PENGUKURAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI)

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 1. Mekanisme hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISI MATERIAL POLARIMATER. Oleh: :ahmad zainollah NIM : Kelompok :1A

Laporan Resmi Praktikum Kimia Fisika III Inversi Gula

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II POLARIMETRI

PENGUKURAN DI LABORATORIUM

Cara Penentuan Nilai BRIX kadar gula Dalam Tanaman Tebu. Oleh: Khairul Nurcahyono

PERCOBAAN 03 LAJU INVERSI GULA

P O L A R I M E T E R

PERCOBAAN 6 KONSTANTA KECEPATAN REAKSI

PENENTUAN KONSENTRASI GULA DI DALAM LARUTAN DENGAN KONSTANTA VERDET HESTY RIYAN P M

I. TUJUAN Menentukan konstanta kecepatan reaksi dengan menggunakan polarimeter.

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Agenda. SPEKTROSKOPI BERBASIS HAMBURAN Turbidimetri & Nefelometri. Asal Hamburan Turbidimetri atau Nefelometri Aplikasi turbidimetri dan nefelometri

ANALISIS SUDUT PUTAR JENIS PADA SAMPEL LARUTAN SUKROSA MENGGUNAKAN PORTABLE BRIX METER

PENGARUH KONSENTRASI BERBAGAI LARUTAN GULA SAKAROSA TERHADAP SUDUT PUTAR JENIS CAHAYA MERAH, HIJAU DAN KUNING

Pengaruh Kadar Gula Dalam Darah Manusia Terhadap Sudut Putar Sumbu Polarisasi Menggunakan Alat Polarmeter Non-Invasive

PENGARUH KOSENTRASI GULA DAN VARIASI MEDAN LISTRIK DALAM MADU LOKAL TERHADAP PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI

Antiremed Kelas 12 Fisika

POLARIMETRI. A. Pendahuluan

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH PUTARAN OPTIK TERHADAP KONSENTRASI MINYAK KULIT BIJI METE DENGAN PENAMBAHAN PELARUT NON- POLAR MENGGUNAKAN POLARIMETER

Ringkasan Tugas Akhir / Skripsi. Nama, NPM : Jonathan Prabowo, Drs. Arief Sudarmaji, M.T

Key words : external electrics field, non-linear optics, polarization, polarization angle

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah

STUDI EFEK KERR UNTUK PENGUJIAN TINGKAT KEMURNIAN AQUADES, AIR PAM DAN AIR SUMUR

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X.

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041

MICROWAVES (POLARISASI)

SIFAT OPTIS TAK-LINIER PADA MATERIAL KDP

Spektrofotometer UV /VIS

PENGARUH POLARITAS MEDAN LISTRIK EKSTERNAL DAN SUDUT POLARISASI LASER DIODA UNTUK PENGAMATAN EFEK KERR

STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA. 2 Foton adalah paket-paket cahaya atau energy yang dibangkitkan oleh gerakan muatan-muatan listrik

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma.

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

PENGUKURAN ROTASI OPTIK SPESIFIK LARUTAN GALAKTOSA, FRUKTOSA, DAN LAKTOSA

PENGUKURAN KADAR GULA DALAM LARUTAN DENGAN MENGGUNAKAN SINAR LASER HeNe SKRIPSI

Youngster Physics Journal ISSN : Vol.5, No. 4, Oktober 2016, Hal

PENENTUAN KEMURNIAN MINYAK KAYU PUTIH DENGAN TEKNIK ANALISIS PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI CAHAYA AKIBAT MEDAN LISTRIK LUAR

PENENTUAN KONSENTRASI GLUKOSA DALAM GULA PASIR MENGGUNAKAN METODE EFEK FARADAY

Laporan Praktikum Kimia Fisika 1 Refraktometer

PENENTUAN KOEFISIEN LINIER ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF

PERBANDINGAN SIFAT OPTIS AKTIF LARUTAN GULA DAN GARAM DALAM MEDAN LISTRIK LUAR MENGGUNAKAN LASER DIODA ABSTRACT

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah

BAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK

Pengenalan Mineral Optik & Petrografi. Fahri Adrian Teknik Geologi dan Geofisika Universitas Syah Kuala

I. BUNYI. tebing menurut persamaan... (2 γrt

Polarisasi karena pemantulan. Suatu sinar yang datang pada suatu cermin dengan sudut 57 akan menghasilkan sinar pantul yang terpolarisasi.

BIMBEL ONLINE 2016 FISIKA

ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS. PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 )

Efek Magnetooptis Pada Lapisan AgBr Terekspos

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2

Gelombang Transversal Dan Longitudinal

Pendahuluan Stereokimia

BAB - 14 C A H A Y A

PENGUKURAN AKTIVITAS OPTIK PADA LARUTAN GULA

ACARA I MINERALOGI OPTIK PENGENALAN MIKROSKOP DAN PREPARASI SAYATAN

Alat Uji Kualitas Madu Menggunakan Polarimeter Dan Sensor Warna

HANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG CAHAYA

PENGAMATAN PERUBAHAN SUDUT POLARISASI CAHAYA AKIBAT PEMBERIAN MEDAN LISTRIK STATIS PADA GLISERIN

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

ANTIREMED KELAS 10 FISIKA

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Cahaya. Bab. Peta Konsep. Gambar 17.1 Pensil yang dicelupkan ke dalam air. Cermin datar. pada. Pemantulan cahaya. Cermin lengkung.

JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS

A. 5 B. 4 C. 3 Kunci : D Penyelesaian : D. 2 E. 1. Di titik 2 terjadi keseimbangan intriksi magnetik karena : B x = B y

D. massa E. volume. D. mhv E. h/(mv) 3. Warna-warna yang tampak pada gelembung sabun menunjukkan gejala : A. diraksi B. refraksi C.

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

π, maka pengertian stereoisomer Stereoisomer konfigurasi.

PAKET UJIAN NASIONAL Pelajaran : FISIKA Waktu : 120 Menit

Sifat-sifat gelombang elektromagnetik

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

Berkala Fisika ISSN : Vol. 12, No.2, April 2009, hal 63-68

BAB IV HASIL PENGAMATAN

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

PENDALAMAN MATERI CAHAYA

ANALISIS KUALITAS MINYAK KEDELAI MELALUI PUTARAN OPTIK MENGGUNAKAN POLARIMETER

KUMPULAN SOAL UJIAN NASIONAL DAN SPMB

APLIKASI OPTIK DAN FIBER OPTIK SEBAGAI SENSOR ph

MAKALAH Spektrofotometer

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

PAKET SOAL 1 TRY OUT UN 2014

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : FISIKA Sat. Pendidikan : SMA/MA Kelas / Program : XII ( DUA BELAS )

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit

LATIHAN UJIAN NASIONAL

Abstrak. Kata kunci : sukrosa, gula, nira, tebu, sudut polariser

Fisika Proyek Perintis I Tahun 1980

SANGAT RAHASIA. 30 o. DOKUMEN ASaFN 2. h = R

Polarisasi. Dede Djuhana Departemen Fisika FMIPA-UI 0-0

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

LKS-1 PEMBIASAN CAHAYA PADA KACA PLAN-PARALEL

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM

Transkripsi:

PENGUKURAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI) Abstrak Percobaan yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan sudut putar jenis larutan optis aktif, dengan alat yang digunakan yaitu polarimeter. Dimana Sinar yang berasal dari sumber dilewatkan melalui prisma terpolarisasi (polarizaer), kemudian terus ke sel polarimeter yang berisi larutan, dan akhirnya menuju prisma terpolarisasi kedua (analizer). Semakin besar sifat optis aktif suatu zat maka zat tersebut lebih banyak memutar bidang polarisasinya sedangkan semakin kecil konsentrasi suatu zat maka putaran spesifiknya semakin besar. Dari hasil data diperoleh hasil polarisasi rata rata pada aquades (+29,33 ± 3,05 ), Zat A, Pada Zat B. Kata Kunci : Polarimetri, optik aktif PENDAHULUAN Polarimeter adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur putaran optik yang dihasilkan oleh zat yang bersifat optis aktif yang terdapat dalam larutan. Senyawa optis aktif adalah senyawa yang dapat memutar bidang polarisasi, sedangkan yang dimaksud dengan polarisasi adalah pembatasan arah getaran (vibrasi) dalam sinar atau radiasi elektromagnetik yang lain. Salah satu contoh cairan atau bahan padat yang sifat optis aktifnya diukur dengan menggunakan polarimeter adalah larutan gula. Prinsip kerja polarimeter berdasarkan pada pemutaran bidang polarisai. Besarnya perputaran itu bergantung pada struktur molekul, temperatur, panjang gelombang, konsentrasi, panjangnya pipa polarimeter, banyaknya molekul pada jalan cahaya, dan pelarut. Cahaya merupakan gelombang elektromagnit yang terdiri dari getaran medan listrik dan getaran medan magnit yang saling tegak lurus. Bidang getar kedua medan ini tegak lurus terhadap arah rambatnya. Sinar biasa secara umum dapat dikatakan gelombang elektromagnit yang vektor vektor medan listrik dan medan magnitnya bergetar kesemua arah pada bidang tegak lurus arah rambatnya dan

disebut sinar tak terpolarisasi. Apabila sinar ini melalui suatu polarisator maka sinar yang diteruskan mempunyai getaran listrik yang terletak pada satu bidang saja dan dikatakan sinar terpolarisasi bidang (linear). Sinar yang berasal dari sumber dilewatkan melalui prisma terpolarisasi (polarizaer), kemudian terus ke sel polarimeter yang berisi larutan, dan akhirnya menuju prisma terpolarisasi kedua (analizer). Analizer dapat diatur sesuai keinginan sedangkan polarizer tidak. Bila arah transmisi polarisator sejajar dengan arah transmisi analisator, maka sinar yang mempunyai arah getaran yang sama dengan arah polarisator diteruskan seluruhnya. Tetapi apabila arah transmisi polarisator tegak lurus terhadap analisator maka tak ada sinar yang diteruskan. Dan bila arahnya membentuk suatu sudut maka sinar yang diteruskan hanya sebagian. Sinar terpolarisasi linear yang melalui suatu larutan optik aktif akan mengalami pemutaran bidang polarisasi. Putara optik (α) adalah sudut yang dilalui analizer ketika diputar dari posisi silang ke posisi baru yang intensitasnya semakin berkurang hingga nol. Untuk menentukan posisi yang teoat (pas) sulit dilakukan, karena itu digunakan apa yang disebut setengah bayangan (bayangan redup). Untuk mencapai kondisi ini, polarizer diatur sedemikian rupa, sehingga setengah bidang polarisasi membentuk sudut sekecil mungkin dengan setengah bidang polarisasi yang lainnya. Akibatnya memberikan pemadaman pada kedua sisi lain, sedangkan di tengah terang. Bila analizer diputar terus, setengah dari medan menjadi lebih terang dan lainnya redup. Posisi putaran diantara terjadinya pemadaman dan terang tersebut adalah posisi putaran yang tepat dimana pada saat ini intensitas kedua medan sama. Seperti telah disebutkan sebelumnya jika zat yang bersifat optis aktif ditempatka diantara polarizaer dan analizaer, maka bidang polarisasi akan berputar sehingga posisi menjadi berubah. Untuk mengembalikan ke posisi semula, analizer dapat diputar sebesar sudut putaran dari sampel. Apabila bidang polarisasi tersebut terputar kearah kiri (levo) dilihat dari pihak pengamat, peristiwa ini kita sebut polarisasi putar kiri. Demikian juga untuk peristiwa sebaliknya (dextro). Besar sudut pemutaran bidang polarisasi ( ϕ) dapat dinyatakan sebagai : dimana : C = konsentrasi larutan L = panjang kolom larutan

= sudut putar jenis larutan optik aktif untuk sinar D natrium pada temperatur t. Putaran potik (α) bergantung pada panjang sel, panjang gelombang cahaya, dan temperatur. Pada percobaan ini masing masing variabel dibuat tetap. Panjang sel = 10 cm. Sumber sinar adalah lampu natrium yang dapat memancarkan cahaya kuning (duplet) yang disebut garis D-natrium dengan λ = 589 nm. Polarimeter dilengkapi dengan skala vernier untuk membantu pengukuran sudut putaran secara teliti. BAHAN DAN METODE Alat dan bahan penelitian Alat dan bahan diberikan pada tabel 1. Alat Bahan Polarimeter Aquades Corong plastik Zat A (glukosa) melalui lensa mata bagian kanan. Kemudian setngah bayangan (bayangan redup) ditetapkan sebagai bayangan kerja, dengan mengatur pusat lensa mata maju atau mundur. Pembacaan ini dicatat sebagai titik nol. Harga titik nol ini harus diperhitungkan terhadap setiap pengukuran selanjutnya. Sel dikosongkan dan dibilas beberapa kali dengan larutan sampel. Dengan menggunakan rumus : dimana : = putaran spesifik α = putaran yang diukur tanpa perputaran peralatan λ = panjang sel = 1 dm c = konsentrasi (5% W/V = 0,05) putaran optik untuk larutan dihitung. Botol semprot Zat B (sukrosa) HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan Metode percobaan Sel polarimeter adibilas dengan aquades beberapa kali dengan menggunakan botol semprot. Kemudian sel diisi dengan aquades dan tidak boleh ada gelembung udara dalam sel. Sel diletakkan dalam polarimeter, kemudian pembacaan diatur hingga 0 o C, Percobaan polarimetri ini bertujuan untuk mengukur suatu cara analisa yang didasarkan pada pengukuran sudut putaran (optical rotation) cahaya terpolarisir oleh senyawa yang transparan dan optis aktif apabila senyawa tersebut dilewati sinar monokromatis yang terpolarisir tersebut. Percobaan diawali dengan mengukur putaran optik dari aquadest (sebagai zat

pembanding), putaran optik dari zat A dan zat B yang diberikan oleh asisten dosen, dimana zat A adalah glukosa dan zat B adalah sukrosa. Pengukuran putaran optik zat A dan zat B masing masing dilakukan 3 kali agar dapat diketahui kebenaran praktikum yang telah dilakukan. Dalam praktikum didapat data sebagai berikut : Derajat polarimetri ( ) Percobaan Aquades Glukosa Sukrosa I 1,6 5,7 8,9 II 1,5 5,5 8,7 III 1,3 5,4 8,6 Putaran spesifik Aquades yang telah dihitung berdasarkan putaran optiknya berturut turut adalah +32 o, +30 o, dan +26 o dengan rata rata (+29,33 ± 3,05). Putaran spesifik zat A yang telah dihitung berdasarkan putaran optiknya berturut turut adalah +114 o, +110 o, dan +108 o dengan rata rata. Sedangkan putaran spesifik zat B berturut turut adalah sebesar +178 o, +174 o, dan +172 o dengan rata rata. Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa persentase kebenaran praktikum zat A dan zat B masing masing adalah 98,19% dan 98,19 %. Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa putaran spesifik zat B lebih besar daripada zat A. Tetapi mempunyai konsentrasi yang sama yaitu zat A 5% sedangkan zat B 5%. Sukrosa dan glukosa memiliki besaran putaran optic yang berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan ukuran dan konformasi dari struktur molekul diantara keduanya, ukuran struktur molekul sukrosa lebih besar, maka dapat mempengaruhi sifat optis aktif dari senyawa sukrosa. Bila dibandingkan dengan glukosa yang ukuran molekulnya lebih kecil dan sederhana dibandingkan sukrosa. Pada literatur dijelaskan bahwa, besar pemutaran bidang polarisasi suatu larutan optis aktif dipengaruhi oleh struktur molekul, temperatur, panjang gelombang, konsentrasi, panjangnya pipa polarimeter, banyaknya molekul pada jalan cahaya, dan pelarut. Glukosa dan sukrosa memiliki perbedaan ukuran dan struktur molekulnya, maka glukosa 5% dan sukrosa 5 % yang berkonsentrasi sama akan mengalami perbedaan besar pemutaran bidang polarisasi. Dimana, molekul yang struktur

dan ukurannya lebih besar, akan memiliki sudut perputaran yang lebih kecil. Hal ini berarti semakin kecil konsentrasi zat maka semakin besar putaran spesifik zat tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa zat B memiliki sifat optis aktif yang lebih besar daripada zat A, sehingga zat B lebih mudah dan lebih banyak memutar bidang polarisasinya. KESIMPULAN 1. Rata rata putaran spesifik zat A adalah. 2. Rata rata putaran spesifik zat B adalah. 3. Kebenaran praktikum zat A adalah 98,19 %. 4. Kebenaran praktikum zat B adalah 98,19 %. 5. Putaran spesifik zat B lebih besar daripada zat A menunjukkan bahwa sifat optis aktif zat B lebih besar dari zat A. 6. Semakin besar sifat optis aktif suatu zat maka zat tersebut lebih banyak memutar bidang polarisasinya. 7. Semakin kecil konsentrasi suatu zat maka putaran spesifiknya semakin besar.