara tidak sadar mempercepat proses bernapas agar bisa memenuhi kadar oksigen dalam tubuh. Ketika cemas, maka denyut jantung dan tekanan darah akan meningkat. Hal ini menyebabkan siswa berkeringat lebih banyak untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil. Reaksi fisiologis yang muncul akibat rasa cemas ketika menghadapi ujian seperti gemetar, jantung berderak dengan kencang dan perubahan suhu tubuh tidak menentu. Beberapa penelitian empiris tentang efek negatif kecemasan terhadap kinerja akademis dilakukan oleh Hembree (dalam Schunk dkk, 2012: 346), melalui meta analitis terhadap 512 studi menemukan bahwa kecemasan menghadapi ujian menyebabkan kinerja yang buruk, berhubungan negatif dengan penghargaan diri dan secara langsung berkaitan dengan sikap defensif dan ketakutan para murid terhadap hasil evaluasii yang negatif.. Menurut Suharman, (2005: 427) lebih dari 20 penelitian telah menemukan bahwa kecemasan memiliki pengaruh negatif yang berakibat menurunkan kapasitas kognitif seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas yang lebih sukar atau kompleks * Andi Riswandi BP, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 69

dan pada umumnya kecemasan cenderung merusak kinerja dalam tugas, namun juga ditemukan hal positif dari kecemasan. Di dalam situasi-situasi tertentu kecemasan tidak mempunyai pengaruh sama sekali terhadap sebuah kinerja dan kadang-kadang juga mempunyai pengaruh positif. Dengan adanya sedikit rasa cemas, akan menimbulkan semangat atau motivasi untuk menyiapkan diri sebaik mungkin. Sebaliknya terlalu cemas atau khawatir terhadap tugas yang akan dihadapi juga dapat memperburuk kinerja. Kecemasan siswa yang terlalu tinggi dalam menghadapi UN justru akan menurunkan kinerja otak siswa dalam belajar. Daya ingat, daya konsentrasi, kreativitas siswa dalam belajar justru akan terganggu. Jika kecemasan itu sampai mengacaukan emosi, mengganggu tidur, menurunkan nafsu makan, dan menurunkan kebugaran tubuh hal ini bukan saja menyebabkan kemungkinan gagal ujian semakin besar, tetapi juga kemungkinan siswa mengalami sakit dan problema dalam berinteraksi-sosial akan terjadi. Ujian yang dikerjakan dengan suasana hati tidak nyaman seringkali menimbulkan kecemasan yang dapat mengganggu kelancaran siswa dalam menghadapi ujian. Merupakan hal yang mustahil apabila siswa tidak mengalami kecemasan menjelang pelaksanaan UN dan dapat dipastikan bahwa setiap siswa sebagai individu yang normal pasti memiliki rasa cemas, tentunya masih dalam batas wajar atau normal. Jika siswa tidak menyadari dan melakukan upaya untuk mengatasinya, maka kecemasan akan meningkat dan menimbulkan masalah dalam kehidupannya sebagai siswa. Kondisi tersebut akan terus berkembang dan tentunya akan menimbulkan masalah yang lebih kompleks. Sangat dibutuhkan upaya kuratif (pengentasan masalah) untuk mereduksi kecemasan yang berlebihan menjelang ujian melalui intervensi yang tepat. Siswa mengalami kecemasan ketika menghadapi UN dikarenakan siswa pada masa lalu ketika menghadapi UN memperoleh pengalaman yang buruk, sehingga pada diwaktu yang akan datang ketika menghadapi UN siswa terbayang pengalaman masa lalu dan beranggapan akan mengalami hal yang serupa pada masa sekarang dan tidak siap menerima konsekuensi apabila pengalaman yang buruk ketika menghadapi UN terulang lagi. Siswa yang mengharuskan untuk memperoleh nilai bagus pada saat ujian dan tidak siap apabila nanti mendapatkan nilai yang jelek pada saat ujian juga sangat rentan untuk mengalami perasaan cemas ketika menghadapi UN, tidak bisa menerima kegagalan merupakan faktor yang menyebabkan siswa merasa cemas ketika menghadapi ujian. Unsur yang paling dominan menyebabkan kecemasan adalah unsur kognitif yakni kekhawatiran dan pikiran negatif yang menganggap ujian dapat mengancam siswa. Kecemasan siswa dalam menghadapi ujian merupakan gangguan emosi yang muncul melalui beberapa aspek yaitu: kognitif, afektif dan motorik. Aspek kognitif yang meliputi sukar konsentrasi dan daya ingat menurun. Aspek afektif yang meliputi menilai diri sendiri tidak mampu, tidak bisa istirahat dengan tenang, tertekan, firasat buruk, gelisah dan khawatir. Aspek motorik yang meliputi gemetar, jantung berdebar-debar dan perubahan suhu tubuh tidak menentu. Penelitian Pendahulu yang Relevan 1. Hosseini dan Khazali. 2013. Comparing The Level Of Anxiety In Male & Female School Students. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecemasan yang * Andi Riswandi BP, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 70

dialami anak perempuan lebih tinggi dari pada anak laki-laki. Kecemasan yang muncul pada diri seseorang dikarena dua faktor yaitu faktor biologis dan psikologis. 2. Suhendri. 2012. Efektivitas Konseling Kelompok Rational Emotif Untuk Membantu Siswa Mengatasi Kecemasan Menghadapi Ujian. Dari hasil penelitian ini ditemukan beberapa faktor pemicu timbulnya kecemasan pada siswa di sekolah dalam menghadapi ujian yaitu faktor kurikulum (target kurikulum yang terlalu tinggi, pemberian tugas yang sangat padat, serta sistem penilaian yang begitu ketat), faktor guru (sikap dan perlakuan guru yang kurang bersahabat, dan kurang kompeten), faktor manajemen sekolah, faktor masa depan, dan faktor persaingan. 3. Tresna. 2011. Efektivitas Konseling Behavioral Dengan Teknik Desensitisasi Sistematis Untuk Mereduksi Kecemasan Menghadapi Ujian. Kecemasan menghadapi ujian dipicu oleh kondisi pikiran, perasaan dan perilaku motorik yang tidak terkendali. Manifestasi kognitif yang tidak terkendali menyebabkan pikiran menjadi tegang, manifestasi afektif yang tidak terkendali mengakibatkan timbulnya perasaan akan terjadinya hal buruk, dan perilaku motorik yang tidak terkendali menyebabkan siswa menjadi gugup dan gemetar saat menghadapi ujian, khususnya UN. Dari data penelitian terdahulu dapat disimpulkan ujian yang dilaksanakan di sekolah menimbulkan kecemasan pada diri siswa karena ujian diangggap sebagai sesuatu yang mengancam. Kecemasan siswa dalam menghadapi ujian disebabakan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal lebih kepada dari dalam diri sendiri yaitu siswa tidak siap menghadapi ujian dan ujian dipersepsikan sebagai suatu yang sulit dan mengancam. Sedangkan faktor eksternal lebih kepada tekanan yang di dapat siswa dari tuntutan orang tua, pihak sekolah untuk mendapatkan nilai yang bagus dan persaingan dari sesama siswa. Permasalah kecemasan menghadapi ujian khususnya yang teridentifikasi sangat cemas perlu mendapatkan perhatian khusus dari pihak sekolah, karena kecemasan tersebut pada nantinya dapat mengganggu kepribadian siswa yang berakibat prestasi belajarnya menjadi turun bahkan tidak lulus dalam ujian. Tingkat kecemasan siswa tergantung pada persoalan yang akan muncul dan kemampuan untuk mengendalikan diri dalam menghadapi persoalan. Peran Guru BK Untuk Mereduksi Kecemasan Siswa Menghadapi Ujian Kecemasan muncul disebabkan karena pola pikir atau struktur kognitif individu yang tidak rasional dalam memandang suatu hal, sehingga untuk mengatasi kecemasan haruslah dengan mengubah cara pandang siswa dalam menyikapi UN. Dampak negatif apabila kecemasan siswa ketika menghadapi UN dibiarkan tanpa terkendali akan menyebabkan prestasi siswa akan menurun, oleh karena itu diperlukan tindakan untuk mereduksi kecemasan siswa. Menurut Atkinson (2008: 426) untuk mengatasi kecemasan diperlukan suatu perlakuan konseling yang memberikan perlakuan konseling yang langsung kepada reaksi kognitif yang berorientasi kepada diri. Menurut Zeidner (dalam Schunk dkk, 2012: 350) Ada sejumlah besar strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan menghadapi tes atau ujian dalam situasi kelas yaitu: * Andi Riswandi BP, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 71

1. Berikanlah lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tes. 2. Modifikasikanlah level kesulitan dan urutan pernyataan tes. Bentuk soal tes harus sangat disesuaikan dengan keahlian murid, menantang namun tidak terlalu sulit. 3. Beikanlah kepada murid kesempatan mengomentari tes atau pertanyaan tes. 4. Kurangilah pemandingan sosial dan tampilan publik terkait skor-skor tes. 5. Kurangilah sifat dasar situasi tes yang berorientasi kinerja agar berfokus pada alasan pengukuran penguasaan dan formatif. Menurut Wibowo (2012: 7-8) upaya yang harus dilakukan Guru BK untuk membantu siswa menjelang ujian nasional (UN) yaitu: memotivasi siswa dalam belajar, memberikan kiat cara belajar yang efektif dan efisien, menanamkan rasa percaya diri akan keberhasilan menghadapi ujian nasional, mensugesti optimistic siswa akan keberhasilan menghadapi ujian nasional, menghilangkan rasa cemas dan takut menghadapi ujian nasional, menanamkan disiplin dalam belajar, keterampilan belajar, menghilangkan pesimistis siswa dalam menghadapi UN. Kompetensi yang harus dimiliki Guru BK saat melaksanakan konseling kelompok dengan yaitu: Memiliki wawasan dan pemahaman dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, Memiliki wawasan dan pemahaman yang luas tentang konsep kecemasan dan perilaku-perilaku yang dimunculkan dari rasa cemas, Memiliki pemahaman dan keterampilan dalam melaksanakan layanan konseling kelompok secara konvensional, Mampu memberikan pengarahan yang tepat berkenaan dengan perekonstruksian pola pikir siswa menjadi lebih rasional, Menunjukkan sikap objektif terhadap pendapat yang berbeda, serta kritik dan saran yang berkembang di dalam kelompok, Mampu menampilkan diri secara wajar, berwibawa, empati dan rasa humor dan Mampu menjaga dan menjunjung tinggi norma dan asas-asas yang terkandung dalam kegiatan layanan BK. Peran Guru BK untuk membantu siswa dalam menghadapi UN berorientasi pada problem dan edukatif dengan tujuan sebagai berikut: memperbaiki dan memecahkan masalah, membantu siswa memperoleh strategi yang konstruktif dalam mengatasi masalah, membantu siswa memodifikasi kesalahan berpikir membantu siswa menjadi mandiri dalam mengatasi permasalahan dan membentuk sikap positif pada diri siswa dalam menghadapi UN. Sikap positif terhadap UN sangat diperlukan bagi siswa dalam menghadapi UN, Sikap positif menentukan tindakan yang akan dilakukan yaitu giat belajar, semangat tinggi, percaya diri untuk berhasil menghadapi UN. Sikap positif memiliki peranan yang sangat penting dalam menghadapi UN. * Andi Riswandi BP, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 72

Ujian Nasional (UN) Penilaian hasil belajar Mengukur pencapaian kompetensi siswa Hasil UN berperan dalam menentukan lulus atau tidak lulusnya siswa Kecemasan Siswa Menghadapi UN Bayangan ancaman yang muncul saat menghadapi UN, kemudian memicu kecemasan, kecemasan dengan taraf yang tinggi akan menyebabkan siswa tidak bisa memunculkan potensi dirinya secara optimal dalam menghadapi UN. Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Kecemasan menghadapi Ujian Ujian dipersepsikan sebagai sesuatu yang mengancam Siswa memandang dirinya tidak mampu mengerjakan ujian Siswa hanya terfokus pada bayangan-bayangan konsekuensi buruk yang tidak diinginkannya Siswa mengantisipasi bahwa Peran Guru BK Siswa diajarkan untuk memeriksa bukti-bukti yang mendukung dan menentang munculnya kecemasan. Membantu siswa membentuk cara berpikir yang baru Membantu siswa memperoleh strategi yang konstruktif dalam mengatasi masalah kecemasan Membantu siswa menjadi mandiri dalam mengatasi permasalahan kecemasan Hasil Siswa dapat memandang UN bukan sebagai suatu kegiatan yang mengancam Siswa menjadi tenang dalam menghadapi UN Siswa menjadi yakin bahwa dia mampu menghadapi UN Siswa menjadi lebih termotivasi untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi UN Gambar Peran Guru BK Mereduksi Kecemasan Siswa Menjelang UN SIMPULAN Siswa mengalami kecemasan ketika menghadapi UN dikarenakan siswa pada masa lalu ketika menghadapi UN memperoleh pengalaman yang buruk, sehingga pada diwaktu yang akan datang ketika menghadapi UN siswa terbayang pengalaman masa lalu dan beranggapan akan mengalami hal yang serupa pada masa sekarang dan tidak siap menerima konsekuensi apabila pengalaman yang buruk ketika menghadapi UN terulang lagi. Siswa yang mengharuskan untuk memperoleh nilai bagus pada saat ujian dan tidak siap apabila nanti mendapatkan nilai yang jelek pada saat ujian juga sangat rentan untuk mengalami perasaan cemas ketika menghadapi UAS, tidak bisa menerima kegagalan merupakan faktor yang menyebabkan siswa merasa cemas ketika menghadapi ujian. Kecemasan muncul disebabkan karena pola pikir atau struktur kognitif individu yang tidak rasional dalam memandang suatu hal, * Andi Riswandi BP, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 73

sehingga untuk mengatasi kecemasan haruslah dengan mengubah cara pandang siswa dalam menyikapi UN. Peran Guru BK untuk membantu siswa dalam menghadapi UN berorientasi pada problem dan edukatif dengan tujuan sebagai berikut: memperbaiki dan memecahkan masalah, membantu siswa memperoleh strategi yang konstruktif dalam mengatasi masalah, membantu siswa memodifikasi kesalahan berpikir dan membantu siswa menjadi mandiri dalam mengatasi permasalahan. SARAN 1. Guru BK hendaknya tidak mengesampingkan masalah kecemasan siswa, apabila siswa mengalami tingkat kecemasan yang tinggi akan berdampak pada kualitas siswa saat melaksanakan ujian. 2. Pelaksanaan Layanan Bimbingan Konseling perlu dilaksanakan sedini mungkin sebelum pelaksanaan ujian agar siswa tidak mengalami kecemasan yang berlebihan dalam menghadapi ujian. 3. Sebelum melaksanakan layanan BK untuk membantu siswa yang mengalami kecemasan guru BK harus mengetahui rekam jejak prestasi akademik siswa yang mengalami kecemasan menjelang UN. 4. Siswa yang diberikan intervensi ketika mengalami kecemasan adalah siswa yang sudah mempersiapkan diri menghadapi UN namun masih merasa cemas. DAFTAR PUSTAKA Atkinson, R. L, at al. 2008. Pengantar Psikologi. 11 rd ed. Terjemahan oleh Wijaya Kusuma. Batam: Interaksara. Banasan, E. 2010. Levels of Anxiety and Related Symptoms. http://jenaisle.com/levels-ofanxiety-and-related-symptoms. (diunduh tanggal 23 februari 2013). Chaplin, J. P. 2009. Kamus Lengkap Psikologi. Edisi 1 Cetakan ke 13. Terjemahan Kartini Kartono. Jakarta: Rajawali Pers. Frances, O. 2008. Fequently Asked Questions about Academic Anxiety. New York: Rosen. Hosseini. L. dan Khazali. H. 2013. Comparing The Level Of Anxiety In Male & Female School Students. Journal Internasional Procedia Social and Behavioral Sciences.Volume 84. Halaman 41-46. Mantri. 2010. Anxiety Specify Level. http://nursing dx.blogspot.com/2010/10/anxiety specify level mild moderate.html. (diunduh tanggal 23 februari 2013) Nevid, J. S., Rathus, S. A., dan Greene, B. 2005. Psikologi Abnormal. Edisi Kelima Jilid 1. Terjemahan Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. Republik Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Republik Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2005. Santrock, J. W. 2007. Remaja. Jilid 2. Terjemahan Benedictine Widyasinta. Jakarta: Erlangga. Schunk, D. H., Pintrich, P. R., dan Meece, J. L. 2012. Motivasi Dalam Pendidikan Teori, Penelitian dan Aplikasi. Edisi ketiga. Terjemahkan Ellys Tjo. Jakarta: PT INDEKS. * Andi Riswandi BP, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 74

Semium, Y. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius. Suhendri. 2012. Efektivitas Konseling Kelompok Rational Emotif Untuk Membantu Siswa Mengatasi Kecemasan Menghadapi Ujian. Jurnal Bimbingan Konseling, ISSN 2252-6889. Suharman. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi. Tresna, I. G. 2011. Efektifitas konseling Behavioral Dengan Teknik Desensitisasi Sistematis Untuk Mengelola Kecemasan Menghadapi Ujian. Jurnal Nasional Bimbingan dan Konseling. Volume ISSN 1412-565X. Wibowo, M. E. 2012. Kondisi Psikologis Siswa Dalam Menghadapi Ujian Nasional. http://www.abkin.com. pdf (diunduh Tanggal 08 Agustus 2013) * Andi Riswandi BP, M.Pd Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 75