PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGAMANAN PANGAN ASAL HEWAN

EVALUASI PELAKSANAAN GOOD SLAUGHTERING PRACTICES DAN STANDARD SANITATION OPERATING PROCEDURE DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KELAS C SKRIPSI DIANASTHA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI KONTROL VETERINER UNIT USAHA PANGAN ASAL HEWAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

Bagian Keenam Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet Pasal 16 (1) Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian

HASIL DAN PEMBAHASAN

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang)

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

RAHASIA FORMULIR PENDAFTARAN PRODUK PANGAN

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

HIGIENE DAN SANITASI SARANA PP - IRT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Badan Standardisasi Nasional

GMP (Good Manufacturing Practices) Cara Pengolahan Pangan Yang Baik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi masyarakat dunia. Diperkirakan konsumsi ikan secara global

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

HASIL DAN PEMBAHASAN

From Farm to Fork...

LAMPIRAN 1. DAFTAR PERTANYAAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BAB V PRAKTEK PRODUKSI YANG BAIK

Gambaran pentingnya HACCP dapat disimak pada video berikut

Bgn-2. Penanganan Mutu Produk

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

APLIKASI GOOD MANUFACTURING PRACTICES SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURES DAN PENENTUAN

Analisa Mikroorganisme

Dokumentasi SSOP (Sanitation Standard Operating Procedures) S P O Sanitasi

Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1990 Tentang : Penyederhanaan Tata Cara Pengujian Mutu Ikan Segar Dan Ikan Beku

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52A/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 66/KEP-BKIPM/2017 TENTANG

4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP

Lu luatul Fuadah, Sutarni, S.P., M.E.P, Analianasari, S.T.P., M.T.A.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Produksi. Pangan Olahan.

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN

2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299);

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

SISTEM JAMINAN MUTU KEAMANAN PANGAN ASAL HEWAN. Tim Teaching Higiene Susu & Telur 2017 Senin, 25 & Rabu, 27 September 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

CONTOH SSOP PADA PROSES PENGOLAHAN SOSIS AYAM. Potensi Hazard Tujuan Petunjuk SSOP-nya

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG

PROFIL LABORATORIUM KESMAVET KOTA METRO

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 141 TAHUN 2009 TENTANG

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGUATAN DAYA SAING PRODUK KELAUTAN DAN PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

X. STRATEGI MENGHASILKAN PANGAN ASAL TERNAK YANG AMAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK

EVALUASI KEGIATAN DIREKTORAT KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER TAHUN 2017 & RENCANA KEGIATAN TAHUN 2018 RAKONTEKNAS II SURABAYA, 12 NOVEMBER 2017

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

BAB I PENDAHULUAN. Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

MENERAPKAN HIGIENE SANITASI

Lampirran 1 Aplikasi SSOP pada seluruh TPA dibina dan Kondisi Seharusnya yang mengacu pada Permentan 2005

PENDAHULUAN HIGIENE SUSU DAN TELUR TEAM TEACHING LAB. KESMAVET FKH UB 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

KAJIAN HASIL MONITORING DAN SURVEILANS CEMARAN MIKROBA DAN RESIDU OBAT HEWAN PADA PRODUK PANGAN ASAL HEWAN DI INDONESIA

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Transkripsi:

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** Oleh : Dr.drh. I Wayan Suardana, MSi* *Dosen Bagan Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl. PB.Sudirman, Denpasar-Bali Tlp/Fax: (0361) 223791 E-mail: iwayansuardana22@yahoo.com 1. Pendahuluan Pesatnya perkembangan ekonomi global dewasa ini memunculkan adanya isuisu jaminan mutu yang terkait dengan pemasaran hasil produk pertanian termasuk hasil peternakan, shingga keunggulan dan persaingan terhadap produk pertanian yang dihasilkan hanya dapat diraih melalui pengendalian faktor-faktor penentu seperti adanya jaminan mutu atau efisiensi dalam proses produksi dan pemasaran. Lahirnya UU No.8/1999 tentang Perlindungan Konsumen dan UU No. 18/2012 tentang Pangan, menjadikan tuntutan masyarakat konsumen akan peran pemerintah dalam penyediaan produk pangan hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) menjadi kian meningkat. Sebagai tindak lanjut upaya pemerintah dalam rangka penyediaan produk pangan hewani yang ASUH tersebut, mensyaratkan sarana agribisnis seperti RPH/RPU, Tempat Pemrosesan Daging (TPD), Usaha Pengimpor, Pengumpul / penampung dan pengedar daging serta hasil olahannya untuk memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan oleh peraturan perundangan Kesmavet, dengan langkah pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menjamin terpenuhinya syaratsyarat yang telah ditetapkan. Salah satu bentuk pengawasan tersebut adalah penetapan Nomor Kontrol Veteriner (NKV) pada sarana produksi produk pangan hewani yang saat ini masih ditekankan pada kegiatan usaha yang bergerak dalam penanganan daging. ** Disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Ketrampilan Auditor NKV Tingkat Nasional, 9-12 Juni 2013, Bali 1

Nomor Kontrol Veteriner (NKV) merupakan registrasi atau sertifikasi kelayakan usaha dengan dasar penilaian adalah terpenuhinya persyaratan teknis yang meliputi Good Manufacturing Practices (GMP) dan Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP). NKV merupakan persyaratan dasar (pre-requisite) untuk dapat diterapkannya sistem jaminan keamanan dan mutu seperti Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Kepentingan pemberian NKV perlu terus dibina dalam upaya memfasilitasi perdagangan mengingat kelancaran perdagangan produk pangan hewani memerlukan suatu pengakuan atau legitimasi berupa pemberian NKV dalam bentuk sertifikat yang menerangkan pencapaian standar/persyaratan teknis berdasarkan pada obyektivitas, kepercayaan dan transparansi penilaian oleh instansi/lembaga yang berwenang. Melalui sertifikasi NKV selain dapat mempermudah pengawasan dan pemantauan keamanan pangan asal hewan, serta pelacakan terhadap permasalahan yang berkaitan dengan keamanan pangan, NKV yang dimiliki oleh suatu unit usaha juga dapat menjadi identitas dari perusahan tersebut. Lahirnya Undang-undang No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom menjadikan kewenangan pemberian NKV bagi unit usaha bahan makanan asal hewan serta hasil olahannya akan dilimpahkan dari pusat ke daerah kecuali unit usaha yang bertujuan ekspor dan impor. Dengan demikian terbuka kesempatan bagi unit usaha yang bergerak dalam bidang produksi bahan pangan hewani untuk menyediakan produk yang memenuhi persyaratan yang berlaku baik untuk keperluan di wilayahnya sendiri maupun kebutuhan di wilayah lain. 2. Ruang Lingkup Setiap unit usaha produk pangan asal hewan wajib memiliki NKV. Usaha produk pangan asal hewan dapat dilakukan oleh Perorangan Warga Negara RI atau Badan Hukum Indonesia berbentuk Perusahan Daerah, Perseroan Terbatas atau Koperasi. Unit usaha yang bergerak dalam produksi produk pangan asal hewan meliputi: 1) Rumah Pemotongan Hewan (RPH), 2). Rumah Pemotongan Unggas (RPU), 3) Tempat Pemrosesan Daging (TPD), 4) Usaha Pengimpor/Penampung dan Distributor Daging serta hasil olahannya, serta 5) Industri Pengolahan dan Usaha Penampungan Susu. 2

3. Maksud dan Tujuan Maksud dan Tujuan pemberian Nomor Kontrol Veteriner (NKV) adalah: 1). Memberikan jaminan dan perlindungan kepada masyarakat, bahwa produk pangan asal hewan yang dibeli / dikonsumsi berasal dari hasil usaha pemotongan hewan / unggas, usaha pengimpor, pengedar dan industri pengolahan / tempat pemrosesan produk peternakan yang telah memenuhi persyaratan kesehatan masyarakat veteriner yang ditetapkan; 2).Terlaksananya tertib hukum dan tertib administrasi dalam pengolahan usaha pemotongan hewan / unggas, usaha pengimpor, pengedar dan industri pengolahan / tempat pemrosesan produk peternakan; 3).Mempermudah dan memperlancar pelaksanaan sistem pengawasan usaha pemotongan hewan / unggas, usaha pengimpor, pengedar dan industri pengolahan / tempat pemrosesan produk peternakan baik oleh para pengawas Kesehatan Masyarakat Veteriner di lapangan maupun konsumen dan meningkatkan daya saing produk domestik di pasar global. 4. Asfek Good Manufacturing Practice (GMP) sebagai Persyaratan Dasar NKV Persyaratan dasar pertama yang harus dipenuhi untuk diperolehnya sertifikat NKV yaitu berjalannya suatu proses produksi yang baik yang diistilahkan sebagai Good Manufacturing Prectice (GMP). Di dalam GMP ada beberapa komponen yang harus diperhatikan diantaranya : 1. Locker karyawan Berdasarkan atas SNI, locker karyawan harus memperhatikan luas ruangan, yang disesuaikan dengan jumlah karyawan, ventilasi, dan penerangan cukup baik, serta terletak di bagian arah masuk pegawai atau pengunjung. 2. Toilet karyawan Berdasarkan atas SNI, persyaratan toilet antara lain: a. pintu tidak mengarah ke ruang produksi, b. dibangun minimal masing-masing di daerah kotor dan daerah bersih, 3

c. saluran pembuangan dari kamar mandi dibuat khusus ke arah septic tank dan tidak menjadi satu dengan saluran pembuangan limbah, dan d. dinding bagian dalam dan lantai harus terbuat dari bahan yang kedap air, tidak mudah berkarat, mudah dirawat dan dibersihkan. 3. Personil Kelengkapan personil atau pekerja harus dilengkapi dengan pakaian bersih dengan memakai topi pelindung kepala dan rambut, memakai sepatu boot, kaos tangan, dan penutup mulut. Pekerja tidak diperbolehkan menggunakan perhiasan berupa cincin, kalung, gelang, anting, dan dilarang berkuku panjang. 4. Dapur Dapur hanya diperuntukkan untuk memasak air panas guna keperluan scalding babi (proses dehairing-pengerokan rambut) atau unggas (proses defeathering-pencabutan bulu), bukan untuk keperluan lainnya (minuman). 5. Ruang produksi Persyaratan RPH/RPU seyogianya dilengkapi dengan ruang penyembelihan, pemrosesan, pendingin, pembeku, pembagian karkas, laboratorium, dan sistem saluran pembuangan limbah cair yang memadai. 5. Asfek Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) sebagai Persyaratan Dasar NKV Di dalam kelayakan dasar NKV, SSOP sangat memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu unit usaha dalam menjalankan usahanya. Ada 8 (delapan) persyaratan yang harus diperhatikan dalam menjalankan SSOP. 1. Keamanan Air. Keamanan pangan menyangkut bahan penolong (air, es) yang berhubungan langsung dengan pangan, atau permukaan peralatan yang digunakan langsung untuk pangan, atau digunakan pada pembuatan es. 4

2. Kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan. Sanitasi menyangkut kondisi dan kebersihan permukaan peralatan yang dipakai langsung untuk pangan termasuk perlengkapan pengolahan, sarung tangan, dan pakaian kerja. 3. Pencegahan kontaminasi silang. Pencegahan kontaminasi silang dari barang yang tidak saniter terhadap produk, bahan kemasan produk, dan permukaan peralatan yang berhubungan langsung untuk pangan, termasuk didalamnya perlengkapan pengolahan, sarung tangan, dan pakaian kerja serta dari bahan baku. 4. Sanitasi karyawan. Hal ini menyangkut membiasakan karyawan untuk selalu menjaga kebersihan toilet, dan menyucihamakan tangan setelah menggunakan toilet. 5. Proteksi terhadap sumber kontaminasi. Hendaknya dilakukan pencegahan pangan, bahan kemasan, dan permukaan peralatan yang dipakai langsung untuk pangan dari pencemaran yang disebabkan oleh pelumas, bahan bakar, pestisida, bahan pembersih, bahan penyucihama, kondensasi, dan bahan kontaminasi kimiawi, fisik, dan biologik. 6. Penggunaan bahan beracun. Agar diperhatikan sistem pelabelan, penyimpanan, dan penggunaan bahan beracun dengan benar. 7. Pengawasan kesehatan karyawan. Kendalikan kondisi kesehatan karyawan yang dapat mengakibatkan kontaminasi mikroba pada pangan, bahan kemasan pangan, dan permukaan peralatan yang dipakai langsung untuk pangan. 8. Pengawasan binatang pengganggu. Hindari unit pengolahan pangan dari infestasi binatang pengganggu (tikus, lalat, anjing, kucing, kecoak, dan lain-lain). 5

Penutup Diharapkan melalui sistem pemberian / penerapan Nomor Kontrol Veteriner (NKV), menjadikan kegiatan pemotongan, pengelolaan dan pemasaran produk peternakan semakin terpadu dalam standarisasi untuk mewujudkan produk peternakan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH). KEPUSTAKAAN Anonimous. 2005. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 381/Kpts/OT.140/10/2005. Pedoman Sertifikasi Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan. Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner. 2001. Pedoman Teknis Pemberian Nomor Kontrol Veteriner (NKV) pada Unit Usaha Produk Pangan Asal Hewan. Djajadi Gunawan. 2002. Teknik Assesmen Nomor Kontrol Veteriner (NKV) sebagai Persyaratan Dasar Penerapan HACCP di Industri Pangan Asal Hewan. Suardana, I.W., dan I.B.Swacita. 2009. Higiene Makanan. Kajian Teori dan Prinsip Dasar. Cetakan pertama. Udayana University Press. 336 hal. Wiryanti, J. 2002. Program Prasyarat Sistem HACCP: Persyaratan Dasar dan Program Penunjang HACCP. Pelatihan Penerapan HACCP pada Industri Pangan Asal Hewan untuk Dosen Universitas / Perguruan Tinggi. Bogor, 13-24 Mei 2002. 6