BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

dokumen-dokumen yang mirip
PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan. kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009, p.98).

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

BAB I PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar. Wujud nyata

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan terdepan. Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dan merupakan

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak janin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyelenggaraan pembangunan kesehatan dasar terutama ibu, bayi dan anak balita

BAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan anak yang berkualitas dapat dilakukan dengan. memenuhi kebutuhan anak. Kebutuhan pada anak tidak hanya meliputi

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Ibu Balita Dalam KegiatanPosyandu Di Provinsi Lampung (Analisis Lanjut Data Riskesdas Tahun 2010)

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK

PELAKSANAAN 5 LANGKAH KEGIATAN POSYANDU. Manjilala

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Visi Kementrian Kesehatan adalah mencapai masyarakat yang mandiri

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). kesehatan ditingkat desa. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya adalah posyandu. Posyandu

BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KADER

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar, karena menyangkut pemenuhan kebutuhan yang sangat vital bagi kesehatan

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

PENGABDIAN MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENGELOLAAN POSYANDU BALITA MELALUI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI

PEMERINTAH KOTA BONTANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS BONTANG SELATAN II Jl. Hayam Wuruk RT.18 No.01 Berbas Tengah Bontang Selatan Telp.

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat atau kader posyandu (Depkes, 2007). Menurut MDGs (Millenium Development Goals) di tingkat ASEAN, AKB

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat penting

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar

SISTEM STUDI TENTANG. Disusun Oleh SRI III GIZI FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. 1 Keadaan gizi yang baik

ISSN: VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya

Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986

MATERI PENYEGARAN KADER

Upaya Kader Posyandu Dalam Peningkatan Status Gizi Balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. (SDKI) tahun 2012 adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup. Di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

SISTEM INFORMASI POSYANDU KESEHATAN IBU DAN ANAK. Nabila Sholihah 1*, Sri Kusumadewi 1. Jl. Kaliurang km 14.5 Sleman, Yogyakarta 55584

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses. sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kurangnya Kunjungan Anak Balita Di Posyandu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar bagi ibu, bayi dan anak balita (Buku Saku Posyandu, 2012). Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu adalah langkah strategis untuk pengembangan kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia agar dapat membantu serta dapat menolong dirinya sendiri, sehingga perlu ditingkatkan pembinaannya. Posyandu merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan yang dikelola oleh masyarakat serta dukungan teknis petugas puskesmas. Posyandu diselenggarakan untuk melayani balita imunisasi maupun penimbangan berat badan. Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (2011) terdapat posyandu sebanyak 266.827 posyandu di seluruh Indonesia. Pelaksanaan kegiatan posyandu sistem 5 meja, dimana kegiatan pada setiap meja mempunyai kegiatan khusus. Sistem 5 meja tersebut tidak berarti bahwa posyandu harus memiliki 5 buah meja untuk pelaksanaannya, tetapi kegiatan posyandu tersebut harus mencakup 5 pokok kegiatan, yaitu meja I pendaftaran, meja II penimbangan balita, meja III hasil penimbangan balita, meja IV penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu dan balita, ibu hamil dan ibu 1

menyusui, meja V pelayanan kesehatan, KB, imunisasi dan pojok oralit. Dalam kegiatan pokok posyandu meliputi kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, peningkatan gizi dan penanggulangan diare (Ismawati, 2010). Khusus untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1974 melalui penimbangan bulanan di Posyandu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan penimbangan bulanan diharapkan gangguan pertumbuhan setiap anak dapat diketahui lebih awal sehingga dapat ditanggulangi secara cepat dan tepat. Pemantauan pertumbuhan perlu ditingkatkan perannya dalam tindak kewaspadaan untuk mencegah memburuknya keadaan gizi balita. Penimbangan balita setiap bulan dimaksud untuk memantau pertumbuhannya. Penimbangan balita dilakukan setiap bulan mulai umur 1-5 tahun di posyandu. Manfaat penimbangan balita di posyandu antara lain untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat, untuk mengetahui balita yang sakit, untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dan untuk mendapatkan penyuluhan gizi (Depkes RI, 2008). Menurut indikator Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (RENSTRA) Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA, target capaian indikator persentase balita ditimbang berat badannya sebesar 80%. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 didapatkan hasil bahwa pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan setiap bulan menunjukkan bahwa persentase balita umur 6 59 bulan yang tidak pernah ditimbang dalam enam 2

bulan terakhir cenderung meningkat dari 25,5 persen (2007), 23,8 persen (2010) menjadi 34,3 persen (2013). Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo untuk Kota Gorontalo pada bulan Januari 2015 terdapat bayi dan balita berjumlah 19.611. Bayi dan balita yang datang ke posyandu untuk ditimbang berjumlah 14.813 bayi dan balita. Maka ada sekitar 4798 atau 24.47% bayi dan balita yang tidak ditimbang di posyandu. Persentase tersebut belum mencapai target capaian minimal indikator persentase balita ditimbang berat badannya yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (RENSTRA) yakni sebesar 80%. Pada bulan Desember 2014 dan Januari 2015 jumlah balita di Puskesmas Tamalate berjumlah 2182 balita. Akan tetapi terdapat peningkatan jumlah balita yang tidak datang menimbang di posyandu, yakni pada bulan Desember 2014 berjumlah 379 atau 17,36 % balita. Sedangkan pada bulan Januari 2015 jumlah balita yang tidak datang menimbang berjumlah 576 atau 26,4 % balita. Terjadi peningkatan sebesar 9% jumlah balita yang tidak datang menimbang di posyandu. Dari data tersebut, menunjukkan jumlah kehadiran ibu belum 100% dalam menimbangkan balitanya. Padahal penimbangan balita setiap bulan sangat penting sekali dilakukan untuk mengetahui tumbuh kembang balita. Posyandu sangat tergantung pada peran kader. Kader adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu. Kader-kader posyandu pada umumnya adalah relawan yang berasal dari masyarakat yang dipandang memiliki kemampuan lebih dibandingkan anggota masyarakat lainnya. Mereka yang memiliki peran besar dalam 3

memperlancar proses pelayanan kesehatan. Keberadaan kader relatif labil karena partisipasinya bersifat sukarela sehingga tidak ada jaminan bahwa para kader akan tetap menjalankan fungsinya dengan baik seperti yang diharapkan. Jika ada kepentingan keluarga atau kepentingan lainnya maka posyandu akan ditinggalkan (Suhat dkk. 2014). Menurut Bintanah (dalam Sulistiyani, 2013) masyarakat belum seluruhnya berperan serta dalam pelaksanaan posyandu, hal ini disebabkan kader kurang aktif menyuruh orang tua balita untuk menimbangkan anaknya ke posyandu, dan kurangnya peran serta dari pemerintah setempat pada kegiatan posyandu sehingga masyarakat tidak memperoleh informasi yang jelas mengenai posyandu. Dari data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo pada bulan Januari 2015, kader posyandu di Provinsi Gorontalo berjumlah 3858 kader. Jumlah kader posyandu di Kota Gorontalo berjumlah 511 kader dan jumlah kader Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo berjumlah 60 kader. Berdasarkan survey pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Tamalate, didapatkan data kader posyandu yang aktif sebanyak 60 orang. Dimana jumlah kader tersebut mencakup seluruh kader di 6 kelurahan wilayah kerja Puskesmas Tamalate yakni kelurahan Heledulaa Selatan, Heledulaa Utara, Moodu, Tamalate, Padebuolo dan Ipilo yang menjadi cakupan wilayah kerja Puskesmas Tamalate. Setiap kelurahan memiliki 10 orang kader untuk seluruh posyandu di kelurahan tersebut. Selain itu, beberapa penelitian terkait dengan kinerja kader posyandu, diantaranya penelitian tentang Hubungan peran serta kader posyandu dengan 4

tingkat kepatuhan ibu membawa balita ke Posyandu di Desa Huidu Kec. Limboto Barat yang dilakukan oleh Tololiu (2015), dari hasil uji statistik didapat nilai P value = 0,016 (<α 0,05). Hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan antara peran kader posyandu dengan kepatuhan ibu membawa balita di Desa Huidu Kecamatan Limboto Barat. Simpulan penelitian ini menunjukkan peran kader di posyandu kurang aktif dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di dalam masyarakat desa. Kader sudah sesuai melaksanakan tugasnya, namun belum optimal dalam memberikan pelayanan. Melihat dari banyaknya jumlah kader posyandu dan meningkatnya jumlah balita yang tidak datang menimbang di posyandu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kinerja Kader Posyandu terhadap Kepatuhan Ibu Balita untuk Menimbang di Posyandu Wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo. 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH 1. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa persentase balita umur 6 59 bulan yang tidak pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir cenderung meningkat dari 25,5 persen (2007), 23,8 persen (2010) menjadi 34,3 persen (2013). 2. Masih tingginya jumlah bayi dan balita yang tidak datang ke posyandu untuk ditimbang di Kota Gorontalo pada bulan Januari tahun 2015 yaitu sebesar 4798 atau 24,7% bayi dan balita. 5

3. Persentase balita yang ditimbang berat badannya belum mencapai target capaian minimal yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (RENSTRA). 4. Terjadi peningkatan jumlah balita yang tidak datang menimbang di posyandu wilayah kerja Puskesmas Tamalate dimana pada bulan Desember 2014 balita yang tidak datang menimbang berjumlah 379 (17,36%) dan pada bulan Januari 2015 meningkat menjadi 576 (26,4%) balita dari jumlah total balita 2182. 1.3 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu Bagaimana pengaruh kinerja kader posyandu terhadap kepatuhan ibu balita untuk menimbang di posyandu wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo?. 1.4 TUJUAN PENELITIAN 1.4.1 Tujuan Umum : Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kinerja kader posyandu terhadap kepatuhan ibu membawa balita untuk menimbang di posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tamalate tahun 2015. 1.4.2 Tujuan Khusus : 1. Mengidentifikasi kinerja kader di posyandu wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo. 2. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan ibu dalam membawa balita untuk menimbang di posyandu wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo. 6

3. Menganalisa pengaruh kinerja kader posyandu terhadap kepatuhan ibu membawa balita untuk menimbang di posyandu wilayah kerja Puskesmas Tamalate Kota Gorontalo. 1.5 MANFAAT PENELITIAN 1.5.1 Manfaat bagi peneliti Peneliti dapat mengetahui bagaimana pengaruh kinerja kader terhadap kepatuhan ibu membawa balita untuk ditimbang di posyandu sehingga dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk kedepannya. 1.5.2 Manfaat untuk institusi pendidikan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi baru bagi institusi pendidikan khususnya bagi mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan sebagai data pendukung bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian dalam bidang yang sama. 1.5.3 Manfaat untuk institusi puskesmas dan kader posyandu Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan kepada puskesmas dan kader posyandu tentang pengaruh kinerja kader terhadap kepatuhan ibu membawa balita untuk ditimbang di posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tamalate. 1.5.4 Manfaat untuk masyarakat Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi ibu-ibu yang mempunyai balita untuk tetap aktif dalam membawa dan menimbangkan balitanya ke posyandu. 7