I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

I. PENDAHULUAN. Hakikat manusia pada dasarnya selain sebagai makhluk pribadi (individu) juga

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas

II. TINJAUAN PUSTAKA. laku yang melanggar undang-undang pidana. Oleh sebab itu setiap perbuatan yang

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang merugikan keuangan negara

I. PENDAHULUAN. keteraturan, ketentraman dan ketertiban, tetapi juga untuk menjamin adanya

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

I. PENDAHULUAN. Perubahan kehidupan manusia pada era globalisasi sekarang ini terjadi dengan

I. PENDAHULUAN. Petasan merupakan peledak yang berdaya ledak rendah atau low explosive.

I. PENDAHULUAN. masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan; menyelenggarakan segala kegiatan

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban manusia, bahkan lebih maju dari peradaban

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yaitu melalui peranan seseorang atau

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

I. PENDAHULUAN. saat ini membutuhkan kendaraan dengan tujuan untuk mempermudah segala akses

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan Hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide kepastian

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Narkotika sendiri merupakan barang yang tidak lagi dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan ( Wetmatigsheid Van

I. PENDAHULUAN. organisasi/perusahaan swasta, baik yang berupa surat-surat, barang-barang

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah,

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang kurang perhatian orang tua, dan begitu beragamnya kegiatan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peran diartikan sebagai seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang

I. PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang. Hal ini terdapat pada Pasal 28 UUD 1945 yang

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

I. PENDAHULUAN. Penyelenggara pemerintahan mempunyai peran penting dalam tatanan (konstelasi)

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

III. METODE PENELITIAN. normatif. Pendekatan yuridis normatif dilakukan untuk memahami persoalan

I. PENDAHULUAN. kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Pada saat ini

III. METODE PENELITIAN. metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

III. METODE PENELITIAN. penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat

III. METODE PENELITIAN. yang digunakan dalam kerangka penulisan ini adalah :

I. METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

I. PENDAHULUAN. pemikiran bahwa perubahan pada lingkungan dapat mempengaruhi kehidupan

cenderung meningkat, juga cukup besar dibandingkan komponen pengeluaran APBN yang lain,

I. PENDAHULUAN. masyarakat menimbulkan dampak lain, yaitu dengan semakin tinggi kepemilikan

III. METODE PENELITIAN. digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

I. PENDAHULUAN. seseorang (pihak lain) kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagai

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan masalah guna memberikan petunjuk pada permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan masyarakat. Peranan yang seharusnya dilakukan Kepolisian Resort

I. PENDAHULUAN. apabila tingkat perekonomian menengah keatas dan kondisi keamanan yang harmonis,

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

I. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. satu atau berupa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

I. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

III. METODE PENELITIAN. penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas adalah salah satu permasalahan yang dihadapi kota-kota besar di

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan, perdagangan gelap narkotika merupakan permasalahan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

METODE PENELITIAN. dengan seksama dan lengkap, terhadap semua bukti-bukti yang dapat diperoleh

suami yang sah dan melahirkan anak-anak serta mendidik untuk menjadi generasi yang berguna.

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi, perbaikan sistem publik, melakukan usaha

Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. cara melakukan penelitian hukum dengan teratur (sistematis). 39 Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

I. PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa, oleh karena itu komitmen dan

I. PENDAHULUAN. Anarkis merupakan sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan, anarkis dimulai di

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini penulis melakukan dua pendekatan yaitu :

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Lalu lintas dan angkutan jalan sebagai bagian dari

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Upaya untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam melakukan penelitian

I. PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

I. PENDAHULUAN. pokok memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, melakukan penegakan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

informasi, tetapi setiap pembangunan memiliki dampak negatif dari pembangunan antara lain

adalah penerapan pidana yang tidak sama terhadap tindak pidana yang

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum pada dasarnya bersifat mengatur atau membatasi setiap tindakan yang dilakukan oleh setiap masyarakat (individu). Pada garis besarnya hukum merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan hidup di antara manusia akan tetap terjaga demi terciptanya kedamaian dalam hidup bermasyarakat yang pada kenyataannya kalau diperhatikan tidak sesuai harapan, di mana setiap anggota masyarakat mempunyai kepentingan yang tidak sama, seringkali tidak menghiraukan aturan hukum. Ini terjadi karena kurang menyadari pentingnya serta akibat hukum yang ditimbulkan baik pada dirinya maupun pada orang lain yang menjadi korban, bahkan mengakibatkan korban jiwa pada orang lain. Usaha penanggulangan kejahatan salah satunya ialah menggunakan hukum pidana dengan sanksinya yang berupa pidana, namun demikian usaha ini pun masih sering dipersoalkan. Perbedaan mengenai peranan pidana dalam menghadapi masalah kejahatan ini menurut Herbert L. Packer dalam buku Barda Nawawi Arief, bahwa usaha pengendalian perbuatan anti sosial dengan mengenakan pidana pada seseorang yang bersalah melanggar peraturan pidana merupakan suatu persoalan sosial yang mempunyai dimensi hukum yang penting. 1 1 Barda Nawawi Arif, Kebijakan Hukum Pidana, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2004. hlm.12

2 Kehidupan masyarakat memerlukan eksistensi hukum, karena bukan hanya menjadi parameter untuk keadilan, keteraturan, ketentraman dan ketertiban, tetapi juga untuk menjamin adanya kepastian hukum. Hukum semakin diarahkan sebagai sarana kemajuan dan kesejahteraan masyarakat dan manusia dituntut untuk dapat mengendalikan perilakunya, sebab tanpa pengendalian dan kesadaran untuk membatasi perilaku yang berpotensi merugikan kepentingan orang lain dan kepentingan umum. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maka peran hukum menjadi sangat penting untuk mengatur hubungan masyarakat sebagai warga negara, baik hubungan antara sesama manusia, hubungan manusia dengan kebendaan, manusia dengan alam sekitar dan manusia dengan negara, tetapi pada kenyataannya ada manusia yang melanggar hukum atau melakukan tindak pidana. Jenis tindak pidana yang akhir-akhir ini terjadi dalam kehidupan masyarakat salah satunya adalah pencurian dengan kekerasan (curas) terhadap kendaran bermotor atau sering disebut dengan begal. Tindak pidana pencurian dengan kekerasan ini diatur dalam Pasal 365 KUHP sebagai berikut: (1) Diancam dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun dipidana pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan pada orang, dengan maksud untuk menyediakan atau memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan, supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi yang turut serta melakukan kejahatan itu untuk melarikan diri atau supaya barang yang dicurinya tetap tinggal di tempatnya. (2) Dipidana penjara selama-lamanya dua belas tahun dijatuhkan: a. Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau dipekarangan tertutup yang ada rumahnya, atau di jalan umum atau di dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan. b. Jika perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih c. Jika yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan itu dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu. d. Jika perbuatan itu berakibat ada orang luka berat. (3) Dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun jika perbuatan itu berakibat ada orang mati.

3 (4) Pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selamalamanya dua puluh tahun dijatuhkan jika perbuatan itu berakibat ada orang luka atau mati dan perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih dan lagi pula disertai salah satu hal yang diterangkan dalam Nomor 1 dan Nomor 3. Tindak pidana pencurian dengan kekerasan terhadap kendaraan bermotor merupakan kejahatan yang meresahkan masyarakat, sehingga pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dalam fungsinya institusi penegakan hukum melaksanakan tugas menciptakan memelihara keamanan dalam negeri dengan menyelenggarakan berbagai fungsi kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh Polri selaku alat negara yang dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Tindak pidana pencurian dengan kekerasan terhadap pengendara kendaraan bermotor di wilayah hukum Polres Lampung Utara merupakan tindak pidana yang mendapatkan perhatian serius, karena mengalami peningkatan selama tahun 2012-2013 sebagaimana dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 1. Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan Kendaraan Bermotor di Wilayah Hukum Polres Lampung Utara No Tahun Tindak Pidana Jumlah Curanmor/Curas Curat Curanmor/Curat 1 2013 246 232 69 547 2 2014 260 238 132 630 3 2015 (Jan-Ags) 144 137 96 377 Sumber: Data Laporan Polisi pada Polres Lampung Utara Tahun 2014 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sesuai dengan laporan polisi (LP) yang ada, diperoleh rincian kasus sebelum dibentuk Tim Anti Begal, yaitu sebagai berikut:

4 Kasus Curanmor pada tahun 2013 sebanyak 246 kasus, Curat 232 kasus dan Curanmor/ Curat sebanyak 69 kasus. Pada tahun 2014 data tersebut mengalami peningkatan menjadi Curanmor 260 kasus, Curat 238 kasus dan Curanmor/Curat 132 kasus. Selanjutnya data tindak pidana setelah dibentuk Tim Anti Begal, dari bulan Januari sampai dengan Agustus 2015, menunjukkan Kasus Curanmor sebanyak 144 kasus, Curat 137 kasus dan Curanmor/ Curat sebanyak 96 kasus. Hal ini menunjukkan adanya penurunan tindak pidana setelah dibentuk Tim Anti Begal di Polres Lampung Utara. Tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan di Lampung Utara menjadi tindak pidana yang mendapat perhatian serius wilayah hukum Polres Lampung Utara, karena jenis tindak pidana ini berhubungan dengan banyak faktor, seperti sosial ekonomi masyarakat. Seiring dengan peningkatan jumlah tindak pidana curas, masyarakat sering kali melakukan aksi main hakim sendiri, seperti melakukan pengeroyokan hingga membakar pelaku curanmor yang tertangkap oleh massa hingga tewas. Aksi main hakim sendiri ini didorong oleh kegeraman massa terhadap pelaku kejahatan yang meresahkan warga, karena para pelaku kejahatan ini berlaku sadis dalam melakukan kejahatannya, tidak hanya merampas kendaraan korban, tetapi juga sering kali melukai bahkan membunuh korbannya. Pihak keluarga pelaku dan warga yang tinggal satu kampung/desa dengan pelaku pada perkembangan berikutnya tidak menerima aksi warga tersebut. Akibatnya adalah terjadi gesekan sosial yang berpotensi mengarah pada anarkhisme massa atau perang antar kampung yang melibatkan dua kelompok masyarakat. Oleh karena itu diperlukan upaya yang strategis dan komprehensif dari pihak kepolisian dalam rangka

5 mencegah dan menanggulangi tindak pidana pencurian dengan kekerasan kendaran bermotor ini agar meluas dan menjadi ancaman situasi kamtibmas di wilayah hukum Polres Lampung Utara. Polres Lampung Utara menempuh kebijakan baru dalam pemberantasan tindak pidana pencurian dengan pemberatan kendaraan bermotor (begal) dengan membentuk Tim Anti Begal dengan terus memburu para pelaku tindak kejahatan untuk memberikan rasa aman bagi warga masyarakatnya dari tindakan kriminal, terutama pembegalan kendaraan bermotor. Hal ini menjadi isu hukum yang menarik sebagai tindakan kepolisian untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat. Pada setiap titik daerah rawan pembegalan dijaga oleh sejumlah petugas berpakaian preman. Sementara, anggota Resmob, Sabhara dan Tim Anti Begal bentukan Polres Lampung Utara terus melakukan patroli untuk mempersempit para pelaku pembegalan menjalankan aksinya. 2 Perintah tegas Kapolres Lampung Utara untuk tembak ditempat bagi pelaku kriminal yang melawan petugas saat akan ditangkap, membuat takut bagi para pelaku tindak kejahatan di wilayah hukum Polres Lampung Utara. Tim Anti Begal Polres Lampung Utara terus memburu para pelaku tindak kejahatan untuk memberikan rasa aman bagi warga masyarakatnya dari tindakan kriminal, terutama pembegalan kendaraan bermotor. Tim Anti Begal melakukan upaya di antaranya meningkatkan patroli rutin dan lebih mengaktifkan peran Bhabinkamtibmas. Pihaknya juga meyakini ancaman ini tidak akan terjadi karena sudah banyak kawanan begal yang diungkap. Adanya anggapan mengenai sikap pasif aparat terkait penanganan begal, meski telah 2 www.radarlampungonline.kienrjatimantibegalpolreslampungutara. Diakses Senin 06 April 2015

6 mengetahui daerah-daerah pelaku begal, aparat belum dapat melaksanakan tindakan karena penggerebekan baru bisa dilakukan jika telah ada pelanggaran hukum yang terjadi. Apabila belum ada pelanggaran hukum dan langsung diambil tindakan hukum maka dapat dikatakan sebagai pelanggaran HAM. Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian Tesis yang berjudul: Peranan Tim Anti Begal dalam Penanggulangan Pencurian dengan Kekerasan (Studi di Wilayah Hukum Kepolisian Resor Lampung Utara) B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimanakah peranan Tim Anti Begal dalam penanggulangan pencurian dengan kekerasan di Wilayah Hukum Kepolisian Resor Lampung Utara? b. Mengapa terdapat penghambat terhadap Tim Anti Begal dalam penanggulangan pencurian dengan kekerasan di Wilayah Hukum Kepolisian Resor Lampung Utara? 2. Ruang Lingkup Ruang lingkup ilmu penelitian adalah hukum pidana, dengan sub kajian mengenai peranan Tim Anti Begal dalam penanggulangan tindak pidana pencurian dengan kekerasan kendaraan bermotor. Ruang lingkup lokasi penelitian adalah di Wilayah Hukum Kepolisian Resor Lampung Utara, waktu penelitian dilaksanakan Tahun 2015

7 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk menganalisis peranan Tim Anti Begal dalam penanggulangan pencurian dengan kekerasan di Wilayah Hukum Kepolisian Resor Lampung Utara b. Untuk menganalisis faktor penghambat peranan Tim Anti Begal dalam penanggulangan pencurian dengan kekerasan di Wilayah Hukum Kepolisian Resor Lampung Utara 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini terdiri dari kegunaan secara teoretis dan kegunaan secara praktis sebagai berikut: a. Kegunaan Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan berguna dalam memperkaya wawasan hukum pidana, dengan kajian mengenai peran Kepolisian sebagai aparat penegak hukum dalam menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat. b. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan rujukan bagi aparat penegak hukum, khususnya Kepolisian dalam melaksanakan penegakan hukum terhadap tindak pidana yang meresahkan masyarakat. Selain itu sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar Magister Hukum pada Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8 D. Kerangka Pemikiran 1. Alur Pikir Gambar 1. Alur Pikir Penelitian Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasaan (Pembegalan) Kepolisian Resor Lampung Utara Dasar Hukum: KUHP, KUHAP dan Undang-Undang Kepolisian Tim Anti Begal Peran (Tugas, Fungsi dan Wewenang) Pelaksanaan Peranan Faktor Penghambat Pelaksanaan Peran Upaya Menciptakan Kamtibmas

9 2. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan abstraksi hasil pemikiran atau kerangka acuan atau dasar yang relevan untuk pelaksanaan suatu penelitian ilmiah, khususnya penelitian hukum 3. Berdasarkan pengertian tersebut maka kerangka teoretis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Teori Peranan Peranan diartikan sebagai seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Kedudukan dalam hal ini diharapkan sebagai posisi tertentu di dalam masyarakat yang mungkin tinggi, sedang-sedang saja atau rendah. Kedudukan adalah suatu wadah yang isinya adalah hak dan kewajiban tertentu, sedangkan hak dan kewajiban tersebut dapat dikatakan sebagai peranan. Oleh karena itu, maka seseorang yang mempunyai kedudukan tertentu dapat dikatakan sebagai pemegang peranan (role accupant). Suatu hak sebenarnya merupakan wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas. 4 Secara sosiologis peranan adalah aspek dinamis yang berupa tindakan atau perilaku yang dilaksanakan oleh seseorang yang menempati atau memangku suatu posisi dan melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya. Jika seseorang menjalankan peranan tersebut dengan baik, dengan sendirinya akan berharap bahwa apa yang dijalankan sesuai dengan keinginan dari lingkungannya. Peranan secara umum adalah kehadiran di dalam menentukan suatu proses keberlangsungan. 5 3 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Rineka Cipta. Jakarta. 1986. hlm.101 4 Kamus Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. 2002. hlm. 348. 5 Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Press. Jakarta. 2002. hlm.242

10 Peranan merupakan dinamisasi dari statis ataupun penggunaan dari pihak dan kewajiban atau disebut subyektif. Peranan dimaknai sebagai tugas atau pemberian tugas kepada seseorang atau sekumpulan orang. Peranan memiliki aspek-aspek sebagai berikut: 1) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat. 2) Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3) Peranan juga dapat diartikan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. 6 b. Teori Faktor yang Menghambat Penegakan Hukum Penegakan hukum bukan semata-mata pelaksanaan perundang-undangan saja, namun terdapat juga faktor-faktor yang menghambat, yaitu sebagai berikut: 1) Faktor Perundang-undangan (Substansi hukum) Praktek menyelenggarakan penegakan hukum di lapangan seringkali terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Hal ini dikarenakan konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak sedangkan kepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif. Oleh karena itu suatu tindakan atau kebijakan yang tidak sepenuhnya berdasarkan hukum merupakan suatu yang dapat dibenarkan sepanjang kebijakan atau tindakan itu tidak bertentangan dengan hukum. 6 Ibid. hlm.242

11 2) Faktor penegak hukum Salah satu kunci dari keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian dari penegak hukumnya sendiri. Dalam rangka penegakan hukum oleh setiap lembaga penegak hukum, keadilan dan kebenaran harus dinyatakan, terasa, terlihat dan diaktualisasikan. 3) Faktor sarana dan fasilitas Sarana dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup. Tanpa sarana dan fasilitas yang memadai, penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak hukum tidak mungkin menjalankan peran semestinya. 4) Faktor masyarakat Masyarakat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan penegakan hukum, sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai dalam masyarakat. Bagian yang terpenting dalam menentukan penegak hukum adalah kesadaran hukum masyarakat. Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan semakin memungkinkan penegakan hukum yang baik. 5) Faktor Kebudayaan Kebudayaan Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum adat. Berlakunya hukum tertulis (perundang-undangan) harus mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar hukum adat. Dalam penegakan hukum, semakin banyak penyesuaian antara peraturan perundang-undangan dengan kebudayaan masyarakat, maka akan semakin mudahlah dalam menegakannya. 7 7 Soerjono Soekanto. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Rineka Cipta. Jakarta. 1983. hlm.8-10

12 c. Teori Kebijakan Kriminal Teori lain yang berkaitan dengan peran kepolisian tersebut adalah teori kebijakan kriminal yang dikenal dengan berbagai istilah, antara lain penal policy atau criminal policy adalah suatu usaha untuk menanggulangi kejahatan melalui penegakan hukum pidana, yang rasional yaitu memenuhi rasa keadilan dan daya guna. Dalam rangka menanggulangi kejahatan terhadap berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan, berupa sarana pidana maupun non hukum pidana, yang dapat diintegrasikan satu dengan yang lainnya. Apabila sarana pidana dipanggil untuk menanggulangi kejahatan, berarti akan dilaksanakan politik hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang sesuai dengan berbagai keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang. Usaha-usaha yang rasional untuk mengendalikan atau menanggulangi kejahatan (politik kriminal) menggunakan 2 (dua) sarana, yaitu: 1) Kebijakan Pidana dengan Sarana Non Penal Kebijakan penanggulangan kejahatan dengan sarana non penal hanya meliputi penggunaan sarana sosial untuk memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu, namun secara tidak langsung mempengaruhi upaya pencegahan terjadinya kejahatan 2) Kebijakan Pidana dengan Sarana Penal Sarana penal adalah penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana yang di dalamnya terdapat dua masalah sentral, yaitu: a. Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana. b. Sanksi apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan pada pelanggar 8 Menurut G Peter Hoefnagels dalam buku Barda Nawawi Arif, upaya penanggulangan kejahatan atau kebijakan kriminal adalah reaksi sosial terhadap kejahatan dalam bentuk didirikannya sebuah institusi. Dalam lingkup kebijakan kriminal ini, 8 Barda Nawawi Arif. Kebijakan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. 2004. hlm.12

13 Hoefnagels memasukkan di dalamnya berupa: (a) penerapan sarana hukum pidana; (b) pencegahan tanpa pemidanaan; (c) upaya mempengaruhi pandangan masyarakat tentang kejahatan 9 3. Konseptual Konseptual adalah susunan berbagai konsep yang menjadi fokus pengamatan dalam melaksanakan penelitian 10. Berdasarkan definisi tersebut, maka batasan pengertian dari istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Peran adalah aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai kedudukannya maka dia menjalankan peran 11 b. Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Pasal 1 Ayat 1 Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia). Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat (Pasal 2). c. Penanggulangan tindak pidana adalah berbagai tindakan atau langkah yang ditempuh oleh aparat penegak hukum dalam rangka mencegah dan mengatasi suatu tindak pidana dengan tujuan untuk menegakkan hukum dan melindungi masyarakat dari kejahatan 12 9 Ibid. hlm.15. 10 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Rineka Cipta. Jakarta. 1986. hlm.103 11 Soerjono Soekanto. Loc Cit. 2002. hlm.243 12 Barda Nawawi Arief. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. 2001. hlm. 23

14 d. Tindak pidana pencurian dengan kekerasan Berdasarkan Pasal 365 Ayat (1) KUHP adalah tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara selamalamanya sembilan tahun dipidana pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan pada orang, dengan maksud untuk menyediakan atau memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan, supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi yang turut serta melakukan kejahatan itu untuk melarikan diri atau supaya barang yang dicurinya tetap tinggal di tempatnya. e. Pelaku tindak pidana adalah setiap orang yang melakukan perbuatan melanggar atau melawan hukum sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang. Pelaku tindak pidana harus diberi sanksi demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum 13 E. Metode Penelitian 1. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan melalui studi kepustakaan (library research) dengan cara membaca, mengutip dan menganalisis teori hukum dan perundang-undangan yang berhubungan permasalahan. Pendekatan yuridis empiris adalah upaya untuk memperoleh kejelasan dan pemahaman dari permasalahan berdasarkan realitas atau studi kasus 14 13 Mardjono Reksodiputro. Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Melihat Kejahatan dan Penegakan Hukum dalam Batas-Batas Toleransi, Pusat Keadilan dan Pengabdian Hukum, Jakarta, 1994. hlm.76 14 Soerjono Soekanto. Op.Cit 1983. hlm.7

15 2. Sumber dan Jenis Data Data terdiri dari data lapangan dan data kepustakaan. Data lapangan adalah yang diperoleh dari lapangan penelitian, sementara itu data kepustakaan adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan. Jenis data meliputi data primer dan data sekunder 15 Data yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut: a. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan (library research), dengan cara membaca, menelaah dan mengutip terhadap berbagai teori, asas dan peraturan yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Bahan Hukum Primer, terdiri dari: a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana b) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. c) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia d) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana 15 Ibid. hlm.36

16 e) Keputusan Kapolri No. Pol: Kep /53 /X /2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-Satuan Organisasi pada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia 2) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder dalam penelitian bersumber dari bahan-bahan hukum yang dapat membantu pemahaman dalam menganalisa permasalahan, dari berbagai arsip dan dokumen, brosur, makalah dan sumber internet. b. Data Primer Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian dengan melakukan wawancara (interview) dengan narasumber: (1) Kepala Kepolisian Resor Lampung Utara = 1 orang (2) Kepala Satreskrim Kepolisian Resor Lampung Utara = 1 orang (3) Kanit Tim Anti Begal Kepolisian Resor Lampung Utara = 1 orang+ Jumlah = 3 orang 3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data a. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan: 1) Studi pustaka (library research), adalah pengumpulan data dengan melakukan serangkaian kegiatan membaca, menelaah dan mengutip dari bahan kepustakaan serta melakukan pengkajian terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pokok bahasan.

17 2) Studi lapangan (field research), dilakukan sebagai usaha mengumpulkan data secara langsung di lapangan penelitian guna memperoleh data yang dibutuhkan dengan melakukan wawancara (interview), kepada narasumber penelitian. b. Pengolahan Data Tahap pengolahan data adalah sebagai berikut: 1) Seleksi Data, yaitu memeriksa data untuk mengetahui kelengkapan data selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan 2) Klasifikasi Data, yaitu menempatkan data menurut kelompok-kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar diperlukan dan akurat. 3) Penyusunan Data, yaitu menyusun data yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang terpadu pada pokok bahasan untuk mempermudah interpretasi data penelitian. 4. Analisis Data Setelah pengolahan data selesai, maka dilakukan analisis data. Setelah itu dilakukan analisis kualitatif, artinya hasil penelitian ini dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat yang mudah dibaca dan dimengerti untuk diinterprestasikan dan ditarik kesimpulan secara umum yang didasarkan faktafakta yang bersifat khusus terhadap pokok bahasan yang diteliti. 16 16 Ibid. hlm.69.

18 F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Tesis ini disajikan ke dalam empat bab yang saling berkaitan antara satu bab dengan bab lainnya, yaitu sebagai berikut: I. PENDAHULUAN Bab ini berisi pendahuluan penyusunan Tesis yang terdiri dari Latar Belakang, Permasalahan dan Ruang Lingkup, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian serta Sistematika Penulisan. II. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tinjauan pustaka dari berbagai konsep atau kajian yang berhubungan dengan penyusunan Tesis dan diambil dari berbagai referensi atau bahan pustaka terdiri dari pengertian tugas pokok, fungsi dan wewenang Polri, penegakan hukum pidana, penanggulangan tindak pidana, tindak pidana pencurian dengan kekerasan. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisi deskripsi berupa penyajian dan pembahasan data yang telah didapat penelitian, terdiri dari deskripsi dan analisis mengenai Peranan Tim Anti Begal Polres Lampung Utara dalam penanggulangan pencurian dengan kekerasan dan faktor-faktor yang menghambat peranan Tim Anti Begal Polres Lampung Utara dalam penanggulangan pencurian dengan kekerasan. IV.PENUTUP Berisi kesimpulan umum yang didasarkan pada hasil analisis dan pembahasan penelitian serta berbagai saran sesuai dengan permasalahan yang ditujukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian.