KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN JUMLAH ROKAAT SHOLAT TERHADAP FREKUENSI DAN DERAJAT KEPARAHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lokal di bawah batas kosta dan di atas lipatan glutealis inferior, dengan atau tanpa

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN JUMLAH ROKAAT SHOLAT TERHADAP FREKUENSI DAN DERAJAT KEPARAHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN BERDIRI LAMA DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PEKERJA KASIR

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN MIOGENIK DI RST. Dr. SOEJONO MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA WANITA DI YOGYAKARTA. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh MUHAMMAD IRFAN RIZALDY PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PERBANDINGAN KEJADIAN ASFIKSIA ANTARAPERSALINAN PRETERM DAN ATERM PADA PREEKLAMSIA BERAT DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu kelainan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN RUTINITAS IBADAH SHALAT WAJIB TERHADAP DEMENSIA PADA LANJUT USIA BERDASARKAN MINI MENTAL STATE EXAMINATION

BAB I. gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

PENDAHULUAN. yang berkembang kian pesat sangat berpengaruh pula aktivitas yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat

BAHAN AJAR 10 SAKIT PINGGANG BAGIAN BAWAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ) PADA ANAK-ANAK SD DI WILAYAH HIPOTIROID. Disusun oleh

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Lama Duduk Sebelum Istirahat Dalam Berkendara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENGARUH TERAPI TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION DAN ULTRASOUND PADA LOW BACK PAIN KINETIK

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas. mencapai 80% dari semua tenaga kesehatan.

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat

Repository.unimus.ac.id

Nama: Anugerah Ramadhaan Putra Nim: Pembimbing: dr. Haidar Nasution

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR TERHADAP TINGKAT MOTIVASI MENOLONG KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS PADA POLISI KOTA YOYAKARTA

PENGARUH EDUKASI TB PARU TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA TB PARU DI KECAMATAN SELOMERTO KABUPATEN WONOSOBO

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fleksibilitas sendi pada responden di Panti Wreda Pucang Gading Semarang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

kemungkinan penyebabnya adalah multifactorial sehingga sulit untuk mengetahui penyebab pasti dari keluhan tersebut dan kebanyakan LBP pada usia

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi LBP dalam 1 tahun, adalah dari 3,9% hingga 65% (Andersson,

BAB I PENDAHULUAN. LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

Lampiran 1. PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juni 2017) Nama : Dita Erline Kurnia NIM :

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA GEJALA KLINIS OSTEOARTRITIS LUTUT DENGAN DERAJAT OSTEOARTRITIS MENURUT KELLGREN DAN LAWRENCE

BAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pengobatan (Kambodji, 2002). menyebabkan sekitar 12,5% dari seluruh angka sakit.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil yang optimal. Upaya kesehatan yang semula dititikberatkan pada

SENAM HAMIL BANTU MELAHIRKAN TANPA KECEMASAN Oleh : Sulastri, S.Kep., Ns. Dosen Akper PKU Muhammadiyah Surakarta. Abstrak :

BAB I PENDAHULUAN. duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan gejala terbanyak kedua, setelah masalah saluran pernapasan atas, yang

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. terutama bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat memperbaiki

HUBUNGAN SIKAP KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA RENTAL KOMPUTER DI PABELAN KARTASURA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PRESBIOPI DENGAN DERAJAT DAN FREKUENSI NYERI KEPALA

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keluhan dan gangguan. Hal ini terjadi karena kurangnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu regio lumbo-sakral

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan hidup setiap manusia. Definisi sehat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PLAN OF ACTION (Oktober 2016-Juli2017) Mengetahui, Malang, 2 Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. keluhannya seringkali rancu, sehingga pasien selalu menduga panyakitnya ada di

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

SENAM REFLEKSI TAHAP PELEBURAN (terdiri dari tujuh gerakan)

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

ABSTRAK. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Insidensi Nyeri Pungggung Bawah. Januari-Desember 2009

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BMI = Berat Badan (dalam kg) / Tinggi Badan² (TB x TB dalam m 2 )

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas

BAB I PENDAHULUAN. memberikan prioritas pada upaya promotif dan preventif tanpa

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Potter & Perry

Transkripsi:

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN JUMLAH ROKAAT SHOLAT TERHADAP FREKUENSI DAN DERAJAT KEPARAHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun oleh Listya Normalita 20090310193 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2013 i

HALAMAN PENGESAHAN KTI HUBUNGAN JUMLAH ROKAAT SHOLAT TERHADAP FREKUENSI DAN DERAJAT KEPARAHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH Disusun oleh : LISTYA NORMALITA 20090310193 Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 2 Februari 2013 Dosen Pembimbing Dosen Penguji dr. Hj. TW Yuliati, Sp.S., M.Kes dr. H.M Ardiansyah, Sp.S., M.Kes NIK : 173033 NIK : 173052 Mengetahui Kaprodi Pendidikan Dokter FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG., M.Kes dr. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes NIK : 173027 NIK : 173031 ii

KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Hubungan Jumlah Rokaat Sholat terhadap Frekuensi dan Derajat Keparahan Nyeri Punggung Bawah. Terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini tak lepas dari dukungan dan dorongan baik moril dan materiil dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Allah SWT, atas segala nikmat, rahmat, karunia dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. 2. Nabi Muhammad SAW, selaku nabi junjungan umat Islam atas jasa-jasa beliau dan teladan yang diajarkannya. 3. Kedua orang tua serta adik-adik tersayang, terima kasih atas doa yang selalu terucap dalam setiap hembusan nafas yang ada kepada penulis, juga dukungan dan kasih sayang di sepanjang hidup. 4. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun Karya Tulis Ilmiah ini. 5. dr. Hj. TW Yuliati, Sp.S., M.Kes, selaku dosen pembimbing sekaligus instruktur pembimbing Karya tulis Ilmiah (KTI) yang telah bersedia membagi waktu, pengalaman, ilmu, bantuan pemikiran, bimbingan dan iii

dorongan yang sangat berguna bagi peneliti dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. 6. Rekan penelitian, Kurniati Hatmi, Nur Anisah Syafitri, dan Bianda Adeti yang selalu sabar dan memberi semangat. Terima kasih atas kerjasama, bantuan, pengetahuan, serta pengalaman yang diberikan selama penelitian. 7. Sahabat-sahabat tercinta, Prima, Dinda, Dida, Nindya, Tika, Ricky yang selalu mendukung dan memberika semangat. 8. Kepada Afrizal Farkhan yang selalu memberi dukungan untuk segera menyelesaikan karya Tulis Ilmiah ini. 9. Dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan pada penulis. Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran untuk kelengkapannya. Akhir kata, penulis berharap agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Yogyakarta, Februari 2013 Listya Normalita iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Listya Normalita NIM : 20090310193 Program Studi : Pendidikan Dokter Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benarbenar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan KTI ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Yogyakarta, Januari 2013 Yang membuat pernyataan, Listya Normalita i

PERSEMBAHAN Saya persembahkan karya tulis ini untuk : Kedua orang tuaku tercinta yang selalu ada dan mendukungku. (Lilik Suliatiatmoko dan Dra. Miah Zulaichah). Untuk doa dan semua yang telah kalian berikan sampai hari ini dan hari-hari berikutnya. Kepada adik-adikku tersayang yang selalu menghiburku. (Fatika dan Ariza). Dan untuk semua sahabat-sahabatku yang telah menemaniku selama ini, thanks for always here beside me when ii

MOTTO God hath not created anything better than Reason, or anything more perfect, or more beautiful than Reason the benefits which God giveth are on its account and understanding is by it, and God's wrath is caused by disregard of it. (Nabi Muhammad SAW) The biggest adventure you can take is to live the life of your dreams. (Oprah Winfrey) Always continue the climb. It is possible for you to do whatever you choose, if you first get to know who you are and are willing to work with a power that is greater than ourselves to do it. (Ella Wheeler Wilcox) Seseorang yang mampu bangkit setelah jatuh adalah orang yang lebih kuat daripada seseorang yang tidak pernah jatuh sama sekali. (Mario Teguh) i

DAFTAR ISI KARYA TULIS ILMIAH... i HALAMAN PENGESAHAN KTI... ii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GRAFIK... v DAFTAR LAMPIRAN... vi ABSTRACT... vii INTISARI... viii BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 A.1 Rumusan Masalah... 4 A.2 Tujuan Penelitian... 4 A.3 Manfaat Penelitian... 5 A.4 Keaslian Penelitian... 5 BAB II... 8 TINJAUAN PUSTAKA... 8 A. Nyeri Punggung Bawah... 8 A.1 Definisi... 8 A.2 Anatomi... 10 A.3 Epidemiologi... 15 A.4 Klasifikasi... 15 A.5 Patofisiologi... 18 A.6 Faktor Risiko... 19 A.7 Diagnosis Klinis... 21 A.8 Pencegahan... 23 B. Gerakan Sholat... 25 i

B.1 Definisi Sholat... 25 B.2 Gerakan Sholat dan Manfaat Gerakan Sholat... 25 B.3 Jumlah Rokaat Sholat dan Nyeri Punggung Bawah... 30 B.4 Instrumen Penelitian... 31 B.6 Analisis Kritis... 33 B.7 Kerangka Teori... 34 B.8 Kerangka Konsep... 35 B.9 Hipotesis... 36 BAB III... 37 METODE PENELITIAN... 37 A. Desain Penelitian... 37 B. Populasi dan Sampel... 37 B.1 Populasi... 37 B.2 Sampel... 37 C. Variabel dan Definisi Operasional... 39 C.1 Variabel... 39 C.2 Definisi Operasional... 39 D. Instrumen Penelitian... 41 E. Cara Pengumpulan Data... 41 F. Uji Validitas dan Reabilitas... 42 G. Analisis Data... 42 BAB IV... 43 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 43 A. Hasil Penelitian... 43 A.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian... 43 A.2 Karakteristik Responden... 43 A.3 Analisis Data Penelitian... 49 B. Pembahasan... 55 B.1 Hubungan Jumlah Rokaat dengan Frekuensi dan Derajat NPB... 55 B.2 Hubungan Usia, Jenis Pekerjaan, Frekuensi Olah Raga Terhadap Frekuensi NPB dan Derajat Keparahan NPB... 56 C. Kelemahan Penelitian... 58 C.1 Keterbatasan Alat Pengumpul Data... 58 C.2 Keterbatasan Pengumpulan Data... 59 BAB V... 60 KESIMPULAN DAN SARAN... 60 A. Kesimpulan... 60 B. Saran... 60 DAFTAR PUSTAKA... 62 ii

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Tulang Punggung... 11 Gambar 2 2 Otot-otot Punggung... 14 Gambar 2.3 Kerangka Konsep... 34 Gambar 2.4 Kerangka Teori... 35 iii

DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian... 44 Tabel 4.2 Deskripsi Variabel... 49 Tabel 4.3 Korelasi Antara Usia, Jumlah Rokaat, Jenis Pekerjaan, dan Frekuensi Olah Raga dengan Frekuensi dan Derajat NPB... 53 iv

DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Diagram Jenis Kelamin... 45 Grafik 4.2 Diagram Usia... 45 Grafik 4.3 Diagram Jenis Pekerjaan... 46 Grafik 4.4 Diagram Jumlah Rokaat Sholat... 47 Grafik 4.5 Diagram Frekuensi Terjadinya NPB... 47 Grafik 4 6 Diagram Derajat Keparahan NPB... 48 Grafik 4.7 Diagram Frekuensi Olah Raga... 49 v

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1... 65 LAMPIRAN 2... 71 vi

ABSTRACT Background : Low back pain (LBP) is a considerable health problem in all developed countries and the most commonly treated in primary healthcare settings. It is usually defined as pain, muscle tension, or stiffness localised below the costal margin and above the inferior gluteal folds, with or without leg pain (sciatica). One of the efforts to prevent the occurrence of LBP is an exercise by stretching the back muscles. In the Shalat movements, there are a movements that stretches the muscles of the lower back which is believed to be able to prevent the occurrence of LBP. Purpose : To determine the influence of the number of shalat s rakaat as the prevention to low back pain. Methods : This study uses cross-sectional design. There are 50 respondents who live in the districts of Piyungan Bantul, Yogyakarta. This study was conducted in June 2012 until November 2012. Collecting data done by giving the questionnaire that includes the characteristics of respondents, history of NPB, NPB s degrees as measured by Visual Analogue Scale (VAS), the frequency of exercise, and the number of shalat s rokaat per a day. Results : From the data that we collected, we got 13 respondents with mild LBP, 37 respondents with moderate LBP, and they are no respondents with severe LBP. There are 10 respondents with infrequent of LBP, 11 with frequent LBP and 29 respondent with undetermined LBP. Conclusion : The number of shalat s rakaat have impact to the degree of LBP severity (p = 0,010), but there is no correlation between the number of shalat s rokaat with NPB frequency (p = 0,064). So, the number of shalat s rakaat can reduce the severity of LBP but can not reduce the frequency of LBP. Keywords : Low Back Pain, LBP, Stretching, Preventive, Number of Shalat s Rakaat vii

INTISARI Latar belakang : Nyeri punggung bawah (NPB) adalah masalah kesehatan yang cukup besar di negara maju dan paling sering mendapat perawatan di pelayanan kesehatan utama. NPB biasa digambarkan sebagai perasaan nyeri, ketegangan otot, atau kekakuan lokal di bawah batas kosta dan di atas lipatan glutealis inferior, dengan atau tanpa disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki (sciatica). Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya NPB adalah latihan yang berupa peregangan otot punggung. Dalam gerakan sholat terdapat gerakan peregangan otot-otot punggung yang dipercaya dapat mencegah terjadinya NPB. Tujuan : Untuk menentukan pengaruh jumlah rokaat sholat sebagai upaya pencegahan terjadinya nyeri punggung bawah. Metode : Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Subyek penelitian sebanyak 50 responden yang tinggal di daerah kecamatan Piyungan Bantul Yogyakarta pada bulan Juni 2012 sampai November 2012. Pengumpulan data dilakukan dengan membagi kuesioner yang mencakup karateristik responden, pengalaman NPB sebelumnya, derajat NPB yang diukur dengan Visual Analogue Scale (VAS), frekuensi olah raga, dan jumlah rokaat sholat yang dilakukan dalam sehari. Hasil : Dari data diperoleh 13 responden dengan PB ringan, 37 responden dengan NPB sedang, dan tidak ada responden dengan NPB berat. Untuk frekuensi NPB didapatkan 10 responden dengan frekuensi jarang, 11 responden dengan frekuensi sering, dan 29 responden dengan frekuensi tidak tentu. Kesimpulan : Penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara jumlah rokaat sholat dengan derajat keparahan NPB (p=0,010), namun tidak ada hubungan antara jumlah rokaat sholat dengan frekuensi NPB (p=0,064). Kesimpulannya, jumlah rokaat sholat dapat mengurangi derajat keparahan NPB tetapi tidak dapat mengurangi frekuensi terjadinya NPB. Kata Kunci : Nyeri Punggung Bawah, NPB, Peregangan, Pencegahan, Gerakan Sholat viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri, ketegangan otot, atau kekakuan lokal di bawah batas kosta dan di atas lipatan glutealis inferior, dengan atau tanpa disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki / sciatica (Koes, 2006). Hampir setiap orang pernah mengalami nyeri punggung bawah (NPB) sepanjang hidupnya. Mereka berpotensi untuk mengalami disabilitas akibat kondisi tersebut. NPB dapat berhubungan dengan berbagai kondisi maupun faktor resiko, namun sering kali tidak ditemukan adanya faktor spesifik yang mendasarinya. Mobilitas punggung bawah sangat tinggi, di samping itu juga menyangga beban tubuh, dan sekaligus sangat berdekatan dengan jaringan lain, yaitu traktus digestivus dan traktus urinarius. Kedua organ tersebut apabila mengalami perubahan patologik tertentu dapat menimbulkan nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah (Harsono, 2005). Diperkirakan lebih dari 80% dari orang dewasa yang mengalami nyeri punggung bawah akan membutuhkan bantuan medis. Di Amerika Serikat, NPB berada pada peringkat ke 5 dalam daftar penyebab kunjungan ke dokter yakni sekitar 1

2 12 juta kunjungan per tahun. Angka pasti kejadian NPB di Indonesia tidak diketahui secara pasti, namun diperkirakan angka prevalensi NPB bervariasi antara 7,6% sampai 37%. Data pada tahun 2000 menyebutkan bahwa pasien yang datang ke poliklinik saraf RSUP Dr. Sardjito tiap bulannya berkisar 1500 sampai dengan 2000 pasien, paling banyak adalah kasus nyeri punggung bawah (University of Michigan Health System, 2007). Menurut Harsono, penderita nyeri punggung bawah di rawat jalan unit penyakit saraf RSUP Dr. Sardjito meliputi kurang lebih 5,5% dari jumlah pengunjung, sementara itu proporsi penderita NPB yang di rawat inap antara 8 9%. Pada praktek dokter sehari-hari keluhan NPB juga sering dijumpai. Mereka yang minta pertolongan ke rumah sakit pada umumnya sudah menahun, tidak kunjung sembuh, atau rasa sakitnya tidak tertahankan lagi. NPB dapat dialami oleh siapa saja dan pada umur berapa saja, namun jarang dijumpai pada kelompok umur 0 10 tahun. Hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologic tertentu yang lebih sering dijumpai padausia yang lebih tua (Harsono, 2005). NPB bisa disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu strain otot-otot lumbar, perubahan degeneratif, HNP, osteoporosis, stenosis spinal, spondilolistesis, spondilolisis, trauma, kongenital, tumor, infeksi, dan psikologis. Berdasarkan penyebab-penyebab diatas, strain otot lumbar memberi kontribusi terbanyak yaitu sebanyak 70% (Stoltz, 2003).

3 Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya NPB yaitu dengan melakukan exercise atau latihan peregangan untuk otot perut dan punggung. Bila otot abdomen dan otot punggung kuat, maka akan membantu untuk menjaga postur tubuh dan tulang punggung berada pada posisi yang tepat (University of Michigan Health System, 2007). Salah satu latihan peregangan otot perut dan punggung yang dapat dipraktekkan sehari-hari yaitu dengan gerakan sholat. Stretching sangat diperlukan oleh otot-otot yang tegang dan kaku setelah beraktivitas sehingga menjadi lebih relaks. Pada kegiatan sholat terjadi peregangan pada otot-otot bahu, otot punggung, otot belakang tungkai, otot paha depan, dan otot betis (Herawati, 2005). Dalam surat AL Baqarah, Allah SWT berfirman : Artinya : Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orangorang yang ruku. (QS Al Baqarah : 43). Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS Al Baqarah : 153). Ayat diatas menyebutkan bahwa sholat dan sabar merupakan terapi yang

4 manjur untuk mengobati penyakit. Berdasarkan ayat diatas, peneliti ingin menganalisa sebuah perintah Allah, syariat yang sangat istimewa dalam dien Al- Islam yaitu perintah sholat yang didalamnya terdapat aktifitas fisik yang mungkin mempunyai pengaruh bagi tubuh manusia, khususnya nyeri punggung bawah. Sholat adalah sebuah gerakan yang dimulai dari gerakan berdiri kemudian membungkuk, sehingga tangan sampai pada lutut, dilanjutkan dengan berdiri kembali dengan tuma ninah atau kusuk. Latihan fisik yang dilakukan secara tepat, terarah dan teratur akan bermanfaat meningkatkan ketahanan otot tubuh serta menghambat atau memperlambat proses kemunduran akibat menderita suatu penyakit maupun bertambahnya usia. A.1 Rumusan Masalah Apakah benar jumlah rokaat sholat yang dapat mempengaruhi frekuensi dan derajat keparahan nyeri punggung bawah? A.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini terdiri atas 2 hal, yaitu : A.2.1 Tujuan Umum Untuk menentukan pengaruh jumlah rokaat sholat sebagai upaya pencegahan terjadinya nyeri punggung bawah. A.2.2 Tujuan Khusus a) Menentukan hubungan jumlah rokaat sholat terhadap frekuensi NPB

5 b) Menentukan hubungan jumlah rokaat sholat terhadap derajat NPB A.3 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi : A.3.1 Peneliti Dapat menambah wawasan serta pengetahuan tentang pengaruh jumlah rokaat sholat terhadap insidensi terjadinya NPB. A.3.2 Perkembangan ilmu pengetahuan Dapat menambah referensi tentang manfaat sholat yang dapat menurunkan insidensi terjadinya NPB. A.3.3 Klinisi Membatu klinisi dalam menangani kasus nyeri punggung bawah dan memberi tambahan edukasi kepada pasien tentang upaya pencegahan NPB. A.3.4 Masyarakat Memberi informasi mengenai kasus nyeri punggung bawah serta memperkenalkan sholat sebagai upaya pencegahan kasus tersebut. A.4 Keaslian Penelitian 1. Penelitian pada tahun 2010 oleh Wahyu Wahid Muttaqin yang berjudul Pengaruh Gerakan Sholat terhadap Ketahanan / Endurance Otot Extensor Punggung Bawah. Jenis penelitian ini bersifat observasional dengan

6 pendekatan crossectional. Populasi dan subyek dalam penelitian ini adalah santri dari Pondok Pesantren Mahasiswa Istiqomah dan Pondok Pesantren Modern Assallam yang berjumlah 40 santri, sabjek berumur 17-24 tahun, tidak sakit yang berkaitan dengan posture, telah melakukan kebiasaan sholat rowatib dan tahajjud lebih dari dua bulan, pengumpulan data dilakukan dengan cara tanya jawab, dan pengukuran dengan metode Sorensen tes untuk mengetahui status endurance otot extensor punggung bawah. Pengambilan endurance otot extensor punggung bawah dengan metode Sorensen tes dengan mengunakan alat stopwatch. Uji stastistik dengan mengunakan mann-whitney. Hasil pengkuran di peroleh data bahwa sholat wajib dan saholat tahajjud memiliki tingkat ketahanan / endurance otot extensor punggung bawah yang lebih baik dibandingkan sholat wajib dan sholat rowatib. Hubungan yang signifikan antara sholat wajib dan rowatib dengan sholat tahajjud (p = 0,0001). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh gerakan sholat terhadap ketahanan otot ekstensor punggung bawah, sedangkan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah rokaat sholat terhadap insidensi terjadinya nyeri punggung bawah. 2. Penelitian pada tahun 2010 oleh Dinda Rizki Permana dan Ida Wahyuni yang berjudul Perbedaan Nilai Kesegaran Punggung Sebelum dan Sesudah Pemberian Stretching Mc Kenzie Extension pada Pekerja Wanita Pengepak Jamu PT. X Semarang. Metode penelitian ini adalah Quasi Experiment menggunakan One Group Time Series Design dengan jumlah sampel 10 orang.

7 Hasil menunjukkan bahwa ada perbedaan nilai kesegaran punggung sebelum dan sesudah pemberian stretching Mc. Kenzie Extension. Penelitian tersebut bertujuan mengetahui pengaruh pemberian stretching Mc. Kenzie terhadap nilai kesegaran punggung, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah rokaat sholat terhadap insidensi terjadinya nyeri punggung bawah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyeri Punggung Bawah A.1 Definisi Nyeri punggung bawah adalah nyeri pada daerah punggung bawah yang dapat berkaitan dengan masalah pada vertebra lumbar, diskus intervertebralis, ligamentum di antara tulang belakang dengan diskus, medula spinalis, dan saraf, otot pada punggung bawah, organ internal pada pelvis dan abdomen, atau kulit yang menutupi area lumbar (Medical Dictionary). Nyeri punggung bawah (NPB) adalah perasaan nyeri, ketegangan otot, atau kekakuan lokal di bawah batas kosta dan di atas lipatan glutealis inferior, dengan atau tanpa disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki / sciatica (Koes, 2006). Nyeri punggung bawah adalah nyeri di daerah lumbosakral meliputi jarak dari vertebra lumbalis pertama ke vertebra sakralis pertama. Situs yang paling sering mengalami nyeri punggung bawah adalah di segmen lumbal 4 dan 5 (Kravitz & Andrews, 2012). Nyeri punggung bawah juga didefinisikan sebagai perasaan nyeri di daerah 8

9 lumbosacral dan sakroiliakal. NPB ini sering disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki. Mobilitas punggung bawah sangat tinggi, di samping itu juga menyangga beban tubuh, dan sekaligus sangat berdekatan dengan jaringan lain ialah traktus digestivus dan traktus urinarius. Kedua jaringan atau organ ini apabila mengalami perubahan patologik tertentu dapat menimbulkan nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah (Harsono, 2005). Nyeri punggung bawah adalah suatu gangguan neuro muskuloskeletal berupa nyeri yang terbatas pada region thoraco lumbal dan sacral, tapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saja, namum secara luas berasal dari degenerasi diskus intervertebralis lumbalis (Tholib, 2010). Nyeri punggung bawah miogenik berhubungan dengan stress / strain otot punggung, tendo, ligament yang biasanya ada bila melakukan aktivitas sehari-hari yang berlebihan. Nyeri bersifat tumpul, intensitas bervariasi sering kali menjadi kronik, dapat terlokalisir atau dapat meluas ke area glutea. Nyeri ini tidak disertai dengan parestesi, kelemahan atau deficit neurologis. Bila batuk atau bersin tidak menjalar ke tungkai (Tholib, 2010). Definisi nyeri punggung bawah yang mendukung penelitian ini yaitu kombinasi dari definisi nyeri punggung bawah oleh Koes dan Karvitz, yaitu perasaan nyeri, ketegangan otot, atau kekakuan lokal yang dirasakan di daerah lumbosakral meliputi jarak dari vertebra lumbalis pertama ke vertebra sakralis pertama, dengan atau tanpa disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki yang disebabkan oleh strain otot

10 punggung. Nyeri ini bersifat tumpul dan tidak disertai dengan parastesi, kelemahan atau deficit neurologis. A.2 Anatomi Punggung disusun oleh kolumna vertebralis atau tulang belakang yang terdiri dari 7 vertebra servikal, 12 vertebra torakalis dan 5 vertebra lumbalis, sacrum dan koksigis masing-masing 5 dan 4 ruas. Dapat dilihat pada gambar 2.1. Kolumna vertebralis merupakan pilar utama tubuh, dan berfungsi menyanggah kranium, gelang bahu, ektrimitas atas, dan dinding toraks serta melalui gelang panggung meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior. Di dalam rongganya terletak medula spinalis, radix nervi spinales, dan lapisan penutup meningen, yang dilindungi oleh kolumna vertebralis. Kolumna vertebralis terdiri atas 33 vertebra, yaitu 7 vertebra servikalis, 12 vertebra torasikus, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sakralis (yang bersatu membentuk os sakrum), dan 4 vertebra coccygis (tiga yang di bawahnya umumnya bersatu). Struktur kolumna ini fleksibel karena kolumna ini bersegmensegmen dan tersusun atas vertebrae, sendi-sendi, dan bantalan fibrocartilago yang disebut diskus intervertebralis.

11 Keterangan : Gambar 2.1 Tulang Punggung (Putz & Pabst, 2006) 1. Vertebra cervicales I-VII 2. Vertebra thoracales I-XII 3. Vertebra lumbales I-V 4. Os sacrum 5. Os coccyges 6. Axis 7. Vertebra prominens 8. Foramina intervertebralia 9. Promontorium

12 Struktur penting dari kolumna vertebralis yang dihubungkan dengan NPB adalah Vertebra Lumbal (L1-L5). Vertebra lumbal mempertahankan diri dari beban kompresi yang tiba pada kolumna vertebra bukan saja dari berat badan tetapi juga dari kontraksi otot. Struktur penting lainnya yang terdapat pada vertebra lumbal yang dapat dihubungkan dengan gejala NPB antara lain cakram diantara lumbal (disc), ikatan sendi (ligaments) disekitar tulang belakang (spine) dan cakram, sumsum tulang belakang (spinal cord) dan syaraf, otot punggung, organ dalam pelvis dan perut dan kulit yang menutupi area lumbal. Tulang belakang lumbal dirancang sedemikian rupa sehingga lumbal yang disusun bersama dapat menyediakan suatu struktur penunjang yang dapat digerakkan dan juga dengan bersamaan dapat melindungi sumsum tulang belakang dari luka. Setiap lumbal mempunyai sebuah tulang yang menonjol (spinous process) di belakang sumsum tulang belakang yang melindungi jaringan syaraf sumsum. Lumbal juga mempunyai badan yang bertulang kuat di depan sumsum tulang belakang untuk menunjang berat dari semua jaringan di atas bokong. Struktur penting tulang belakang yang pertama adalah Cakram. Cakram adalah bantalan yang bekerja sebagai bantalan antara setiap vertebrae. Cakram membantu meminimalkan tubrukan dari kekuatan-kekuatan penekan (stres) pada kolom tulang belakang. Struktur selanjutnya adalah ligamen, yaitu jaringan lunak yang berserabut yang melekatkan tulang dengan tulang secara kuat. Ligamen melekat

13 pada setiap vertebrae dan mengelilingi setiap cakram. Struktur lainnya adalah syaraf yang berfungsi menyediakan sensasi dan menstimulasi otot-otot tulang belakang bawah begitu juga dengan kaki, yang keluar dari kolom tulang belakang melalui portal-portal yang bertulang yang disebut dengan foramen. Otot bertanggung jawab pada pelenturan, peregangan, dan pemutaran punggung, begitu juga untuk menggerakkan kaki. Otot punggung ditunjang oleh punggung, perut, pinggang dan tungkai yang kuat dan fleksibel. Semua otot ini berfungsi untuk menahan agar tulang belakang dan cakram tetap dalam posisi normal. Kelemahan pada salah satu otot akan menambah ketegangan pada otot lain dan pada akhirnya akan menimbulkan masalah NPB. Struktur anatomi otot punggung dapat dilihat pada gambar 2.2.

14 Keterangan : Gambar 2.2 Otot-otot Punggung (Putz & Pabst, 2006) 1. M. illiocostalis thoracis 2. M. latissimus dorsi 3. M. serratus posterior inferior 4. M. erector spinae 5. M. spinalis thoracis 6. M. longisimus thoracis 7. M. illiocostalis lumborum 8. Obliquus internus abdominis

15 A.3 Epidemiologi NPB sering dijumpai dalam praktek sehari-hari terutama di negara-negara industri.diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalence rata-rata 30%. Di Amerika Serikat nyeri ini merupakan penyebab yang paling sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia <45 tahun, urutan ke 2 untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke 5 alasan perawatan di rumah sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi. Data epidemiologi mengenai NPB di Indonesia belum ada, diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri punggung bawah. Prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17% (Wagiu, 2005). Berdasarkan survey NPB oleh American Physical Therapy Association (APTA) pada tahun 2012, 61% orang amerika pernah mengalami NPB, dan diantaranya 69% mempengaruhi aktivitas sehari-hari (Wilmarth, 2012). A.4 Klasifikasi Macnab menyusun klasifikasi NPB sebagai berikut (a) viserogenik, (b) neurogenik, (c) vaskulogenik, (d) psikogenik, (e) spondilogenik. NPB yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal. Nyeri viserogenik ini

16 tidak bertambah berat dengan aktivitas tubuh, dan sebaliknya tidak berkurang dengan istirahat (Harsono, 2005). Pada NPB Vaskulogenik, aneurisma atau penyakit vascular perifer dapat menimbulkan nyeri punggung atau nyeri menyerupai iskialgia. Aneurisma abdominal dapat menimbulkan NPB di bagian dalam, dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas tubuh (Harsono, 2005). Ada beberapa keadaan patologik yang dapat menyebabkan NPB neurogenik, yang pertama yaitu neoplasma. Pada umumnya gejala pertama adalah rasa nyeri baru kemudian timbul gejala neurologik yaitu gangguan motorik, sensibilitas dan vegetatif. Rasa nyeri timbul waktu sedang tidur dan berkurang saat berjalan. Keadaan patologik yang kedua yaitu araknoiditis. Pada araknoiditis terjadi perlengketanperlengketan. Nyeri timbul bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut. Keadaan patologik yang terakhir adalah stenosis kanalis spinalis, disebabkan oleh karena proses degenerasi diskus intervertebralis dan biasanya disertai oleh ligamentum flavum. Gejala klinik yang timbul ialah adanya klaudikasio intermiten yang disertai rasa kesemutan dan nyeri tetap ada pada saat penderita beristirahat. Klasifikasi NPB selanjutnya adalah NPB psikogenik yang umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan, dan depresi, atau campuran antara kecemasan dan depresi (Harsono, 2005). Klasifikasi yang terakhir yaitu NPB spondilogenik. Merupakan nyeri yang

17 disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus intervertebralis (diskogenik), dan miofasial (miogenik). NPB osteogenik sering disebabkan oleh infeksi, trauma, keganasan, kongenital, dan metabolic. Pada NPB diskogenik disebabkan oleh spondilosis, HNP, dan spondylitis ankilosa. Sedangkan pada NPB miogenik disebabkan oleh ketegangan otot, spasme otot, defisiensi otot, dan hipersensitif (Harsono, 2005). Ketegangan otot disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau berulangulang pada posisi yang sama akan memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan perasaan nyeri. Keadaan ini tidak terlepas dari kebiasaan buruk atau sikap tubuh yang tidak atau kurang fisiologik. Pada struktur yang normal, kontraksi otot mengurangi beban ligamentum dalam waktu yang wajar. Pada saat otot-otot menjadi lelah, ligamentum yang kurang elastis akan menerima beban yang lebih berat. Rasa nyeri timbul oleh karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta regangan pada kapsula (Harsono, 2005). Spasme otot disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba di mana jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang pemanasan. Spasme otot ini memberi gejala yang khas, yaitu dengan adanya kontraksi otot yang disertai dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus menambah kontraksi. Penyebab NPB miogenik selain spasme otot yaitu defisiensi otot yang disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisme yang

18 berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun karena imobilisasi (Harsono, 2005). Pada otot yang hipersensitif akan menciptakan satu daerah kecil yang apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu (target area). Daerah kecil tadi disebut sebagai noktah picu (trigger point). Titik ini apabila ditekan dapat menimbulkan rasa nyeri yang bercampur rasa sedikit nyaman (Harsono, 2005). A.5 Patofisiologi Nyeri punggung bawah terjadi karena biomekanik vertebra lumbal akibat perubahan titik berat badan dengan kompensasi perubahan posisi tubuh dan akan menimbulkan nyeri. Ketegangan (strain) otot dan keregangan (sprain) ligamentum tulang belakang merupakan salah satu penyebab utama NPB (Samara, 2004). Berbagai bangunan peka nyeri terdapat di punggung bawah. Bangunan tersebut adalah periosteum, 1/3 bangunan luar anulus fibrosus, ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua bangunan tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus (mekanikal, termal, kimiawi). Saat reseptor dirangsang oleh berbagai stimulus lokal, maka akan dijawab dengan pengeluran berbagai mediator inflamasi dan substansi lainnya, yang menyebabkan timbulnya persepsi nyeri, hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan

19 untuk memungkinkan perlangsungan proses penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan atau lesi yang lebih berat ialah spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu (trigger points), yang merupakan salah satu kondisi nyeri (Meliala, 2003). A.6 Faktor Risiko A.6.1 Usia Usia merupakan faktor yang memperberat terjadinya NPB, sehingga biasanya diderita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu muda. Penelitian telah memperlihatkan bahwa resiko dari NPB meningkat pada pasien yang semakin tua, tetapi ketika mencapai usia sekitar 65 tahun resiko akan berhenti meningkat. A.6.2 Jenis Kelamin Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri punggung bawah sampai umur 60 tahun. Namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya NPB, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya NPB.

20 A.6.3 Obesitas Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih, risiko timbulnya NPB lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya NPB. A.6.4 Pekerjaan Faktor risiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, gerakan berulang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis. Oleh karena itu, riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab NPB. A.6.5 Faktor Psikososial Berbagai faktor psikologis dan sosial dapat meningkatkan risiko NPB. Kecemasan, depresi, stress, tanggung jawab, ketidakpuasan kerja, mental, stress di tempat kerja dapat menempatkan orang-orang pada peningkatan risiko NPB kronis. A.6.6 Riwayat cedera/trauma Satu-satunya alat prediksi terbaik NPB adalah riwayat cedera/trauma. Seseorang yang pernah mengalami cedera/trauma sebelumnya beresiko untuk mengalami NPB dikarenakan faktor kekambuhan atau karena cedera tersebut berlangsung kronis.

21 A.6.7 Aktivitas/ olahraga Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab NPB yang sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menyebabkan NPB. Selain sikap tubuh yang salah yang sering kali menjadi kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam sehari, melakukan aktivitas dengan duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, dapat pula meningkatkan resiko timbulnya NPB. A.6.8 Merokok Perokok lebih beresiko terkena NPB dibandingkan dengan yang bukan perokok. Diperkirakan hal ini disebabkan oleh penurunan pasokan oksigen ke cakram dan berkurangnya oksigen darah akibat nikotin terhadap penyempitan pembuluh darah arteri. A.7 Diagnosis Klinis Untuk menegakkan diagnosis suatu penyakit perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang. 1. Anamnesis Mengingat struktur punggung bawah yang sangat berdekatan dengan organ lain yang terletak di dalam rongga perut serta rongga pelvis, dan juga mengingat banyaknya faktor penyebab NPB, maka anamnesis terhadap setiap keluhan NPB akan

22 merupakan sederetan daftar pertanyaan yang harus diajukan kepada penderita atau pengantarnya. Daftar pertanyaan tersebut diharapkan dapat mengurangi adanya kemungkinan hal-hal yang terlewatkan dalam anamnesis. Daftar pertanyaan tersebut antara lain apakah terjadi secara akut atau kronis, disebabkan oleh trauma langsung atau tidak langsung, mengalami gangguan tidur, menstruasi atau libido, disertai nyeri pada tungkai atau menjalar ke tungkai, diperberat oleh batuk/bersin, memiliki riwayat tuberkulosis, keganasan/operasi tumor, kencing batu, klaudikasio intermitten, bekerja dengan sikap yang salah atau mengejan kuat, memiliki perasaan cemas atau gelisah, memiliki riwayat demam atau gangguan buang air kecil/besar, atau memiliki rasa kesemutan pada tungkai. Anamnesis NPB mempunyai kerangka acuan tertentu minimal harus meliputi hal-hal sebagai berikut: Letak atau lokasi nyeri, penyebaran nyeri, sifat nyeri, pengaruh aktivitas terhadap nyeri, pengaruh posisis tubuh atau anggota tubuh, trauma, proses terjadinya nyeri dan perkembangannya, obat-obat analgetika yang pernah diminum, kemungkinan adanya proses keganasan, riwayat menstruasi, kondisi mental/emosional 2. Pemeriksaan Umum Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah inspeksi, palpasi, perkusi dan pemeriksaan tanda vital (vital sign) 3. Pemeriksaan Neurologik Pemeriksaan neurologik meliputi pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fisiologik dan patologik, serta percobaan-percobaan atau test untuk menentukan apakah

23 sarafnya ada yang mengalami kelainan. 4. Pemeriksaan dengan alat-alat Yang dimaksud dengan pemeriksaan alat-alat disini ialah neuroimaging dengan menggunakan alat-alat seperti foto polos vertebra lumbosakral, Bone scan, mielografi, CT Scan (Computerized Tomography), MRI (Magnetic Resonance Imaging), ultrasonografi, biopsi tertutup vertebra lumbal, densitometri tulang. A.8 Pencegahan Nyeri punggung dapat dicegah dan dikurangi dengan melakukan stretching (penguluran) secara rutin. Penguluran otot punggung sebaiknya dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pagi hari setelah bangun tidur dan malam hari sebelum tidur dengan intensitas waktu kurang lebih 10 15 menit. Kebanyakan orang memperoleh manfaat dari pelaksanaan senam (stretching) secara teratur. Stretching bertujuan memperkuat otot dan dengan memperkuat otot, maka kerja tulang dan otot menjadi seimbang. Selain itu dengan dilakukannya stretching maka secara tidak langsung akan menaikkan suplai oksigen dalam otot sehingga akan menurunkan tekanan darah yang terlalu tinggi dan rasa nyeripun akan berangsur-angsur berkurang. Adapun otot yang berperan dalam stretching metode Mc.Kenzie Extension yaitu otot-otot punggung (back muscles) yang tergabung dalam erector spine atau kumpulan otot penegak punggung, seperti extensor muscle (otot yang melekat di bagian belakang punggung yang berfungsi untuk menyeimbangkan punggung ketika berdiri dan mengangkat sesuatu), otot ini termasuk pasangan otot terbesar yang ada di bagian

24 punggung bawah yang mambantu menahan punggung dan otot paha. Selain itu stretching Mc.Kenzie juga memusatkan fungsinya pada otot abdomen dan otot gluteus maximus. Pada dasarnya, metode ini memiliki prinsip untuk menguatkan otot-otot ekstensor punggung dan merelaksasikan otot abdomen (perut) juga gluteus maximus. Karena latihan peregangan ini menekankan kepada penguatan, relaksasi, fleksibilitas, dan penguluran, maka latihan ini termasuk dalam jenis flexibility stretching (Permana & Wahyuni, 2010). Menurut Paul pada kelas latihan yang diawasi, terutama latihan peregangan dan penstabilan mungkin memiliki manfaat yang cukup untuk nyeri punggung bawah kronis (Little, 2008). Pencegahan yang kedua yaitu dengan instruksi pemeliharaan/proteksi punggung. Tujuan pemberian instruksi ini agar penderita menggunakan otot dan tulang/sendi dengan cara seefisien mungkin untuk menghindari stress dan strain, dan menggunakan energi yang efisien untuk setiap gerakan tubuh terutama punggung bawah. Pertama, yang harus diperhatikan saat berdiri dengan tidak memakai sepatu dengan tumit tinggi. Bila akan mengambil sesuatu di lantai, janganlah membungkuk, tetapi tekuklah pada lutut dengan punggung tetap lurus. Kedua, berjalanlah dengan posisi tegak, rileks, dan jangan tergesa-gesa. Ketiga, bila duduk, sebaiknya sendi pinggul, lutut, dan pergelangan kaki pada posisi 90 dan punggung diletakkan pada sandaran kursi. Terakhir, dalam melakukan kegiatan perhatikanlah posisi tulang punggung agar selalu tegak. Bila harus mengangkat benda, dekatkanlah dengan tubuh (Widodo, 1999).

25 B. Gerakan Sholat B.1 Definisi Sholat Secara terminologi, sholat adalah perkataan dan perbuatan tertentu/khusus yang dibuka/dimulai dengan takbir (takbiratul ihram) diakhiri/ditutup dengan salam. Sholat adalah sebuah gerakan yang dimulai dari gerakan berdiri kemudian membungkuk, sehingga tangan sampai pada lutut, dilanjutkan dengan berdiri kembali dengan tuma ninah atau kusuk. Latihan fisik yang dilakukan secara tepat, terarah dan teratur akan bermanfaat meningkatkan ketahanan otot tubuh serta menghambat atau memperlambat proses kemunduran akibat menderita suatu penyakit maupun bertambahnya usia (Muttaqin, 2010). B.2 Gerakan Sholat dan Manfaat Gerakan Sholat Gerakan sholat terdiri dari berdiri tegak, takbiratul ihram, rukuk, sujud, dan duduk dalam sujud yang dilakukan secara berulang-ulang tergantung dari jumlah rokaat sholat. Dalam sehari jumlah rokaat sholat yang wajib dilakukan oleh umat muslim berjumlah tujuh belas rokaat, yang terdiri dari sholat subuh, dzuhur, ashar, magrib, dan isya. Selain itu ada beberapa sholat yang hukumnya tidak wajib dilakukan (sunnah), seperti sholat sunnah dhuha, tahajud, fajar, rowatib, dan lainlain. B.2.1 Berdiri tegak Hal pertama yang dilakukan saat memulai sholat adalah berdiri tegak,

26 simetris antara tubuh bagian kanan dan kiri. Pada saat berdiri tegak berat badan menumpu di telapak kaki, di bagi di kedua kaki kanan-kiri sama berat. Cara menumpu yang demikian juga membuat postur tubuh menjadi lurus, serasi, dan tegap. Tulang punggung berada pada posisi tegak alami dalam arti bagian servical melengkung ke depan (lordosis), bagian thorax melengkung ke belakang (kifosis), dan bagian lumbal melengkung ke depan (lordosis). Ini adalah posisi normal yang memungkinkan susunan tersebut berfungsi optimal. Gerakan selanjutnya kaki dibuka, tumit membuka ke luar. Jarak yang perlu diperhatikan pada saat mengkangkangkan kaki adalah selebar jarak bahu kanan-kiri, ini adalah posisi ideal dan stabil maka akan terasa tarikan di sepanjang sisi dalam tungkai. Efek lain dari berdiri tegak yang juga dapat dipertimbangkan adalah tumpuan berat badan yang merata akan membuat kompaksitas susunan tulang-tulang penyangga tubuh menjadi rata. Hal ini bermanfaat terhadap penurunan resiko terjadinya patah tulang (Sagiran, 2007). Dalam Ilmu Orthopedi terdapat teori trabekulasi tulang. Tekanan pada tulang akan mempengaruhi jalur kompaksitas di dalam tulang, hal ini dinyatakan dalam Hukum Wolf. Berat tubuh yang menumpu di tungkai akan diproyeksikan dan didistribusikan di sepanjang tungkai. Jalur distribusi itu membuat tulang lebih padat, sementara bagian yang berada di luar jalur lebih tipis matriksnya (Sagiran, 2007). B.2.2 Takbiratul Ihram Takbiratul ihram yaitu gerakan memulai sholat dengan mengangkat tangan

27 sedemikian sehingga telapak menghadap kiblat di samping kanan kiri bahu atau wajah kita. Pada saat gerakan takbir, bahu terangkat sedikit, tulang-tulang rusuk ikut terangkat menimbulkan pelebaran rongga dada. Akibatnya tekanan udara di dalam rongga mengecil dan memudahkan udara nafas masuk dengan cepat. Pada saat yang mengucapkan kalimat takbir Allahuakbar padahal dinding sedang meregang. Udara harus mengalir keluar guna menggetarkan pita suara untuk dapat mengucapkan suatu kata, maka tidak lain hal ini hanya bisa dikerjakan oleh diafragma. Sinergitas ini juga berpengaruh terhadap fungsi-fungsi fisiologis lainnya karena di otak terjadi asosiasi dan sinkronisasi pusat-pusat pengaturan gerakan dan kerja organ-organ dalam. Pada saat tabiratul ihram posisi ketiak dalam keadaan terbuka. Ketiak adalah stasiun regional utama bagi peredaran limfe yang merupakan kumpulan dari keseluruhan anggota gerak bagian atas tangan, lengan bawah, lengan atas, dan bahu. Gerakan takbir ini adalah gerakan active pumping yang sangat bermanfaat. Gerakan selanjutnya setelah takbiratul-ihram adalah tangan diletakkan di depan dada. Perletakan di dada dengan cara tangan kiri ditempelkan di dada, tangan kanan menempel di luar/atas tangan kiri. Cara demikian ini hanya bisa dilakukan dengan sedikit mengangkat bahu, karena kalau tidak maka tangan akan terletak di perut. Cara ini pula yang dapat mempertahankan posisi ketiak sebagai stasiun peredaran limfe tetap terbuka (Sagiran, 2007). B.2.3 Rukuk Rukuk adalah membungkukkan badan sedemikian sehingga punggung, leher,

28 dan kepala menjadi posisi horizontal. Pada saat rukuk sempurna, tulang belakang menjadi relatif lurus. Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan, yang pertama yaitu posisi horizontal. Posisi ini memungkinkan berat badan bergeser ke depan dan tubuh seakan-akan terperosok ke depan. Pada posisi demikian, kompresi antar ruasruas tulang belakang dapat dikurangi. Poin kedua yaitu kedua lengan menyangga, tangan memegang di lutut. Peyanggaan ini lebih mendorong lagi ke depan ruas-ruas tulang belakang sehingga kompresi bukan hanya dikurangi akan tetapi bahkan terjadi gerakan anti-kompresi (peregangan), ini dapat kita rasakan pada saat rukuk seperti ada tarikan di tulang punggung. Sensasi ini hanya terjadi bila rukuk dilakukan cukup waktu, sehingga sudah terjadi relaksasi otot-otot punggung (Sagiran, 2007). B.2.5 Sujud Sujud adalah adalah satu-satunya posisi di mana otak bisa lebih rendah dari jantung. Gerakan sujud merupakan urut-urutan dari gerakan tubuh merendah dengan menekukkan badan dan lutut, kemudian telapak tangan mencapai lantai, disusul lutut mencapai lantai, jari-jari kaki tertekuk, telapak kaki berdiri tegak, tangan di lantai geser maju ke depan, muka tersungkur menyentuh lantai pada jidat dan hidung, pantat diangkat, paha pada posisi tegak lurus, kedua kaki dirapatkan, dengan tetap berdiri tegak dan jari-jari menekuk sehingga tetap mengarah ke kiblat. Pada gerakan sujud akan terasa tarikan di tulang belakang daerah pertengahan punggung yang disebabkan oleh gravitasi karena pergeseran titik berat batang tubuh. Efek terhadap alignment (pengaturan pelurusan) ruas-ruas tulang belakang sehingga kompresi dikurangi

29 bahkan terjadi gerakan anti-kompresi (peregangan). Sensasi ini hanya terjadi bila dilakukan cukup waktu, sehingga terjadi relaksasi otot-otot punggung. Elastisitas pembuluh darah merupakan faktor terpenting yang dapat mempertahankan tekanan darah. Debit darah yang naik karena posisi jantung lebih tinggi dari otak ini merupakan latihan otak menambah elastisitas pembuluh darah, pada gilirannya gerakan sujud bisa merupakan gerakan anti-stroke (Sagiran, 2007). Pengaruh posisi rukuk dan sujud ini terhadap organ-organ dalam adalah memperkuat ikatan penggantung organ ke dinding rongga tempat organ itu berada. Secara anatomis terutama di dalam perut, organ dalam yang ada penggantungnya akan diperkuat dengan dilatihnya secara terus menerus dengan perubahan posisi berdiri, rukuk, dan sujud (Sagiran, 2007). B.2.6 Duduk dalam Sholat Al-Qaadah atau Julus adalah posisi duduk dalam shalat yang sangat unik. Posisi tersebut dapat menghentikan aliran pembuluh darah utama di tungkai, sehingga menambah debit aliran darah ke otak dan organ dalam lainnya, pada waktu yang sama mengembangkan sirkulasi melalui pembuluh kolateral di kaki (Sagiran, 2007). Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa gerakan sholat mempunyai banyak manfaat bagi tubuh manusia, termasuk peregangan otot-otot punggung yang terjadi pada gerakan rukuk dan sujud.

30 B.3 Jumlah Rokaat Sholat dan Nyeri Punggung Bawah NPB bisa disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu strain otot-otot lumbar, perubahan degeneratif, HNP, osteoporosis, stenosis spinal, spondilolistesis, spondilolisis, trauma, kongenital, tumor, infeksi, dan psikologis. Berdasarkan penyebab-penyebab diatas, strain (ketegangan) otot lumbar memberi kontribusi terbanyak yaitu sebanyak 70% (Stoltz, 2003). Ada beberapa cara yang dapat mencegah NPB, salah satunya yaitu dengan gerakan sholat. Pada gerakan sholat terdapat gerakan-gerakan yang dapat meregangkan otot punggung, diantaranya yaitu gerakan rukuk dan sujud. Pada gerakan rukuk belakang menjadi relatif lurus. Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan, yang pertama yaitu posisi horizontal. Posisi ini memungkinkan berat badan bergeser ke depan dan tubuh seakan-akan terperosok ke depan. Pada posisi demikian, kompresi antar ruas-ruas tulang belakang dapat dikurangi. Poin kedua yaitu kedua lengan menyangga, tangan memegang di lutut. Peyanggaan ini lebih mendorong lagi ke depan ruas-ruas tulang belakang sehingga kompresi bukan hanya dikurangi akan tetapi bahkan terjadi gerakan anti-kompresi (peregangan), ini dapat kita rasakan pada saat rukuk seperti ada tarikan di tulang punggung, dan pada gerakan sujud juga akan terasa tarikan di tulang belakang daerah pertengahan punggung yang disebabkan oleh gravitasi karena pergeseran titik berat batang tubuh. Adanya efek terhadap alignment (pengaturan pelurusan) ruas-ruas tulang belakang dapat mengurangi kompresi dan terjadi gerakan peregangan (Sagiran, 2007). Berdasarkan pernyataan diatas diketahui bahwa semakin sering melakukan gerakan sholat, diharapkan akan mencegah timbulnya nyeri punggung bawah.

31 B.4 Instrumen Penelitian Intensitas nyeri punggung bawah diukur dengan menggunakan Visual Analogue Scale (VAS). VAS merupakan suatu alat bantu untuk mengukur intensitas nyeri. Skala pada VAS berupa sebuah garis horizontal yang dibagi secara rata menjadi 10 segmen dengan nomor 0-10. Pasien diberi tahu bahwa 0 menyatakan tidak ada nyeri sama sekali dan 10 menyatakan nyeri paling parah yang mereka dapat bayangkan. Pasien kemudian diminta untuk menandai angka yang menurut mereka paling tepat dapat menjelaskan tingkat nyeri yang mereka rasakan pada suatu waktu (Wilson & Price, 2006). Penelitian ini lebih menekankan pada nyeri punggung karena faktor miogenik, karena itu, untuk menyingkirkan kriteria eksklusi digunakan definisi nyeri punggung bawah. Ada beberapa definisi nyeri punggung bawah, diantaranya : 1. Nyeri punggung bawah (NPB) adalah perasaan nyeri, ketegangan otot, atau kekakuan lokal di bawah batas kosta dan di atas lipatan glutealis inferior, dengan atau tanpa disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki / sciatica (Koes, 2006). 2. Nyeri punggung bawah (NPB) adalah nyeri di daerah lumbosakral meliputi jarak dari vertebra lumbalis pertama ke vertebra sakralis pertama. Situs yang paling sering mengalami nyeri punggung bawah adalah di segmen lumbal 4 dan 5 (Kravitz & Andrews, 2012).

32 Penelitian kali ini menggunakan kombinasi antara definisi tersebut dengan kriteria diagnosis nyeri punggung bawah miogenik, diantaranya yaitu adanya riwayat yang mengindikasikan ketegangan otot tunggal atau berulang, kambuhnya nyeri terkait dengan ketegangan otot, nyeri punggung terjadi pada ketegangan otot lumbal paravertebral, nyeri pada otot gluteus maksimus yang tegang terasa pada pantat dan paha, nyeri punggung bawah bersifat unilateral, nyeri dan tegang otot meningkat di pagi hari dan setelah beristirahat, rasa nyeri meningkat selama kerja otot yang berkepanjangan dan sangat meningkat sesaat setelah penghentian beban otot, stress lokal ditentukan oleh palpasi pada otot yang terlibat, nyeri bertambah buruk dengan kontraksi otot aktif dan pasif, dan pada MRI dan CT scan tidak menunjukkan perubahan patologis (Victoria, 2011), sehingga definisi nyeri punggung bawah yang digunakan pada penelitian kali ini adalah perasaan nyeri, ketegangan otot, atau kekakuan lokal yang dirasakan di daerah lumbosakral meliputi jarak dari vertebra lumbalis pertama ke vertebra sakralis pertama, dengan atau tanpa disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki yang disebabkan oleh strain otot punggung. Nyeri ini bersifat tumpul dan tidak disertai dengan parastesi, kelemahan atau defisit neurologis, bersifat unilateral, nyeri dan tegang otot meningkat di pagi hari dan setelah beristirahat, rasa nyeri meningkat selama kerja otot yang berkepanjangan dan sangat meningkat sesaat setelah penghentian beban otot, stress lokal ditentukan oleh palpasi pada otot yang terlibat, nyeri bertambah buruk dengan kontraksi otot aktif.

33 B.6 Analisis Kritis Penelitian pada tahun 2010 oleh Wahyu Wahid Muttaqin yang berjudul Pengaruh Gerakan Sholat terhadap Ketahanan / Endurance Otot Extensor Punggung Bawah. Jenis penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan crossectional. Populasi dan subyek dalam penelitian ini adalah santri dari Pondok Pesantren Mahasiswa Istiqomah dan Pondok Pesantren Modern Assallam yang berjumlah 40 santri, subjek berumur 17-24 tahun, tidak sakit yang berkaitan dengan posture, telah melakukan kebiasaan sholat rowatib dan tahajjud lebih dari dua bulan, pengumpulan data dilakukan dengan cara tanya jawab, dan pengukuran dengan metode Sorensen tes untuk mengetahui status endurance otot extensor punggung bawah. Pengambilan endurance otot extensor punggung bawah dengan metode Sorensen tes dengan mengunakan alat stopwatch. Uji stastistik dengan mengunakan mann-whitney. Hasil pengkuran di peroleh data bahwa sholat wajib dan saholat tahajjud memiliki tingkat ketahanan / endurance otot extensor punggung bawah yang lebih baik dibandingkan sholat wajib dan sholat rowatib. Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh jumlah rokaat sholat terhadap insidensi nyeri punggung bawah. Area yang akan diteliti pada penelitian yang akan diajukan kali ini meliputi nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh faktor miogenik. Subjek pada penelitian ini adalah masyarakat Yogyakarta.

34 B.7 Kerangka Teori Penelitian ini disusun berdasarkan kerangka teori sebagai berikut : Gambar 2.3 Kerangka Teori Penjelasan kerangka konsep : Ada beberapa macam stimulus yang bisa merangsang nosiseptor di daerah punggung, diantaranya adalah stimulus mekanik, stimulus termal, dan stimulus kimiawi. Perangsangan stimulus tersebut dapat menyebabkan proses inflamasi yang kemudian otot-otot di daerah punggung menjadi tegang atau mengalami spasme sehingga terjadi iskemia dan timbulah nyeri di daerah punggung bawah. Pencegahan

35 NPB terdiri dari dua cara, yaitu dengan instruksi pemeliharaan atau proteksi punggung dan latihan otot punggung. Latihan otot punggung ini bisa dilakukan dengan gerakan senam punggung dan gerakan sholat, karena dengan melakukan gerakan sholat otot-otot di daerah punggung meregang sehingga dapat mencegah timbulnya NPB. B.8 Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori diatas, peneliti menyusun kerangka konsep sebagai berikut : Gambar 2.4 Kerangka Konsep

36 Keterangan kerangka konsep : B.9 Hipotesis Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis pada penelitian kali ini sebagai berikut : Semakin banyak rokaat sholat maka semakin rendah frekuensi dan derajat keparahan nyeri punggung bawah"

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan pada penelitian kali ini adalah crosssectional. Cross-sectional merupakan desain penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran data variabel bebas dan terlihat hanya satu kali pada satu saat. B. Populasi dan Sampel B.1 Populasi Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu. Subjek dapat berupa manusia, hewan coba, data laboratorium, dan lain-lain, sedangkan subjek ditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan penelitian (Sastroasmoro dan Ismail, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat kecamatan Piyungan Bantul Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi. B.2 Sampel Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus dari Zulaela dalam mencari besar sampel yang akan diteliti. ( ) 37

38 Keterangan : n = jumlah subyek = deviat baku normal untuk (1,65) p = prevalensi (21%) q = 1-p d = presisi absolut (0,1) ( ) ( ) Berdasarkan perhitungan rumus besar sampel diatas ditemukan bahwa jumlah sampel pada penelitian ini adalah 45 orang, kemudian ditambah 10% menjadi 50 orang. Kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain : Penderita nyeri punggung bawah Laki-laki maupun perempuan Usia 30 70 tahun Bersedia menjadi responden dengan mengisi informed consent

39 Kriteria eksklusi dalam penelitian ini antara lain : Orang yang tidak bisa melakukan gerakan sholat dengan baik dan benar, misalnya sholat dilakukan dengan posisi duduk atau tidur Nyeri punggung bawah karena faktor selain miogenik, misalnya karena faktor viserogenik, neurogenik, vaskulogenik, psikogenik, diskogenik, dan osteogenik. Pernah mengalami trauma pada tulang punggung Tidak komunikatif C. Variabel dan Definisi Operasional C.1 Variabel Variabel Terikat : Nyeri punggung bawah Variabel Bebas : Jumlah rokaat sholat Variabel pengganggu Variabel pengganggu dibagi menjadi dua, yaitu : a. Bisa dikendalikan : Olah raga, jenis pekerjaan, jenis kelamin, dan usia. b. Tidak bisa dikendalikan : Postur tubuh, stress. C.2 Definisi Operasional Definisi operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut : a Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri, ketegangan otot, atau kekakuan lokal yang disebabkan oleh strain otot punggung dan

40 dirasakan di daerah lumbosakral meliputi jarak dari vertebra lumbalis pertama ke vertebra sakralis pertama, dengan atau tanpa disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki. Nyeri ini bersifat tumpul, tidak disertai dengan parastesi, kelemahan atau deficit neurologis, bersifat unilateral, nyeri dan tegang otot meningkat di pagi hari dan setelah beristirahat, rasa nyeri meningkat selama kerja otot yang berkepanjangan dan sangat meningkat sesaat setelah penghentian beban otot, stress lokal ditentukan oleh palpasi pada otot yang terlibat, dan nyeri bertambah buruk dengan kontraksi otot aktif. Keluhan ini didapatkan dengan kuesioner, sedangkan untuk mengukur intensitas nyeri menggunakan VAS. b Sholat adalah sebuah gerakan yang dimulai dari gerakan berdiri kemudian membungkuk, sehingga tangan sampai pada lutut, dilanjutkan dengan berdiri kembali kemudian bersujud. Dalam sehari jumlah rokaat sholat yang wajib dilakukan oleh umat muslim berjumlah tujuh belas rokaat, yang terdiri dari sholat subuh, dzuhur, ashar, magrib, dan isya. Selain itu ada beberapa sholat yang hukumnya tidak wajib dilakukan (sunnah), seperti sholat sunnah dhuha, tahajud, fajar, rowatib, dan lain-lain. Sampel mengisi kuesioner mengenai seberapa sering melakukan sholat dalam sehari, sedangkan untuk sampel yang non-muslim atau yang tidak melakukan sholat tidak perlu mengisi kuesioner mengenai seberapa sering melakukan

41 sholat dalam sehari. c d e Usia merupakan salah satu faktor risiko nyeri punggung bawah. Jenis pekerjaan dapat mempengaruhi insidensi nyeri punggung bawah. Olah raga dipercaya dapat mencegah insidensi nyeri punggung bawah dengan latihan peregangan otot. D. Instrumen Penelitian 1. Untuk mengukur intensitas nyeri dalam penelitian ini adalah Visual Analogue Scale (VAS). VAS merupakan suatu alat bantu untuk mengukur intensitas nyeri. Skala pada VAS berupa sebuah garis horizontal yang dibagi secara rata menjadi 10 segmen dengan nomor 0-10. Pasien diberi tahu bahwa 0 menyatakan tidak ada nyeri sama sekali dan 10 menyatakan nyeri paling parah yang mereka dapat bayangkan. Pasien kemudian diminta untuk menandai angka yang menurut mereka paling tepat dapat menjelaskan tingkat nyeri yang mereka rasakan pada suatu waktu (Wilson & Price, 2006). 2. Kuesioner berisi pertanyaan yang menanyakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan sholat dan nyeri punggung bawah. E. Cara Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan untuk mendapatkan data tentang intensitas sholat dan frekuensi timbulnya nyeri punggung bawah. Meneliti

42 mendatangi tempat populasi sampel dan membagikan kuesioner kepada sampel, kemudian sampel mengisi kuesioner sesuai dengan pengalaman masing-masing. F. Uji Validitas dan Reabilitas Alat uji yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner. Pada penelitian ini kuesioner yang digunakan diadaptasi dari Modified Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire of Oakdale Physical Therapy and Fitness yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas. G. Analisis Data Uji analisis data pada penelitian ini menggunakan gabungan dari uji chi square dan spearman. Chi square digunakan untuk data deskriptif, sedangkan spearman untuk melihat korelasi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Juni 2012 sampai November 2012 di Kecamatan Piyungan Bantul Yogyakarta. Masyarakat di daerah tersebut mempunyai jenis pekerjaan yang heterogen, sehingga sangat cocok sebagai sampel penelitian ini. Penelitian dilakukan dengan cara mewawancarai responden menggunakan kuesioner pada masyarakat di Kecamatan Piyungan Bantul Yogyakarta. A.2 Karakteristik Responden Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah community based di Kecamatan Tegal Piyungan Bantul Yogyakarta. Karakteristik subyek pada penelitian ini terdiri atas jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, jumlah rokaat per hari, frekuensi NPB, derajat NPB, dan frekuensi olah raga yang dapat dilihat pada tabel berikut : 43

44 Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian Karakterisik Jumlah (n) Persentase (%) Jenis kelamin - Laki-laki - Perempuan Usia - < 41 th - 41 50 th - 51 60 th - > 61 th Jenis Pekerjaan - Ringan - Sedang - Berat Jumlah Rokaat Sholat - < 17-17 22-23 28 - >28 Frekuensi NPB - Jarang - Sering - Tak tentu Derajat NPB - Ringan - Sedang - Berat Frekuensi Olah Raga - Jarang - Sering - Tidak pernah 14 36 7 23 16 4 9 30 11 11 27 8 4 10 11 29 13 37 0 22 2 26 28 72 14 46 32 8 18 60 22 22 54 16 8 20 22 58 26 74 0 44 4 54 Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah responden yang terdiri atas 14 lakilaki (28%) dan 36 perempuan (72%) dalam rentang usia antara 30 70 tahun. Jenis pekerjaan dibagi menurut aktivitasnya, yaitu ringan berjumlah 9 orang (18%), sedang berjumlah 30 orang (60%), dan berat berjumlah 11 orang (22%). Jumlah rokaat dihitung dari total rokaat sholat yang dilakukan dalam satu hari termasuk sholat wajib dan sholat sunnah. Frekuensi NPB dibagi menjadi jarang (20%), sering (22%), dan tak tentu (58%). Penderita NPB ringan berjumlah 13 orang (26%), NPB sedang

45 berjumlah 37 orang (74%), dan tidak ditemukan penderita NPB berat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini. 28% Laki-laki Perempuan 72% Grafik 4.1 Diagram Jenis Kelamin Diagram diatas menunjukkan bahwa jumlah responden berjenis kelamin lakilaki berjumlah 14 orang (28%) dan responden berjenis kelamin perempuan berjumlah 36 orang (72%). 8% 16% 32% 44% < 41th 41-50 th 51-60 th > 60 th Grafik 4.2 Diagram Usia

46 Diagram diatas menunjukkan jumlah responden dengan usia dibawah 41 tahun berjumlah 8 orang (16%), usia antara 41 50 tahun berjumlah 22 orang (44%), usia antara 51 60 tahun berjumlah 16 orang (32%), dan usia di atas 60 tahun berjumlah 4 orang (8%). 22% 18% Ringan Sedang Berat 60% Grafik 4.3 Diagram Jenis Pekerjaan Diagram diatas menunjukkan jumlah responden dengan jenis pekerjaan ringan berjumlah 9 orang (18%), jenis pekerjaan sedang berjumlah 30 orang (60%), dan jenis pekerjaan berat berjumlah 11 orang (22%).

47 16% 8% 22% < 17 17-22 23-28 > 28 54% Grafik 4.4 Diagram Jumlah Rokaat Sholat Diagram diatas menunjukkan bahwa terdapat 11 orang dengan jumlah rokaat kurang dari 17 rokaat per hari (22%), 27 orang dengan jumlah rokaat 17 22 per hari (54%), 8 orang dengan jumlah rokaat 23 28 per hari (16%), dan 4 orang dengan jumlah rokaat lebih dari 28 rokaat per hari (8%). 20% 58% 22% Jarang Sering Tidak tentu Grafik 4.5 Diagram Frekuensi Terjadinya NPB

48 Diagram diatas menunjukkan bahwa terdapat 10 orang dengan frekuensi jarang (20%), 11 orang dengan frekuensi sering (22%), dan 29 orang dengan frekuensi tidak tentu (58%). 0% 26% Ringan Sedang 74% Grafik 4 6 Diagram Derajat Keparahan NPB Derajat keparahan NPB diukur dengan menggunakan VAS (Visual Analog Scale). Berdasarkan diagram diatas terdapat 13 orang dengan derajat NPB ringan (26%), 37 orang dengan derajat NPB sedang (74%), dan tidak ada responden yang menderita NPB derajat berat.

49 52% 44% Jarang Sering Tidak pernah 4% Grafik 4.7 Diagram Frekuensi Olah Raga Diagram diatas menunjukkan bahwa jumlah responden dengan frekuensi olah raga sering berjumlah 2 orang (4%), frekuensi olah raga jarang berjumlah 22 orang (44%), dan tidak pernah olah raga berjumlah 26 orang (52%). A.3 Analisis Data Penelitian Uji analisis data pada penelitian ini menggunakan gabungan dari uji chi square dan spearman. Chi square digunakan untuk data deskriptif, sedangkan spearman untuk melihat korelasi. Pengambilan kesimpulan dari uji spearman dilakukan dengan cara melihat nilai signifikansi (p). Bila nilai p < 0,05, maka H1 diterima. H1 diterima menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara x dan y. Bila nilai p > 0,05 maka H1 ditolak yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara x dan y. Tabel 4.2 Deskripsi Variabel Usia Frekuensi NPB (n = 50) VAS (n = 50) Tak tentu Jarang Sering Ringan Sedang Berat n % n % n % n % n %