BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kecerdasan, tidak hanya satu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames Of Mind: The Theory Of. kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

: ISNAINI MARATUS SHOLIHAH NIM K

BAB II KAJIAN TEORITIK. komunikasi matematika, multiple intillegences dan gender. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames Of Mind: The Theory

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI Utami Widyaiswari,2013

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

BAB I PENDAHULUAN. Seyogyanya belajar IPS Terpadu menjadikan siswa lebih kreatif, komunikatif,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam dunia pendidikan dan juga dalam dunia nyata. Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal hidup di dunia untuk mengejar masa depan. Kata belajar bukan

BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DAPAT MENGOPTIMALKAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap setiap siswa akan berbeda dan bervariasi. Tidak setiap siswa

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dalam

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penyajian data dan hasil analisis data, maka pada bab ini akan. Tabel 5.1 Rekapitulasi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

Abstrak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan utama pendidikan adalah menumbuhkembangkan potensi

I. PENDAHULUAN. . Kata Kunci: Kecerdasan Majemuk, Hasil Belajar Fisika

BAB I PENDAHULUAN Secara sederhana Flavell mengartikan metakognisi sebagai knowing

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESULITAN PERKULIAHAN FISIKA DASAR DAN PROFIL KECERDASAN MAJEMUK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA TINGKAT I FKIP UNSWAGATI CIREBON 2014

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA SMP DALAM MEMAHAMI BANGUN RUANG DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan, kebodohan serta pencerahan pengetahuan. 3. merupakan kebutuhan yang mutlak yang harus dikembangkan dan dikelola

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memiliki kecerdasan dan tingkat intelejensi yang berbedabeda.

Bingkai-Bingkai Akal Budi Felix Lengkong

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan terutama,

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ESTI UTAMI A PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan. Melalui kegiatan menulis, para siswa dilatih untuk

Nina Selvizia, Zainuddin, dan Abdul Salam Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ASPEK MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN KINERJA MAHASISWA PADA PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan satu jenis kecerdasan saja, karena kecerdasan merupakan kumpulan kepingan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL GURU TK/SLB

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA Berbasis Multiple Intelligences Pada Materi Suhu dan Perubahannya di Kelas VII

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tradisional kerap kali memosisikan guru sebagai pelaku

KOMPONEN KURIKULUM (KTSP) Tujuan pendidikan satuan pendidikan Struktur dan muatan (KTSP) Kalender pendidikan Silabus

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya daya serap peserta didik terhadap materi ajar masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Isna Rafianti, 2013

MENINGKATKAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKAANAK MELALUI BERNYANYI DI KELOMPOK B PAUD BUDI MULYAKECAMATAN KOTA MANNA KABUPATEN BENGKULU SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN. di kelas VIII H pada semester genap tahun ajaran 2016/2017.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penilaian merupakan salah satu aspek yang penting dalam pendidikan. Menurut Sumarna Surapranata (2004: 19), penilaian pendidikan erat kaitannya dengan academic achievement atau prestasi akademik siswa. Academic achievement terdiri dari aspek kognitif dan aspek psikomotor siswa. Dengan melakukan penilaian, seorang pendidik bisa memperoleh informasi mengenai academic achievement siswa. Berdasarkan academic achievement yang telah dicapai oleh siswa ini, pendidik bisa memilih siswa yang dapat naik kelas, mendiagnosis keunggulan dan kelemahan siswa, dan mengetahui keberhasilan siswa. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang menyebutkan bahwa, penilaian dilakukan oleh pendidik terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Berdasarkan ketentuan Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian, guru dituntut untuk mampu melakukan kegiatan penilaian dengan menggunakan sistem penilaian yang baik dan terencana. Untuk mencapai sistem penilaian yang baik perlu digunakan instrumen yang baik, yakni instrumen yang memenuhi persyaratan yang ada. Berdasarkan ketentuan Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian, instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik harus memenuhi persyaratan: (a) substansi, yakni merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, yakni memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, yakni menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.

Saat ini, kita mengenal Multiple Intelligences Theory atau Teori Kecerdasan Majemuk. Teori ini dikembangkan oleh seorang pakar psikologi perkembangan dari Universitas Hardvard yang bernama Howard Gardner. Gardner mendefinisikan delapan kecerdasan dasar yang sama pentingnya dengan kecerdasan yang sering diujikan dalam tes IQ (Muhammad Yaumi, 2012, 12). Delapan kecerdasan yang diidentifikasi oleh Gardner adalah kecerdasan verbal-lingustik, kecerdasan logismatematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan jasmani-kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalistik. Selanjutnya, Walter McKenzie memasukkan kecerdasan eksistensial sebagai salah satu bagian dari kecerdasan majemuk. Teori kecerdasan majemuk ini, pada awalnya hanya digunakan oleh kalangan ahli psikologi. Namun, akhirnya teori ini juga banyak digunakan oleh para pendidik, dalam hal ini guru. Hal ini dikarenakan, seorang guru setiap harinya berinteraksi dengan siswa, dan setiap siswa pasti memiliki jenis kecerdasan yang berbeda. Selain itu, setiap siswa pasti memiliki lebih dari satu kecerdasan yang diidentifikasi oleh Gardner. Setiap siswa bisa memiliki beberapa jenis kecerdasan sekaligus, bahkan sebagian siswa mungkin memiliki seluruh kecerdasan yang diidentifikasi oleh Gardner ini, meskipun akan tetap ada beberapa kecerdasan yang paling menonjol. Kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki oleh seorang individu, dalam hal ini siswa, tidak hanya berdiri sendiri, tapi saling bersinergi satu sama lain. Misalnya, siswa yang memiliki gabungan antara kecerdasan linguistik, matematik, dan intrapersonal, kelak dia bisa menjadi seorang ilmuwan. Meskipun demikian, seorang guru nampaknya akan sulit untuk mengetahui jenis kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Padahal, jika seorang guru mengetahui jenis kecerdasan yang dimiliki oleh siswa, maka guru akan dapat membantu siswa untuk mengembangkan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Oleh karena itu, teori kecerdasan majemuk ini layak untuk menjadi bahan pertimbangan bagi para guru agar bisa

mengatasi perbedaan yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, teori kecerdasan majemuk ini bukan hanya menghargai perbedaan yang ada pada siswa, tetapi juga dapat digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan praktis, misalnya penilaian terhadap siswa. Berdasarkan studi pendahuluan di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Bandung, pada saat melakukan penilaian terhadap academic achievement siswa, biasanya guru hanya menilai kecerdasan linguistik dan kecerdasan logis-matematis saja. Hal ini dikarenakan, kecerdasan linguistik dan kecerdasan logis-matematis menjadi sasaran dari instrumen penilaian, dalam hal ini, tes yang dirancang oleh guru. Siswa yang memiliki kecerdasan linguistik dan kecerdasan logis-matematis akan dianggap berhasil mencapai academic achievement atau yang ditargetkan oleh sekolah. Kecerdasan linguistik dan kecerdasan logis-matematis dianggap paling mudah untuk dinilai, karena dua kecerdasan tersebut hampir bisa dilakukan sepanjang waktu. Selain itu, semua tes standar terbentuk dari unsur bahasa yang dikombinasikan dengan notasi matematis. Jika siswa yang tidak memiliki dua kecerdasan ini, maka siswa tidak akan mendapatkan nilai dalam academic achievement yang cukup tinggi. Bahkan, jika letak kecerdasan yang dimiliki oleh siswa berada di ranah kecerdasan yang lain, maka siswa tersebut akan ditempatkan dalam program remedial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh F. Ebru Ikiz dan Firdevs Savi Cakar di salah satu sekolah menengah di Izmi, Turki, penilaian academic achivement yang memperhatikan multiple inteliigences theory atau teori kecerdasan majemuk dapat membuat siswa lebih percaya diri, meskipun kecerdasan logis-matematis dan kecerdasan verbal-linguistiknya rendah. Hal ini dikarenakan, ranah kecerdasan selain kecerdasan verballinguistik dan kecerdasan logis-matematis juga perlu dinilai. Akan tetapi, penilaiannya tidak bisa dilakukan dengan menggunakan tes yang hanya mengandung notasi matematika dan bahasa saja. Tes untuk menilai jenis

kecerdasan yang lain perlu dibuat secara khusus dengan memerhatikan teori-teori yang berlaku untuk kecerdasan majemuk. Seperti telah dipaparkan sebelumnya bahwa seorang guru dituntut untuk mampu melakukan kegiatan penilaian dengan memerhatikan teori kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Howard Gardner. Dengan melakukan penilaian yang berorientasi pada teori kecerdasan majemuk, guru dapat melihat profil kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Data profil kecerdasan yang diperoleh dari penilaian bisa digunakan untuk membantu siswa meningkatkan kecerdasan yang dimilikinya. Profil kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa dapat dilihat dari kemampuannya menyelesaikan tes yang diberikan. Misalnya, apabila seorang siswa lebih banyak menyelesaikan tes yang berbasis angka dan bahasa, maka jenis kecerdasan yang dimiliki siswa termasuk dalam kategori kecerdasan logis-matematis dan kecerdasan verbal-linguistik. Sementara itu, apabila siswa tersebut lebih banyak menyelesaikan tes yang berbasis gambar dan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, maka jenis kecerdasan yang dimiliki siswa termasuk dalam kategori kecerdasan visual-spasial dan kecerdasan naturalistik. Untuk menilai kecerdasan jasmani-kinestetik, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal tidak dapat dilakukan dengan tes tertulis, tapi harus dilakukan dengan tes perbuatan. Penilaian academic achievement yang akan dilakukan hanya melibatkan tujuh kecerdasan saja, yakni kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan logis matematis, kecerdasan naturalistik, kecerdasan jasmani-kinestetik, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal. Hal ini dikarenakan, tujuh komponen kecerdasan majemuk ini yang memungkinkan dinilai dalam pelajaran fisika. Penilaian terhadap tujuh komponen kecerdasan ini akan dilakukan pada materi ajar tekanan. Hal ini dikarenakan, dalam materi tekanan, terdapat beberapa hukum fisika yang bisa digunakan untuk mengukur kecerdasan verballinguistik yang dimiliki siswa dan bisa dikaitkan dengan fenomena dalam

kehidupan sehari-hari yang bisa digunakan untuk mengukur kecerdasan naturalistik yang dimiliki siswa. Selain itu, perhitungan matematis dalam materi tekanan dapat digunakan untuk mengukur kecerdasan logismatematis yang dimiliki siswa. Dari gambar-gambar yang disajikan dalam materi tekanan, kecerdasan visual-spasial siswa pun dapat diukur. Selain dengan menggunakan tes tertulis, kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan logis-matematis, dan kecerdasan naturalistik juga bisa diukur dengan tes perbuatan, dalam hal ini akan diukur dengan rubrik penilaian unjuk kerja atau performance assessment. Untuk mengukur kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan jasmani-kinestetik siswa juga dapat dilakukan dengan mempelajari materi tekanan dan menuangkannya dalam bentuk media pembelajaran berupa poster yang bermanfaat bagi siswa itu sendiri. Penilaian yang dilakukan untuk melihat profil kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa ini diterapkan pada siswa sekolah menengah pertama (SMP), karena siswa SMP masih berada dalam masa peralihan dari masa anak-anak ke masa remaja. Pada masa ini, siswa masih aktif menunjukkan semua bakat yang dimilikinya. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul Penilaian Academic Achievement Siswa SMP dalam Materi Tekanan yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian ini berfokus pada penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory, sehingga variabel penelitiannya pun berupa penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory. Penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory merupakan suatu proses pengambilan keputusan terhadap baik buruknya kemampuan peserta didik berdasarkan metode yang sudah dilakukan pada

aspek pengetahuan (kognitif) siswa yang berintegrasi dengan aspek keterampilan (psikomotor) yang dimilikinya, serta memerhatikan teori tentang berbagai keterampilan dan bakat yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam pembelajaran. Agar penelitian ini bisa lebih terfokus, maka diperlukan batasan masalah sebagai berikut. 1. Kompetensi Dasar yang diambil untuk penelitian ini adalah Kompetensi Dasar 5.5, yaitu menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Indikator untuk aspek kognitif dikembangkan berdasarkan Taksonomi Bloom dari C1 (pengetahuan) C3 (penerapan). Sedangkan untuk aspek psikomotor, indikator dikembangkan berdasarkan Taksonomi Bloom dari menirukan sampai artikulasi. 3. Academic achievement ranah kognitif akan diukur dengan tes tertulis berupa pilihan ganda yang dapat mengukur kecerdasan verballinguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan naturalistik. Sedangkan academic achievement ranah psikomotor akan diukur dengan tes perbuatan berupa rubrik penilaian performance assessment dengan rating scale yang dapat mengukur kecerdasan verbal-linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan naturalistik kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan jasmani-kinestetik. Rumusan masalah berdasarkan hasil identifikasi selanjutnya dikembangkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana profil kecerdasan verbal-linguistik yang dimiliki siswa setelah diukur dengan penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory? 2. Bagaimana profil kecerdasan logis-matematis yang dimiliki siswa setelah diukur dengan penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory?

3. Bagaimana profil kecerdasan visual-spasial yang dimiliki siswa setelah diukur dengan penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory? 4. Bagaimana profil kecerdasan naturalistik yang dimiliki siswa setelah diukur dengan penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory? 5. Bagaimana profil kecerdasan jasmani-kinestetik yang dimiliki siswa setelah diukur dengan penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory? 6. Bagaimana profil kecerdasan interpersonal yang dimiliki siswa setelah diukur dengan penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory? 7. Bagaimana profil kecerdasan intrapersonal yang dimiliki siswa setelah diukur dengan penilaian academic achievement yang berorientasi pada multiple intelligences theory? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian Penilaian Academic Achievement Siswa SMP dalam Materi Tekanan yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory ini adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi jenis kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa. 2. Memperoleh gambaran tentang jenis kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian Penilaian Academic Achievement Siswa SMP dalam Materi Tekanan yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory ini adalah sebagai berikut. 1. Mempelajari cara melakukan penilaian academic achievement yang berorientasi multiple intelligences theory pada proses belajar mengajar.

2. Menerapkan penilaian academic achievement yang berorientasi multiple intelligences theory pada proses belajar mengajar. 3. Membantu siswa meningkatkan academic achievement sesuai dengan jenis kecerdasan yang dimilikinya. 4. Membantu guru menemukan metode yang cocok untuk mengajarkan fisika kepada siswa sesuai dengan jenis kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. E. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Identifikasi dan Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Struktur Organisasi Skripsi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Penilaian Academic Achievement yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory 1. Penilaian Academic Achievement 2. Jenis-jenis Penilaian Academic Achievement 3. Multiple Intelligences Theory 4. Hubungan antara Penilaian Academic Achievement dengan Multiple Intelligences Theory B. Penilaian Aspek Kognitif yang Berorientasi pada Multiple Intelligneces Theory 1. Aspek Kognitif dan Taksonomi Bloom 2. Taksonomi Bloom dan Multiple Intelligneces Theory 3. Instrumen Penilaian Aspek Kognitif yang Berorientasi pada Multiple Intelligences

C. Penilaian Aspek Psikomotor yang Berorientasi pada Multiple Intelligneces Theory 1. Aspek Psikomotor dan Taksonomi Bloom 2. Taksonomi Bloom dan Multiple Intelligences Theory 3. Instrumen Penilaian Aspek Psikomotor yang Berorientasi pada Multiple Intelligences Theory BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian B. Desain Penelitian C. Metode Penelitian D. Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian 1. Tes tertulis pilihan ganda 2. Format penilaian unjuk kerja (performance assessment) F. Proses Pengembangan Instrumen G. Teknik Pengumpulan Data H. Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pemaparan Data 1. Pemaparan Data Kuantitatif 2. Pemaparan Data Kualitatif B. Pembahasan Data BAB V KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN