KONSEP DASAR BIMBINGAN JASMANI ADAPTIF BAGI TUNANETRA. Irham Hosni PLB FIP UPI

dokumen-dokumen yang mirip
MODIFIKASI PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF OLEH : Drs. Mamad Widya, M.Pd.

PENGEMBANGAN ALAT DAN MEDIA PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF IRHAM HOSNI PLB FIP UPI

AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1

PENJAS ADAPTIF. Yuyun Ari Wibowo

LAPORAN KEGIATAN PPM PROGRAM PENERAPAN IPTEK

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA

KEMANDIRIAN DAN ADAPTASI ANAK BERKEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS/LUAR BIASA

TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI (KKS) PENYANDANG TUNANETRA. Irham Hosni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lembaga formal dalam sistem pendidikan yang tidak

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Yana Nurohman, 2013

PRINSIP DAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ORIENTASI BAGI TUNANETRA Irham Hosni

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN INTERAKTIF KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Isa Ansori dan Sukardi PGSD FIP UNNES

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang

PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF ANAK TUNARUNGU DI SLB NEGERI SE KABUPATEN BANTUL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penddikan merupakan suatu proses pembentukan pribadi, yang mana

PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF. Oleh : Komarudin Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. fisik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut bisa dipahami karena mengarahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani (penjas) sebagai bagian integral dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adaptif merupakan luasan dari kata pendidikan jasmani

PANDUAN PELASANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia.

Membaca dan Menulis bagi Anak Low Vision. Irham Hosni PLB FIP UPI Pusat Layanan Terpadu Low Vision

BAB I PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

Prinsip Pembelajaran Adaptif Bagi Anak tunanetra dalam PENDIDIKAN LUAR BIASA. Irham Hosni Jurusan PLB FIP UPI

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani yang sehat, sehingga mampu melaksanakan tugas untuk. kepentingan sendiri maupun bagi kepentingan bangsa.

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani (Penjas) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus

BAB I PENDAHULUAN. normal, namun anak anak yang memiliki keterbelakangan mental juga

I. PENDAHULUAN. lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam. mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan meningkatkan mutu pendidikan menuntut guru memiliki kualitas

2016 PENGEMBANGAN PROGRAM LATIHAN ORIENTASI DAN MOBILITAS TEKNIK PENDAMPING AWAS BAGI KELUARGA SISWA TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

GAYA MENGAJAR INKLUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Oleh; Aris Fajar Pambudi* (dosen POR FIK UNY)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

KETERAMPILAN DASAR DALAM PENANGANAN PENYANDANG LOW VISION. Irham Hosni PLB FIP UPI PUSAT PELAYANAN TERPADU LOW VISION BANDUNG

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat

Analisis Fungsi Organ-organ Penginderaan dan Pengembangannya bagi Individu Tunanetra

I. TINJAUAN PUSTAKA. Muhajir (2007: 8) menjelaskan bahwa Pendidikan jasmani, olahraga, dan

BAB I PENDAHULUAN. dan bahkan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul betul

INTERVENSI DINI (EARLY INTERVENTION) ANAK MDVI (MULTIPLE DISABILITY VISUALY IMPAIRMENT) Sukinah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. masalah smpai masalah tersebut dapat di pecahkan dengan baik. Untuk dapat. bermutu tinggi dan mampu berkompetensi secara global.

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan golden age (masa peka).

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK)

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

BAB I PENDAHULUAN. olahraga agar tercipta generasi yang sehat dan kuat. gerak sempurna yang dilakukan manusia dewasa.

STRATEGI PEMBELAJARAN ABK Ishartiwi, PLB-FIP- UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan pada dasarnya usaha sadar yang menumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. di sekolah. Mata pelajaran ini beroreantasi pada pelaksanaan misi. berbagai aktivitas jasmani (Depdikbud, 1993: 1).

MODUL 2 : MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain, di mana masa ini secara naluriah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan

Prima Hendri Cahyono ( /PJKR A o8)

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP NEGERI I GANDUSARI : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan terasa kurang lengkap jika tidak ada pendidikan jasmani.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB I PENDAHULUAN. yang terpendam tanpa dapat kita lihat dan rasakan hasilnya. Menindak lanjuti. mahluk yang butuh berinteraksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktifitas jasmani, maka dari itu besar bagi manusia untuk mengenal

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini berarti bahwa siswa harus belajar sesuatu dari padanya.

2014 USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERJALAN DI ATAS PAPAN TITIAN

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III ANALISA MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

Transkripsi:

KONSEP DASAR BIMBINGAN JASMANI ADAPTIF BAGI TUNANETRA Irham Hosni PLB FIP UPI A. Modifikasi Pembelajaran TUNANETRA Dalam merancang pembelajaran atau Bimbingan Rehabilitasi Tunanetra maka kita harus menemukan dan memenuhi kebutuhan yang unik pada setiap jenis kelainan yang ada pada kelayan tunanetra. Karena itu Bimbingan Rehabilitasi Tunanetra harus bisa melakukan modifikasi sehingga kebutuhan bimbingan rehabilitasi kelayan tunanetra terpenuhi, keterampilan yang diberikan secara penuh dapat berfungsi dan dikuasai serta seluruh angota dari kegiatan dapat secara penuh berpartisisapi. Modifikasi secara umum bisa dilakukan pada: 1. Kurikulumnya (total atau sebagian) 2. Strategi belajarnya ( diganti atau disesuaikan) 3. Materi dan alatnya (medianya) 4. Pengaturan kelasnya (tehnik mengajarnya) 5. Lingkungan (arsitekturnya dan sarana fisiknya) Secara mendasar yang perlu dirancang dalam pembelajaran adaptif yang dapat memenuhi kebutuhan bimbingan TUNANETRA dapat

dikelompokkan menjadi tiga yaitu : Kelas, program, dan layanannya. Untuk itu maka dalam pembelajaran bagi Kelayan tunanetra bisa dilakukan pada: 1. Kelas atau lokasi pembimbingan TUNANETRA berlangsung. a. Kelas dan lokasi pembimbingan harus dirancang sedemikian rupa sehingga TUNANETRA dapat dengan leluasa menggunakan kelas itu. b. Modifikasi kelas harus mendukung keberhasilan proses belajar mengajar. c. Modifikasi kelas harus memenuhi faktor keselamatan. d. Modifikasi kelas harus memenuhi kebutuhan bimbingan setiap TUNANETRA, sehingga ia efisien menggunakan saluran informasinya yang masih tersisa. 2. Program pembimbingan nya dan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik serta tingkat kemampuan setiap TUNANETRA. Didalam merancang program dan bagi pembelajaran TUNANETRA maka komponen yang harus dilakukan dan ada: Educational Assessment ( Asesmen Bimbingan ) Langkah awal dalam menyusun program untuk pembelajaran adaptif didahului dengan melakukan penilaian(assessmet). Dalam asesmen kita harus menemukan tiga hal: 1) Apa yang ia miliki dalam satu hal

2) Apa yang ia belum miliki dalam satu hal. 3) Apa yang dibutuhkan TUNANETRA tentang tentang satu hal. Dengan ditemukannya jawaban ketiga pertanyaan asessment di atas, maka asesmen dapat berfungsi: a. Menjelaskan tingkat kemampuan kelayan tunanetra dalam satu hal. b. Menjelaskan tentang keuntungan dan kerugian dari program yang diberikan kepada TUNANETRA. c. Menjelaskan tingkat kemajuan kelayan tunanetra. Adapun cara pembimbing melakukan asesmen dapat secara formal yaitu dengan menggunakan tes standart yang telah baku, maupun dengan cara informal yaitu dengan mengobservasi dalam kegiatan sehari-hari anak atau dengan tes non standart yang dibuat oleh pembimbing dan sebagainya. 3. Rencana Program yang individual. Apapun program yang dirancang untuk TUNANETRA maka harus program yang diindividualisasi sesuai dengan karakteristik dan kebutuhannya. 4. Pembimbing Pembimbing yang dapat memberikan pelayanan Bimbingan Rehabilitasi pada Kelayan tunanetra bisa pembimbing biasa, pembimbing yang berperan sebagai konsultan, atau pembimbing khusus yang memang

telah dipersiapkan dengan kompetensinya. Pembimbing rehabilitasi untuk TUNANETRA bisa berperan beberapa macam tergantung kebutuhan layanan yaitu: a. Pembimbing Biasa pembimbing yang secara reguler dan rutin membimbing kelayan tunanetra secara langsung. b. Pembimbing yang berperan sebagai konsultan, biasanya tidak bekerja langsung dengan kelayan tetapi memberikan saran dan petunjuk dan bimbingan pada anggota keluarga dari kelayan bagaimana seharusnya dilakukan terhadap tunanetra. c. Pembimbing yang secara rutin mengunjungi tunanetra ketempat dimana ia berada. d. Pembimbing khusus adalah pembimbing yang memiliki peran dan keahlian khusus dalam memberikan bimbingan keterampilan tertentu. 5. Peran orang tuanya. Dalam menyusun dan merancang program bagi TUNANETRA, orang tua harus dilibatkan dan memiliki peran khusus. Hal ini harus menjadi suatu paket dari penyusun rancangan tersebut,hal ini bila memungkinkan. 6. Team ahli yang lain yang dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan program pembelajaran bagi TUNANETRA. Dalam pembelajaran TUNANETRA harus mengunakan pendekatan team.

7. Layanan dalam pembelajaran TUNANETRA perlu dirancang yang sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, tingkat kelainan dan kemampuan TUNANETRA. Rancangan ini termasuk didalamnya: a. Apa Layanan atau jenis layanan yang dibutuhkan. b. Dimana layanan diberikan, lokasi layanan baik sekolahnya, kelasnya dan sebagainya. c. Kapan dan berapa lama harus diberikan layanan diberikan. d. Bagaimana harus diberikan dan oleh siapa layanan tersebut harus diberikan. Setiap jenis kelainan atau setiap anak belum tentu sama layanan yang dibutuhkan, baik itu jenis layanan, tempat layanan, waktunya, cara dan tenaga pelayanannya. B. Pendekatan dalam pembimbingan TUNANETRA 1. Pembimbingan klasikal diberikan kepada TUNANETRA yang memiliki tingkat akademis sama dalam satu kelas, sehingga kegiatan dan materinya bisa sama dalam satu kelas.. 2. Pembimbingan Individual adalah pembimbingan yang diberikan kepada perorangan dari Kelayan tunanetra, karena tingkat dan derajat kelainanya berbeda satu sama lainnya. 3. Individualisasi pembimbingan adalah pendekatan dalam kelas tetapi setiap TUNANETRA memiliki program masing-masing sesuai dengan tingkat pencapaian dalam proses belajarnya.

C. Pembelajaran Adaptif dalam bimbingan Jasmani bagi TUNANETRA Kelayan tunanetra ( TUNANETRA ) adalah anak yang mengalami kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun kombinasi dari ketiga aspek tersebut, sehingga untuk mencapai potensi yang optimal ia memerlukan Bimbingan Rehabilitasi Tunanetra. Panti social bina netra merupakan panti rehabilitasi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan rehabilitasi TUNANETRA. Adapun yang dirancang dalam Panti social tunanetra adalah kelasnya, programnya dan layanannya. TUNANETRA bisa memiliki masalah dalam sensorisnya, motoriknya, belajarnya, dan tingkahlakunya. Semua ini mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak. Hal ini karena sebagian besar TUNANETRA mengalami hambatan dalam merespon rangsangan yang diberikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak dan bahkan ada yang memang fisiknya terganggu sehingga ia tidak dapat melakukan gerakan yang terarah dengan benar. Di satu sisi, Kelayan tunanetra harus dapat mandiri, beradaptasi, dan bersaing dengan orang normal, di sisi lain ia tidak secara otomatis dapat melakukan aktivitas gerak. Secara tidak disadari akan berdampak kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan fisik dan keterampilan

geraknya. Bimbingan jasmani bagi TUNANETRA disamping untuk kesehatan juga harus mengandung pembetulan kelainan fisik. Dengan uraian di atas maka jelas bahwa Bimbingan jasmani yang diadaptasi dan dimodifikas sesuai dengan kebutuhan, jenis kelainan dan tingkat kemampuan TUNANETRA merupakan salah satu factor yang sangat menentukan dalam keberhasilan Bimbingan bagi TUNANETRA. Apa dan bagaimana bimbingan jasmani bagi TUNANETRA atau Bimbingan Jasmani adaptif, maka secara sederhana akan diuraikan dibawah ini: 1. Pengertian bimbingan jasmani adaptif Secara mendasar bimbingan jasmani adaptif adalah sama dengan bimbingan jasmani biasa. Bimbingan jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses bimbingan secara keseluruhan. Bimbingan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan TUNANETRA memiliki problim dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian TUNANETRA bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah

laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan bimbingan jasmani bagi kelayan tunanetra ( TUNANETRA ) sangat besar dan akan mampu mengembangkan dan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut. 2. Ciri dari program pembimbingan penjas Adaptif Sifat program pembimbingan bimbingan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama bimbingan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah: a. Program Pembimbingan Penjas adaptif disesuiakan dengan jenis dan karakteristik kelainan kelayan tunanetra. Hal ini dimaksutkan untuk memberikan kesempatan kepada kelayan tunanetra yang berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi kelayan tunanetra yang memakai korsi roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi dengan sukses dalam kegiatan tersebut bila aturan yang dikenakan kepada kelayan tunanetra yang berkorsi roda dimodifikasi. Demikian dengan kegiatan yang lainnya. Oleh karena itu bimbingan Jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong kelayan tunanetra memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.

b. Program Pembimbingan Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh kelayan tunanetra. Kelainan pada Kelayan tunanetra bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pembimbingan bimbingan Jasmani adaptif harus dapat membantu kelayan tunanetra melindungi diri sendiri dari kondisi yang memperburuk keadaanya. c. Program Pembimbingan Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu TUNANETRA. Untuk itu bimbingan Jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang progressif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan TUNANETRA akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman sebayanya. Apabila program bimbingan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut di atas. maka bimbingan jasmani adaptif dapat membantu kelayan tunanetra melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan kelayan tunanetra memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa kelayan tunanetra berprilaku dan bersikap sebagai subjek bukan sebagai objek di lingkungannya. 3. Tujuan bimbingan jasmani adaptif.

Sebagaimana dijelaskan di atas betapa besar dan strategisnya peran bimbingan jasmani adaptif dalam mewujudkan tujuan bimbingan bagi TUNANETRA, maka Prof. Arma Abdoellah, M.Sc. dalam bukunya yang berjudul Bimbingan Jasmani Adaptif memerinci tujuan bimbingan Jasmani adaptif bagi TUNANETRA sebagai berikut: a) Untuk menolong kelayan tunanetra mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki. b) Untuk membantu kelayan tunanetra melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu. c) Untuk memberikan kesempatan pada kelayan tunanetra mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olah raga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi. d) Untuk menolong kelayan tunanetra memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya. e) Untuk membantu kelayan tunanetra melakukan penyesuaian social dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri. f) Untuk membantu kelayan tunanetra dalam mengembangkan pengetahuan dan appresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik. g) Untuk menolong kelayan tunanetra memahami dan menghargai macam olah raga yang dapat diminatinya sebagai penonton. 4. Modifikasi dalam bimbingan jasmani adaptif

Dari masalah yang disandang dan karakteristik setiap jenis TUNANETRA maka menuntut adanya penyesuaian dan modifikasi dalam pembimbingan Bimbingan Jasmani bagi TUNANETRA. Penyesuaian dan modifikasi dari pembimbingan penjas bagi TUNANETRA dapat terjadi pada : a. Modifikasi aturan dari aktifitas bimbingan jasmani. b. Modifikasi tehnik keterampiilannya. c. Modifikasi tehnik mengajarnya. d. Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya Seorang TUNANETRA yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi bias tidak tidak sama. TUNANETRA yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan arena bermainnya. TUNANETRA yang lain mungkin membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan tersebut. Tetapi mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi alat dan aturan mainnya. Demikian pula seterusnya, tergatung dari jenis masalah, tingkat kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan pembimbingan dari setiap jenis TUNANETRA. 5. Ruang Lingkup Bimbingan Jasmani Adaptif bagi tunanetra Bimbingan jasmani adaptif harus dapat merobah dan meningkatkan kognitif kelayan tunanetra, sikap (affective) kelayan tunanetra dan keterampilan

(psikomotor) kelayan tunanetra. Untuk mencapai tersebut maka ruang lingkup bimbingan jasmani adaptif harus mencakup: a. Aspek kognitif dalam aktifitas yang meliputi: 1) Dapat menjelaskan tentang apa, bagaimana dan mengapa setiap aktivitas jasmani dan olah raga diberikan. 2) Mengapa aktivitas jasmani dan olah raga tersebut perlu dimodifikasi. 3) Kelayan harus tahu, mengerti dan berfikir bagaimana bias mencapai hasil belajar yang optimal yang dilihat dari penampilan dalam aktifitasnya. b. Aspek affective dalam aktifitas meliputi: 1) Penyesuaian yang meliputi materi konsep diri (self concept), Citra tubuh (body image), aktifitas jasmani bersama orang lain. 2) Temperamen yang dapat dibina dari semangat kompetitif dalam atletik dan kegiatan lain, menerima kekalahan dan menghargai kemenangan. 3) Minat dapat dibina dengan menyediakan berbagai pilihan aktivitas jasmani dan olah raga. 4) Sikap dapat dibina melalui pembinaan bimbingan jasmani menuju sportifitas, kompetitif. 5) Karakter yang dapat dibina melalui sportivitas disetiap kegiatan. d. Aspek psikomotor dapat di bina melalui kegiatan 1) Kesegaran Jasmani (Physical fitness) 2) Kesegaran Motorik (Motor fitness) 3) Kemampuan Motorik (motor ability) 4) Keterampilan Motorik (motor skills)

5) Keterampilan Olah Raga (sports skills) Implikasi dari ketunanetraan dan karakteristiknya terhadap aktivitas bimbingan jasmani yang dibutuhkan adalah: a. Keterampilan gerak mororik dasar seperti jalan, lari, lompat, melempar, menendang, jongkok dan sebagainya. b. Ajarkan keterampilan mortorik yang termasuk kegiatan melintasi ruang untuk meningkatkan mobilitas kelayan. c. Berikan aktifitaskesegaran jasmani yang kemungkinan kelayan tunanetra dapat secara penuh melakukannya, seperti berenang, melompat dan sebagainya. d. Berikan kesempatan untuk memperaktekkan bermacam gerakan yang dapat mengembangkan indera kinestetiknya. e. Ajarkan olah raga rekreasi yang dapat mengisi waktu luangnya seperti main boling, dansa atau menari, berenang dan sebagainya baik sendiri, bersama orang awasdan keluarganya. f. Ajarkan secara khusus melalui kegiatan praktek tentang body image, kesadaran ruang, arah tubuh, sisi tubuh, dan konsep-konsep semacam tersebut g. Masukkan didalamnya latihan untuk memperbaiki dan membetulkan kelainan sikap tubuh (posture) sehingga seperti orang awas yang normal.

h. Siapkan dan berikan aktivitas yang menggunakan kelompok otot besar hal ini akan menguarangi minirisme atau blindnisem. i. Kelayan membutuhkan tindak lanjut dan kontrol terhadap keterampilan motorik yang telah diberikan. Sebagai akibat dari ketunanetraannya ia tidak mendapatkan umpan balik dari penglihatannya. Hal ini dapat membuat hilangnya keterampilan dan kemampuan motorik yang dipelajarinya hilang. j. Berikan aktivitas yang dapat mengembangkan keseimbangan kelayan tunanetra, baik berupa keterampilan lokomotor maupun keterampilan non lokomotor. Pelaksanaan bimbingan jasmani bagi tunanetra harus meperhatian dan memodifikasi: a. Modifikasi jarak sehingga anak dapat mengenali objek dan kalau perlu sedekat mungkin.agar dapat melihat lebih baik. b. Ijinkan kelayan mendatingi dan menyentuh sesuatu yang pembimbing tunjukan. Tanyakan pada kelayan apa yang ia ketahui dan lihat. c. Jangan percaya dengan jawaban simple seperti ya, tahu dan sebagainya sebelum pembimbing mengecek terlebih dahulu kebenarannya. d. Gunakan warna yang menyala dan kontras. Letakkan warna yang menyala dan kontras pada target dan sasaran yang akan dituju

tunanetra. Hal ini akan memepermudah tunanetra untuk mengenali target. e. Bila menggunakan warna dalam suatu aktvitas biarkan kelayan tunanetra yang memilih warna mana yang dapat kelihatan lebih jelas. f. Gunakan kekontrasan yang baik bila melakukan aktivitas visul pada kelayan tunanetra. g. Besarkan daerah target. h. Kombinasikan stimulus visual dengan stimulus pendengaran. i. Gunakan pencahayaan yang optimal, tidak silau, dan rata. Bila tidak akan menyulitkan kelayan tunanetra dalam bergerak dan beraktvitas jasmani. j. Yakin bahwa kelayan sudah mengerti tentang body plans seperti depan, belakang, sisi tubuh. Bila tidak ia tidak akan mengerti perintah perintah yang menggunakan arah, jarak, dan posisi. k. Gunakan perintah lisan. l. Disampaing menunjuk gunakan kata arah yang spesifik dan kongkrit seperti kiri, kanan, depan belakang dan sebagainya. m. Gunakan instruksi dan petunjuk yang bias diraba. Kadang kadang tunanetra mengalami kesulitan dalam meniru, siapkan orang lain yang dapat diraba. n. Dalam kegiatan tertentu pasangkan yang tunanetra berat dengan yang low vision.

o. Catatan bahwa kecepatan tunanetra dalam beraktivitas mungkin sedikit lambat p. Gunakan peralatan yang adaptif seberti bunyi bunyian, bola yang berbunyi, lokasi tujuan yang bersuara. q. Perhatikan situasi yang berpotensi akan menimbulkan bahaya bagi tunanetra dalam beraktivitas.