KESTABILAN EMOSI PADA PELAKU HIFZHUL QUR AN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Qur an sendiri menganjurkan supaya manusia memperdalam berbagai bidang

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an Al-karim ialah kitab Allah dan wahyu-nya yang diturunkan

Kedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ayat di atas bermakna bahwa setiap manusia yang tunduk kepada Allah

Berkawan dengan Orang Shalih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

lalui, tapi semua itu sama sekali tidak memberikan bekas apa pun pada diri kita.

Allah Al-Ghalib (Maha Menang) dan An-Nashir (Maha Penolong)

E٤٢ J٣٣ W F : :

Jika kamu mengikuti kebanyakan manusia di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. [Q.S. 6 : 116]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan keragu-raguan, ataupun kecemasan. Misalnya ketika seseorang diminta

Motivasi Agar Istiqomah

Standar Kompetensi : 3. Membiasakan perilaku terpuji.

Modul ke: Kesalehan Sosial. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

Kedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim

PERANAN MENTORING AL ISLAM DALAM PENDISIPLINAN SHOLAT MAHASISWI UMS SKRIPSI

Kewajiban Seorang Muslim Terhadap Alquran

SALAM PADA TUHAN Oleh Nurcholish Madjid

!!" #$ % &' &()*+&, -./ +0 &'!1 2 &3/" 4./" 56 * % &' &()*+&, " "# $ %! #78*5 9: ;<*% =7" >1?@*5 0 ;A " 4! : B C*5 0 D % *=75E& 2 >1?@* "/ 4!

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku (Al Baqarah : 43)

HIKMAH RAMADHON (Dikutip dari Kuliah Subuh Ust.Ir.Al-Bahra,M.Kom di Masjid Nurul Hidyah, Citra Raya)

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dulu selalu ada orang-orang yang berusaha untuk mencari-cari kelemahan, atau

Sejumlah ulama berpendapat bahwa menjalankan shalat berjamaah mengandung banyak nilai kebaikan, diantaranya berikut;

Tauhid Yang Pertama dan Utama

BAB VI PERILAKU TERCELA

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Macam-Macam Dosa dan Maksiat

??????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah

Bismillahirrahmaanirrahiim MUDAH MARAH

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

Mengimani Kehendak Allah

Pertanyaan Nabi (1) : Hai Iblis! Siapakah musuh besarmu?

Written by Ust. Arifin Ilham Friday, 06 September :16 - Last Updated Sunday, 08 September :26

Menyambut Keagungan Ramadhan. Written by Friday, 06 August :30

Merasakan Manisnya Keimanan

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

DIANTARA AMALAN UNTUK MEMAKMURKAN RAMADHAN

BAB V IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.1 Nabi Adam AS.

Sahabat:"Dua orang yang saling mengasihi, dipertemukan karena ALLAH dan berpisah karena ALLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengenyam pendidikan. Ajaran Islam menuntut semakin tinggi jenjang

Mutiara Islahul Qulub 6

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan. dengan jalan mutawātir, dan yang membacanya dipandang beribadah.

Selanjutnya, ia berpikir untuk kembali dan bertaubat kepadanya agar Dia membebaskannya dari neraka.

MENGHIDUPKAN MAJELIS ILMU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pribadi yang memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi. Dengan percaya diri

Kepimpinan Mengikut Perspektif Islam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah

Khutbah Jumat: Peringatan dari Bahaya Godaan Harta

DAFTAR TERJEMAH. No Hal Kutipan Bab Terjemah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi sekarang ini melakukan tindakan kekerasan merupakan hal yang

Allah Telah Memudahkan Alquran Untuk Dipelajari

Tipu Daya Setan Terhadap Manusia

ASAS HIDUP TAKWA Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

MENGIKUTI HAWA NAFSU

RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH

3 Wasiat Agung Rasulullah

Diterjemahkan oleh : Abu Sa id Neno Triyono א א א.

1. Jangan sekali-kali fikir bahawa kita akan masih hidup setelah menghabiskan solat ini.

TIDAK SEKADAR PUASA BADANI

CARA TINGKATKAN IMAN

Munakahat ZULKIFLI, MA

Al-Ilmu, ILMU MENDAHULUI AMAL Pentingnya menggali ilmu sebagai awal pelaksanaan amalan Ibadah Dirangkum oleh : Yulia Dwi Indriani

Berapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak didapatkan dari Puasanya itu kecuali lapar dan dahaga.

Bukti Cinta Kepada Nabi

SUKSES DAN TUJUAN HIDUP

TUGAS KITA SEBAGAI HAMBA ALLAH & UMMAT NABI. Tugas sebagai hamba ialah beribadah. QS 51. Adzariyat 56:

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

Mutiara Islahul Qulub 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia, sama tuanya

Malu Kepada Allah. Khutbah Pertama:

LAMPIRAN TERJEMAH AYAT DAN HADITS

DAFTAR TERJEMAH. Alquran No Halaman Bab Terjemah 1

Tafsir Surat Al-Ashr: Meraih Sukses Dunia dan Akhirat

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

No Karakter Pengertian No 1. Bermutu adalah mencapai standar kualitas yang ditetapkan. Bermutu

Bab 2 LANDASAN ETIKA DALAM ISLAM

Berpegang Teguh dengan Alquran dan Sunnah

TEMA KAJIAN. 7. Penduduk surga dan neraka akan mendapatkan balasannya masing-masing

BAB I PENDAHULUAAN. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2001, hal. 13. hal. 69.

Allah berfirman. Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang bergejolak di dalam dada.

TAKABUR (SOMBONG) Ustzh. Umi Hanik

PENTINGNYA USAHA ATAS HIDAYAH

Suatu ketika Rasulullah harus sedikit menegur Aisyah ketika sang Humaira cemburu berat.

Tiga Yang Diridhai Allah dan Tiga Yang Dia Benci

TANGGUNGJAWAB ANAK TERHADAP IBU BAPA


malam bentangkan gelap, ia berdiri menyesali diri karena takut tiada tara menjadi teman kesedihan pada siang hari

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA)

Pendidikan Agama Islam

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam (Ali Imran: 19)

lagi. Allah tidak akan mengampuni pelakunya dan Allah pasti akan

Persiapan Menuju Hari Akhir

Transkripsi:

KESTABILAN EMOSI PADA PELAKU HIFZHUL QUR AN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana -SI Disusun Oleh: UMI NASIRUL HAYATI F. 100 030 053 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan salah satu ritual dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan, melalui cara-cara yang diajarkan dalam agama. Ibadah yang dijalankan secara khitmad dan khusyu sering menimbulkan perasaan seakan-akan mendapatkan bimbingan dalam tindakan-tindakan penting. Ibadah yang dijalankan salah satunya adalah hifzhul Qur an. Hifzhul Qur an (menghafal Al- Qur an) adalah salah satu bentuk ibadah yang dapat membuka pandangan seseorang akan nilai-nilai potensial dan makna hidup yang terdapat dalam diri dan sekitarnya (Rachmah, 2003). Hifzhul Qur an merupakan nikmat rabbani yang datang dari Allah bahkan Allah membolehkan seseorang memiliki rasa iri terhadap para ahlul Qur an. Hal ini sesuai hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, yang artinya : Tidak boleh seseorang berkeinginan kecuali dalam dua perkara, menginginkan seseorang yang diajarkan oleh Allah kepadanya Al-Qur an kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang, sehingga tetangganya mendengar bacaannya, kemudian ia berkata, Andaikan aku diberi sebagaimana si fulan diberi, sehingga aku dapat berbuat sebagaimana si fulan berbuat. Nikmat kemampuan menghafal Al-Qur an sama dengan nikmat kenabian, bedanya ia tidak mendapatkan wahyu. Hal ini diterangkan pula dalam hadist riwayat Hakim, yang artinya: Barangsiapa yang membaca (hafal ) Al-Qur an, maka sesungguhnya dirinya telah menaiki derajat kenabian, hanya saja tidak diwahyukan kepadanya.

Hifzhul Qur an merupakan ciri orang yang diberi ilmu. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur an Surat Al-Ankabuut ayat 49 yang artinya: Sebenarnya, Al-Qur an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dada orang-orang yang di beri ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang zalim. Hifzhul Qur an akan meninggikan derajat di surga. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Turmudzi, yang artinya : Akan dikatakan kepada shahib Al-Qur an, Bacalah dan naiklah serta tartilkanlah sebagaimana engkau dulu mentartilkan Al-Qur an di dunia, sesungguhnya kedudukanmu di akhir ayat yang kau baca (www.pks-jaksel.or.id). Dengan membaca dan memahami serta mengamalkan ayat-ayat Al-Qur an Allah akan meningikan derajatnya karena Al-Qur an merupakan sumber ilmu seluruh alam sehingga mampu memberikan ketenangan dalam kehidupan apalagi yang mampu menghafalkannya maka Allah berjanji bagi para penghafal Al-Qur an atau hifzhul Qur an akan ditinggikan derajatnya di akhirat nanti. Menurut Hartono (2006), menghafal Al-Qur an (Hifzhul Qur an) merupakan kebutuhan umat Islam sepanjang zaman. Sebuah masyarakat tanpa para penghafal Al-Qur an akan sepi dari nuansa Al-Qur an. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rachmah (2003) dengan menghafal Al-Qur an individu menjadi terjaga dari perilaku yang tidak baik karena menyadari bahwa ia memiliki misi untuk menjaga Al-Qur an melalui lafaz dan tindakan. Menghafal Al-Qur an juga memberikan ketenangan dalam menghadapi kehidupan sehingga jika ada kesulitan hidup, kemudahan senantiasa diberikan oleh Allah untuk para hifzhul Qur an sebagaimana yang telah dijanjikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa para pelaku hifzhul Qur an apabila ia dapat mengaplikasikan sesuai isi Al-Qur an

dalam kehidupannya secara optimal, secara emosi mereka dapat dikatakan stabil karena mereka dapat menghadapi kesulitan hidup dengan ketenangan. Menurut Meichati (1983) kestabilan emosi adalah kesanggupan untuk menghadapi tekanan hidup baik ringan maupun berat serta dalam keadaan emosi yang tetap baik, diterangkan pula bahwa pada hakekatnya kestabilan emosi dibedakan di dalam empat macam yaitu : 1. Kestabilan umum, yaitu kemampuan untuk tetap seimbang dalam keadaan yang bagaimanapun. 2. Kestabilan khusus, yaitu kemampuan menghadapi emosi tertentu. 3. Kestabilan dasar, yaitu kemampuan yang dimiliki karena bawaan baik keturunan ataupun akibat prenatal dan waktu lahir. 4. Kestabilan yang dialami, yaitu kemampuan diperoleh melalui pengalaman hidupnya. Menurut Walgito (1994) seseorang yang telah stabil emosinya akan dapat mengendalikan emosinya, berpikir secara matang dan objektif terhadap dirinya maupun orang lain. Kestabilan emosi adalah keadaan dimana seseorang dapat menampilkan reaksi yang tidak berlebihan atas rangsangan yang diterima, terutama dalam menghadapi masalah-masalah. Kestabilan emosi menunjukkan emosi yang tetap, tidak mengalami perubahan, atau tidak cepat terganggu meskipun dalam keadaan menghadapi masalah. Seseorang yang mempunyai kestabilan emosi mampu mengekspresikan dengan tepat, tidak berlebihan, sehingga emosi yang sedang dialaminya tidak mengganggu aktivitas yang lain (Irma, 2003).

Salah satu fenomena yang terjadi ternyata tidak semua orang yang menghafal Al-Qur an secara emosi mereka stabil atau dengan kata lain masih ada beberapa orang yang hafal ayat-ayat Al-Qur an tetapi secara emosi mereka dapat dikatakan masih labil karena mereka sangat sulit dalam mengaplikasikan ayat-ayat Al-Qur an tersebut dalam kehidupannya misalnya masih sering marah disaat menghadapi masalah. Mengaplikasikan ayat-ayat Al-Qur an dalam kehidupan sehari-hari ternyata tidak mudah karena Al-Qur an juga memuat norma-norma yang harus dijalani, sedangkan masih ada sebagian orang yang memudahkan hukum-hukum Allah agar mereka bebas berkehendak, sebab pada dasarnya setiap waktu syaitan selalu berusaha menggoda manusia agar tergelincir pada kesesatan. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur an Surat Al-Baqoroh ayat 169, yang artinya : Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. Dalam mengaplikasikan ayat-ayat Al-Qur an dalam kehidupan sehari-hari harus dimodali dengan keimanan yang kuat serta diimbangi dengan ibadah-ibadah yang lainnya agar jiwa menjadi bersih, sehingga dapat mengendalikan nafsu yang ada dan dapat mencapai keimanan yang sempurna. Seperti yang diterangkan dalam Al-Qur an Surat Al-Baqoroh ayat 208, yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syitan, sesungguhnya syitan itu musuh yang nyata bagimu. Berdasarkan uraian di atas, maka timbullah pertanyaan pada penulis, bagaimana sebenarnya kestabilan emosi pada pelaku hifzhul Qur an? untuk itu

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat Kestabilan Emosi Pada Pelaku Hifzhul Qur an. B. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara jelas mengenai kondisi kestabilan emosi pada pelaku hifzhul Qur an. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan untuk memperkaya khasanah ilmu psikologi khususnya psikologi sosial, karena hasil penelitian ini memberikan penjelasan tentang kestabilan emosi yang sangat perlu dimiliki seseorang dalam menjalankan kehidupannya misalnya saat menghadapi masalah dalam berinteraksi sosial. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran tentang kestabilan emosi pada pelaku hifzhul Qur an, sehingga diharapkan apabila individu mengalami emosi yang tidak menyenangkan (marah, sedih, takut, dll) maka metode hifzhul Qur an merupakan metode yang tepat untuk meminimalisir emosi yang tidak menyenangkan tersebut.