BAB I PENDAHULUAN. Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. 1 Perkawinan bukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. maka biaya ekonomi semakin tinggi yang tidak diikuti lapangan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah suatu perjanjian perikatan antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. 2

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB I PENDAHULUAN. Perceraian dalam istilah ahli Fiqih disebut talak atau furqah. Adapun

Dengan adanya masalah pokok diatas maka dapat pula dikemukakan dua sub masalah, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

al-za>wa>j atau ahka>m izwa>j. 1

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

SKRIPSI PELAKSANAAN PERKAWINAN MELALUI WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah SWT yang pada hakikatnya sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia diciptakan berpasangan antara laki-laki dengan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghilangkan nikah yang mengandung banyak kemashlahatan yang. dianjurkan, maka perceraian hukumnya makruh. 1

BAB V PENUTUP. lapangan,maka dapat diambil kesimpulan bahwa. 1. Mayaoritas Asaatidz Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi ien Ngunut

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IMPLIKASI HUKUM PERKAWINAN AKIBAT PEMALSUAN STATUS CALON SUAMI DI KUA

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah Siddik, Hukum Perkawinan Islam, Tintamas, Jakarta, Indonesia, Kencana, Jakarta, 2010.

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fitrah manusia adalah adanya perasaan saling suka antara lawan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. suci atau jalinan ikatan yang hakiki antara pasangan suami istri. Hanya melalui

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. perkawinan, tujuan hak dan kewajiban dalam perkawinan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB V PENUTUP. 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota. Banjarmasin tentang harta bersama.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. hati. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur an 1

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

A. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Perkara Perceraian Putusan. mediator yang tujuannya agar dapat memberikan alternatif serta solusi yang terbaik

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

WAWANCARA KEPADA PELAKU TALAK DI LUAR PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. insan (yang berlainan jenis) untuk selama-lamanya sampai ajal menjemput,

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. bahagia dan kekal yang dijalankan berdasarkan tuntutan agama. 1

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. adalah berhimpun atau wata, sedangkan menurut syara artinya adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB V PENUTUP. 1. Usaha yang dilakukan keluarga MRA dan keluarga AL dalam membina. Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya adalah dengan memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa

BAB I PENDAHULUAN. semua mahluk, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seperti firman Allah

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan agar hidup berdampingan, saling cinta-mencintai dan. berkasih-kasihan untuk meneruskan keturunannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berlainan jenis antara laki-laki dan perempuan serta menjadikan hidup

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. 1 Perkawinan bukan saja terjadi di kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tanaman, tumbuhan, dan hewan. Oleh karena manusia adalah hewan yang berakal, maka perkawinan merupakan salah satu budaya yang beraturan yang mengikuti perkembangan budaya manusia dalam kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat sederhana perkawinannya sederhana, sempit dan tertutup, dalam masyarakat yang maju (modern) budaya perkawinannya maju, luas dan terbuka. Manusia merupakan makhluk sosial, tidak mungkin dapat hidup dengan sendirinya tanpa adanya hubungan sosial, cenderung berkelompok dan bermasyarakat. Manusia mempunyai naluri tentang persaudaraan dan menjalin hubungan yang harmonis antar umat manusia tanpa membedakan warna mata, warna kulit, jenis suku, agama, adat, dan bahasa. Hal ini sejalan dengan firman allah dalam Surat al-hujarat ayat 13: 1 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, (Bandung: Mandar maju, 2003). 1 1

2 Artinya: Hai manusia sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Allah Maha Mengetahui, Mahateliti. 2 Islam mensyariatkan perkawinan menjadikan pertalian suami istri dalam ikatan perkawinan sebagai pertalian yang suci dan kokoh, karena dalam ikatan perkawinan terdapat nilai-nilai yang tinggi dan beberapa tujuan utama yang baik bagi manusia. 3 Sebagaimana al-qur an memberi istilah pertalian tersebut dengan mitsa<qan ghali<dzan (janji yang kukuh). Firman Allah SWT dalam surat al-nisa ayat 21: Artinya: Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. 4 Tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis. Tujuan tersebut biasa di kenal dengan pernikahan yang sakinah mawadah wa rahmah. 2 Departemen Agama RI, Mushaf Al-Quran Terjemah, (Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2002), 518 3 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Amzah, 2009), 39 4 Depag RI, Al-Qur an dan Terjemah, (Semarang: Toha Putra, 1989), 120

3 Allah telah menjelaskan dalam al-qur an bahwa perkawinan akan membawa sakinah (rasa ketentraman), mawaddah (rasa cinta), warahmah (kasih sayang) sebagaimana yang terdapat dalam firman allah surat al- Ru>m ayat 21: Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. 5 Pada dasarnya, kenyataan telah menunjukkan bahwa hubungan dalam perkawinan itu tidak selamanya bahagia, kekal, dan abadi, namun terkadang suami isteri mengalami kegagalan dalam mendirikan sebuah keluarga yang menemui beberapa masalah yang sulit untuk diatasi. Kegagalan ini disebabkan adakalanya suami isteri yang tidak bisa menunaikan kewajibannya atau ada sebab tertentu. 6 Oleh karenannya, perkawinan itu bukan semata-mata urusan dan kepentingan suami istri, akan tetapi juga termasuk urusan dan kepentingan orang tua dan kekerabatan. Namun demikian walaupun sejak sebelum nikah orang tua/keluarga sudah memberikan petunjuk dalam menilai bibit, bobot dan bebet bakal calon suami istri itu, sejarah rumah 5 Depag RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, 644 6 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan Undang- Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2007), 190

4 tangga seseorang adakalanya mengalami nasib buruk, sehingga berakibat terjadinya putus perkawinan. 7 Mengingat peranan yang dimiliki dalam membangun rumah tangga itu sangat penting bagi tegak dan sejahteranya masyarakat, maka negara membutuhkan tata tertib dan kaidah-kaidah yang mengatur hidup bersama ini. Peraturan-peraturan inilah yang menimbulkan pengertian perkawinan, yaitu hidup bersama dari seorang laki-laki dan seorang perempuan yang memenuhi syarat-syarat yang termasuk dalam peraturan tersebut. 8 Dalam Membangun rumah tangga tentu saja tidak selamanya berada dalam situasi yang harmonis dan bahagia tetapi kadang-kadang terjadi juga kesalahpahaman antara suami-istri atau salah satu pihak melalaikan kewajibannya, tidak percaya mempercayai satu sama lain dan lain sebagainya. Meskipun Islam mensyariatkan perceraian tetapi bukan berarti agama Islam menyukai terjadinya perceraian dari suatu perkawinan. Perceraian pun tidak boleh dilaksanakan setiap saat yang dikehendaki. Perceraian walaupun diperbolehkan tetapi agama islam tetap memandang bahwa perceraian adalah sesuatu yang bertentangan dengan asas-asas Hukum Islam. 9 7 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, (Bandung: Alumni, 1977), 169 8 Soedharyo soimin, Hukum Orang dan Keluarga, (Sinar Grafika, Edisi Refisi), 63 9 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam Dan Undang Undang Perkawinan, (yogyakarta: Liberty, 2004), 103-105

5 Tidaklah mustahil jika dalam masyarakat dijumpai bahwa kehidupan perkawinan terkadang dengan suatu sebab atau beberapa sebab menjadi buruk, bahkan demikian buruknya sehingga dirasakan bahwa kehidupan suami istri itu tidak dapat dilanjutkan lagi. Merasa bahwa kehidupan perkawinan tidak dapat dilanjutkan lagi oleh salah satu pihak atau kedua belah pihak dari suami istri adalah merupakan alasan pokok dari terjadinya perceraian. 10 Perceraian merupakan salah satu ujian dalam kehidupan berumah tangga. Hal ini dapat dialami oleh siapa saja tanpa terkecuali. Syara menginginkan pernikahan terjalin kekal antara suami isteri kecuali karena adanya suatu sebab yang tidak dapat dihindari. Salah satunya yakni karena sebab meninggalnya salah satu pihak dan atau yang lainnya. Karena itu pula syara tidak mengikat mati pernikahan dan tidak pula mempermudah perceraian. Syara sendiri telah membenarkan dan mengizinkan perceraian kalau itu lebih dapat memperbaiki kehidupan daripada tetap mempertahankan ikatan pernikahan. 11 Dalam menjatuhkan cerai ada beberapa rukun dan syarat yang harus dipenuhi agar cerai yang dijatuhkan sah. Adapun rukun cerai antara lain: suami, istri, sighat talak, dan ada unsur kesengajaan. Suami dapat menjatuhkan cerai dengan sighat yang sari<h maupun kinayah. Apabila suami menjatuhkan cerai dengan sighat sari<h maka perceraian akan jatuh 10 Bachtiar Efendi, et.al., Surat Gugat dan Pembuktian dalam Hukum Acara Perdata, (Yogyakarta: Liberty, 2006), 12 11 Latif Djamil, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), 30

6 walaupun tanpa disertai niat, sedikit berbeda dengan penjatuhan cerai dengan kinayah yang diperlukan niat agar talak bisa jatuh. 12 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat saat ini membawa paradigma baru dalam memahami berbagai masalah yang muncul dikalangan umat Islam. Dengan demikian umat Islam harus bisa menyikapi dengan arif dan bijaksana dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada. Sebagaimana yang tidak dapat di pungkiri bahwa di era digital yang tidak mengenal ruang dan waktu banyak menimbulkan permasalahan baru yang membutuhkan penelaah secara komprehensif untuk memberikan kepastian hukum Islam tanpa keluar dari koridor al-quran dan Sunnah yang telah digariskan Allah SWT. Namun, dalam perkembangan teknologi yang semakin canggih ini, semakin memudahkan siapapun untuk melakukan cerai kepada istrinya, salah satunya yang dulu dikenal dengan cerai melalui surat atau tulisan, maka sekarang bisa lebih mudah dan cepat sampai pada yang dituju yakni si isteri, yang hanya dengan melakukan pengiriman pesan tertulis jarak jauh dengan melalui media elektronik berupa handphone. Dengan hal ini keabsahan jatuhnya cerai mengundang pro dan kontra bagi kalangan para ulama di dunia. 12 Abdul Rahman Ghozali, Fiqih Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group: 2012), 194-204

7 Di Indonesia pernah terjadi seorang Bupati Garut Aceng Fikri yang menikah dengan gadis berusia 18 tahun yang bernama Fany Octora. Namun, setelah pernikahan mereka berjalan 4 hari Aceng Fikri menceraikan istrinya melalui pesan singkat dengan alasan sudah tidak ada rasa pada istrinya, dengan menyertakan sejumlah alasan diantaranya karena si istri sudah tidak perawan. 13 Kemudian, kasus Ustadz Aswan Faisal juga menceraikan istrinya Rima melalui pesan singkat, setelah pernikahannya berlangsung selama sekitar 3 tahun. Dan setelah sah menjadi suami istri, si istri tidak pernah merasakan janji manis Ustadz Aswan yang sudah dikatakan sebelum menikah untuk berbuat adil kepadanya. 14 Menurut KH. Prof. Dr. Umar Shihab dalam pandangan Ketua Majelis Ulama Indonesia ini, menjelaskan jika hukum cerai melalui pesan singkat media elektronik (Internet atau SMS) hukumnya sama dengan hukum cerai melalui tulisan. 15 Meski ada perbedaan tentangnya, satu pihak menyatakan jika cerai melalui tulisan itu apakah termasuk talak Sari<h (tegas) yang tidak perlu niat (hal ini diungkap oleh al_sya bi, al- Nakha i al-zuhri, al-hakam dan sebagian mazhab Hambali) atau sekedar kinayah (sindiran) yang perlukan niat hingga perceraiannya sah hal ini 13 http:edwin-lebe.blogspot.co.id/2013/02/analisis-kasus-aceng-fikri.html, diakses pada 14 februari 2013 14 http://www.bintang.com/celeb/read/2361134/kronologis-perceraian-via-bbm-ustad-aswan-danrp, diakses pada 9 november 2015 15 http://www.gatra.com/artikel.php?indonesia=8211

8 diungkapkan oleh Jumhur ulama yakni kalangan Mazhab Hanafi, Maliki dan Syafi i. 16 Moqsith Ghazali dari The Wahid Institute, beliau mengatakan bahwa perceraian melalui pesan singkat tidak hanya didasarkan pada sah atau tidaknya hal itu dilakukan, akan tetapi secara moral hal itu kurang ma ruf dalam mengakhiri hubungan yang selama ini terjalin diantara suami istri. 17 Maka berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengangkat judul tentang Fenomena Perceraian Melalui Media Elektronik Handphone Menurut Fiqh Kontemporer. Dan untuk lebih jelasnya akan diuraikan pada bab-bab selanjutnya. B. Identifikasi dan Batasan Masalah Dari penjelasan yang telah penulis paparkan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Faktor penyebab masyarakat melakukan perceraian melalui media elektronik. 2. Analisis ulama fiqh kontemporer mengenai perceraian melalui media elektronik. 3. Bagaimana pelaksanakan perceraian melalui media elektronik. 4. Akibat jika perceraian melalui media elektronik. 16 www.fikihkontemporer.com/2014/02/status-hukum-talak-lewat-sms.html, diakses pada 22 Februari 2014 17 Seputar Ijab Kabul dan Perceraian Jarak Jauh, http://www.hukumonline.com/detail.asp?id=15653&cl=berita, akses 29 Agustus 2008

9 5. Persepsi masyarakat terhadap fenomena perceraian melalui media elektronik. 6. Bagaimana tata cara melakukan perceraian melalui media elektronik. Dari beberapa permasalahan di atas, maka penulis memberikan batasan masalah dengan harapan agar penulisan lebih terfokus dan tidak melebar dari pokok permasalahan yang diambil, serta penelitian yang dilakukan lebih terarah dalam mencapai sasaran yang dituju, yaitu: 1. Faktor penyebab masyarakat melaksanakan perceraian melalui media elektronik. 2. Analisis fiqh kontemporer terhadap perceraian melalui media elektronik. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi, dan batasan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan masalahmasalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apa yang menjadi faktor penyebab masyarakat melakukan perceraian melalui media elektronik? 2. Bagaimana analisis fiqh kontemporer terhadap perceraian melalui media elektronik?

10 D. Kajian Pustaka Kajian pustaka terhadap penelitian terdahulu berguna untuk memperjelas, menegaskan, melihat kelebihan dan kekurangan teori yang digunakan oleh penulis lain. Selain itu juga berguna untuk mempermudah pembaca membandingkan hasil penelitian, serta menghindari plagiarism. Penelitian ini tentu bukan penelitian pertama mengenai talak. Ada beberapa penelitian yang serupa mengangkat tema ini, antara lain penelitian yang di lakukan oleh Abdul Majid dengan judul Talak Lewat SMS Menurut UU Perkawinan dan Hukum Islam pada tahun 2003. Di dalam skripsi tersebut hanya mengemukakan pandangan jumhur ulama yang membolehkan praktek tersebut, dengan mengacu kasus yang ada di Abu Dhabi. 18 Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Saeful Bahri mahasiswa UIN kalijaga Yogyakarta pada tahun 2009 dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pandangan Ulama Pondok Pesantren di Kota Yogyakarta Tentang Lafadz Perceraian Via SMS. Skripsi ini membahas pandangan para ulama pondok pesantren di kota Yogyakarta terhadap perceraian via sms dengan pendekatan normatif. Hasil penelitian adalah para ulama pondok pesantren salafiyah dan modern di Yogyakarta berbeda pandangan mengenai permasalahan perceraian via sms. Mayoritas pendapat ulama pondok pesantren di Yogyakarta membolehkan lafadz perceraian via sms dengan beberapa verifikasi yang telah ditentukan. 18 Abdul Majid, Talak Lewat SMS Menurut UU Perkawinan dan Hukum Islam (Skripsi-IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2003)

11 Alasan utama adalah lafadz perceraian itu sudah memenuhi prinsipprinsip urgen perceraian via sms seperti niat, sighat, dan keberadaan yang jauh. Selain itu juga didukung oleh ketidak harmonisan komunikasi keduanya yang sudah tidak mencapai mufakat dalam menyelesaikan masalah tersebut. Sedangkan minoritas ulama pondok pesantren di kota Yogyakarta tidak membolehkan perceraian via sms dengan alasan posisi perceraian lewat tulisan tidak bisa disamakan dengan perceraian lewat lisan. Maka tidak diperbolehkan perceraian lewat sms. Dari sisi akhlakpun lafadz perceraian via sms tidak ma ruf dan tidak etis dalam memutuskan hubungan hubungan suami istri. 19 Kemudian penelitian lain yang dilakukan oleh Marfu in, IAIN walisongo, pada tahun 2013 dengan judul Analisis Pendapat Ibnu Hazm Tentang Talak Bid i. skripsi ini membahas pendapat Ibnu Hazm tentang talak bid i, yang intinya bahwa talak pada waktu haidh dan suci yang sudah digauli itu termasuk dalam kategori talak bid i. Selain hukumnya haram talaknyapun juga tidak jatuh, Ibnu Hazm tidak setuju menyamakan talak bid i ke dalam pengertian talak secara umum, mengingat talak yang seperti itu tidak sesuai dengan perintah Allah SWT. 20 Berdasarkan skripsi di atas, maka penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, sebab masalah yang a dengan masalah yang akan penulis lakukan lebih menjurus kepada kasus-kasus perceraian di 19 Saeful Bahri, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pandangan Ulama Pondok Pesantren di Kota Yogyakarta Tentang Lafadz Perceraian Via SMS (Skripsi-UIN Kalijaga, Yogyakarta, 2009) 20 Marfu in, Analisis Pendapat Ibnu Hazm Tentang Talak Bid i (Skripsi-IAIN walisongo, Yogyakarta, 2013)

12 Indonesia yang dilakukan melalui media elektronik dan menganalisa perkara lebih kepada persepsi ulama fiqh kontemporer. E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat menjawab masalah-masalah yang dipaparkan dan mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab masyarakat melakukan perceraian melalui media elektronik. 2. Untuk mengetahui analisis fiqh kontemporer terhadap perceraian melalui media elektronik. F. Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pemikiran bagi disiplin keilmuan pada umumnya dan dapat digunakan untuk hal-hal berikut : 1. Aspek Teoritis Sebagai sumbangan pemikiran dan menambah khazanah pengetahuan tentang fenomena perceraian melalui media elektronik.

13 2. Aspek Praktis Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat terutama yang pernah mengalami perceraian agar dapat memahami dan mengamalkan tentang cerai. G. Definisi Operasional Untuk mempermudah pemahaman terhadap pembahasan dalam penelitian ini, perlu dijelaskan beberapa kunci yang sangat erat kaitannya dengan penelitian ini sebagai berikut: Perceraian : Lepasnya ikatan perkawinan atau bubarnya hubungan perkawinan. 21 Lepasnya ikatan perkawinan ini adakalanya karena talak atau gugatan perceraian. 22 Dalam hal ini suami melepaskan atau memutuskan akad pernikahannya sehingga mengakhiri hubungan suami istri. Media Elektronik : Suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi. Fiqh Kontemporer : Pemikiran para ulama ahli fiqh yang membahas perihal persoalan-persoalan hukum islam/ijtihadiyah yang secara nyata 21 Sayyid Sabiq, Fiqh as-sunnah, Vol. 2 (Beirut : Dar al-fikr, tt), 206 22 Lihat, Pasal 114 Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam

14 muncul pada saat ini dengan menerapkan metode istinbat hukum dan analisa ilmiah. H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang menggunakan cara untuk mendapatkan data dengan mempelajari buku-buku, majalah, dokumen, kisah-kisah sejarah, al-qur'a>n dan sunnah, kitab-kitab, serta buku-buku kontemporer. 23 2. Sumber Data Sumber data adalah sumber dari mana data diperoleh. 24 Maka sumber data diperoleh dari menelaah data-data yang ada. Sumber data yang digunakan terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. a. Data Primer - Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) - Fiqh Kontemporer - Fatwa Dewan Hisbah PP Persatuan Islam 23 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Gramedia Widasarana, 1977), 14 24 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Bina Aksara, 2002), 102

15 b. Data Sekunder Adapun buku-buku yang digunakan sebagai data sekunder yaitu: a. Latif Djamil, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia. b. Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan Undang- Undang Perkawinan. c. Abdul Rahman Ghazali, Fiqih Munakahat d. Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan e. Sudarsono, Pokok-Pokok Hukum Islam. f. Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah studi kepustakaan, yaitu dengan mencari dan menginventarisir beberapa tulisan yang relevan kemudian dipelajari, dipahami kemudian dianalisis. 25 4. Teknik Analisis Data Maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dengan menggunakan metode: 25 Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta Timur : Ghalia Indonesia, 1988), 211

16 a. Deskriptif analitik: memberikan gambaran disertai analisa terhadap data-data yang diperoleh sebelumnya. b. Deduktif: Suatu bentuk metode analisa dimana data-data yang terlebih dahulu penulis peroleh bersifat umum untuk ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. I. Sistematika Pembahasan Agar pembahasan ini lebih teratur dan sesuai dengan harapan maka penulis menyusunnya ke dalam sistematika pembahasan Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab pertama, pendahuluan terdiri dari: latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penulisan, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab kedua, merupakan kerangka teori yang berisi pengertian tentang perceraian secara umum. Meliputi pengertian perceraian, dasar dan hukum perceraian, rukun perceraian, syarat perceraian, macammacam perceraian, sebab-sebab terjadinya perceraian, dan hikmah perceraian. Bab ketiga, merupakan penelitian tentang fenomena perceraian melalui media elektronik handphone beserta aplikasi yang meliputi Pengertian media elektronik, bentuk kelebihan dan kekurangan perceraian

17 melalui media elektronik, dan fenomena perceraian melalui media elektronik handphone yang terjadi di Indonesia. Bab keempat, merupakan analisis terhadap fenomena perceraian melalui media elektronik handphone menurut Fiqh Kontemporer. Bab kelima, merupakan penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.