BAB I PENDAHULUAN. menjadi dewasa. Remaja memiliki beberapa karakter yang khas, salah satunya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari segi kuantitas lembaga. sampai dengan Perguruan Tinggi (PT).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki iman dan akhlak yang kuat. 1. oleh sebagai penanggung jawab ketika terjadi hal-hal yang tidak sesuai

BAB I PENDAHULUAN. atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu. sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, pendidikan agama semakin dibutuhkan oleh manusia, terutama

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bahan kajian (materi) PAI (Pendidikan Agama Islam) dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan untuk membantu dan mengantarkan peserta didik menuju cita-cita yang. prestasi siswa didik sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB 1 PENDAHULUAN. evaluasi. Evaluasi merupakan alat untuk mengetahui atau proses belajar mengajar

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada sekat secara tidak langsung menciptakan batas batas moralitas

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebagai salah satu rahmat yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. umat manusia merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat.

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu membantu dan membentuk karakter dan keyakinan yang kuat pada setiap

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itulah menjadi sasaran hidup manusia yang pencapaiannya sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Diajukan oleh LESTARI NIM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. kepada segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VII SMP 2 KISMANTORO TAHUN 2012/2013

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. sangat membutuhkan pendidikan melalui proses penyadaran yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. macam keahlian guna untuk dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang andal. Kualitas SDM sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. itulah menjadi sasaran hidup manusia yang pencapaiannya sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. aspek pribadi manusia lahir dan batin, agar terbentuk menjadi manusia seutuhnya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan yang ditempuh seseorang dari kanak- kanak menuju dewasa, atau merupakan kepanjangan dari masa kanakkanak sebelum mencapai dewasa. 1 Dalam masa peralihan yang demikian, seorang remaja telah seperti orang dewasa, hanya saja belum matang perkembangan jiwanya, segi emosi dan sosialnya masih memerlukan waktu untuk berkembang menjadi dewasa. Remaja memiliki beberapa karakter yang khas, salah satunya adalah dorongan untuk berprestasi. 2 Dorongan berprestasi ini akan memacu seorang remaja untuk berkarya, karena prestasi yang diperolehnya akan mengaktualisasikan perannya ditengah - tengah masyarakat, sesuai dengan jiwanya, seorang remaja berusaha untuk menemukan jati dirinya. Seringkali terlihat remaja terombang ambing dalam gejolak emosi yang tidak terkuasai yang kadang - kadang berpengaruh terhadap kesehatan atau sekurang - kurangnya pada kondisi jasmani. Bahkan pada diri remaja sering mengalami kegoncangan jiwa dan kebimbangan serta berubah - ubah pendirian. Pada masa remaja, remaja mulai ragu - ragu terhadap keyakinan Pendidikannya. Sebagian besar itu kebimbangan terjadi akibat pertumbuhan. 1 Zakiyah Daradjat, Pembinaan Remaja, ( Jakarta : Bulan Bintang, 1978 ), hlm. 69. 2 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis : Anak, Remaja, dan Keluarga, (Jakarta : PT.BPK Gunung Mulia, 1991), hlm. 139. 1

2 Dalam pertumbuhan, remaja merasa bahwa cara berpikirnya yang kekanak- kanakan tidak sesuai dengan kematangan yang dicapainya. Banyak seniman yang merasa gagal dalam memberikan pendidikan kepada anak- anaknya pada masa kanak- kanak pertama, karena kebimbangan yang dirasakan remaja terhadap keyakinan pendidikannya itu. Kebimbangan remaja adalah bukti ia bersedia memikirkan persoalan hidupnya yang rumit dan penting. 3 Pendidikan itu sendiri merupakan kebutuhan dasar manusia khususnya pada kelompok usia remaja. Akan tetapi beberapa remaja mengalami kendala dan rintangan dalam melewati masa menempuh pendidikan itu. Mereka melangalami putus sekolah, putus mencerminkan anak-anak usia sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau yang tidak menanamkan suatu jenjang pendidikan tertentu sebelum memperoleh ijazah. Penyebab putus sekolah antara lain kondisi ekonomi orang tua yang miskin, kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan anak sebagai investasi masa depannya dan keadaan geografis yang kurang menguntungkan. Kemiskinan dan putus sekolah dapat dianggap sebagai dua sisi dari satu mata uang. Kemiskinan yang mendera sebagian besar keluarga kurang mampu menyebabkan mereka tidak dapat menyekolahkan anak- anaknya secara optimal, akibatnya putus sekolah menjadi pilihan. Alasan lain juga karena siswa tersebut gagal dalam mengerjakan tugas -tugas sekolah sampai akhirnya dia dikeluarkan dari sekolah secara resmi. 3.H. Remmers dan Hackett, Memahami Persoalan Remaja, terj. Zakiyah Daradjat, (Jakarta : Bulan Bintang, tth) hlm. 68.

3 Congek mengemukakan beberapa dampak yang akan terjadi jika seorang remaja putus sekolah yakni harga diri rendah, merokok, minum-minuman beralkohol, menggunakan obat-obatan terlarang dan kenakalan remaja. Hadiyanto juga menambahkan tingginya angka putus sekolah dapat berakibat pada bidangbidang lainnya yang sangat merugikan masyarakat secara umum. Sebagai contoh, tingginya angka putus sekolah menambah tingginya angka pengangguran yang mungkin dapat berakibat terhadap tingginya kriminalitas atau gejolak sosial lainnya. Remaja putus sekolah mengalami permasalahan ketika memasuki pasar tenaga kerja,masalah sosial dan pendapat yang memperburuk kondisi mereka untuk pindah ke jenjang karier. Remaja yang putus sekolah SMA menghadapi sejumlah masalah pasar tenaga kerja pada akhir usia remaja dan awal usia 20 tahunan. Mereka cenderung menjadi peserta tenaga kerja aktif dibandingkan rekanrekannya yang memiliki pendidikan lebih baik.segala persoalan dan problema yang terjadi pada remaja- remaja itu, sebenarnya bersangkut paut dan kait- berkait dengan usia yang mereka lalui, dan tidak dapat dilepas dengan pengaruh lingkungan dimana mereka tinggal. Dalam hal itu, suatu faktor penting yang memegang peranan yang menentukan dalam kehidupan remaja adalah agama. 4 Dalam kondisi semacam itu, tidak cukup remaja hanya dibekali ilmu pengetahuan dan ketrampilan saja. Namun lebih dari itu harus dibekali dengan 4 Zakiyah Darajdat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), hlm. 86.

4 iman dan taqwa sehingga terwujud generasi yang baik, yang akan membentuk suatu masyarakat yang adil dan makmur. Agama mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Agama merupakan pedoman, pembimbing dan pendorong dalam diri manusia untuk mencapai kualitas hidup yang baik dan sempurna. 5 Salah satu wujud kehidupan masyarakat yang berpegang pada moralitas hanya bisa melalui pendidikan, khususnya pendidikan agama. Karena pendidikan agama merupakan usaha memperkuat iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan. Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan yang berkenaan denga n aspek- aspek sikap dan nilai, antara lain nilai spiritual dan moral. 6 Untuk sampainya ilmu Agama kepada remaja maka diperlukan seorang guru. Guru atau pendidik adalah orang yang mempunyai banyak ilmu, mau mengamalkan dengan sungguh-sungguh, toleran dan menjadikan peserta didiknya lebih baik dalam segala hal. Dalam Islam makna guru atau pendidik pada prinsipnya tidak hanya mereka yang mempunyai kualifikasi keguruan secara formal diperoleh dari bangku sekolah pergurun tinggi, melainkan yang terpenting adalah mereka yang mempunyai kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam pendidikan formal maunpun non farmal salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada digarda depan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan 5 Yunan Nasution, Islam dan Problema-problema Masyarakat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1988), hlm. 75. 6 Ibid, hlm. 76

5 langsung dengan anak didiknya dikelas melalui proses belajar mengajar. Ditangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademik, skill ( keahlian ), kematangan emosional, dan moral serta spriritual. Tantangan zaman kita terhadap pendidikan agama adalah bahwa kita harus berani mencari dan menggali akar persoalan yang menyebabkan timbulnya berbagai keluhan, kekecewaan dan ketidak puasan dari berbagai kalangan tentang pelaksanaan pendidikan agama bagi anak- anak dan remaja kita, dan kebanyak para remaja yang ada didesa Jugo itu tidak melanjutkan sekolahnya (Putus Sekolah). Oleh sebab itu peneliti mengangkat permasalahan mengenai remaja putus sekolah di desa jugo kecamatan sekaran kabupaten lamongan dengan judul PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI REMAJA PUTUS SEKOLAH (STUDI KASUS DI DESA JUGO KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN). B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang sudah tersebut di atas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Keadaan Remaja yang Putus Sekolah di desa Jugo kecamatan Sekaran kabupaten Lamongan? 2. Bagaimana Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Remaja Putus Sekolah di Desa Jugo Kecamata Sekaran Kabupaten Lamongan? C. Tujuan Penelitian

6 Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk Mengetahui keadaan Remaja yang Putus Sekolah di desa Jugo Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan. 2. Untuk Mengetahui Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Mengatasi Remaja Putus Sekolah di Desa Jugo Kecamatan Sekaran Kabupaten Lamongan. D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat, baik dalam aspek teoritis maupun praktis. 1. Dalam aspek teoritis (keilmuan) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu Pendidikan Agama Islam serta ilmu sosiologi. Dan diharapkan dapat memperkaya khazanah pemikiran bagi peneliti secara pribadi maupun pembaca. Lebih lanjut, penelitian ini nantinya diharapkan dapat dijadikan bahan acuan bagi peneliti-peneliti yang hendak mengkaji suatu hal yang berkaitan dengan masalah ini. 2. Dalam Aspek Praktis (terapan) Diharapkan penelitian ini dijadikan bahan informasi guna meningkatkan dan menambah pengetahuan tentang pendidikan. Supaya para remaja mengetahui betapa pentingnya sebuah pendidikan itu. Dan Bagi pemerintah itu, merupakan bahan pertimbangan dalam kebijakan pemerintah dalam membangun tatanan sosial masyarakat yang ideal,dan juga bagi pemerintah itu sendiri agar dapat

7 dipakai untuk meningkatkan kepedulian terhadap warga negaranya yang mengalami putus sekolah. E. Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan posisi dimana penulis memaparkan karya ilmiah penulis lain yang telah meneliti judul yang sama atau hampir sama demi menghindari terjadinya kesamaan bahasan dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis menemukan satu judul karya ilmiah yang hampir sama dengan judul yang akan di teliti, yakni skripsi karya Islamiyah tahun 2001 dari fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan agama Islam-IAIN Sunan Ampel dengan judul Pengaruh TPQ al iqroq terhadap moral remaja putus sekolah di desa sugihwaras kecamatan candi sidoarjo. F. Definisi Operasional Definisi operasional atau definisi istilah kiranya perlu dipaparkan demi adanya persamaan persepsi mengenai kata kunci yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Peran Guru Dalam Islam, orang yang bertanggung jawab adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik menurut ajaran Islam orang tua adalah pendidikan pertama dan utama dan itu merupakan murni tugas kedua orang tua.. Akan tetapi, karena perkembangan pengetahuan, keterampilan, sikap serta kebutuhan hidup sudah sedemikian luas, dalam dan rumit, maka orang tua tidak mampu lagi

8 melaksanakan sendiri tugas-tugas mendidik anaknya. Sehingga sosok seorang guru diperlukan untuk mendidik anak. Guru atau pendidik adalah orang yang mempunyai banyak ilmu, mau mengamalkan dengan sungguh-sungguh, toleran dan menjadikan peserta didiknya lebih baik dalam segala hal. Dalam Islam makna guru atau pendidik pada prinsipnya tidak hanya mereka yang mempunyai kualifikasi keguruan secara formal diperoleh dari bangku sekolah pergurun tinggi, melainkan yang terpenting adalah mereka yang mempunyai kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam segi kognitif, afektif dan psikomotorik. 2. Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terancam dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam diikuti dengan tuntunan untuk menghormati penganut agam lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa. 7 Secara garis besar pendidikan agama Islam merupaka suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran-ajaran Islam yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui proses dimana individu dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi sehingga ia mampu menunaikan tugasnya sebagai kholifah dimuka bumi, yang dalam rangka lebih lanjut mewujudkan kebahagiaan didunia dan diakhirat. 8 Tegasnya senada dengan yang dikemukakan 7 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: PT Remaja Rosdkarya, 2005),h 130 8 Muhaimin, Pemikiran tentang Pendidikan Agama Islam, (Bandung : Al-Ma arif, 2001),h 75

9 Ahmad D. Marimba, Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. 9 3. Remaja Putus Sekolah Remaja adalah Satu periode diantara usia kurang lebih tiga belas sampai dua puluh tahun bagi anak laki-laki satu sampai dua tahun lebih awal bagi anak-anak perempuan. 10 Merupakan suatu hal yang wajar bagi remaja yang di usianya untuk terus belajar di sekolah. Akan tetapi ada suatu fakta dimana remaja yang tidak sekolah (putus sekolah). Putus sekolah diartikan meninggalkan atau keluar sekolah sebelum tamat sekolah,berhenti sekolah dan tidak dapat melanjutkan sekolah, dalam artian remaja yang usianya kurang dari tiga belas tahun sampai dua puluh tahun yang tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi dan belum menikah 11. Dalam peneletian ini remaja putus sekolah adalah remaja yang sudah lulus akan tetapi tidak melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. G. Sistematika Pembahasan Dalam skripsi agar dalam penulisan dapat terarah dan sesuai dengan yang diharpkan maka, peneliti akan membagi sistemayika pembahasan menjadi lima bab yang terdiri dari sub_bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut : Bab I : merupakan pendahuluan, yang menggambarkan tentang, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, sifat penelitian, pendekatan penelitian 9 Ahmad D.Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,(Bandung : Al-Ma arif,1980), h 60 10 Kartini kartono, Kamus Psikologi, (Bandung : Pioner Jaya, 1987),h 9 11 Pusat Bahasa Indonesia Dep.Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2008),cet III, h 914

10 berupa pendekatan historis, dan pendekatan sosiologis, terakhir adalah sistematika pembahasan. Dengan demikian, bab 1 ini merupakan pengantar skripsi ini. Bab II: merupakan kajian pustaka mengenai konsep guru dalam pendidikan Agama Islam, konsep remaja dalam Islam, peran guru PAI dalam mengatasi remaja putus sekolah. Bab III: merupakan bagian yang membahas tentang Metodologi Penelitian yang berisi tentang : jenis dan pendekatan penelitian, jenis data dan sumber data, metode pengumpulan data, tekhnik analisis data. Bab IV: merupakan analisis data tentang peran guru PAI dalam mengatasi remaja putus sekolah. Bab V: (penutup), berisi kesimpulan dari uraian yang telah dikemukakan dalam penulisan ini. Di samping memuat simpulan, bab ini juga memuat saran-saran atas segala kekurangan penulisan ini.