BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan Solow (Solow growth model) menjelaskan bahwa tabungan dan

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

I. PENDAHULUAN. berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan peningkatan total output dalam suatu perekonomian. Struktur. perekonomian Indonesia didominasi oleh Pulau Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB II URAIAN TEORITIS. dulu pernah dilakukan, diantaranya : Andriani (2000) dalam penelitiannya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit

KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER. Oleh : Muhlisin

PENDAHULUAN. negara dengan tingkat tabungan yang tinggi akan menjadi negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter adalah merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dampak krisis keuangan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu yang lalu,

ANALISIS PENGARUH KURS VALAS, LAJU INFLASI DAN SUKU BUNGA DEPOSITO TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (STUDI EMPIRIS DI BURSA EFEK INDONESIA)

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990 aliran investasi asing langsung (Penanaman Modal Asing, PMA)

BAB I PENDAHULUAN. simpanan dan memberikan pinjaman. Berdasarkan Undang-Undang RI No.10

VII. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keputusan investasi yang sebelumnya sudah dilakukan diantaranya sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak sumber daya alam dan

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. kestabilan harga. Masalah pertumbuhan ekonomi adalah masalah klasik

Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini telah. mengalami perkembangan yang cukup pesat, ini dibuktikan dengan

I. PENDAHULUAN. rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB 1. menjadi perdebatan dalam teori ekonomi makro. Setidaknya, ada dua pandangan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada tahun 2012 hingga 2013 UMKM menyumbang kan. tahun 2013 sektor ini mampu 97,16% dari total tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

1 Universitas indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan meningkatnya tingkat kemiskinan. suatu negara. Gambar 1.1 dibawah ini menunjukkan tingkat inflasi yang terjadi di

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

TATA CARA PEMOTONGAN PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK ATAS BUNGA DEPOSITO STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK SEMARANG SELATAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabungan merupakan faktor penting untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Seperti dijelaskan oleh teori studi pembangunan yaitu model pertumbuhan Solow (Solow growth model) menjelaskan bahwa tabungan dan investasi merupakan aspek penting dalam pembangunan dan pertumbuan ekonomi. Dalam Mankiw (2006) dijelaskan bahwa Model Solow menunjukan bahwa tingkat tabungan adalah determinan penting dari persediaan modal pada kondisi mapan, jika tingkat tabungan tinggi, perekonomian akan memiliki persediaan modal yang besar dan tingkat output yang tinggi. jika tingkat tabungan rendah, perekonomian akan memiliki persediaan modal yang kecil dan tingkat output yang rendah. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1986), tabungan merupakan sebagian dari pendapatan setelah pajak yang tidak dikonsumsi atau tabungan sama dengan pendapatan setelah pajak dikurangi dengan konsumsi. Tabungan yang disimpan di lembaga keuangan seperti bank merupakan sumber pemindahan sumber-sumber daya keuangan dalam perekonomian dari penabung ke peminjam. Penabung menawarkan uang mereka ke sistem keuangan dengan harapan mereka akan mendapatkan uang mereka kembali berikut bunga di masa yang akan datang. Sedangkan peminjam meminta uang dari sistem keuangan dan mereka diharapkan akan membayar uang tersebut berikut bunganya di masa yang akan datang. 1

Gambar.1.1 Pertumbuhan PDB (GDP Growth ) dan rasio simpanan (GDS Ratio) tahun 1961-2012 Sumber Data : World Bank, data diolah (2014) Dalam Gambar 1.1 terlihat trend kenaikan dan penurunan yang hampir sama antara GDS dan GDP Growth, yang dimaksud dengan GDS adalah jumlah tabungan total di Indonesia secara domestik baik tabungan orang berwarganegara Indonesia maupun orang asing yang tinggal di wilayah Indoneia, dan GDP yang berarti penghasilan total dari produktivitas seluruh masyarakat di Indonesia baik penduduk berwarganegara Indonesia maupun asing yang tinggal di wilayah Indonesia. Terlihat pada tahun 1965-1966 terjadi trend menurun hal ini dikarenakan krisis ekonomi dan krisis politik pada saat itu menyebabkan hyperinflation, dimana inflasi di Indonesia mencapai 500 persen, dan harga kebutuhan pokok seperti beras meningkat hingga 900 persen. Pada tahun 1982-1985 terjadi resesi kembali dan pertumbuan Indonesia hanya sebesar 2,7 persen dan pada tahun 1985 sebesar 1,7 persen. Pada tahun 1997-1998 kembali krisis ekonomi dan politik, hal ini terkait dengan krisis nilai tukar Thailand/Bath yang merambah dan 2

berdampak menjadi krisis Asia yang mempengaruhi krisis ekonomi di Indonesia, hal ini juga diperburuk dengan krisis politik di Indonesia (kerusuhan saat penurunan Presiden Soeharto). Perubahan pada beberapa periode penting di Indonesia memperlihatkan trend perubahan yang sama antara Gross Domestic Product (GDP) dengan Gross Domestic Saving (GDS), Pentingnya pertumbuhan tabungan dalam perekonomian menjadi kunci untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan yang akan dipilih berdasarkan penelitian sebelumnya. Agrawal et al(2009) menjelaskan bahwa tabungan dipengaruhi oleh penghasilan, akses terhadap institusi perbankan, tingkat suku bunga riil, tabungan luar negeri, tingkat ketergantungan. Menurut Smith (1990) Negara-negara industri disimpulkan bahwa tingkat tabungan dipengaruhi oleh suku bunga, distribusi penghasilan, alokasi tabungan antara perusahaan dan individu, pertumbuhan program pensiun publik dan swasta, reformasi pajak, motif pewarisan, perubahan harga, dan inflasi. Hasil penemuan Hendershott dan Peek (1989) menghasilkan bahwa suku bunga riil setelah pajak tidak terlihat memberikan pengaruh terhadap tingkat tabungan. Untuk meningkatkan tingkat tabungan masyarakat terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penerimaan tabungan. Menurut Broadway dan Wildasin (1995) pajak dapat mempengaruhi tabungan melalui dua mekanisme utama: yang pertama, mereka dapat mempengaruhi tingkat bunga tabungan dan kedua, dapat mempengaruhi aliran pendapatan yang diubah menjadi aliran konsumsi melalui tabungan, dengan berkonsentrasi pada tiga bentuk perpajakan 3

(pajak penghasilan, pajak konsumsi,dan pajak penghasilan modal),optimalisasi pajak proporsional baik pada konsumsi atau upah terjadi, pajak atas pendapatan modal tidak boleh ada. Sedangkan menurut Browning dan Lusardi (1996) menyebutkan ada tiga variabel yang mempengaruhi tingkat tabungan yaitu motif life cycle, motif subtitusi antar waktu, dan motif pewarisan. Pada tahun 1980 terdapat program IRAs (Individual Retirement Accounts) di Amerika Serikat, IRAs merupakan program yang bertujuan untuk menstimulus tingkat tabungan. Hubbard dan Skinner (1996), Potterba et al.(1996) menyimpukan bahwa tidak adanya peningkatan jumlah tabungan atau dampak positif dalam jangka pendek. Namun beberapa peneliti optimis dalam jangka panjang pengurangan pajak memiliki dampak positif terhadap tingkat tabungan nasional. Poterba et al. (1996). Menjelaskan bahwa pengurangan tarif pajak memiliki pengaruh terhadap tingkat tabungan, jika tarif PPh diturunkan akan menaikkan tingkat tabungan, Kesimpulan ini bertentangan dengan teori Hyman yang menjelaskan bahwa pajak atas tabungan memiliki pengaruh yang ambigu terhadap tingkat tabungan masyarakat yang disebabkan adanya efek penghasilan (income effect) dan efek subtitusi (subtitution effect) dikarenakan pengenaan pajak penghasilan yang berasal dari tabungan. Kesimpulan yang saling bertolak belakang dari penelitian-penelitian diatas menyebabkan ketidakpastian akan efektifitas kebijakan pajak atas tabungan, dan suku bunga sehingga dapat menyulitkan pemerintah untuk menentukan kebijakan tabungan masyarakat. Sehingga diperlukannya kajian yang mendalam terhadap 4

karakteristik dari wilayah dan kondisi-kondisi dalam masyarakat guna mencapai terlaksananya kebijakan pemerintah untuk mendorong tabungan. Pada kasus di Indonesia reformasi perpajakan dilakukan, hal ini terkait dengan upaya untuk meningkatkan penghasilan pajak (termasuk pajak tabungan) kebijakan pajak yang dilakukan pemerintah dengan melakukan perbaikan pelayanan pajak yang dilakukan untuk mendorong peningkatan jumlah wajib pajak dan menigkatkan kesediaan (tax compliance) membayar pajak dengan mempermudah administrasi dan penetapan self assestment pada tahun 1983. Hal ini sesuai dengan penelitian Yurzal dan Makhfatih (2000), bahwa penerimaan pajak termasuk di dalamnya PPh Orang Pribadi akan terus meningkat yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti pertumbuhan ekonomi dan jumlah wajib pajak.terkait dengan upaya stimulus yang dilakukan pemerintah, reformasi pajak kembali dilakukan pada tahun 1994 dan 1997, menghasikan rumusan undangundang baru dan diperkenalkannya pajak final, seperti pajak atas bunga sebesar 20% yang bertujuan agar dapat memudahkan administrasi pengenaan pajak tabungan oleh pihak bank selaku pemungut. Tabel. 1.1 Tarif Pajak Final Atas Tabungan Masyarakat Objek Pajak Subjek Pajak Tarif Tabungan/ Diskonto SBI Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) Bunga Deposito/Bunga Wajib Pajak Luar Negeri 20% 20% atau sesuai dengan Tarif Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) Sumber: Undang-Undang Perpajakan 5

Berdasarkan tabel 1.1 diatas dijelaskan bahwa suku bunga deposito, tabungan lainnya, dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan objek PPh yang bersifat final. Besarnya PPh bersifat final yang dipotong adalah 20% dari jumlah bruto. Penerapan pajak final sebesar 20% ini dianggap tidak menciptakan keadilan, kerena membebankan lebih pada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah dan menyebabkan kesulitan dalam melakukan pengawasan kepatuhan dan transparansi pembayaran pajak (rahasia perbankan). Tabel.1.2 Realisasi Penerimaan Pajak Total Berdasarkan Jenis (Milliar) No. Jenis Pajak 2005 2006 2007 2008 2009 1 PPh non Migas 140.391,1 165.643,9 194.735,6 250.479,8 267.569,8 2 PPh Migas 34.985,6 43.190,1 44.004,4 77.019,0 50.043,8 3 PPN dan PPnBM 101.295,2 123.032,6 155.187,2 209.639,1 241.529,0 4 PBB dan BPHTB 21.664,0 26.182,9 32.298,0 30.931,3 30.732,9 5 Total Penerimaan Pajak 298.338,9 358.049,5 426.225,2 568.069,2 589.875,5 6 PPh atas Tabungan 6.684,2 12.808,6 10.712,8 11.732,2 15.551,1 % terhadap PPh 4,76 7,73 5,50 4,68 5,81 % terhadap PBB & 30,85 48,92 33,17 37,93 50,60 BPHTB % Pajak total 2,24 3,58 2,51 2,07 2,64 Sumber: Imam Arifin (2013) Beradasarkan Tabel 1.2 penerimaan PPh atas tabungan pada tahun 2009 (tertinggi) sebesar 15.551,1 atau sebanding dengan 5,81% penerimaan Total PPh (migas dan non migas), proporsi terhadap pajak total sebesar 2,64% dan terhadap PBB dan BPHTB sebesar 50,60% pada tahun 2009. Hal ini mencerminkan bahwa Tarif PPh atas bunga tabungan/deposito dan diskonto SBI sebesar 15% menjadi 20% pada tahun 2001 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 131/2000 dan bersifat final tidak menurunkan penghasilan pajak atas tabungan. 6

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan hasil penelitian lainnya menyatakan bahwa secara umum tabungan dipengaruhi oleh beberapa katagori yaitu variabel suku bunga, variabel sosial seperti tingkat pendidikan, motif pewarisan, tingkat harga, kebijakan pajak, pajak total, penghasilan, variabel fasilitas perbankan terkait dengan fasilitas kemudahan akses dan variabel ekonomi seperti tingkat penghasilan, inflasi, suku bunga riil, ekonomi luar negeri, status pekerjaan dll. Namun, pengaruh variabel tersebut tidak selalu mempengaruhi tingkat tabungan di setiap wilayah, seperti pada penelitian sebelumnya pengaruh suku bunga, pajak total terhadap tabungan memiliki pengaruh yang berbeda atau ambigu. Pada kasus di Indonesia BI rate merupakan dasar suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia (BI) sebagai suku bunga acuan untuk tabungan dan kredit kenaikan BI rate tidak diikuti kenaikan jumlah tabungan (lihat Gambar 1.2.). Gambar.1.2. Pertumbuhan Jumlah tabungan dan BI rate tahun 2004-2012 Sumber Data : Bank Indonesia, data diolah (2014) Pada Gambar.1.2. diatas diperlihatkan data di Indoensia berdasarrkan data suku bunga dan jumlah tabungan di Indonesia, kenaikan BI rate pada tahun 2004-2012 tidak diikuti oleh kenaikan jumlah tabungan, hal ini tidak sejalan dengan 7

teori tabungan yang dipengaruhi oleh besarnya suku bunga/bi rate, dimana dijelaskan kenaikan suku bunga/bi rate memiliki hubungan positif terhadap tingkat tabungan. Apabila suku bunga naik maka akan menaikan tingkat tabungan, begitupun sebaliknya. Di Indonesia, Persebaran jumlah tabungan banyak didominasi oleh kota-kota yang ada di Pulau Jawa dengan proporsi tabungan total rata-rata sebesar 75,6% dan provinsi DKI Jakarta sebesar 48,6% terhadap total proporsi tabungan di Indonesia tahun 2004-2012 (lihat Tabel 3.4). Hal ini menunjukan ketimpangan/gap yang cukup besar antara wilayah Jawa dan non jawa serta wilayah DKI jakarta dengan wilayah lainnya. Dari uraian di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yang diteliti yaitu: 1. Adakah pengaruh pajak total, PDRB Deflator, dan Suku bunga riil (RIR) terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun 2004-2012. 2. Adakah pengaruh regional/kewilayahan antara Pulau Jawa dan non Pulau Jawa, wilayah Pulau Jawa non DKI dan non Jawa terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun 2004-2012. 3. Adakah pengaruh reformasi pajak tahun 2007 terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun 2004-2012. 1.3 Metode Penelitian 1.3.1 Data Data yang digunakan pada penelitian ini bersumber dari Badan Pusat Statistik/BPS (PDRB nominal dan riil, Inflasi) Bank Indonesia (BI Rate, Simpanan Masyarakat), dan Kementerian Keuangan (Pajak Total). 8

1.3.2 Regresi Dalam penelitian ini peneliti mengelompokan dua regresi, yaitu regresi empiris dan regresi aternatif. 1.3.2.1 Analisis Regresi Empiris Analisis pengaruh variabel pajak total/tax ratio dan variabel-variabel non perpajakan seperti PDRB Deflator dan suku bunga riil diarahkan untuk menguji hipotesis 1. Analisis ini digunakan untuk melihat pengaruh variabel perpajakan dan variabel-variabel non perpajakan terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun 2004-2012. Regresi empiris yang dihasilkan akan diuji menggunakan uji teori yang digunakan dan menggunakan uji-uji statistik seperti uji t-statistik dan uji F-statistik. 1.3.2.2 Analisis Regresi Alternatif Analisis Regresi yang ditujukan untuk menguji hipotesis ke-2 dan ke-3 yaitu apakah terdapat perbedaan prilaku menabung antar wilayah dan pengaruh reformasi perpajakan tahun 2007. Perbedaan wilayah yang dipilih dikelompokan menjadi wilayah jawa dan wilayah non Jawa, lalu dipersempit menjadi wilayah Jawa (non DKI Jakarta) dengan non Jawa. Uji dilakukan dengan menggunakan model terpilih ditambah dengan variabel dummy wilayah dengan memberikan nilai 1 jika provinsi ada di wilayah yang diuji dan bernilai 0 untuk provinsi lainnya. Dan pengaruh reformasi perpajakan tahun 2007 terhadap tabungan memberikan nilai 1 untuk tahun setelah 2007 dan 0 untuk tahun sebelum reformasi pajak tahun 2007. 9

1.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada uraian mengenai permasalahan, tujuan penelitian dan kerangka teori yang telah disusun, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Diduga variabel rasio pajak total, PDRB Deflator, dan suku bunga riil berpengaruh positif terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun 2004-2012. 2) Diduga perbedaan wilayah antara Pulau Jawa dan non Pulau Jawa berpengaruh positif sedangkan, wilayah Pulau Jawa non DKI dan non Jawa berpengaruh negatif terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun 2004-2012. 3) Diduga reformasi perpajakan tahun 2007 tentang KUP (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan) berpengaruh positif terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun 2004-2012. 1.5 Batasan Masalah Penelitian ini membatasi cakupan masalah penelitian yaitu pengaruh reformasi perpajakan terhadap tingkat tabungan di 33 provinsi di Indonesia yang dilakukan pada rentang waktu 2004-2012. 10

1.6 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pajak total, PDRB Deflator dan Suku Bunga Riil terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun 2004-2012. 2. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh regional/kewilayahan terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun 2004-2012. 3. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh reformasi pajak No.28 tahun 2007 tentang KUP (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan) terhadap tingkat tabungan di Indonesia tahun 2004-2012. 1.7 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pengambil Keputusan Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan terkait kebijakan moneter (BI rate) dan Fiska (Prpajakan) selanjutnya. 2. Bagi Para Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan pengembangan teori dan pengetahuan di bidang tabungan dan perpajakan 3. Bagi Penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk referensi bagi penelitian selanjutnya dengan mengembangkan teori, hipotesis dan variabel lainnya dan menjadikannya lebih luas dalam memberikan informasi. 11

1.8 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Menjabarkan latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah penelitian, metode penelitian, hipotesis, batasan masalah yang diteliti, tujuaan penelitian, manfaat dari penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA DAN METODOLOGI PENELITIAN Bab ini memuat penjelasan tentang sejarah dan perkembangan ketentuan tabungan dan pajak berdasarkan Undang-undang tinjauan pustaka, landasan teori, penelitian terdahulu, variabel yang digunakan, regresi, dan alat analisis. BAB III : TABUNGAN DAN PAJAK DI INDONESIA Bab ini memuat perkembangan jumlah dan perkembangan tabungan masyarakat dan pajak serta penjelasan dan sumber perolehan data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi objek penelitian, diskripsi stastistik, hasil analisis regresi, hasil tes hipotesis, dan temuan penelitian. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari kesimpulan, saran serta keterbatasan yang merangkum hasil penelitian secara keseluruhan. 12