I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

I. PENDAHULUAN. Kedelai termasuk salah satu komoditas yang dibutuhkan, karena protein yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

SELEKSI NOMOR- NOMOR HARAPAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) GENERASI F 5. HASIL PERSILANGAN WILIS x MLG 2521

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521

II. TINJAUAN PUSTAKA

Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 5 Hasil Persilangan WILIS X B 3570

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kedelai pertama kali dibudidayakan oleh orang China dan pertama kali

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

Lindiana 1*), Nyimas Sa diyah 1, Maimun Barmawi 1 ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja,

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F 2 HASIL PERSILANGAN WILIS X MALANG 2521

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAMAN FENOTIPE, GENOTIPE, DAN HERITABILITAS KARAKTER AGRONOMI KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F 7 HASIL PERSILANGAN WILIS x MLG 2521

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

Keragaman Fenotipe dan Heritabilitas Kedelai (Glycine Merril) Generasi F 6 Hasil Persilangan Wilis X Mlg 2521

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman.

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

HERITABILITAS, NISBAH POTENSI, DAN HETEROSIS KETAHANAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) TERHADAP SOYBEAN MOSAIC VIRUS

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri. Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan.

I. PENDAHULUAN. yang dapat tumbuh di Indonesia sepanjang tahun. Pemanfaatan ubikayu sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang

STUDI DAYA HASIL GALUR F4 KEDELAI (Glycine max L.) HASIL PERSILANGAN VARIETAS GROBOGAN DENGAN ANJAMORO, UB, AP DAN ARGOPURO

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertama kali mentimun dibudidayakan oleh manusia (seribu) tahun yang

karakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu tanaman

UJI KETAHANAN TERHADAP COWPEA MILD MOTTLE VIRUS PADA SEMBILAN BELAS POPULASI F 1 TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) HASIL PERSILANGAN DIALEL

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

KERAGAAN GALUR-GALUR HARAPAN KEDELAI TAHAN PECAH POLONG (POD SHATTERING)

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. kedelai dan berbagai bentuk makanan ringan (Damardjati dkk, 2005). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam (Katalog BPS,

I. PENDAHULUAN. digunakan untuk pangan pokok saja, tetapi juga diolah menjadi berbagai produk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA. ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai

I. PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai alternatif sumber protein yang relatif murah.kandungan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

KERAGAMAN FENOTIPE DAN HERITABILITAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) GENERASI F 6 HASIL PERSILANGAN WILIS X MLG (Skripsi) Oleh RIDWAN KUSUMA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

I. PENDAHULUAN. sangat penting di Indonesia. Kedelai sangat bermanfaat sebagai bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu tanaman pangan pengasil protein

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Labolatorium Lapangan Terpadu Fakultas

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun seleksi tidak langsung melalui karakter sekunder. Salah satu syarat

VII. PEMBAHASAN UMUM

TINJAUAN PUSTAKA. yang sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Tanaman ini

I. PENDAHULUAN. Terung (Solanum melongena L.) merupakan salah satu produk tanaman

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi yang baik semakin meningkat, baik kecukupan protein hewani maupun protein nabati. Protein hewani masih tergolong mahal, sehingga masyarakat memilih alternatif protein nabati dengan harga yang murah dan terjangkau (Mursito, 2003). Indonesia merupakan salah satu negara pengkonsumsi kedelai terbesar di dunia. Berbagai macam olahan berbahan baku kedelai telah menyatu sebagai bahan makanan sehari-hari rakyat Indonesia. Semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia menyebabkan kebutuhan kedelai nasional terus meningkat. Sementara itu, produksi kedelai di Indonesia dihadapkan pada masalah alih fungsi lahan pertanian produktif dan perubahan iklim global, menyebabkan semakin rentannya stabilitas hasil kedelai. Produksi kedelai tahun 2014 (ARAM I) diperkirakan sebesar 892,60 ribu ton biji kering atau mengalami peningkatan sebanyak 112,61 ribu ton (14,44%) dibandingkan tahun 2013. Peningkatan produksi kedelai diperkirakan terjadi karena kenaikan luas panen seluas 50,44 ribu hektar (9,16%) dan produktivitas sebesar 0,69 kuintal/hektar (4,87%) (Badan Pusat Statisitik,

2 2014). Kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata di atas 2 juta ton per tahun, untuk memenuhi sebagian kebutuhan dalam negeri dengan impor rata-rata 1,3 juta ton per tahun (Facino, 2012). Dengan produksi yang rendah diperlukan berbagai usaha agar produksi kedelai nasional meningkat. Dengan demikian, ketergantungan impor akan berkurang dan membantu menghemat devisa negara. Usaha peningkatan produktivitas kedelai perlu dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi impor. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah melalui program pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman merupakan kombinasi antara seni dan ilmu pengetahuan dalam mengubah dan memperbaiki karakter genetik yang diwariskan. Tujuan program pemuliaan tanaman berbeda-beda tergantung dari spesies tanaman dan maksud dikembangkannya spesies tersebut. Tujuan program pemuliaan tanaman dalam satu spesies juga akan berbeda-beda karena kondisi lingkungan yang mempengaruhi produksi juga berbeda-beda antara daerah satu dengan yang lain (Poehlman dan Sleper, 1995 dikutip oleh Wibowo, 2002). Secara umum, program pemuliaan tanaman terdiri atas tiga tahapan penting yaitu (1) menciptakan populasi tanaman yang memiliki keragaman genetik yang cukup besar, (2) menseleksi genotipe-genotipe yang memiliki karakter khusus yang diinginkan pemulia, dan (3) melakukan pengujian dan evaluasi genotipe-genotipe terpilih tersebut (Dudley dan Moll, 1969 dikutip oleh Wibowo, 2002). Usaha-usaha dan penelitian untuk memperoleh varietas unggul dapat ditempuh dengan beberapa cara yaitu (a) introduksi atau mendatangkan varietas/bahan seleksi dari luar negeri, (b) mengadakan seleksi galur pada populasi yang telah

3 ada seperti varietas lokal atau varietas dalam koleksi, dan (c) mengadakan program pemuliaan dengan persilangan, mutasi atau teknik mandul jantan (Mursito, 2003). Tersedianya keragaman genetik tanaman yang cukup besar untuk sifat-sifat tertentu merupakan salah satu persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam melakukan kegiatan pemuliaan tanaman. Dengan tersedianya keragaman genetik maka seleksi akan dapat dilakukan lebih mudah dan cepat. Keragaman genetik tersebut dapat diperoleh dengan cara introduksi tanaman, hibridisasi, mutasi buatan, poliploidi, dan kultur in vitro (Makmur dan Sutjahjo, 1995 dikutip oleh Wibowo, 2002). Keragaman genetik yang luas memberikan kesempatan kepada pemulia untuk dapat melakukan seleksi. Seleksi adalah proses pemuliaan tanaman dan perbaikan tanaman untuk mendapatkan kultivar unggul baru. Keberhasilan seleksi tergantung pada kemampuan pemulia untuk memisahkan genotipe-genotipe unggul dari genotipe yang tidak dikehendaki. Selain itu, cara membedakan antara genotipe unggul dengan genotipe yang tidak unggul atas dasar penilaian fenotipe individu atau kelompok tanaman yang dievaluasi diperlukan pertimbangan tentang besaran beberapa parameter genetik. Beberapa parameter genetik yang dapat digunakan sebagai pertimbangan supaya seleksi efektif antara lain besaran nilai keragaman genetik, nilai tengah, heritabilitas, pola segregasi, jumlah gen, dan aksi gen pengendali karakter yang menjadi perhatian (Barmawi, 2007). Keragaman genetik adalah suatu besaran yang mengukur variasi penampilan yang disebabkan oleh komponen-komponen genetik. Penampilan suatu tanaman

4 dengan tanaman lainnya pada dasarnya akan berbeda dalam beberapa hal. Dalam suatu sistem biologis, keragaman suatu penampilan tanaman dalam populasi dapat disebabkan oleh keragaman genetik penyusun populasi, keragaman lingkungan dan keragaman interaksi genotipe x lingkungan (Rachmadi, 2000). Teknik pendugaan nilai heritabilitas pada tanaman dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu regresi tetua-anak, komponen ragam dan analisis ragam, dan perkiraan ragam yang tidak diwarisi populasi yang secara genetik seragam untuk menduga ragam genetik totalnya. Pendugaan nilai heritabilitas seringkali menggunakan asumsi efek gen aditif, tidak ada epistasis, dan tidak ada hubungan antara ragam genetik dan ragam lingkungan (Warner, 1952 dikutip oleh Wibowo, 2002). Nilai duga heritabilitas dalam arti luas merupakan perbandingan antara ragam genetik total dan ragam fenotipe yang menunjukkan besarnya proporsi faktor genetik pada fenotipe suatu karakter tanaman (Fehr, 1987). Heritabilitas untuk melihat sifat genetik yang diwariskan dari tetua kepada keturunannya. Apabila nilai heritabilitas tinggi berarti ragam genetik lebih berpengaruh dibandingkan dengan ragam fenotipe. Sebaliknya jika nilai heritabilitas rendah maka ragam fenotipe yang lebih berpengaruh. Keragaman dan heritabilitas diestimasi dari benih kedelai hasil penelitian Maimun Barmawi, Hasriadi Mat Akin, Nyimas Sa diyah yang dibantu oleh beberapa mahasiswa Program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini diawali dengan seleksi tetua yang tahan terhadap soybean stunt virus (SSV), soybean mosaic virus (SMV), dan cowpea mild mottle virus (CPMMV) pada tahun 2000. Pada tahun 2009 dilakukan persilangan antara

5 varietas Wilis dan B 3570 oleh Maimun Barmawi dkk. Penanaman generasi F 1 dilakukan oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pemuliaan Tanaman Lanjutan pada semester genap tahun 2011. Penelitian kedelai generasi F 2 hasil persilangan Wilis x B 3570 yang dilaksanakan oleh Lindiana (2012) menunjukkan bahwa besaran keragaman fenotipe dan genetik berbagai karakter agronomi kedelai adalah luas untuk karakter umur berbunga, tinggi tanaman, umur panen, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 butir, kecuali jumlah cabang produktif memiliki keragaman genetik yang sempit. Besaran nilai heritabilitas karakter agronomi kedelai generasi F 2 hasil persilangan Wilis x B 3570 adalah tinggi untuk semua karakter yang diamati yaitu umur berbunga, tinggi tanaman, umur panen, jumlah cabang produktif, total jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 butir. Nomor-nomor harapan berdasarkan nilai tengah bobot biji per tanaman yang diperoleh pada generasi ini sebanyak 25 genotipe (Tabel 7). Penelitian kedelai generasi F 3 hasil persilangan Wilis x B 3570 yang dilaksanakan oleh Wantini (2013) menunjukkan bahwa besaran keragaman fenotipe karakter agronomi kedelai adalah sempit hanya pada karakter umur panen. Keragaman genetik pada karakter umur panen, jumlah cabang produktif, serta bobot 100 biji memiliki keragaman genetik yang sempit. Keragaman genetik yang luas terdapat pada karakter umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman serta bobot biji per tanaman. Besaran nilai heritabilitas karakter agronomi kedelai generasi F 3 hasil persilangan Wilis x B 3570 adalah tinggi untuk semua karakter yang diamati yaitu umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang

6 produktif, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 butir. Nomor-nomor harapan berdasarkan nilai tengah bobot biji per tanaman yang diperoleh pada generasi ini sebanyak 120 genotipe (Tabel 7). Penelitian kedelai generasi F 4 hasil persilangan Wilis x B 3570 dilaksanakan pada tahun 2013 oleh Maimun Barmawi, Nyimas Sa diyah, dan mahasiswa Agroteknologi. Dari hasil penelitian Barmawi tersebut diperoleh besaran keragaman fenotipe yang luas dan keragaman genetik yang sempit untuk semua karakter agronomi yang diamati. Besaran nilai heritabilitas karakter tinggi tanaman, total jumlah polong, dan bobot biji per tanaman adalah sedang. Besaran nilai heritabilitas karakter umur berbunga, umur panen, jumlah cabang produktif, dan bobot 100 butir adalah rendah (belum dipublikasi). Nomor-nomor harapan berdasarkan nilai tengah bobot biji per tanaman yang diperoleh pada generasi ini sebanyak 15 genotipe (Tabel 7) (Maimun Barmawi, komunikasi pribadi). Pada generasi F 5 diharapkan karakter agronomi yang diamati memiliki keragaman yang beragam dan heritabilitas yang beragam serta diharapkan menghasilkan nomor-nomor harapan yang memiliki nilai tengah lebih baik daripada kedua tetuanya. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut: 1. Berapa besaran nilai keragaman karakter agronomi kedelai generasi F 5 hasil persilangan antara Wilis B 3570? 2. Berapa besaran nilai heritabilitas dalam arti luas karakter agronomi kedelai generasi F 5 hasil persilangan Wilis B 3570?

7 3. Apakah terdapat nomor-nomor harapan kedelai generasi F 5 hasil persilangan Wilis B 3570 yang memiliki nilai tengah lebih baik daripada kedua tetuanya? 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah dan perumusan masalah dapat disusun tujuan penelitian sebagai berikut. 1. Mengetahui besaran keragaman karakter agronomi kedelai generasi F 5 hasil persilangan antara Wilis B 3570. 2. Mengetahui besaran nilai heritabilitas dalam arti luas karakter agronomi kedelai generasi F 5 hasil persilangan Wilis B 3570. 3. Mengetahui nomor-nomor harapan kedelai generasi F 5 hasil persilangan Wilis B 3570 yang memiliki nilai tengah lebih baik daripada kedua tetuanya. 1.3 Kerangka Pemikiran Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan produksi kedelai adalah dengan kegiatan pemuliaan tanaman. Pada pemuliaan tanaman langkah yang penting dalam perakitan varietas unggul adalah seleksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi seleksi antara lain jenis tanaman yang diseleksi, pola segregasi, keragaman dan heritabilitas karakter kedelai, jumlah gen dan aksi gen pengendali yang diharapkan. Penelitian ini dibatasi hanya pada keragaman genotipe dan fenotipe serta heritabilitas dalam arti luas. Generasi F 5 yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil persilangan antara Wilis x B 3570. Wilis dan B 3570 memiliki ciri-ciri dan keunggulan masingmasing. Varietas Wilis mempunyai daya hasil yang cukup tinggi dan rentan

terhadap soybean stunt virus (SSV). B 3570 memilki daya hasil dan kualitas rendah, namun tahan terhadap SSV. 8 Persilangan antara Wilis x B 3570 ini telah menghasilkan zuriat hingga generasi ke lima. Pada generasi F 2 besaran keragaman fenotipe dan genetik berbagai karakter agronomi kedelai adalah luas, kecuali jumlah cabang produktif memiliki keragaman genetik yang sempit. Besaran nilai heritabilitas adalah tinggi untuk semua karakter agronomi yang diamati. Pada generasi F 3 besaran keragaman fenotipe adalah sempit hanya pada karakter umur panen. Keragaman genetik pada karakter umur panen, jumlah cabang produktif, serta bobot 100 biji memiliki keragaman genetik yang sempit. Keragaman genetik yang luas terdapat pada karakter umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman serta bobot biji per tanaman. Besaran nilai heritabilitas adalah tinggi untuk semua karakter agronomi yang diamati. Pada generasi F 4 besaran keragaman fenotipe yang luas dan keragaman genetik yang sempit untuk semua karakter agronomi yang diamati. Besaran nilai heritabilitas karakter tinggi tanaman, jumlah polong per tanaman, dan bobot biji per tanaman adalah sedang. Besaran nilai heritabilitas karakter umur berbunga, umur panen, jumlah cabang produktif, dan bobot 100 butir adalah rendah. Pada generasi F 5 diharapkan karakter agronomi yang diamati memiliki keragaman dan heritabilitas yang beragam serta diharapkan menghasilkan nomornomor harapan yang memiliki nilai tengah lebih baik daripada kedua tetuanya. Generasi F 5 merupakan populasi yang masih bersegregasi ini secara teoretis memiliki persentase heterozigot sebesar 6,25% dan persentase homozigot sebesar 93,75%. Persentase heterozigot yang rendah ini diduga benih yang diuji memiliki

9 keragaman genotipe yang sempit. Keragaman dalam suatu populasi tanaman ditentukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Keragaman genetik dapat terlihat jika berbagai genotipe ditanam pada lingkungan yang sama. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah iklim, kesuburan tanah, kelembaban, suhu, cahaya matahari, dan ketersediaan air. Nilai duga heritabilitas dalam arti luas merupakan perbandingan antara ragam genetik dan ragam fenotipe. Ragam genetik meliputi ragam aditif, ragam dominansi dan ragam epistasis. Ragam aditif merupakan variasi nilai pemuliaan antara individu. Ragam dominansi merupakan ragam yang timbul karena interaksi antara alel pada lokus yang sama. Ragam epistasis adalah ragam yang timbul karena interaksi antara alel pada lokus yang berbeda. Keturunan F 5 yang masih bersegregasi ini diduga menghasilkan heritabilitas yang beragam. 1.4 Hipotesis Hipotesis yang didapatkan adalah sebagai berikut. 1. Karakter agronomi kedelai generasi F 5 hasil persilangan antara Wilis B 3570 adalah beragam. 2. Karakter agronomi kedelai generasi F 5 hasil persilangan Wilis B 3570 mempunyai nilai heritabilitas yang beragam. 3. Terdapat nomor-nomor harapan kedelai generasi F 5 hasil persilangan Wilis B 3570 yang memiliki nilai tengah lebih baik daripada kedua tetuanya.