TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Mangrove/bakau adalah tanaman alternatif terbaik sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini

Bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama yang mampu menunjang keberhasilan

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove diduga berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

TINJAUAN PUSTAKA. Regenerasi mangrove secara alami dapat berlangsung lambat, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. mengatakan bahwa istilah tersebut kemungkinan merupakan kombinasi dari

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

VI. SIMPULAN DAN SARAN

9. PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove berasal dari bahasa Melayu manggi-manggi, yaitu nama

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan pantai, penyerap polutan, habitat burung (Bismark, 1986). Kemampuan mangrove untuk mengembangkan wilayahnya ke arah laut

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat. Selain keunikannya, terdapat beragam fungsi yang dapat dihasilkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Dudepo merupakan salah satu pulau kecil berpenduduk yang berada

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu peran penting mangrove dalam pembentukan lahan baru. Akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

MUCRONATA LAMK UNTUK MENGATASI

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove merupakan kombinasi anatara bahasa Portugis mangue dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Avicenia sp. ( Api-Api ) Rhizophora sp( Bakau ) Nypa sp. ( Nipah ) Bruguiera sp. ( Lacang ) Sonneratia sp. ( Pedada )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

Inti dari kegiatan rehabilitasi adalah menanam bibit di lapangan. Apabila penanaman dilakukan dengan

Cara Menanam Cabe di Polybag

TINJAUAN PUSTAKA. daratan dengan ekosistem lautan. Oleh karena itu, ekosistem ini mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

II. TINJAUAN PUSTAKA

SUMBERDAYA ALAM WILAYAH PESISIR

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

III. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

1. PENDAHULUAN. berkembang pada substrat dasar yang kuat (Andi dan Sulaeman, 2007). Rumput laut

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem mangrove adalah ekosistem yang unik karena terjadi perpaduan

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa ini memberikan tanggung jawab yang besar bagi warga Indonesia untuk

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

4 KERUSAKAN EKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 1 : (1999)

TINJAUAN PUSTAKA. komunitas yang hidup didalam kawasan yang lembab dan berlumpur serta

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik yang terdapat antara organisme berinteraksi dengan alam sekitarnya

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

sangat penting saat ini. Fakta akan pentingnya ekosistem mangrove dan ancaman yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove dilaporkan berasal dari kata mangal yang menunjukkan

III. BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perencanaan Lanskap. berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Struktur Vegetasi Mangrove di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

Teknik Merehabilitasi Hutan Bakau

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBAR INFORMASI. Analisis dan Rekomendasi Teknis Program Rehabilitasi Mangrove. Pendahuluan. Desa Taat. Edisi 5: Maret 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi

KUALITAS TANAH DAN KRITERIA UNTUK MENDUKUNG HIDUP DAN KEHIDUPAN KULTIVAN BUDIDAYA DAN MAKANANNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan Salomon, dalam Rahayu et al. (2006), untuk mengurangi dampak perubahan

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

PENYEMAIAN DAN PENANAMAN Rhizophora apiculata DI DAERAH PASCA PENAMBANGAN TIMAH INKONVENSIONAL (TI) DI MUARA KUDAI KABUPATEN BANGKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINGKAT PENERAPAN SISTEM BUDIDAYA MANGROVE PADA MASYARAKAT PULAU UNTUNG JAWA, KEPULAUAN SERIBU

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

Perkembangan Hutan Mangrove di Muara Kali Porong Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

Kata kunci: rehabilitasi, mangrove, silvofhisery

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak mengandung

TINJAUAN PUSTAKA. Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis Mangue

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Mangrove/bakau adalah tanaman alternatif terbaik sebagai penahan ombak dan penyelamatan hayati pantai. Ada beberapa jenis Mangrove/ bakau yang dibudidayakan di Indonesia. Dua jenis yang paling populer adalah Mangrove Mucronata/avicullata atau yang kita kenal dengan bakau.ada juga jenis avicennia dengan ciri rumpun daun kecil, atau yang biasa disebut orang indonesia dengan "api-api". Jarak tanam ideal untuk mangrove jenis mucronata/avicullata (batang besar) adalah 5-7 meter. sedangkan untuk Avicennia sekitar 5 meter. Untuk pantai dengan ombak besar yang paling ideal adalah jenis apiapi/avicennia; karena akarnya cenderung kuat menahan ombak meski belum lama ditanam (Wightman, 1989). Rhizophora spp dapat tumbuh dengan baik pada substrat (tanah) yang berlumpur dan dapat mentoleransi tanah lumpur berpasir, di pantai yang agak berombak dengan frekuensi genangan 20-40 kali/bulan. Rhizophora stylosa dapat ditanam pada lokasi bersubstrat (tanah) pasir berkoral. Avicennia spp lebih cocok ditanam pada substrat (tanah) pasir berlumpur terutama di bagian terdepan pantai dengan frekuensi genangan 30-40 kali/bulan. Bruguiera spp dapat tumbuh dengan baik pada substrat (tanah) yang lebih keras yang terletak ke arah darat dari garis pantai dengan frekuensi genangan 30-40 kali/bulan. Ceriops spp dapat tumbuh baik pada substrat pasir berkoral dengan frekuensi genangan 30-40 kali/bulan (Pratiwi, 2005).

Secara umum, penanaman mangrove dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara menanam langsung buah mangrove (propagul) ke areal penanaman dan melalui persemaian bibit. Penanaman secara langsung tingkat kelulushidupannya rendah (sekitar 20-30 %). Hal ini karena pengaruh arus laut pada saat pasang dan pengaruh predator. Sedangkan dengan cara persemaian dan pembibitan, tingkat kelulushidupannya relatif tinggi (sekitar 60-80%) ( Samingan, 1980). Buah yang digunakan untuk pembibitan, sebaiknya dipilih dari pohon mangrove yang berusia diatas 10 tahun. Buah yang baik, dicirikan oleh hampir lepasnya hipokotil dari buahnya. Buah yang sudah matang dari Rhizophora spp, dicirikan dengan warna buah hijau tua atau kecoklatan, dengan kotiledon (cincin) berwarna kuning atau merah. Media yang digunakan untuk pembibitan adalah sedimen dari tanggul bekas tambak atau sedimen yang sesuai dengan karakteristik pohon induknya. Media dibiarkan selama kurang lebih 24 jam agar tidak terlalu lembek. Media tanam yang sudah disediakan, dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam (polibag) berukuran lebar 12 cm dan tinggi 20 cm, yang telah diberi lubang keci-kecil kurang lebih 10 buah (Tomlinson, 1986). Propagul mangrove diusahakan berasal dari lokasi setempat atau lokasi terdekat. Buah dapat diperoleh dengan cara mengambil buah-buah yang telah jatuh atau memetik langsung dari pohonnya. Sebaiknya, pengumpulan buah dilakukan secara berulang dengan interval waktu tertentu. Pada saat memetik buah secara langsung dari pohon induknya harus dilakukan secara berhati-hati, jangan sampai bunga dan buah yang belum matang berjatuhan. Untuk memperoleh buah yang baik, dapat dilakukan antara bulan September sampai dengan Maret. Seleksi

buah tergantung pada karakteristik jenisnya. Namun biasanya, buah dipilih berasal dari buah yang matang, sehat, segar dan bebas dari hama. Ciri kematangan dapat dilihat dari warna kotiledon, warna hipokotil, berat buah atau ciri lainnya. Sebelum digunakan untuk pembibitan, buah dapat disimpan sementara waktu. Buah dimasukkan dalam ember atau bak yang berisi air penuh, dengan posisi tegak, dan diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari. Lama penyimpanan maksimal adalah 10 hari (Monk,dkk, 2000). Buah disemaikan masing-masing 1 buah dalam setiap polibag. Buah ditancapkan kurang lebih sepertiga dari total panjangnya (± 7 cm). Setiap 6-10 benih, diikat menjadi satu agar tidak mudah rebah, ikatan dibuka setelah daun pertama keluar. Daun pertama akan keluar setelah 1 bulan, daun ketiga akan keluar setelah 3 bulan. Tempat yang akan digunakan untuk persemaian bibit dipilih lahan yang lapang dan datar. Jaraknya dengan lokasi tanam diusahakan sedekat mungkin supaya lebih efektif dalam pengangkutan bibitnya. Lahan yang digunakan untuk pembibitan harus terendam saat air pasang dengan frekuensi lebih kurang 20-40 kali/bulan, sehingga tidak memerlukan penyiraman (Kitamura, 1997). Pembibitan dibuat dengan menggunakan bedeng. Bedeng dibuat dari bambu yang kuat. Ukuran bedeng disesuaikan dengan kebutuhan. Umumnya berukuran 1 5 m atau 1 10 m dengan tinggi 1,5 2 m. Bedeng diberi naungan ringan dari daun nipah, kelapa, ijuk, rumbia, alang-alang atau sejenisnya. Media (dasar) bedeng adalah tanah lumpur di daerah sekitarnya. Di atas media (dasar) dilapisi plastik yang tebal untuk mencegah agar akar tidak menembus ke dalam tanah. Bila dibuat lebih dari 1 bedeng, bedeng satu dengan bedeng lainnya diberi

jarak setengah meter, yang digunakan sebagai jalan kerja. Untuk mempermudah jalan, di sekitar bedeng dibuat jembatan. Bedeng berukuran 1 5 m dapat menampung bibit dalam polibag ukuran 10 50 cm atau dalam botol air minuman bekas (500 ml) sebanyak 1200 bibit, atau sebanyak 2250 unit untuk bedeng berukuran 1 10 m (Soenardjo, dkk. 2003). Pada beberapa daerah yang sangat ekstrim dengan pola pasang surut yang sangat lebar, sebaiknya jangan dilakukan pola penanaman yang konvensional. Pola penanaman konvensional biasanya hanya penancapan bibit yang dibarengai dengan pengikatan pada ajir. Namun sebaiknya menggunakan modifikasi pada sistem persemaian. Modifikasi persemaian dapat dilakukan pada polibag bambu dan atau pot yang didisain khusus. Bentuk polibag dapat dilakukan dengan panajaman pada bagian bawah yang juga berfungsi sebagai pasak untuk tiap bibit. Modifikasi juga dapat dipadu dengan pengikatan pada ajir berlapis untuk memperkokoh dudukan bibit (Nontji,1987). Penanaman mangrove dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara menanam langsung buah mangrove (propagul) ke areal penanaman dan melalui persemaian bibit. Penanaman secara langsung tingkat kelulushidupannya rendah (sekitar 20-30 %). Hal ini karena pengaruh arus laut pada saat pasang dan pengaruh predator. Sedangkan dengan cara persemaian dan pembibitan, tingkat kelulushidupannya relatif tinggi (sekitar 60-80%). Namun demikian, pengalaman di lapangan membuktikan bahwa tingkat kelulushidupan dengan menggunakan propagul dan bibit mangrove, bervariasi tergantung dengan kondisi daerah setempat (Poedjiraharjoe, 1996).

Mangrove dalam pertumbuhannya mempunyai masa-masa kritis. Oleh karena itu perlindungan tanaman mangrove dan hama yang merusak, mulai dari pembibitan hingga mencapai anakan, perlu dilakukan agar pertumbuhannya dapat berlangsung dengan baik. Sampai dengan usia pembibitan satu tahun, batang mangrove sangat disukai oleh serangga atau ketam/kepiting. Menurut pengalaman, 60-70% mangrove akan mati sebelum berusia 1 tahun karena digerogoti serangga atau ketam/kepiting. Untuk mengatasi hama, bisa dilakukan dengan beberapa cara. Buah Rhizophora spp, yang akan digunakan sebagai bibit, dipilih yang telah cukup matang. Tanda-tanda kematangan buah ditunjukkan oleh keluarnya buah dari tangkai. Buah kemudian disimpan di tempat yang teduh, ditutup dengan karung goni setengah basah selama 5-7 hari. Penyimpanan selama itu dimaksudkan untuk menghilangkan bau/aroma buah segar yang dimiliki buah yang sangat disenangi oleh serangga, gastropoda dan kepiting. Setelah itu, mangrove siap untuk disemai pada polibek (Kitamura, 1997). Pengukuran pertumbuhan bibit dilakukan dengan mengukur pertambahan tinggi atau panjang plumula, jumlah daun yang mekar, jumlah pasangan daun dan jumlah cabang. Pengukuran ini diadakan untuk mengetahui dan meneliti seberapa besar kelulushidupan bibit-bibit mangrove yang telah ditanam. Pada bulan pertama belum dilakukan pengukuran pertumbuhan terhadap bibit-bibit mangrove yang hidup. Pengukuran pertumbuhan baru akan dimulai setelah bibit berumur tiga bulan (untuk mengetahui tingkat pertumbuhan bibit mangrove). Bagian tanaman mangrove yang tumbuh dan berkembang bernama plumula atau pucuk daun muda. Bagian tanaman mangrove inilah yang menjadi indikator

pertumbuhan walaupun ada daun bibit mangrovenya telah layu dan kering (Bengen dan Adrianto, 2001). Manfaat Hutan Mangrove Mangrove memiliki berbagai macam manfaat bagi kehidupan manusia dan lingkunga sekitarnya. Bagi masyarakat pesisir, pemanfaatan mangrove untuk berbagai tujuan telah dilakukan sejak lama. Akhir-akhir ini, peranan mangrove bagi lingkungan sekitarnya dirasakan sangat besar setelah berbagai dampak merugikan dirasakan diberbagai tempat akibat hilangnya mangrove (Noor dkk., 1999). Karakteristik Hutan Mangrove Tanah Jenis tanah pada hutan mangrove umumnya alluvial biru smpai coklat keabua-abuan. Tanah ini berupa tanah lumpur kaku dengan persentase liat tinggi yang tinggi, bervariasi dari tanah liat biru, dengan sedikit atau tanpa bahan organik, sampai tanah lumpur coklat hitam yang mudah lepas karena banyak mengandung pasir dan bahan organic (Widhiastuti, 1996). Kandungan kimia tanah hutan mangrove umumnya kaya akan bahan organik, dan mempunyai nilai nitrogen yang tinggi. Secara umum tanah hutan mangrove termasuk tanah alluvial hydomorf. Tanah ini tarafnya muda dan tergolong dalam tanah-tanah regosol atau entisol (Soerianegara, 1971 dalam Widhiastuti, 1996)

Salinitas Bagi kebanyakan pohon-pohon mangrove dan fauna penggali liang dalam tanah, salinitas air pasang mungkin kurang penting dibandingkan dengan salinitas air tanah. Salinitas air tanah umumnya lebih rendah dibandingka dengan air pasang diatasnya, hal ini disebabkan karena terjadinya pengenceran oleh air tawar (hujan) yang merembes ke dalam tanah. Bagi akar-akar pohon dan fauna penggali lubang, faktor terpenting bukan hanya kadar NaCl tetapi tekanan osmotic (Widhiastuti, 1996). Menurut De Haan dalam Samingan (1995) salinitas bervariasi dari hari ke hari dan dari musim ke musim. Selama siang hari salinitas lebih tinggi dibandingkan pada musim hujan. Demikian pula pada musim pasang, salinitas akan turun dan cenderung untuk naik bila surut kembali. Kelebihan Hutan Mangrove Hutan mangrove memiliki kelebihan, antara lain: Hidup disepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Memilik perakaran yang mampu meredam gerak pasang surut air laut dan mampu terendam dalam air yang kadar garamnya tinggi. Memiliki kemampuan regenerasi tinggi (Muin, 2001).

Faktor-faktor lingkungan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mangrove Salinitas Kondisi salinitas sngat mempengaruhi komposisi mangrove. Berbagai jenis mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya secara selektif mampu menghindari penyerapan garam dari media tumbuhnya, sementara beberapa jenis yang lainnya mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya (Noor, 1999). Tanah Sebagian besar jenis-jenis mangrove tumbuh dengan baik pada tanah berlumpur, terutama di daerah endapan lumpur terakumulasi. Di Indonesia substrat berlumpur ini sangat baik untuk tegakan Rhizophora mucronata dan Avicennia marina (Kint, 1934). Jenis tanah yang mendominasi kawasan mangrove biasanya adalah fraksi lempeng berdebu, akibat rapatnya bentuk perakaran-perakaran yang ada. Fraksi lempung berpasir hanya terdapat dibagian depan (arah pantai). Nilai ph tanah dikawasan mangrove berbeda-beda, tergantung pada tingkat kerapatan vegetasi yang tumbuh dikawasan tersebut. Jika kerapatan rendah, tanah akan mempunyai nilai ph yang tinggi. Nilai ph tidak banyak berbeda, yaitu antara 4,6-6,5 dibawah tegakan jenis Rhizophora spp ( Arief, 2003). Hutan mangrove tanahnya selalu basah, mengandung garam, mempunyai sedikit oksigen dan kaya akan bahan organik. Bahan organik yang terdapat di dalam tanah, terutama berasal dari sisa tumbuhan yang diproduksi oleh mangrove sendiri. Serasah secara lambat akan diuraikan oleh mikroorgansme, seperti

bakteri, jamur dan lainnya. Selain itu juga terjadi sedimen halus dan partikel kasar, seperti potongan batu dank oral, pecahan kulit kerang dan siput. Biasanya tanah mangrove kurang membentuk lumpur berlempung dan warnanya bervariasi dari abu-abu muda sampai hitam (Soeroyo, 1993). Cahaya Cahaya adalah salah satu faktor yang penting dalam proses fotosintesis dalam melakukan pertumbuhan tumbuhan hijau. Cahaya mempengaruhi respirasi, transpirasi, fisiologi dan juga sruktur fisik tumbuhan. Intensitas cahaya, di dalam kualitas dan juga lama penyinaran juga merupakan satu faktor penting untuk tumbuhan. Umumnya tumbuhan di ekosistem mangrove juga membutuhkan intensitas tinggi (Mac Nae, 1968). Suhu Pada Rhizophora spp., Ceriops spp., Exocoecaria spp. dan Lumnitzera spp., laju tertinggi produksi daun baru adalah pada suhu 26-28 ºC, untuk Bruguiera spp adalah 27ºC dan Avicennia marina memproduksi daun baru pada suhu 18-20 ºC (Hutchings dan Saenger, 1987). Pasang Surut Pasang surut menetukan zonasi komunitas flora dan fauna mangrove. Durasi pasang surut berpengaruh besar terhadap perubahan salinitas pada areal mangrove. Salinitas air menjadi sangat tinggi pada saat pasang naik dan menurun selama pasang surut. Perubahan tingkat salinitas pada saat pasang merupakan

salah satu faktor yang membatasi distribusi jenis mangrove. Pada areal yang selalu tergenang hanya Rhizophora mucronata yang tumbuh baik, sedangkan Bruguiera spp dan Xylocarpus spp jarang mendominasi daerah yang sering tergenang. Pasang surut juga berpengaruh terhadap perpindahan massa antara air tawar dengan air laut, dan oleh karenanya mempengaruhi organisme mangrove (Ansori, 1998).