BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aditya Anwar Himawan, 2014 Sikap Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengangguran terutama pengangguran yang berasal dari lulusan perguruan

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan kerja terus meningkat. Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2015

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat yang berpendidikan rendah. Banyak sarjana yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang berpendidikan rendah. Banyak sarjana yang hanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah besar di Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Asal mula kewirausahaan dapat dijabarkan sebagai berikut: wirausaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan terjadi karena perbandingan antara jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kaya sumber daya manusia dengan jumlah

sampel yang digunakan sebanyak 180 responden, dengan menggunakan teknik

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial merupakan masalah

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. wirausahawan menawarkan kesempatan kepada individu untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2014 FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pencari kerja. Orang yang mencari kerja lebih banyak, sehingga banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dari negara-negara di dunia. Untuk mengimbangi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan untuk menjadikan negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pengangguran di Indonesia sekarang ini terus bertambah,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

Titian Ningrum Pendidikan Ekonomi, FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gugun Ruslandi, 2016 Pengaruh Program Mahasiswa Wirausaha Terhadap Minat Berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. baru menjadi kegiatan yang nyata dalam setiap usahanya. ada namun lapangan kerja yang tersedia sangat sedikit.

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB I PENDAHULUAN. 1 SD ke bawah , , ,69. 2 Sekolah Menengah Pertama , ,

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di IndonesiaMenurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik, dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. lulusan atau tenaga kerja baru.perkembangan perekonomian Indonesia di prediksi

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN I.1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi dunia yang berdampak buruk pada perekonomian di Indonesia tidak hanya berdampak pada naiknya harga-harga. Krisis ekonomi juga mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia. Banyak perusahaan mengalami kesulitan keuangan sehingga merampingkan struktur organisasinya dengan cara memutuskan hubungan kerja dengan para karyawannya, bahkan tidak sedikit pula perusahaan yang bangkrut karena tidak sanggup memenuhi tingginya biaya produksi. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan suatu negara adalah para wirausahawan. Kewirausahaan merupakan persoalan penting dalam perekonomian suatu bangsa yang sedang membangun. Kemajuan atau kemunduran ekonomi suatu bangsa ditentukan oleh keberadaan dan peranan dari kelompok entrepreneur. Karir kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat yang menghasilkan imbalan finansial yang nyata (Yohnson dalam Adeline, 2011:1). Heidjrachman Ranu Pandojo (Buchari Alma, 1999) menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan yang dicapai oleh negara Jepang ternyata disponsori oleh wirausaha yang telah berjumlah 2% tingkat sedang, wirausaha kecil sebanyak 20% dari jumlah penduduknya. Inilah kunci keberhasilan pembangunan negara Jepang. Pendapat diatas juga didukung oleh suatu pernyataan yang bersumber dari PBB menyatakan bahwa suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki wirausaha sebanyak 2% dari jumlah penduduknya (Buchari, 1999:4). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemajuan suatu negara membutuhkan banyak entrepeneur.

Wirausaha atau yang disebut juga entrepeneur adalah seorang yang mandiri, yaitu orang yang memiliki perusahaan sebagai sumber penghasilannya. Dengan perkataan lain, ia tidak menggantungkan diri untuk penghasilannya kepada orang lain (Basrowi, 2011: 6). Pendapat Ani Piyani menyatakan bahwa: pada tahun 2020 kita akan mulai memasuki era free trade di wilayah Asia dan Fasifik. Pada era ini dibutuhkan para entrepenuer yang mampu menjawab tantangan dan peluang di kawasan ini. Diperkuat dengan pernyataan Peter F. Drucker dalam Z. Heflin Frinces bahwa entrepreneur (wirausaha) mempunyai peran yang besar di dalam menciptakan lapangan kerja di Amerika Serikat (AS) dalam kurun waktu 1965-1985 sedangkan pada waktu tersebut kondisi ekonomi AS sangat tidak menguntungkan. Dengan demikian dapat disimpulkan entrepeneur merupakan salah satu solusi dalam mengurangi pengangguran. Pemerintah mengharapkan generasi muda atau mahasiswa yang baru lulus mempunyai kemampuan dan keberanian untuk mendirikan bisnis baru meskipun secara ukuran bisnis termasuk kecil tetapi membuka kesempatan pekerjaan bagi banyak orang. Jiwa wirausaha perlu dimiliki oleh semua mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu, yang mana untuk pemanfatan dan memajukan kegiatan pada bidang disiplin ilmu masing-masing (Cocorda dan I Ketut,2012:1). Menurut surat kabar detik Finance (http://finance.detik.com) diberitakan bahwa saat ini jumlah wirausaha di Indonesia hanya 570.339 orang atau 0,24% dari jumlah penduduk yang sebanyak 237,64 juta orang. Dibutuhkan 4,18 juta wirausaha agar mencapai jumlah ideal wirausaha yaitu 4,75 juta wirausaha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa wirausaha di Indonesia masih sedikit apalagi jika dibandingkan dengan negara tetangga misalnya malaysia yang mencapai 5 persen dan Singapura 7 persen. Pernyataan diatas diperkuat oleh Yuyus Suryana (2011) yang menyatakan bahwa tingkat kewirausahaan di Indonesia rendah, apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Pasific. Hal ini terlihat dari rasio wirausaha dengan jumlah penduduk di Indonesia. Rasio kewirausahaan dengan jumlah penduduk di Indonesia adalah 1:83, sedangkan filipina 1:66,

Jepang 1:25 bahkan Korea kurang dari 20. Berdasarkan rasio secara internasional, rasio unit usaha ideal adalah 1:20. Dari rasio tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah wirausaha di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan jumlah penduduk. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, minat lulusan lembaga pendidikan untuk berwirausaha sangat rendah, yaitu bagi lulusan SLTA (22,63 persen) dan perguruan tinggi (6,14 persen). Sedangkan mereka yang berpendidikan SD dan SMP justru memiliki kemandirian untuk berusaha sendiri (32,46 persen). Terdapat kecenderungan para pemuda berpendidikan SLTA (61,87 persen) dan sarjana (83,20 persen) memilih menjadi pekerja atau karyawan dibanding menjadi wirausaha. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin rendah kemandirian dan motivasi untuk menjadi wirausaha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa minat berwirusaha dari perguruan tinggi menduduki posisi paling rendah jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya. Rendahnya minat berwirausaha dikalangan lulusan perguruan tinggi sangat disayangkan. Para lulusan ini belum bisa melihat bahwa jumlah lowongan pekerjaan yang ada tidak bisa menampung jumlah lulusan perguruan tinggi yang begitu besar. Para lulusan harus sudah mulai memilih berwirausaha sebagai pilihan karirnya. Pemerhati kewirausahaan menyatakan bahwa sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator).hal ini disebabkan sistem pembelajaran yang diterapkan di berbagai per-guruan tinggi saat ini, yang umumnya lebih terfokus pada ketepatan lulus dan kecepatan memperoleh pekerjaan, dan memarginalkan kesiapan untuk menciptakan pekerjaan. Menurut Mica Siar Meiriza (2012:37) kalangan terdidik (lulusan perguruan tinggi) cenderung menghindari menjadi wirausaha karena preferensi mereka terhadap pekerjaan kantoran lebih tinggi. Preferensi yang lebih tinggi didasarkan pada perhitungan biaya yang telah mereka keluarkan selama menempuh pendidikan dan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return)

yang sebanding. Seperti yang dikemukakan oleh pengamat pendidikan Darmaningtyas (2008) semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar keinginan mendapat pekerjaan yang aman. Mereka tak berani ambil pekerjaan berisiko seperti berwirausaha. Mereka beranggapan bahwa bekerja sebagai karyawan atau buruh dengan mendapatkan gaji rutin merupakan pekerjaan yang aman. Penyebab lain juga didasarkan kepada keinginan untuk menjadi pegawai negeri, sifat malas (tidak mau bekerja), belum siap pakai, sikap mental yang kurang baik, tidak percaya diri dll. Setelah merdeka muncul sifat-sifat kelemahan dalam mental orang Indonesia. Sifat-sifat tersebut bersumber pada kehidupan yang penuh keragu-raguan dan tanpa orientasi tegas, yaitu sifat mentalitas yang suka menerabas, sifat tidak percaya pada diri sendiri, sifat tidak berdisiplin dan mentalitas yang mengabaikan tanggung jawab yang kokoh (Qomarun dalam Susatyo Yuwono dan Partini, 2008:120). Universitas Pendidikan Indonesia seharusnya bisa mencetak lulusan sarjana yang memiliki jiwa kewirausahaan sehingga ketika lulusan tersebut memasuki dunia kerja dia bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Khususnya Program Studi (Prodi) Pendidikan Ekonomi diharapkan lulusannya bisa mengarahkan peserta didik untuk merubah pola pikir agar bisa menciptakan pekerjaan sendiri. Sehingga generasi selanjutkan tidak berbondong-bondong menjadi pegawai dan angka pengangguran menjadi rendah. Berdasarkan paparan kalimat diatas, penulis mengadakan pra penelitian untuk mengetahui pemilihan karir mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi setelah menyelesaikan pendidikan. Dengan data pra penelitian tersebut dapat diketahui mahasiswa prodi ini lebih memilih untuk menjadi wirausaha atau pegawai negeri.

Tabel 1.3 Pemilihan Karir Mahasiswa Pendidikan Ekonomi setelah Menyelesaikan Pendidikan Karir Frekuensi Persentase Pegawai Negeri 18 72% Wirausaha 7 28% Total 25 100% Sumber: Pra Penelitian (data diolah) Berdasarkan Tabel 1.3 terlihat bahwa pemilihan karir mahasiswa setelah menyelesaikan pendidikan lebih banyak memilih untuk menjadi PNS daripada menjadi wirausaha. Berarti minat wirausaha pada mahasiswa pada Prodi Pendidikan ekonomi rendah. Untuk menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana mahasiswa menghabiskan dana yang besar. Sehingga ketika mereka telah menyelesaikan pendidikan, mereka menginginkan pekerjaan yang pasti besaran gajinya setiap bulan. Mereka tidak berani mengambil resiko yang tinggi dan takut mengalami kerugian jika menjadi wirausaha. Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berminat menjadi wirausaha. Menurut Luthans (2008) efikasi diri dapat mendorong kinerja seseorang dalam berbagai bidang termasuk minat berwirausaha. Sedangkan menurut Retno Budi, dkk (2012) pendidikan kewirausahaan dapat membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku pada mahasiswa menjadi seorang wirausahawan (entrepreneur) sejati sehingga mengarahkan mereka untuk memilih berwirausaha sebagai pilihan karir. Adapun menurut Adi Susanto dalam Aditya (2012:2) beberapa faktor yang memotivasi seseorang untuk menjadi entrepreneur yaitu keinginan merasakan pekerjaan bebas, keberhasilan diri yang dicapai dan toleransi akan adanya resiko. Dalam penelitian ini penulis tertarik memilih faktor-faktor yang diungkapkan oleh Adi Susanto yaitu: keinginan merasakan pekerjaan bebas, keberhasilan diri yang dicapai dan toleransi akan adanya resiko. Kebebasan dalam bekerja merupakan sebuah model kerja dimana seseorang melakukan pekerjaan sedikit tetapi memperoleh hasil yang besar. Berangkat kerja tanpa terikat pada aturan atau jam kerja formal, atau berbisnis jarang-jarang tetapi sekali

mendapat untung, untungnya cukup untuk dinikmati berbulan-bulan atau cukup untuk sekian minggu kedepan. Keberhasilan diri yang dicapai merupakan pencapaian tujuan kerja yang diharapkan, yang meliputi kepuasan dalam bekerja dan kenyamanan kerja. Toleransi akan resiko, merupakan seberapa besar kemampuan dan kreativitas seseorang dalam menyelesaikan besar kecilnya suatu resiko yang diambil untuk mendapatkan penghasilan yang diharapkan. Penelitian empiris yang dilakukan oleh Aditya (2012) menemukan bahwa variabel toleransi akan resiko, keberhasilan diri dalam berwirausaha, dan keinginan untuk bebas bekerja memiliki pengaruh positif terhadap minat mahasiswa untuk berwirausaha. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik melakukan penelitian tentang motivasi dan minat yang berjudul Pengaruh Motivasi terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa (Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi UPI). 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran umum motivasi dan minat berwirausaha mahasiswa? 2. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap minat berwirausaha mahasiswa? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran umum motivasi dan minat berwirausaha mahasiswa 2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap minat berwirausaha mahasiswa 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas kajian ilmu pengetahuan khususnya kewirausahaan.

2. Secara praktis Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh motivasi terhadap minat berwirausaha pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi UPI.