BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang UPI Kampus Serang Iis Jamilah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Periode emas atau yang lebih dikenal dengan golden age adalah masa

BAB 1 PENDAHULUAN. menyadari akan penting nya mencerdaskan rakyat nya, Cita cita mulia itu pun

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini. Pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa merupakan isu yang mengemuka di

BAB I PENDAHULUAN. persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. yang menangani anak usia 4-6 tahun. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Kostianissa, 2013

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai salah satu syarat tujuan pembangunan. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan. spiritual) dan sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama).

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: kualitas peserta didik, maka harus ditingkatkan untuk menjembatani

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. penting yang perlu diingat bahwa tidak semua informasi yang diperoleh anak dari

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. cepat di berbagai aspek perkembangannya dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini dijadikan sebagai cermin untuk melihat

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Hal ini terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implementasi Pembelajaran Orang Dewasa Dalam Penyelenggaraan Program Parenting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014

BAB I. Pendahuluan. usia tersebut otak anak tidak mendapat rangsangan yang maksimal, maka potensi otak anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agaranak memiliki kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

I. PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat. Masa ini biasa disebut dengan masa the golden

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. yang kreatif, mandiri dan professional dibidangnya masing-masing, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.

BAB I PENDAHULUAN. pihak, dan ditingkatkan melalui berbagai macam kegiatan, mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Rohiman Lesmana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum, tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pendidikan anak pun bisa dimaknai sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa dibingkai dalam pendidikan, pembinaan terpadu, maupun pendampingan. Perkembangan secara optimal selama masa usia dini memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan untuk berbuat dan belajar pada masa-masa berikutnya (Nurani,2009, hlm.17). Tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa: Pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan untuk anak sejak lahir sampai dengan enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut (Pasal 1 butir 14). Dari kutipan diatas, menunjukkan bahwa untuk mengembangkan potensi anak menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab hendaknya dilakukan sejak usia dini, yaitu dengan memberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

2 kehidupan selanjutnya dalam bermasyarakat. Demikian pentingnya masa usia ini sehingga sering disebut masa keemasan (the golden age). Berbagai hasil penelitian menyimpulkan bahwa perkembangan yang diperoleh pada usia dini sangat mempengaruhi perkembangan anak pada tahap berikutnya dan meningkatkan produktivitas dimasa dewasa. Montessori (Anita, 2011, hlm. 8) meyakini bahwa dalam tahun-tahun awal kehidupan, seorang anak mempunyai masa peka (sensitive periods). Masa peka dapat digambarkan sebagai satu situasi atau waktu siap berkembangnya pembawaan atau potensi yang dimiliki anak. Setiap anak memiliki masa peka yang tidak sama, selama periode ini anak mulai peka (sensitive) untuk menerima berbagai rangsangan, pada saat itu anak telah siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. namun jika masa peka telah muncul dalam diri seorang anak, orang tua, pendidik, atau orang dewasa yang bertanggungjawab terhadap pengasuhannya wajib untuk menyediakan alatalat latihan. Anak usia dini memiliki proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Secara fisik pertumbuhan anak usia dini sangat pesat, begitu pula pertumbuhan otaknya, otak merupakan pusat koordinasi kemampuan manusia tumbuh sangat pesat pada masa usia dini. Menurut hasil penelitian di bidang neurologi yang dilakukan oleh Bloom (Kurniasih,2009, hlm. 5) diketahui bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50%, hingga usia anak mencapai 8 tahun kapasitas kecerdasan manusia sudah terbentuk 80%. Apabila pada usia tersebut otak anak tidak mendapat rangsangan yang maksimal,

3 maka otak anak tidak akan berkembang secara optimal. Pemberian stimulasi pendidikan pada anak saat pertumbuhan fisik yang pesat dan otak yang sedang tumbuh pada usia kematangannya akan mendapat hasil yang maksimal dibandingkan pada usia sesudahnya. Dapat dipastikan anak yang mendapatkan pembinaan dan pendidikan sejak usia dini memiliki harapan besar untuk meraih keberhasilan dimasa yang akan datang hingga pada akhirnya anak mampu untuk lebih mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Melalui program pendidikan yang dirancang dengan baik anak akan mampu mengembangkan segenap potensi yang dimiliki, dari aspek fisik, social, moral, emosi kepribadian dan lain-lain. Pada usia dini perkembangan masing-masing aspek memiliki karakteistik khusus yang berbeda pada usia-usia tertentu. Berbagai macam aspek yang berkembang sering dikelompokan sebagai perkembangan fisik (motorik halus dan kasar), inteligensi (daya pikir dan daya cipta), bahasa (kosa kata, komuikasi), social-emosional (sikap, kebiasaan, perilaku, moral). Dalam pendidikan anak usia dini salah satu kawasan yang harus dikembangkan adalah nilai moral, karena nilai moral sangat dibutuhkan bagi anak dalam mengembangkan perilakunya. Penanaman nilai moral pada perkembangan perilaku anak di usia dini merupakan tahap untuk memperkenalkan kepada anak tentang realita. Seperti yang diungkapkan oleh Hasan (2008, hlm. 261) Perkembangan moral pada anak merupakan tahap awal berkembangnya moralitas, yaitu kepastian atau kemampuan untuk membedakan yang benar dan salah, bertindak atas pebedaan tersebut dan mendapatkan penghargaan diri ketika melakukan yang benar dan merasa bersalah atau malu ketika melanggar standar tersebut.

4 Dari kutipan tadi dijelaskan bahwa membangun kecerdasan moral sangat penting dilakukan sejak anak usia dini, agar suara hati anak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, dengan demikian mereka dapat menolak pengaruh buruk dan melawan tekanan buruk dari luar tanpa bantuan orang tua. Meski pada usia tersebut mereka belum mempunyai kemampuan kognitif untuk melakukan penalaran moral yang cukup kompleks, pada saat itulah dasar-dasar kebiasaan moral seperti melatih kontrol diri, bersikap adil, menunjukkan rasa hormat, berbagi dan berempati mulai diperkenalkan. Menurut Hurlock (Moeslihatoen, 1998, hlm.8) pembentukkan perilaku pada anak usia dini tidak dapat diajarkan secara langsung, melainkan harus ditanamkan pada anak melalui pembiasaan melalui perbuatan dan tidak hanya ucapan saja, pembentukan perilaku bisa dilaksanakan dengan cara : 1. Mendorong anak bertingkah laku sesuai yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku yang tidak diharapkan 2. Tingkah laku yang diharapkan apabila dilakukan anak akan memberikan konsekwensi yang menyenangkan, sedang tingkah laku yang tidak diharapkan akan menimbulkan penyesalan pada diri anak 3. Tingkah yang diharapkan apabila dibina secara terus menerus pada saatnya akan terjadi dengan sendirinya, atas prakarsa anak sendiri tidak ada pengawasan dari guru. 4. Anak perlu mendapat kesempatan untuk mengubah tingkah laku yang tidak diharapkan Keluarga dan sekolah merupakan wahana penyemaian nilai-nilai yang akan dijadikan acuan (pegangan) oleh anak dalam bertutur kata dan dalam setiap

5 tindakannya. Bila anak merasa nyaman dan aman ketika berada di rumah dan di sekolah, mereka akan terdorong untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugastugasnya sebagai seorang anak atau siswa dengan baik dan penuh tanggung jawab. Dengan demikian optimalisasi perkembangan intelektual, emosional, dan spiritualnya terjadi sesuai dengan yang diharapkan. Lebih dari itu, anak akan dengan sukarela dan penuh tanggung jawab menerima dan mengamalkan nilainilai positif yang menjadi keyakinannya dan keluarganya. Kelompok Bermain Rancage adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan non-formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak dua tahun sampai dengan empat tahun. Kelompok Bermain Rancage yang bernaung dibawah Yayasan Rancage terletak di Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang. Sesuai dengan motto Rancage nyantri, nyakola, nyunda, nyeni pendidikan moral, budaya dan nilai-nilai agama ditanamkan melalui pembiasaan. Penjabaran kompetensi pendidikan moral, budaya dan nilai-nilai agama, sebagaimana dijabarkan oleh kurikulum pendidikan anak usia dini menunjukkan bahwa pendidikan moral, budaya dan nilai-nilai agama ditanamkan tidak hanya dalam kegiatan ibadah agama yang sifatnya rutinitas tetapi secara luas melalui berbagai aktifitas anak dalam kehidupan sehari-hari, mencakup bagaimana penanaman kasih sayang dengan sesama, tanggung jawab, sopan santun, kebersihan dan kerapian dan ketertiban dalam aturan. Keberhasilan dalam pendidikan tidak lepas dari besarnya kompetensi yang dimiliki oleh seorang pendidik. Hal ini ditunjukkan dengan keberhasilan

6 Kelompok Bermain Rancage yang menjadi juara dua di tingkat Provinsi Jawa Barat. Kelompok Bermain Rancage dibina oleh beberapa guru/tutor yang bertanggung jawab membimbing dan mendidik anak. Untuk menjad guru/tutor yang baik tidak cukup hanya menguasai materi yang akan diajarkan dan keterampilan metodologinya, melainkan perlu memiliki wawasan yang luas dalam bidangnya dan karakteristik pribadi yang cocok. Unsur-unsur pribadi tersebut akan menjadi sarana yang secara integratif akan memfasilitasi terjadinya proses pembelajaran dan perkembangan pada anak. Untuk memahami lebih lanjut tentang pembinaan perilaku sosial pada anak usia dini diperlukan adanya penelitian bagaimana mekanisme pendidikan nilai moral pada anak usia 3 5 tahun di Kelompok Bermain Rancage. Oleh karena itu penelitian ini dituangkan dalam tesis yang difokuskan pada: Implementasi Pendidikan Nilai Moral dalam Pengembangan Perilaku Sosial di Kelompok Bermain Rancage Kabupaten Sumedang B. Identifikasi Masalah Tingkah laku bermoral tidak tumbuh begitu saja melainkan melalui proses yang cukup panjang karena aspek moral seorang anak merupakan sesuatu yang berkembang dan perlu dikembangkan. Dalam proses perkembangan tentu saja sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, antara lain lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

7 Telah diuraikan sebelumnya bahwa pendidikan anak usia dini di berbagai lingkungan secara umum bertujuan untuk mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pengalaman untuk berinteraksi sosial dengan anak lain dan bahkan dengan orang dewasa tidak hanya memfasilitasi keterampilan anak dalam bersosialisasi, tetapi lebih dari itu turut mengembangkan aspek-aspek lainnya, seperti perkembangan kognitif, emosi, fisik dan moral anak. Pergaulan sosial ini merupakan pengalaman yang berharga dalam hidupnya, sehingga mampu mendorong segenap aspek perkembangan anak secara terintegrasi dan menyeluruh. Keseluruhan pengalaman di sekolah dimanfaatkan untuk mengembangkan perilaku yang baik bagi anak didik (Zuchdi, 2003, hlm. 4). Dalam hal ini tentu saja faktor pendidik menjadi sangat penting terutama dalam cara atau pola yang digunakan dalam menyampaikan pesan-pesan moral pada anak usia dininya. C. Perumusan Masalah Dengan memahami latar belakang yang telah diungkapkan diatas, serta alasan dalam pemilihan masalah, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana Implementasi Pendidikan Nilai Moral dalam Pengembangan Perilaku Sosial di Kelompok Bermain Rancage Kabupaten Sumedang?

8 Selanjutnya berdasarkan permasalahan pokok tersebut dapat dirinci kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pemahaman guru di Kelompok Bermain Rancage terhadap pendidikan nilai moral? 2. Bagaimana perencanaan pendidikan nilai moral yang dilakukan guru di Kelompok Bermain Rancage dalam upaya pengembangan perilaku sosial anak usia dini? 3. Bagaimana pelaksanaan pendidikan nilai moral di Kelompok Bermain Rancage dalam upaya mengembangkan perilaku sosial anak usia dini? 4. Bagaimana penilaian terhadap pendidikan nilai moral yang dilakukan oleh guru di Kelompok Bermain Rancage dalam upaya mengembangkan perilaku sosial anak usia dini? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan permasalahan yang telah dirumuskan berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, yaitu untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang pendidikan nilai moral sebagai upaya dalam mengembangkan perilaku sosial anak usia dini di Kelompok Bermain Rancage. Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan pemahaman guru di Kelompok Bermain Rancage terhadap pendidikan nilai moral

9 2. Untuk mendeskripsikan perencanaan pendidikan nilai moral yang dilakukan guru di Kelompok Bermain Rancage dalam upaya mengembangkan perilaku sosial anak usia dini; 3. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan nilai moral di Kelompok Bermain Rancage dalam upaya mengembangkan perilaku sosial anak usia dini; 4. Untuk mendeskripsikan penilaian terhadap pendidikan nilai moral yang dilakukan oleh guru di Kelompok Bermain Rancage dalam upaya mengembangkan perilaku sosial anak usia dini E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini secara teoritis bermanfaat untuk memperdalam konsep pendidikan nilai moral dalam lingkungan pendidikan di sekolah, khususnya pendidikan anak usia dini. Pendidikan nilai moral merupakan kajian yang sangat penting dalam upaya mengembangkan perilaku sosial dan pembentukan kepribadian anak usia dini. Secara teoritis pendidikan nilai moral perlu ditanamkan sejak anak usia dini baik dalam lingkungan pendidikan di sekolah maupun dalam lingkungan pendidikan di keluarga. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi peneliti, guru/tutor, orang tua anak usia dini juga bagi Lembaga/Kelompok Bermain, untuk selengkapnya dijelaskan sebagai berikut:

10 a) Bagi peneliti Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi peneliti untuk lebih memahami dan mendalami pendidikan nilai moral dalam upaya mengembangkan perilaku sosial anak usia dini. Dalam hal ini peneliti dapat mengetahui secara mendalam tentang perencanaan, pelaksanaan dan penilaian terhadap pendidikan nilai moral yang tepat dalam upaya mengembangkan perilaku sosial anak usia dini. Disamping itu peneliti juga memperoleh manfaat secara langsung dari lapangan tentang pembinaan nilai-nilai moral bagi anak usia dini, sehingga menambah wawasan dalam memperkuat konsep dan teori pendidikan anak usia dini. b) Bagi guru/tutor Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan guru/tutor dalam pembelajaran dikelas mengenai pentingnya penerapan nilai-nilai moral pada anak usia dini dalam upaya mengembangakan perilaku sosial yang akan membentuk kepribadian anak. Sehingga meningkatkan keyakinan lebih mendalam bahwa pendidikan nilai moral harus ditanamkan sejak dini. c) Bagi Lembaga/Kelompok Bermain Rancage Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan lembaga untuk mengembangkan upaya/cara yang sesuai dalam menerapkan nilai-nilai moral pada anak usia dini dalam mengembangkan perilaku sosialnya. F. Sistematika Penulisan Tesis

11 BAB I PENDAHULUAN, berisi semua uraian yang berhubungan dengan penelitian meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian; rumusan masalah penelitian; tujuan penelitian; manfaat penelitian; sistematika penulisan tesis. BAB II KAJIAN PUSTAKA, berisi tori-teori yang mendukung penelitian meliputi empat bagian besar pada kajian pustakan dalam penelitian ini. Pertama hakikat pendidikan nilai moral; kedua pendidikan nilai sebagai pendidikan umum; ketiga hakikat anak usia dini; keempat pendidikan anak usia dini; kelima implementasi pendidikan nilai moral BAB III METODE PENELITIAN, berisi hal-hal yang berkaitan dengan penelitian meliputi pendekatan penelitian, sumber data, tehnik pengumpulan data; tehnik pengolahan data dan sistematika penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, berisi paparan data-data yang sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian. Selain gambaran umum tentang lokasi dan sumber data penelitian, bab ini juga berisi tentang hasil penelitian dan pembahasannya. BAB V PENUTUP, berisi simpulan yang disampaikandari hasil peneltian dan rekomendasi yang didasari atas kelemahan yang ditemukan dalam penelitian tersebut.